Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ANATOMI, FISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ANDRI WAHYUDI


11202101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat da
n karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul
“Anatomi, Fisiologi &Asuhan Keperawatan Sistem Respirasi “. Makalah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan terima
h kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu dala
m makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan se
gala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ...................................................................................…........... 3
B. Alat-alat Pernafasan pada Manusia .........................…...........................3
C. Anatomi Sistem Respirasi ......................................................................8
D. Fisiologi Sistem Respirasi .....................................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI


A. Pengkajian .............................................................................................16
B. Anamnesis .............................................................................................16
C. Pengkajian Fisik ...............................................................................….17
D. Pemeriksaan Diagnostic ...............................…………………………20
E. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….20
F. Standar Luaran Keperawatan Indonesia………………………………21
G. Standar Intervensi Keperawatan……………………………………...21

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................27
B. Saran......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari tubuh. ( Syaifu
ddin; 2002 ). Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruha
n proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubu
h ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubu
h untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebu
t dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam
udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara yan
g masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 aka
n dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh mela
lui kapilerkapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra)
ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi atau pembakaran.
Sebagai ampas atau sisanya dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui per
edaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) ke bilik kanan (vent
rikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru akhirnya di
keluarkan menembus lapisan epitel alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari
sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih terjadi perjalan
an panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna un
tuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan w
aktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka
kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. S
elain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran
dan benda asing. Adanya benda asing atau kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada s
elaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk. Akibatnya ben
da asing dan kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian te
rsebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana konsep anatomi dan fisiologi sistem respirasi ?

2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


respirasi ?

C. Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi

Tujuan Khusus :

1) Mengidentifikasi konsep anatomi dan fisiologi


2) Mengidentifikasi proses keperawatan meliputi pengkajian, analisan data,
diagnosa, intervensi dan evaluasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem respirasi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

A. Definisi respirasi

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses yang dimulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tu
buh
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosf
er ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke at
mosfer.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan de
ngan dua cara pernapasan, yaitu :

1.Respirasi / Pernapasan Dada

a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

b. Tulang rusuk terangkat ke atas

c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kec
il sehingga udara masuk ke dalam badan.

2.Respirasi / Pernapasan Perut

a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

b. Diafragma datar

c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pad
a dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tub
uh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berkali lipat dan bisa sa

3
mpai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan meng
ikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg dengan 19 c
c oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanan hanya 40 milimeter air raksa denga
n 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di ma
na setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan a
kan keluardari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2


2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin kecairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan me


ngeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.Tujuan proses pernapasan y
aitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung
2. Faring
3. Trakea
4. Bronkus
5. Bronkiouls
6. Paru-paru

B. Alat –Alat Pernapasan Pada Manusia

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hid
ung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebase
a) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap
benda asing yangmasuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut
pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama

4
udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk.Disebelah belakang rongga hidung terhubung d
engan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rong
ga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung

2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 s
aluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran penc
ernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior)
terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udar
a melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suar
a. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran perna
pasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun de
mikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara
tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi uta
ma faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga seb
agi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang den
gung(resonansi) untuk suara percakapan.

5
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher
dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilin
gi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia in
i berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bata
ng tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga d
ada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dal
am paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang san
gat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang diseb
ut gelembung paru-paru (alveolus)

4. Pangkal Tenggorokan (laring)


Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring ber
ada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pad
a laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.Laring
diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cuku
p tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi uta
ma laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya ud
ara.Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jaku
n. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada
waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada wa
ktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang
akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

6
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang r
awan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar ci
ncin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-ca
bang lagi menjadi bronkiolus.Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus,
yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru,
bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus prim
er) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronku
s sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling keci
l masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengand
ung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan
udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan
bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

6. Paru-paru (pulmo)
Terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh ot
ot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-
paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lob
us dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungk
us oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang m
enyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, d
an pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronk
us masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus b
ersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus res

7
pirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris manga
ndung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

C. Anatomi Sistem Respirasi


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, kari
na, bronchus principalis, bronchuslobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminal
is, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.Terdapat Lo
bus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra a
da 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horiz
ontal yang membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique memb
agi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang m
embagi lobus superior dan lobusinferior.Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2
yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rong
ga pleura (cavum pleura).

1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindi
ngnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.Permukaan luarnya dila
pisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut.Terdapat epitel respirasi: epite
l berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal.Didalamnya ad
akonka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa hidung
umumnya mengandungbanyak pleksus pembuluh darah.

2. Alat penghidu

8
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lam
ina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel ba
sal dan sel olfaktoris.

3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak
yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada empat sinus: maksilaris, frontalis,
etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut.Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat berna
pas udara dihantarkan ke laring.Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringof
aring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring
dan laringofaring sama dengan saluran cerna.Mukosa faring tidak memilki muskul
aris mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis
menyatu dengan jaringan ikat interstisiel.Orofaring dan laringofaring dilapisi epite
l berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.

5. Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antaraf


aring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus
ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring
pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupa
kan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kele
njar.Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan
(epiglotis).Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita s
uara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu ter
dapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot su
ara ( otot rangka).Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N La
ringealis superior.

6. Trakea

9
Tersusun atas 16 –20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jarin
gan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel ber
silia, jaringan limfoid dan kelenjar.

7. Bronchus

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan ti
dak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hila
ng sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
lipatan memanjang.Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet d
an kelenjar submukosa.Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil.

8. Bronchiolus

Cabang ke 12 –15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak


mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat long
gar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara).Lamina propria
tidak mengandung sel goblet.

9. Bronchiolus respiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epite


l kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).

10. Duktus alveolaris

Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermua


ra.

11. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya


pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Juml
ahnya 200 -500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh
serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar
tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumla
hnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) juml

10
ahnya 12 %, menempati 5 % alveolar.Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa al
veolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan l
icin, memilki badan berlamel.Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.Jari
ngan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibro
blas), sel mast, sedikit limfosit.Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn.Sel f
agosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel
ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainn
ya.

12. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen.Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat p
ada dinding toraks disebut pleura parietal.Ciri khas mengandung banyak kapiler d
an pembuluh limfe.Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. intercostal

D. Fisiologi sistem respirasi


1. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan u
dara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
a. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pl
eura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal se
kitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan
untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai i
stirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembanga
n rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuata
n yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih n
egatif (sekitar -7,5 cm H2O).
b. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli par
u. Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke
dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas
sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tek
anan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Ag
ar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekana

11
n atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik se
kitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama eks
pirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
c. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli da
n tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya
elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.

2. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan


Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan :
a. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter.
Pusat volunter terletak dicortex cerebri dan impuls dikirimkan
ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.
b. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat
pernafasan otomatis terletak di pons dan medulla oblongata, d
an keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba medull
a spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospin
al.

Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motorik N.
Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada k
ornu ventral sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls ek
spirasi, bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna sepanjang segmen
toracal medulla.

Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron motorik untuk
otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada p
ersarafan timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas pada jaras descendens-lah ya
ng berperan utama. Impuls melalui jaras descendens akan merangsang otot agonis dan
menghambat yang antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini aa
dalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka wakt
u singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini nampaknya adal
ah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan menghasilkan pernafasan yan
g halus (smooth).

12
3. Pengaturan aktivitas pernafasan

Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+darah arteri maupun penurunan PO2a
kan memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sedan
gkan perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pen
garuh perubahan kimia darah terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoresep
tor pernafasan di glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di medulla
oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam dar
ah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan.
Bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain m
enimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan
tertentu.

4. Pengendalian kimiawi pernafasan

Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa seh


ingga PCO2alveoli pada keadaan normal dipertahankan tetap. Dampak kelebihan
H+di dalam darah akan dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi penuru
nan mencapai tingkat yang membayakan. Volume pernafasan semenit berbanding
lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung antara metabolisme dan ventila
si adalah CO2, bukan O2. Reseptor di glomus karotikum dan aortikum terangsang
oleh peningkatan PCO2ataupun konsentrasi H+darah arteri atau oleh penurunan P
O2. Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap penurunan PO2a
kan hilang, efek utama hipoksia setelah denervasi glomus karotikum adalah penek
anan langsung pada pusat pernafasan. Respon terhadap perubahan konsentrasi H+
darah arteri pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan, meskipun perubahan yang lebih bes
ar masih dapat menimbulkan efek. Sebaliknya, respons terhadap perubahan PCO2
darah arteri hanya sedikit dipengaruhi, dengan penurunan tidak lebih dari 30-35%.

Kemoreseptor dalam batang otak

Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi pada peningkat


an PCO2darah arteri setelah glomus karotikum dan aortikum didenervasi terletak

13
di medulla oblongata dan disebut kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor ini te
rpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak pada permuk
aan ventral medulla oblongata.Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+d
alam LCS, dan juga cairan interstisiel otak. CO2dengan mudah dapat menembus
membran, termasuk sawar darah otak, sedangkan H+dan HCO3-lebih lambat men
embusnya. CO2 yang memasuki otak dan LCS segera dihidrasi. H2CO3 berdisosi
asi, sehingga konsentrasi H+lokal meningkat. Konsentrasi H+pada cairan interstiti
el otak setara dengan PCO2 darah arteri.

Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen

Penurunan kandungan O2udara inspirasi akan meningkatkan volume pernafas


an semenit. Selama PO2 masih diatas 60 mmHg, perangsangan pada pernafasan h
anya ringan saja,dan perangsangan ventilasi yang kuat hanya terjadi bila PO2turun
lebih rendah. Nsmun setiap penurunan PO2 arteri dibawah 100 mmHg menghasilk
an peningkatan lepas muatan dari kemoreseptor karotikum dan aortikum. Pada ind
ividu normal, peningkatan pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan kenaikan
ventilasi sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60 mmHg karena Hb adalah asam y
ang lebih lemah bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri berku
rang dan hemoglobin kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit penurunan kons
entrasi H+dalam darah arteri. Penurunan konsentrasi H+ cenderung menghambat
pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan ventilasi yang terjadi, akan menuru
nkan PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung menghambat pernafasan. Dengan de
mikian, manifestasi efek perangsangan hipoksia pada pernafasan tidaklah nyata se
belum rangsang hipoksia cukup kuatuntuk melawan efek inhibisi yang disebabkan
penurunan konsentrasi H+ dan PCO2darah arteri.

Pengaruh H+ pada respons CO2

Pengaruh perangsangan H+ dan CO2pada pernafasan tampaknya bersifat aditif


dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berceda halnya dari CO2 dan O2. Sek
itar 40% respons ventilasi terhadap CO2dihilangkan apabila peningkatan H+ dara
h arteri yang dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa respons kemungkinan terjadi
oleh pengaruh CO2pada konsentrasi H+cairan spinal atau cairan interstitial otak.

5. Pengangkutan oksigen ke jaringan

14
Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovask
uler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung pada: jumlah oks
igen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat,
aliran darah menuju jaringan dan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Alir
an darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam jaringan sert
a curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen y
ang larut, jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksig
en.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM RESPIRASI

15
A. Pengkajian
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang dilakukan oleh perawa
t dalam menggali permasalahan sistem pernafasan klien meliputi :
1. Anamnesa

Anamnesa merupakan tekhnik memperoleh suatu informasi atau data tentang


kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat dengan petugas kesehatan, d
engan pasien atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien. Dalam anamnesa, i
nformasi yang perlu didapatkan adalah :

a. Biodata pasien
M e l i p u t i n a m a  pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengka
p, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku bangsa.
b. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperwatan yang berhubungan dengan gangguan
system pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta gejalanya. Terma
suk dalam keluhan utama yaitu batuk, sesak nfas dan nyeri dada. Keluhan
utama adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pasien y
ang mendorong pasien untuk dating ke layanan kesehatan.
c. Riwayat sakit saat ini
Seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya ke
luhan sehingga klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 kompo
nen antara lain kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan utama,
keluhan penyerta dan usaha berobat.

16
d. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelum
nya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit a
pa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan
meupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat kel
uarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat
sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah dari ge
nerasi terdahulu.
f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. K
ebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol, atau
obat tertentu

2. Pengkajian fisik (head to toe)


a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat adalah sebagai berik
ut (1rman Somantri, 2007) :
1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harusda
lam keadaan duduk.
2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang l
ainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah
4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar,
lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, scoliosis,
dan lordosis)
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan per
gerakan dada.
6) Observasi tipe pernafasan seperti pernafasan hidung, diafragma s
erta pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari ase inspirasi dan
vekspirasi. Normalnya adalah 1:2

17
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan latera
l. Rationya berkisar 1:2 sampai 5:7, tergantung kondisi cairan tub
uh pasien.
9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi barrel chest, funnel chest, pi
geon chest, kyposkoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi, ya
ng dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan ab
domen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien den
gan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan vena ju
gularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium kanan. Pe
meriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea tetap di tenga
h ataukah bergeser ke samping, apakah ada penonjolan nodus limfe. Pemer
iksaan palpasi dada akan memberikan informasi tentang penonjolan di din
ding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris, derajat ekspansi
dada, dan untuk menentukan taktil vocal fremitus. Pemeriksaan gerak dada
dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan secara simetris pa
da punggung. kedua ibu jari diletakkan di samping linea vertebralis, lalu p
asien diminta inspirasi dalam. Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu ja
ri kanan dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009)
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmonary, organ y
ang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diagfagma. Jenis suara
perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal.
1) Suara normal

Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umum


nya bergaung dan bernada rendah.

Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya


bersifat musical

18
2) Suara abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian pa
ru yang abnormal berisi udara
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mende
ngarkan suara napas normal dan suara napas tambahan (abnormal). suara n
apas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari l
aring ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Suara normal
Bronkial: suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya l
embut. Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak
ada jeda di antara keduanya.
Bronkovesikuler: gabungan suara napas bronkial dan vesicular.
Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnya sedang. 1nspirasi d
an ekspirasi sama panjangnya.
Vesikuler: terdengar lembut, halus, dan seperti angin sepoi-sepoi
1nspirasi lebih panjang dari ekaspirasi, ekspirasi terdengar sepert
i tiupan.
2) Suara abnormal
Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan kara
kter suara nyaring, musical, suara terus menerus.
Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya t
erdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Ber
hubungan dengan produksi sputum.
Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Kara
kter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inf
lamasi daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat bernafas.
Crackles: dibagi menjadi dua yaitu crackles halus dan kasar.
3. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada sistem pern
apasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:

19
a. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi yang meliputi rad
iografi dada rutin, tomografi computer (CT Scan), pencitraaan resonansi m
agnetic (MRI), ultrasound, angiografi pembuluh paru dan pemindaian paru
endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum.
b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi ventilasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas,spasme jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

20
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Manajemen Jalan Nafas
Ekspektasi : Meningkat Pemantauan Respirasi

Bersihan Jalan Nafas Tidak Observasi:


Efektif Tujuan: 1. Identifikasi kemampuan batuk
Definisi: Setelah dilakukan intervensi 2. Monitor adanya retensi sputum
Ketidakmampuan membersihkan keperawatan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafa
sekret atau obstruksi jalan nafas selama ....................... maka s
untuk mempertahankan jalan bersihan jalan nafas meningkat 4. Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah
nafas tetap paten dengan kriteria hasil : dan karakteristik)
* 5. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, us
Penyebab: Batuk 1 2 3 4 5 aha nafas)
1. Spasme jalan nafas Efektif 6. Monitas bunyi nafas tambahan (gurgling, me
2. Hipersekresi jalan nafas ** ngi, wheezing, ronkhi)
3. Disfungsi neuromuskuler Produksi 1 2 3 4 5 7. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Benda asing dalam jalan nafas sputum
5. Adanya jalan nafas buatan Mengi 1 2 3 4 5 Terapeutik:
6. Sekresi yang tertahan Wheezing 1 2 3 4 5 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
7. Hiperplasia dinding jalan Mekonium 1 2 3 4 5 2. Buang secret pada tempat sputum
nafas Dispnea 1 2 3 4 5 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas demgan he
8. Proses infeksi Ortopnea 1 2 3 4 5 ad-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika dicurigai t
9. Respon alergi Sulit 1 2 3 4 5 rauma servical)
10. Efek agen farmakologis (mis. bicara 4. Berikan minum hangat
Anastesi) Sianosis 1 2 3 4 5 5. Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
Gelisah 1 2 3 4 5 6. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 d
Gejala dan Tanda Mayor *** etik
Subjektif: Frekuensi 1 2 3 4 5 7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapa
(tidak tersedia) nafas n endotrakeal
Pola nafas 1 2 3 4 5 8. Berikan oksigen, jika perlu
Objektif:
1. Batuk tidak efektif Edukasi:
2. Tidak mampu batuk 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
3. Sputum berlebih 2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
4. Mengi, wheezing dan atau ron selama 4 detik, ditahan selama 2 detik
khi kering kemudian dikeluarkan dari mulut dengan
Gejala dan Tanda Minor bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Subjektif: 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam
1. Dispnea hingga 3 kali
2. Sulit bicara 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
3. Orthopnea tarik nafas dalam yang ke 3
Objektif: 5. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika
1. Gelisah tidak kontraindikasi
2. Sianosis 6. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi nafas berubah Kolaborasi:
5. Pola nafas berubah 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Kondisi Klinis Terkait: mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
1. Sklerosis multiple
2. Prosedur diagnostic (mis. Bro
nkoskopi, TEE
3. Depresi system saraf pusat
4. Cedera kepala
5. Stroke
6. Infeksi saluran nafas
Keterangan skor :

21
* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Respirasi Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
Pemantauan Respirasi
Ekspektasi: Membaik

Pola Nafas Tidak Efektif Observasi:


Definisi: Tujuan: 8. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak Setelah dilakukan intervensi usaha nafas).
memberikan ventilasi yang keperawatan 9. Monitor bunyi nafas tambahan
adekuat. selama ....................... maka pola (mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
nafas membaik dengan kriteria kering).
Penyebab: hasil : 10. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
1. Depresi pusat pernafasan. 11. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah
2. Hambatan upaya nafas (mis. * dan kemampuan menelan.
Nyeri saat bernafas, kelemahan Dispnea 1 2 3 4 5 12. Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
otot pernafasan) Penggunaan 1 2 3 4 5 13. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
3. Deformitas dinding dada. Otot bantu 14. Auskultasi bunyi nafas.
4. Deformitas tulang dada. nafas 15. Monitor saturasi oksigen.
5. Gangguan neuromuskular. Pemanjangan 1 2 3 4 5 16. Monitor nilai AGD.
6. Gangguan neurologis (mis. fase ekspirasi 17. Monitor hasil x-ray thoraks
EEG positif, cedera kepala, Ortopnea 1 2 3 4 5
gangguan kejang). Pernafasan 1 2 3 4 5
7. Imaturitas neurologis. pursed lip Terapeutik:
8. Penurunan energi. Pernafasan 1 2 3 4 5 1. Pertahankan kepatenan jaklan nafas
9. Obesitas. cuping dengan Head-tilt dan chin-lift (jaw-trust
10. Posisi tubuh yang hidung jika curiga trauma servikal).
menghambat ekspansi paru. ** 2. Posisikan semi Fowler atau Fowler.
11. Sindrom hipoventilasi. Frekuensi 1 2 3 4 5 3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
12. Kerusakan inervasi diafragma nafas 4. Berikan oksigen, jika perlu.
(kerusakan saraf C5 ke atas). Kedalaman 1 2 3 4 5 5. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
13. cedera pada medula spinalis. nafas kondisi pasien.
14. Efek agen farmakologis. Ekskursi 1 2 3 4 5 6. Dokumentasikan hasil pemantauan.
15. Kecemasan. dada
Ventilasi 1 2 3 4 5 Edukasi:
Gejala dan Tanda Mayor semenit 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
Subjektif: Kapasitas 1 2 3 4 5 tidak ada kontraindikasi.
1. Dispnea. vital 2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
Diameter 1 2 3 4 5 3. Informasikan hasil pemantauan ,jika
Objektif: thoraks perlu.
5. Penggunaan otot bantu anterior-
pernafasan. posterior Kolaborasi:
6. Fase ekspirasi memanjang. Tekanan 1 2 3 4 5 1. Kolaborasi pemberian bronkhodilator,
7. Pola nafas abnormal (mis. ekspirasi ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Takipnea, bradipnea, Tekanan 1 2 3 4 5
hiperventilasi, kussmaul, inspirasi
cheyne –stokes)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif:
4. Ortopnea.

22
Objektif:
6. Pernafasan pursed-lip.
7. Pernafasan cuping hidung.
8. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat.
9. Ventilasi semenit turun.
10. Kapasitas vital menurun.
11. Tekanan ekspirasi menurun.
12. Tekanan inspirasi menurun.
13. Ekskursi dada berubah.

Kondisi Klinis Terkait:


7. Depresi sitem saraf pusat.
8. Cedera kepala.
9. Trauma thoraks.
10. Gullain barre Syndrome.
11. Sclerosis multiple.
12. Myasthenia Gravis.
13. Stroke.
14. Kuadriplegia.
15. Intoksikasi alkohol.
Keterangan Skor :

* Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Terapi Oksigen
Ekspektasi: Meningkat

Gangguan Pertukaran Gas Observasi:


Definisi: 18. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upa
Kelebihan atau kekurangan Tujuan: ya nafas
oksigenasi dan/atau Setelah dilakukan intervensi 19. Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea, hipe
eliminasikarbondioksida pada keperawatan rventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ata
membran alveolus-kapiler selama ....................... maka ksik)
pertukaran gas meningkat 20. Monitor kemampuan batuk efektif
Penyebab: dengan kriteria hasil : 21. Monitor adanya produksi sputum
1. Ketidakseimbangan ventilasi- 22. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
perfusi * 23. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Perubahan membran alveolus - Tingkat 1 2 3 4 5 24. Auskultasi bunyi nafas
kapiler kesadaran 25. Monitor saturasi oksigen
** 26. Monitor nilai AGD
Gejala dan Tanda Mayor Dispnea 1 2 3 4 5 27. Monitor hasil x-ray Thorax
Subjektif: Bunyi 1 2 3 4 5
1. Dispnea nafas Terapeutik:
tambahan 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kon
Objektif: Takikardi 1 2 3 4 5 disi pasien
8. PCO2 meningkat/menurun Pusing 1 2 3 4 5 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
9. PO2 menurun Penglihata 1 2 3 4 5
10. Takikardi n kabur Edukasi:
11. PH arteri meningkat/menurun Diaforesis 1 2 3 4 5 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

23
12. Bunyi nafas tambahan Gelisah 1 2 3 4 5 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Nafas 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor cuping
Subjektif: hidung
5. Pusing ***
6. Penglihatan kabur PCO2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
Objektif: pH arteri 1 2 3 4 5
14. Sianosis Sianosis 1 2 3 4 5
15. Diaforesis Warna 1 2 3 4 5
16. Gelisah kulit
17. Nafas cuping hidung Pola nafas 1 2 3 4 5
18. Pola nafas abnormal (cepat/la
mbat, regular/ireguler, dalam/d
angkal)
19. Warna kulit abnormal (mis. Pu
cat, kebiruan)
20. Kesadaran menurun

Kondisi Klinis Terkait:


16. Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
17. Gagal jantung kongestif
18. Asma
19. Pneumonia
20. Tuberkulosis Paru
21. Penyakit membrane hialin
22. Asfiksia
23. Persistent pulmonary hyperten
sion of newborn (PPHN)
24. Prematuritas
25. Infeksi saluran nafas
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Penyapihan Ventilator Penyapihan Ventilasi Mekanik
Pemantauan Respirasi
Ekspektasi : Meningkat

Gangguan Penyapihan Observasi:


Ventilator 28. Periksa kemampuan untuk disapih (meliputi h
Definisi: Tujuan: emodinamik stabil, kondisi optimal, bebas inf
Ketidakmampuan beradaptasi Setelah dilakukan intervensi eksi)
dengan pengurangan bantuan keperawatan 29. Monitor predictor kemampuan untuk mentole
ventilator mekanik yang dapat selama ....................... maka rir penyapihan (mis. Tingkat kemampuan ber
menghambat dan memperlama penyapihan ventilator nafas, kapasitas vital, Vd/Vt, MVV, Kekuatan
proses penyapihan meningkat dengan kriteria hasil Inspirasi, FEV1, tekanan inspirasi negative)
: 30. Monitor tanda-tanda kelelahan otot pernafasa
Penyebab: n (mis. Kenaikan PaCO2 mendadak, nafas ce
1. Hipersekresi jalan nafas * pat dan dangkal, gerakan dinding abdomen pa

24
2. Ketidakcukupan energi Kesinkron 1 2 3 4 5 radoks), hipoksemia, dan hipoksia jaringan sa
3. Hambatan upaya nafas (mis. an at penyapihan
Nyeri saat bernafas, kelemahan bantuan 31. Monitor status cairan dan elektrolit
otot pernafasan, efek sedasi) ventilator
4. Riwayat ketergantungan ** Terapeutik:
ventilator > 4 hari Pengguna 1 2 3 4 5 1. Posisikan pasien semi Fowler (30-45 derajat)
an otot 2. Lakukan pengisapan jalan nafas, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor bantu 3. Berikan fisioterapi dada, jika perlu
Subjektif: nafas 4. Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit
(tidak tersedia) Nafas 1 2 3 4 5 dengan nafas spontan yang dibantu ventilator)
megap- 5. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
Objektif: megap 6. Hindari pemberian sedasi farmakologis selam
13. Frekuensi nafas meningkat (gasping) a percobaanpenyapihan
14. Penggunaan otot bantu nafas Nafas 1 2 3 4 5 7. Berikan dukungan psikologis
15. Napas megap-megap (gaspin dangkal
g) Agitasi 1 2 3 4 5 Edukasi:
16. Upaya nafas dan bantuan venti Lelah 1 2 3 4 5 1. Ajarkan cara pengontrolan nafas saat
lator tidak sinkron Perasaan 1 2 3 4 5 penyapihan
17. Nafas dangkal kuatir
18. Agitasi mesin Kolaborasi:
19. Nilai gas darah arteri abnorma rusak 2. Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan
l Fokus 1 2 3 4 5 kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas
pada
Gejala dan Tanda Minor pernafasan
Subjektif: Nafas 1 2 3 4 5
7. Lelah paradoks
8. Kuatir mesin rusak abnormal
9. Fokus meningkat pada pernafa Diaforesis 1 2 3 4 5
san ***
10. Gelisah Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
Objektif: Nilai gas 1 2 3 4 5
21. Auskultasi suara inspirasi men darah
urun arteri
22. Warna kulit abnormal (mis. Pu Upaya 1 2 3 4 5
cat, sianosis) nafas
23. Nafas paradoks abdominal Auskultasi 1 2 3 4 5
24. Diaforesis suara
25. Tekanan darah meningkat inspirasi
26. Frekuensi nadi meningkat Warna 1 2 3 4 5
27. Kesadaran menurun kulit

Kondisi Klinis Terkait:


26. Cedera kepala
27. Coronary artery by pass graft
(CABG)
28. Gagal nafas
29. Cardiact arrest
30. Transplantasi jantung
31. Displasia bronkopulmonal

Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paru-paru, tulang rusuk, otot interkosta, bronku

26
s, bronkeolus, alvelus, dan diagfragma. Dalam mekanismenya, udara disedot dalam paru-paru
melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi kuat d
an senantiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang disamb
ungkan kepada paru-paru. Kedua brongkus bercabang lagi kepada bronkiol dan alveolus pada
ujung bronkiol. Alveolus mempunyai penyesuaian berikut untuk memudahkann pertukaran g
as.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan secara holistic untuk mengakkan


diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi yang tepat.

Penulis menyimpulkan sistem pernafasan adalah sistem dalam tubuh yang harus dijag
a dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan mengganggu organ siate
m pernafasan yang lain.

B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan penting
sekali memahami anatomi dan fisiologi sistem respirasi secara tepat agar terhindar dari kelala
ian baik itu dirumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Dan jangan lupa untuk selalu
menjaga kesehatan organ pernafasan anda.

DAFTAR PUSTAKA

27
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.2010. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Pra
ktik (7th ed.). Jakarta: EGC.

Majumder, N.2015. Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical Ed


ucation, 2(3), pp.16-17.

Smetlzher, C. Suzanne.2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

28

Anda mungkin juga menyukai