SISTEM RESPIRASI
DISUSUN OLEH:
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat da
n karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul
“Anatomi, Fisiologi &Asuhan Keperawatan Sistem Respirasi “. Makalah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan terima
h kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu dala
m makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan se
gala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................27
B. Saran......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari tubuh. ( Syaifu
ddin; 2002 ). Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruha
n proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubu
h ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubu
h untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebu
t dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam
udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara yan
g masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 aka
n dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh mela
lui kapilerkapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra)
ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi atau pembakaran.
Sebagai ampas atau sisanya dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui per
edaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) ke bilik kanan (vent
rikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru akhirnya di
keluarkan menembus lapisan epitel alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari
sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih terjadi perjalan
an panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna un
tuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan w
aktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka
kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. S
elain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran
dan benda asing. Adanya benda asing atau kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada s
elaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk. Akibatnya ben
da asing dan kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian te
rsebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.
B. Rumusan Masalah
1
1. Bagaimana konsep anatomi dan fisiologi sistem respirasi ?
C. Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi
Tujuan Khusus :
D. Manfaat
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem respirasi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi respirasi
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses yang dimulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.
1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tu
buh
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosf
er ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke at
mosfer.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan de
ngan dua cara pernapasan, yaitu :
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kec
il sehingga udara masuk ke dalam badan.
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pad
a dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tub
uh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berkali lipat dan bisa sa
3
mpai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan meng
ikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg dengan 19 c
c oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanan hanya 40 milimeter air raksa denga
n 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di ma
na setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan a
kan keluardari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
1. Hidung
2. Faring
3. Trakea
4. Bronkus
5. Bronkiouls
6. Paru-paru
4
udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk.Disebelah belakang rongga hidung terhubung d
engan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rong
ga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 s
aluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran penc
ernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior)
terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udar
a melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suar
a. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran perna
pasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun de
mikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara
tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi uta
ma faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga seb
agi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang den
gung(resonansi) untuk suara percakapan.
5
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher
dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilin
gi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia in
i berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bata
ng tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga d
ada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dal
am paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang san
gat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang diseb
ut gelembung paru-paru (alveolus)
6
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang r
awan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar ci
ncin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-ca
bang lagi menjadi bronkiolus.Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus,
yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru,
bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus prim
er) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronku
s sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling keci
l masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengand
ung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan
udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan
bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Paru-paru (pulmo)
Terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh ot
ot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-
paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lob
us dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungk
us oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang m
enyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, d
an pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronk
us masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus b
ersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus res
7
pirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris manga
ndung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindi
ngnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.Permukaan luarnya dila
pisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut.Terdapat epitel respirasi: epite
l berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal.Didalamnya ad
akonka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa hidung
umumnya mengandungbanyak pleksus pembuluh darah.
2. Alat penghidu
8
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lam
ina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel ba
sal dan sel olfaktoris.
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak
yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada empat sinus: maksilaris, frontalis,
etmoidalis dan sphenoidalis.
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut.Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat berna
pas udara dihantarkan ke laring.Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringof
aring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring
dan laringofaring sama dengan saluran cerna.Mukosa faring tidak memilki muskul
aris mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis
menyatu dengan jaringan ikat interstisiel.Orofaring dan laringofaring dilapisi epite
l berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
5. Laring
6. Trakea
9
Tersusun atas 16 –20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jarin
gan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel ber
silia, jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan ti
dak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hila
ng sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
lipatan memanjang.Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet d
an kelenjar submukosa.Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil.
8. Bronchiolus
9. Bronchiolus respiratorius
11. Alveolus
10
ahnya 12 %, menempati 5 % alveolar.Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa al
veolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan l
icin, memilki badan berlamel.Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.Jari
ngan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibro
blas), sel mast, sedikit limfosit.Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn.Sel f
agosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel
ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainn
ya.
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen.Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat p
ada dinding toraks disebut pleura parietal.Ciri khas mengandung banyak kapiler d
an pembuluh limfe.Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. intercostal
11
n atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik se
kitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama eks
pirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
c. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli da
n tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya
elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.
Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motorik N.
Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada k
ornu ventral sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls ek
spirasi, bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna sepanjang segmen
toracal medulla.
Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron motorik untuk
otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada p
ersarafan timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas pada jaras descendens-lah ya
ng berperan utama. Impuls melalui jaras descendens akan merangsang otot agonis dan
menghambat yang antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini aa
dalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka wakt
u singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini nampaknya adal
ah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan menghasilkan pernafasan yan
g halus (smooth).
12
3. Pengaturan aktivitas pernafasan
Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+darah arteri maupun penurunan PO2a
kan memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sedan
gkan perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pen
garuh perubahan kimia darah terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoresep
tor pernafasan di glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di medulla
oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam dar
ah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan.
Bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain m
enimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan
tertentu.
13
di medulla oblongata dan disebut kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor ini te
rpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak pada permuk
aan ventral medulla oblongata.Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+d
alam LCS, dan juga cairan interstisiel otak. CO2dengan mudah dapat menembus
membran, termasuk sawar darah otak, sedangkan H+dan HCO3-lebih lambat men
embusnya. CO2 yang memasuki otak dan LCS segera dihidrasi. H2CO3 berdisosi
asi, sehingga konsentrasi H+lokal meningkat. Konsentrasi H+pada cairan interstiti
el otak setara dengan PCO2 darah arteri.
14
Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovask
uler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung pada: jumlah oks
igen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat,
aliran darah menuju jaringan dan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Alir
an darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam jaringan sert
a curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen y
ang larut, jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksig
en.
BAB III
15
A. Pengkajian
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang dilakukan oleh perawa
t dalam menggali permasalahan sistem pernafasan klien meliputi :
1. Anamnesa
a. Biodata pasien
M e l i p u t i n a m a pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengka
p, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku bangsa.
b. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperwatan yang berhubungan dengan gangguan
system pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta gejalanya. Terma
suk dalam keluhan utama yaitu batuk, sesak nfas dan nyeri dada. Keluhan
utama adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pasien y
ang mendorong pasien untuk dating ke layanan kesehatan.
c. Riwayat sakit saat ini
Seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya ke
luhan sehingga klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 kompo
nen antara lain kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan utama,
keluhan penyerta dan usaha berobat.
16
d. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelum
nya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit a
pa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan
meupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat kel
uarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat
sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah dari ge
nerasi terdahulu.
f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. K
ebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol, atau
obat tertentu
17
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan latera
l. Rationya berkisar 1:2 sampai 5:7, tergantung kondisi cairan tub
uh pasien.
9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi barrel chest, funnel chest, pi
geon chest, kyposkoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi, ya
ng dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan ab
domen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien den
gan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan vena ju
gularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium kanan. Pe
meriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea tetap di tenga
h ataukah bergeser ke samping, apakah ada penonjolan nodus limfe. Pemer
iksaan palpasi dada akan memberikan informasi tentang penonjolan di din
ding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris, derajat ekspansi
dada, dan untuk menentukan taktil vocal fremitus. Pemeriksaan gerak dada
dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan secara simetris pa
da punggung. kedua ibu jari diletakkan di samping linea vertebralis, lalu p
asien diminta inspirasi dalam. Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu ja
ri kanan dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009)
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmonary, organ y
ang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diagfagma. Jenis suara
perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal.
1) Suara normal
18
2) Suara abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian pa
ru yang abnormal berisi udara
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mende
ngarkan suara napas normal dan suara napas tambahan (abnormal). suara n
apas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari l
aring ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Suara normal
Bronkial: suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya l
embut. Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak
ada jeda di antara keduanya.
Bronkovesikuler: gabungan suara napas bronkial dan vesicular.
Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnya sedang. 1nspirasi d
an ekspirasi sama panjangnya.
Vesikuler: terdengar lembut, halus, dan seperti angin sepoi-sepoi
1nspirasi lebih panjang dari ekaspirasi, ekspirasi terdengar sepert
i tiupan.
2) Suara abnormal
Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan kara
kter suara nyaring, musical, suara terus menerus.
Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya t
erdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Ber
hubungan dengan produksi sputum.
Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Kara
kter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inf
lamasi daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat bernafas.
Crackles: dibagi menjadi dua yaitu crackles halus dan kasar.
3. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada sistem pern
apasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:
19
a. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi yang meliputi rad
iografi dada rutin, tomografi computer (CT Scan), pencitraaan resonansi m
agnetic (MRI), ultrasound, angiografi pembuluh paru dan pemindaian paru
endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum.
b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi ventilasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas,spasme jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
20
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
21
* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
22
Objektif:
6. Pernafasan pursed-lip.
7. Pernafasan cuping hidung.
8. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat.
9. Ventilasi semenit turun.
10. Kapasitas vital menurun.
11. Tekanan ekspirasi menurun.
12. Tekanan inspirasi menurun.
13. Ekskursi dada berubah.
* Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
23
12. Bunyi nafas tambahan Gelisah 1 2 3 4 5 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Nafas 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor cuping
Subjektif: hidung
5. Pusing ***
6. Penglihatan kabur PCO2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
Objektif: pH arteri 1 2 3 4 5
14. Sianosis Sianosis 1 2 3 4 5
15. Diaforesis Warna 1 2 3 4 5
16. Gelisah kulit
17. Nafas cuping hidung Pola nafas 1 2 3 4 5
18. Pola nafas abnormal (cepat/la
mbat, regular/ireguler, dalam/d
angkal)
19. Warna kulit abnormal (mis. Pu
cat, kebiruan)
20. Kesadaran menurun
* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
24
2. Ketidakcukupan energi Kesinkron 1 2 3 4 5 radoks), hipoksemia, dan hipoksia jaringan sa
3. Hambatan upaya nafas (mis. an at penyapihan
Nyeri saat bernafas, kelemahan bantuan 31. Monitor status cairan dan elektrolit
otot pernafasan, efek sedasi) ventilator
4. Riwayat ketergantungan ** Terapeutik:
ventilator > 4 hari Pengguna 1 2 3 4 5 1. Posisikan pasien semi Fowler (30-45 derajat)
an otot 2. Lakukan pengisapan jalan nafas, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor bantu 3. Berikan fisioterapi dada, jika perlu
Subjektif: nafas 4. Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit
(tidak tersedia) Nafas 1 2 3 4 5 dengan nafas spontan yang dibantu ventilator)
megap- 5. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
Objektif: megap 6. Hindari pemberian sedasi farmakologis selam
13. Frekuensi nafas meningkat (gasping) a percobaanpenyapihan
14. Penggunaan otot bantu nafas Nafas 1 2 3 4 5 7. Berikan dukungan psikologis
15. Napas megap-megap (gaspin dangkal
g) Agitasi 1 2 3 4 5 Edukasi:
16. Upaya nafas dan bantuan venti Lelah 1 2 3 4 5 1. Ajarkan cara pengontrolan nafas saat
lator tidak sinkron Perasaan 1 2 3 4 5 penyapihan
17. Nafas dangkal kuatir
18. Agitasi mesin Kolaborasi:
19. Nilai gas darah arteri abnorma rusak 2. Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan
l Fokus 1 2 3 4 5 kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas
pada
Gejala dan Tanda Minor pernafasan
Subjektif: Nafas 1 2 3 4 5
7. Lelah paradoks
8. Kuatir mesin rusak abnormal
9. Fokus meningkat pada pernafa Diaforesis 1 2 3 4 5
san ***
10. Gelisah Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
Objektif: Nilai gas 1 2 3 4 5
21. Auskultasi suara inspirasi men darah
urun arteri
22. Warna kulit abnormal (mis. Pu Upaya 1 2 3 4 5
cat, sianosis) nafas
23. Nafas paradoks abdominal Auskultasi 1 2 3 4 5
24. Diaforesis suara
25. Tekanan darah meningkat inspirasi
26. Frekuensi nadi meningkat Warna 1 2 3 4 5
27. Kesadaran menurun kulit
Keterangan skor :
* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paru-paru, tulang rusuk, otot interkosta, bronku
26
s, bronkeolus, alvelus, dan diagfragma. Dalam mekanismenya, udara disedot dalam paru-paru
melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi kuat d
an senantiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang disamb
ungkan kepada paru-paru. Kedua brongkus bercabang lagi kepada bronkiol dan alveolus pada
ujung bronkiol. Alveolus mempunyai penyesuaian berikut untuk memudahkann pertukaran g
as.
Penulis menyimpulkan sistem pernafasan adalah sistem dalam tubuh yang harus dijag
a dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan mengganggu organ siate
m pernafasan yang lain.
B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan penting
sekali memahami anatomi dan fisiologi sistem respirasi secara tepat agar terhindar dari kelala
ian baik itu dirumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Dan jangan lupa untuk selalu
menjaga kesehatan organ pernafasan anda.
DAFTAR PUSTAKA
27
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.2010. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Pra
ktik (7th ed.). Jakarta: EGC.
Smetlzher, C. Suzanne.2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
28