Anda di halaman 1dari 98

MAKALAH

ANATOMI, FISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN


SISTEM KARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ANDRI WAHYUDI


11202101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat da
n karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul
“Anatomi, Fisiologi &Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler “. Makalah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan terima
h kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu dala
m makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan se
gala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian ............................................................................................... 3
B. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler.....................................................3
C. Anatomi Jantung ..................................................................................... 4
D. Fisiologi Jantung ................................................................................….7
E. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah .............................................…9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULER


A. Pendahuluan...........................................................................................15
B. Anamnesis .............................................................................................15
C. Pemeriksaan Fisik .................................................................................18
D. Pemeriksaan Penunjang Sistem Kardiovaskuler...............................….21
E. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………..30
F. Standar Luaran Keperawatan Indonesia……………………………….30
G. Standar Intervensi Keperawatan……………………………………....30

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................37
B. Saran......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................38
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang ber
arti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkul
asi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran dar
ah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut sec
ara ritmis dan berulang 60- 100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jant
ung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapil
er kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan sebag
ai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta obat-obatan ke selur
uh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap sel dalam tubuh. Dalam hal ini, fa
ktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskul
er baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi fisiologi ya
ng ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami berbagai problematika berkait
an dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan yang membuat kita melakukan neglicent
( kelalaian). Oleh karena itu, sangat penting sekali memahami anantomi fisiologi kardiovasku
ler yang berfungsi langsung dalam mengedarkan obat-obatan serta oksigenasi dalam tubuh da
lam proses kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler ?

2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler ?

C. Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler
Tujuan Khusus :

1) Mengidentifikasi konsep anatomi dan fisiologi


2) Mengidentifikasi proses keperawatan meliputi pengkajian, analisan data,
diagnosa, intervensi dan evaluasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung, kom
ponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksige
n dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sist
em kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya d
apat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah aga
r aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan mem
pertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.

B. PERKEMBANGAN SISTEM KARDIOVASKULER

Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan. Dalam sistem
kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut Angioblast. Angioblast ini tim
bul dari :

a. Mesoderm : splanknikus & chorionic

b. Merengkim : yolk sac dan tali pusat

c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah


Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung mulai berke
mbang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap katup kuning telur sek
under (kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan membujur endotel berlapis saluran. Tab
ung-tabung membentuk untuk menjadi jantung primordial. Jantung tubular bergabung dalam
pembuluh darah di dalam embrio yang menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac memben
tuk sistem kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui plasenta.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER


1. Anatomi jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (s
uperior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS –V) bera
da di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik ata
s dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terl
etak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh cos
tae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat m
emeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekit
ar 250-350 gram.
Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi
kosta III-I.
b)Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c)Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonali
s, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d)Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena a
zigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyok
ong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma me
nyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga ja
ntung tidak mudah berpindah.

Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:


a. Umur
Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun
kebawah
b. Bentuk rongga dada
Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun batas jantung
menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma
Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah
jantung ke atas
d. Perubahan posisi tubuh
Proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh

Otot jantung terdiri atas tiga lapisan :

a. Pericardium : berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong


pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di belakang
korpus sterni dan rawan iga II-IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa
yaitu lapisan parietal dan visceral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat
lender sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak
mengganggu jantung.

b. Miocardium : lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri


koronaria. Susunan miokardium yaitu:

- Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dualapisan. La
pisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisa
n luar mencakup kedua atria
- Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antriove
ntikuler sampai ke apeks jantung
- Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik (atriu
m dan ventrikuler)
c. Endokardium : Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang
mengkilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium
kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava

Jantung terdiri dari dua bagian yaitu basis dan apeks kordis. Basis kordis adala
h bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar da
n dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra. Sedangkan apeks
kordis adalah bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu :

a. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamn
ya membentuk suatu rigi atau krista terminalis
- Muara atrium kanan terdiri dari: vena cava superior, vena cava inferior
sinus koronarius, osteum atrioventrikuler dekstra
- Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
b. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atriovent
rikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Din
ding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari valvula tris
kuspidal, valvular pulmonalis
c. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
d. Ventrikel sinistra: berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atriove
ntrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari valvula mit
ralis, valvular semilunaris aorta

Peredaran darah jantung

Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atriu
m dekstra yang datang dari seluruh tubuh arteri pulmonalis membawa darah d
ari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru (pulmo). Antara ventrikel sinistra dan
arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena p
ulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium sinitra. Aorta (pem
buluh darah terbesar) membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat
sebuah katup valvula semilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:

- Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedep
an antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabang
ke atrium dekstra dan ventrikel kanan
- Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
- Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang
sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena

2. Fisiologi jantung
Fungsi umum otot jantung meliputi secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar, mengikuti hukum gagal atau tuntas yaitu impuls dilepas mencap
ai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, ti
dak dapat berkontraksi tetanik, dan kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia untuk ber
kontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam lemak dalam jumlah yang le
bih kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism jan
tung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
Pengaruh ion pada jantung adalah :
a. Pengaruh ion kalium
Kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi
lambat.
b. Pengaruh ion kalsium
Kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung berkontraksi spastis.
c. Pengaruh ion natrium
Menekan fungsi jantung.
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane
sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan
oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis.
Ada lima fase aksi potensial yaitu:
a. Fase istirahat
Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif.
b. Fase depolarisasi (cepat)
Disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natr
ium mengalir dari luar ke dalam.
c. Fase polarisasi parsial
Setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel,
sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
d. Fase plato (keadaan stabil)
Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute mio
kard.
e. Fase repolarisasi(cepat)
Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kali
um sangat meningkat.

Sistem konduksi jantung meliputi:


1) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam dinding
atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2) AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium dekat
muara sinus koronari.
3) Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi posterior
dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4) Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada endokardium
menyebar pada kedua ventrikel.
Siklus jantung adalah periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi
berikutnya. Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1) Fungsi atrium sebagai pompa
2) Fungsi ventrikel sebagai pompa
3) Periode ejeksi
4) Diastole
5) Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung yaitu autoregulasi intr
insic pemompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir ke jantung dan reflex men
gawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf otonom
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama bes
arnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit disebut curah jantung (ca
rdiac output). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung adalah beban awa
l, kontraktilitas, beban akhir, frekuensi jantung. Periode pekerjaan jantung yaitu periode systo
le, periode diastole, periode istirahat.
Jantung memiliki tahapan bunyi yaitu :
1) Bunyi pertama: lup
2) Bunyi kedua : Dup
3) Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4) Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama

3. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah


Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh. A
liran darah dalam tubuh terdiri dari Aliran darah coroner, Aliran darah portal, Aliran d
arah pulmonal, Aliran darah sistemik.
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa da
rah keseluruh tubuh dan alat tubuh. Pembuluh darah terbesar yang keluar dari ventrikel
sinistra disebut aorta. Arteri terdiri dari 3 lapisan yaitu Tunika Intim, Tunika Media, T
unika Eksterna.
1) Aorta
Merupakan pembuluh darah arteri terbesar keluar dari jantung bagian ventrikel
sinistra melalui aorta asendes membelok kebelakang melalui radiks pul
monalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, tur
un ke abdomen. Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian : Aorta Asenden, Arkus Aor
ta, Aorta desendes mempunyai cabang aorta torakalis dan abdominalis

2) Arteri Kepala dan Leher


Disuplai oleh arteri komunis dekstra dan sinistra. Pada masing-masing sisi
menuju keatas leher dibawah otot sternomastoid dan pada ketinggian
perbatasan atas kartilago tiroid membagi diri menjadi dua yaitu arteri karotis
eksterna dan arteri karotis interna

3) Arteri Vertebralis
Merupakan dabang bagian pertama subklavia berjalan naik melalui foramen pro
sesus transversi masuk ke cranium melalui foramen mahnum berjalan ke atas la
lu kedepan medial medulla oblongata sampai di tepi bawah pons arteri ini berga
bung dan membentuk A. basilaris cabang-cabang cranial A.vertebralis

4) Arteri Basilaris
Dibentuk oleh penggabungan dua A. vertebralis berjalan naik dalam alur. Pada pe
rmukaan anterior pons bercabang dua yakni arteri serebralis posterior dan arteri si
rkumateriosus. Wajah menerima darah dari arteri fasialis dan temporalis superfici
al, arteri temporalis superficial, arteri transversa fasialis, arteri supraorbitalis dan
supratoklearis

5) Arteri Subklavia
Terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri anonima dan sinitra cabang dari arkus
aorta. Terdiri dari A. aksilaris, A. brakhialis, A.ulnaris, A.radialis. arkus Palmaris
superfisialis,A. arkus Palmaris profundus, A. digitalis

6) Aorta Torakalis
Rongga toraks terdiri dari A.intercostalis, A.perikardialis, A.bronkialis, A. esofag
ialis, A. mediastinalis. Dinding toraks terdiri dari Arteri prenikus superior, Arteri
subkostalis

7) Aorta Abdominalis
Merupakan bagian dari aorta desendens

8) Arteri Rongga Perut


Terdiri dari Arteri seliaka, A. splinika, A. mesenterika superior, A. renalis, sperm
atika dan Ovarika, A. mesenterika Inferior, A. marginalis

9) Arteri Dinding Abdomen


Arteri dinding abdomen muka dan belakan terdiri dari Prenikus inferior, Arteri su
bkostali, Epigastrika superior, Arteri lumbalis
10) Rongga Panggul
Terdiri dari Arteri iliaka interna, Arteri iliaka eksterna

b. Vena
Pembuluh darah vena adalah kebalikan dari arteri yang membawa darah dari
alat-alat tubuh kembali ke jantung. Vena terbesar adalah vena pulmonalis. Pembuluh
darah vena yang terdapat dalam tubuh yaitu:
1) Vena ke jantung meliputi Vena cava superior, inferior dan pulmonalis
2) Vena yang bermuara pada vena cava superior : tepat dibelakang angulus
mandibularis yang menyatu dengan vena aurikularis posterior turun melintasi M.
sternokleidomastoideus tepat diatas clavikula menembus fasia servikalis profunda dan
mencurahkan isinya ke V. subclavia.
Cabang- cabangnya adalah Vena aurikularis posterior, Vena retromadibularis,
Vena jugularis eksterna posterior, Vena supraskapularis, Vena jugularis
anterior
3) Vena kulit kepala : vena troklearis dan vena supraorbitalis, vena temporalis
superfisialis, aurikularis posterior dan oksipitalis.
4) Vena wajah: fasialis, profunda fasialis, transversa fasialis.
5) Vena pterigoideus : Vena maksilaris, fasialis, lingualis, oftalmika.
6) Vena tonsil dan palatum

7) Vena punggung
8) Vena yang bermuara pada vena cava interior,

9) Anastomisis portal sistemik

10) Vena dinding pelvis

11) Vena anggota gerak atas

12) Vena anggota gerak bawah

c. Kapiler
Pembuluh darah yang paling kecil sehingga disebut dengan pembuluh rambut.
Kapiler terdiri dari Kapiler arteri & Kapiler vena
Fungsi kapiler:
1 . Penghubung arteri dan vena

2. Tempat pertukaran darah dan cairan jaringan


3. Mengambil hasil dari kelenjar
4. Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus
5. Menyaring darah dalam ginjal

d. Fisiologi vaskuler

Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada fisiologi kardiovaskuler


karena berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan lingkungan internal. Bagian-
bagian yang berperan dalam sirkulasi:
1. Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
2. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali
ketika darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler.

3. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone


dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.
4. Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap

5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali ke


jantung.

e. Aliran darah
Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara kedua ujung
pembuluh darah.

Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:


1. Aliran darah dalam pembuluh darah
2. Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.
3. Gelombang nadi.

4. Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang nadi, irama
denyut nadi, amplitude dan ketajaman gelombang.
5. Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.
Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:
1. Tekanan Vena: biasanya sangat rendah
2. Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan volume
3. Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive
4. Kecepatan aliran darah vena
5. Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena
6. Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena

f. Mikrosirkulasi

Tempat pertukaran zat CIS dan CES (interstitial) adalah kapiler. Dan
dipengaruhi oleh kecuali dinding kapiler, arteriole, venolus karena dapat mengatur
jumlah dan kecepatan aliran darah. Ketiga rangkaian tersebut disebut dengan
mikrosirkulasi.

g. Tekanan Darah

Selisih diastolic dan sistolik disebut pulse pressure. Misalnya tekanan sistolik
120 mmHg dan diastolic 80 mmHg maka tekanan nadi sama denga 40 mmHg.
Tekanan darah tidak selalu sesuai karena salah satu factor yang mempengaruhinya
adalah keadaan kesehatan dan aktivitas. Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan t
ekanan darah yaitu:
1. Sistem saraf
- Presoreseptor dan kemoreseptor: serabut saraf aferen yang menuju pusat vasomotor
berasal dari baroreseptor arteri dan kemoreseptor aorta dan karotis dari korteks serebri.
- Hipotalamus: Berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang berhubungan
dengan pengaturan kardiovaskuler
- Serebrum: Mempengaruhi tekanan dari karena penurunan respons tekanan, vas
odilatasi, dan respons depressor meningkat.
- Reseptor nyeri: bergantung pada intensitas dan lokasi stimulus
- Reflex pulmonal: inflasi paru menimbulkan vasodilatasi sistemik dan penurunan
tekanan darah arteri dan sebaliknya kolaps paru menimbulkan vasokonstriksi sistemik

2. Sistem humoral atau kimia: berlangsung local atau sistemik, misalnya renni
n- angiotensin, vasopressin, epineprin, asetikolin, serotonin, adenosine, kalsium,
magnesium, hydrogen dan kalium.
3. Sistem hemodinamik: lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler,
perubahan tekanan osmotic, dan hidrostatik bagian luar, dan dalam sistem vaskuler.
4. Sistem limfatik: komposisi sistem limfatik hampir sama dengan komposisi kimia pl
asma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembul
uh limfe untuk masuk ke dalam aliran darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULER

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Biodata Pasien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pe
ndidikan, alamat, diagnosa medis, tanggal/jam MRS dan tanggal/jam peng
kajian.
b. Keluhan utama : merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien da
n merupakan alasan pokok klien MRS (keluhan utama saat MRS). Keluha
n utama yang lain adalah keluhan utama saat dilakukan pengkajian (bebera
pa saat atau hari setelah klien MRS)
c. Riwayat Penyakit Sekarang : yang berisikan tentang keadaan dan keluhan-
keluhan klien saat timbulnya serangan, waktu dan frekwensi timbulnya ser
anngan, penjalaran, kwalitas (berat ringannya) serangan, tindakan-tindakan
yang telah dilakukan oleh klien/keluarga untuk mengatasi keluhan klien. P
edoman yang dipakai dalam menemukan perjalanan penyakit adalah
P : Provoking/palliatif
Q: Qualitas/quantitas)
R:Region/radiation
S: Severe/derajat keparahan
T: Time/waktu
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu : meliputi riwayat penyakit yang pernah dider
ita klien terutama penyakit yang didapat mendukung munculnya penyakit s
aat ini (factor predisposisi dan presipitasi), misalnya hipertensi, penyakit p
embuluh darah, diabetes mellitus, gangguan fungsi tyroid, RHD, penyakit j
antung, penyakit darah danlain-lain.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah diderit
a keluarga terutama yang berhubungan dengan gangguan pada system kard
iovaskuler atau pada system lain yang mempunyai sifat herediter dan berpe
ngaruh terhadap fungsi system kardiovaskuler
f. Riwayat Psikososial : meliputi riwayat paikologi pasien yang berhubungan
dengan kondisi penyakitnya serta dampaknya terhadap kehidupan social pa
sien.
g. Pola aktivitas sehari-hari meliputi :
 Pola nutrisi metabolik. Kelebihan berat badan dan kekurangan bera
t badan dapat mengidentfikasikan sebagai masalah kardiovaskuler..
Tipe diit sehari-hari perlu dikaji untuk mengetahui gaya hidup pasi
en. Jumlah asupan garam dan lemak juga perlu dikaji.
 Pola Eliminasi. Warna kulit, temperatur, keutuhan/integritas dan tu
rgor mungkin dapat mengimformasikan tentang masalah sirkulasi.
Arterisklerosis dapat menyebabkan eksterimitas dingin dan sianotik
dan odema dapat mengidentifikasi gagal jantung . Pasien dengan di
uretik dapat dilaporkan ada peningkatan eliminasi urin. Masalah-m
asalah dengan konstipasi harus di catat. Mengedan atau valsava ma
nufer harus di hindari pada pasien dengan masalah kardiovaskuler
 Pola latihan - aktifitas. Keuntungan latihan pada kesehatan kardiov
askuler tidak dapat disangkal. Dengan latihan aerobik yang benar
menjadi sangat bermamfaat,dan Perawat harus dengan hati-hati dal
am menentukan latihan, lama latihan, frekuensi dan efek yang tidak
diinginkan yang akan timbul selama latihan. Lamanya waktu latiha
n harus di catat, gejala-gejala lain yang mengidentifikasi dari masal
ah kardiovaskuler misalnya sakit kepala, nyeri dada, nafas pendek s
elama latihan harus di catat. Pasien juga harus ditanya kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
 Pola istirahat - tidur., masalah-masalah kardiovaskuler seringkali m
engganggu tidur, PND diasosiasikan gagal jantung tingkat lanjut. B
anyak pasien dengan gagal jantung membutuhkan tidur dengan kep
ala mereka di tinggikan dengan bantal dan perawat mencatat jumla
h bantal yang diperlukan untuk kenyamanan. Nokturia sering kali d
itemukan pada pasien dengan masalah kardiovaskuler, yang mengg
angu pola tidur yang normal
 Pola kognitif - persfektif. perawat menanyakan ke pasien tentang m
asalah persepsi kognitif. Nyeri dihubungkan dengan kardiovaskuler
seperti nyeri dada dan claudication intermiten yang harus ditanyaka
n atau di laporkan. Masalah kardiovaskuler seperti aritmia, hiperten
si dan stroke mungkin menyebabkan masalah vertigo, bahasa dan
memori.
 Pola persepsi - konsep diri. Jika ada kejadian kardiovaskuler yang a
kut., biasanya persepsi diri pasien sering terpengaruhi. Diagnostik i
nvasif dan prosedur paliatif sering berperan penting. Pasien dengan
masalah kardiovaskuler kronik biasanya pasien tidak dapat mengid
entifikasi penyebabnya
 Pola hubungan peran. Jenis kelamin, ras dan usia pasien mempuny
ai hubungan dengan kesehatan kardiovaskuler Diskusikan dengan p
asien status perkawinan, peran dalam rumah tangga, jumlah anak d
an usia mereka, lingkungan tempat tinggal dan pengkajian lain yan
g penting dalam mengidentifikasi kekuatan dan suffort sistemdala
m kehidupan pasien. Perawat juga harus mengkaji tingkat kenyama
nan atau ketidak nyamanan dalam menjalankan fungsi peran yang
berpotensi menjadi stress atau konflik
 Pola sexuality dan reproduksi. Pasien dengan masalah kardiovaskul
er biasanya berefek pada pola sex dan kepuasaan. pasien memiliki r
asa ketakutan akan kematian yang tiba-tiba saat berhubungna sexua
l dan menyebabkan perubahan utama pada kebiasaan sex. Fatique a
tau nafas pendek dapat juga membatasi aktifitas sex. Impoten dapat
menjadi tanda dari gangguan penyakit
kardiovaskuler perifer, ini merupakan efek samping dari beberapa
pengobatan yang digunakan untuk mengobati masalah - masalah ka
rdiovaskuler seperti beta bloker, diuretik. Konseling pasien dan pas
angan dapat dianjurkan.
 Pola toleransi coping stress. Pasien harus ditanya untuk mengidenti
fikasi stress atau kecemasan. Metode coping yang biasa dipakai har
us dikaji, perilakuperilaku explosif, marah dan permusuhan dapat d
ihubungkan dengan resiko penyakit jantung. Informasi tentang suff
ort sistem keluarga, teman-teman, psikolog atau pemuka agama da
pat memberikan sumber yang terbaik untuk
mengembangkan rencana perawatan.
 Pola nilai-nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai dan kepercayaan indivi
du dipengaruhi oleh kultur dan kebudayaan yang berperan penting
dalam tingkat komplik yang dihadapi pasien ketika dihadapkan den
gan penyakit kardiovaskuler.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : meliputi kondisi yang tampak oleh perawat.
b. Tanda-tanda vital : meliputi tekanan darah (hipertensi, normal, hipotensi),
denyut nadi, respirasi rate, suhu, tinggi badan, berat badan.
c. Pemeriksaan head to toe :
- Wajah : di dapatkan pucat, cyanosis, oedema periorbital, gri
mace.
- Hidung : pernafasan cuping hidung, cyanosis
- Telinga
- Mata : konjunctiva pucat, ptechiaeae; sclera icterus/normal,
arcus snelis pada cornea; keadaan pembuluh darah retina (f
undus mata).
- Mulut dan pharynx : bibir sianosis, bibir pucat, tidak terjadi
eksudat, elserasi an pembengkakan.
- Leher :  distensi vena jugularis (Jugularis Venous Pressure
> 5 – 2 cm atau >3 cm), adanya denyutan menunjukkan Co
ngestive Heart Failure, Arteri karotis : Palpasi : untuk menil
ai adanya atherosclerosis baik pada arteri karotis kiri/kanan,
Auskultasi: bila terdengar bunyi bruit menunjukkan adanya
aorta stenosis, atheroslerosis arteri carotis. Auskultasi juga
untuk menilai adanya penjalaran bising aorta, Kelenjar tyroi
d : dengan auskultasi bila terdengar bising menunjukkan pe
ningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi, Trakea : dengan
palpasi bila setiap teraba denyut jantung trachea tertarik ke
bawah (oliver sign) menunjukkan aneurisma aorta; kesimetr
isan.
- Perut : adanya bruit atau bising pembuluh, hepatomegali
dan ascites pada payah jantung
- Kulit : akral teraba dingin, sianosis perifer pada kuku,
edema
- Kuku : warna, clubbing, splinter hemoragic atau garis
merah kehitaman dibawah dasar kuku
- Pergelangan kaki atau tungkai : bengkak atau tidak
d. Inspeksi
- Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis. Mudah terlihat pada
pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau
emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah titik impuls
maksimum (point of maximum impulse). Normalnya berada pada
ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls
maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri
atau jantung terdorong atau tertarik kekiri
- Toraks/dada pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk
dada “Veussure Cardiac” dinding toraks di bagian jantung menonjol
menandakan penyakit jantung congenital. Tonjolan ini
dapatdipastikan dengan perabaan vena jugularis Eksterna (dileher
kiri dan kanan)

e. Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut
jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang
terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami
gangguan. Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang
kita amati pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari
tengah) atau dengan telapak tangan. Yang perlu dinilai adalah :
- Lebar impuls iktus kordis.
- Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan dengan telapak tangan
- Bising jantung yang keras (thrill)
- Apakah bising sistolik atau diastolic ?
- Bunyi murmur
- Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari
pembesaran/hipertropi otot jantung akibat latihanatlit, hipertensi,
hipertiroid atau kelainan katup jantung.

f. Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaringterlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung
(batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan
pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui
tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

g. Auskultasi
- Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama
jantung, bunyi jantung,murmur dan gesekan (rub).
- Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan
terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
- Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitral dan trikuspidalis)
- Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar
(aorta dan pulmonal)
- Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler
dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2
- Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi
ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan
diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
- Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan
katup jantung yang tidak sempurna.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen Thorax
Pemeriksaan radiologi merupakan upaya pengkajian klien dengan gang
guan sistem kardiovaskuler dan respirasi. Adapun tujuan pemeriksaan toraks adal
ah menilai adanya gangguan kelainan jantung misal pada kelainan letak jantung,
menilai adanya kelainan paru, menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakard
iak.
Macam – macam proyeksi rontgen thorak :
1) Anterior – Posterior (AP)
Pengambilan foto paling sering dilakukan pada pasien gawat. Cara pengambilan p
asien berbaring dengan film diletakkan di punggung pasien dan kamera berada kir
a-kira 1,5 m didepan pasien. Akan lebih baik jika pasien ditidurkan dalam posisi
45 derajat dan pemotretan dilakukan saat inspirasi.
2) Posterior – Anterior (PA)
Pengambilan biasanya dilakukan dibagian radiologi. Pada posisi ini kamera berad
a di belakang pasien
3) Supine
Pemeriksaan ini dilakukan apabila pasien tidak dapat duduk
4) Posisi Lateral
Pengambilan foto lateral tergantung atas indikasi apakah lateral kiri atau lateral k
anan. Posisi ini biasanya di pakai pada pemeriksaan angiografi.
Interpretasi dasar rontgen thorax yang terpenting dalam membaca rontgen
thorax adalah densitas atau derajat tebalnya bayangan hitam pada film.

b. Elektrokardiografi (EKG)
Adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Ke
giatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda -el
ektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Jenis-jenis monitoring EKG :
1) EKG istirahat
Menbantu mengidentifikasi kelainan sistem konduksi, aritmia, hipertropi, pericar
ditis, ischemi, lokasi dan luasnya infark, gambaran pace maker, dan efektifitas pe
mberian terapi.
2) EKG latihan-sress
Pasien mengayun stasionery baicycle arau berjalan pada treadmill sambil di moni
tor EKG dan tekanan darahuntuk mengevaluasi respon jantung saat stress fisik.
3) EKG continous ambulatory
Pasien dapat dipantau secara berkesinambungan, maka satu dari ke 12 lead dapat
dihubungkan kelayar osiloskop. Dua lead yang biasa dipakai untuk pemantauan
berkesinambungan adalah lead 2 dan V1. Irama jantung pasien dihubungkan ke
monitor melalui kabel elektroda atau melalui telemetri. Dengan telemetri , sinyal
EKG dihantarkan sebagai gelombang radio dari pemancar bertenaga batre yang
dikenakan pasien. Pasien dapat berjalan-jalan kertika sedang dipantau.
4) Holter Monitoring
Salah satu lead EKG dapat dipantau dengan pita rekaman kecil dan direkam pad
a tape recorder magnetik berkesinambungan 24 - 48 jam. Pasien dpat dipantau si
ang dan malam untuk mendeteksi adanya disaritmi atau tanda ischemic miocard
selam melakukan aktifitas sehari-hari.

c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada penyakit jantung dan pembuluh darah
adalah pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnose.
1) Darah rutin
Hampir selalu dilakukan pada setiap penderita penyakit jantung dan pembuluh
darah , merupakn pemeriksaan yang penting dan sangat epektif. Pemeriksaan h
emoglobin danhematokrit darah merupakan tees utama untuk menedeteksi ane
mi yang dapat menyertai atau menjadi salah satu penyebab penyakit jantung. P
emeriksaan Hb dan Ht secara serial pada anak dengan kelainan jantung bawaa
n biru sangat penting . Bila terlihat kadar Hb dab Ht yang tinggi merupakan pe
tunjuk adanya penurunan darah ke paru akibat stenosis pulmonal infundibuler
yang progresif. Sediaan apus darah tepi pada penderita kelainan jantung bawaa
n biru dengan polisitemia sekunder memperlihatkan gambaran erutrosit yang
mikrositik dan hipokrom akibat defisiensi zat besi.
2) Enzim Jantung
Otot miocard yang mengalami kerusakan akan melepaskan beberapa enzim sp
esifik sehingga kadrarnya dalam serum meningkat.dapat juga terjadi pada pasi
en setelah operasi jantung, kardioversi, trauma jantung atau pericarditis.
- Kreatinin Fosfokinase (CK)
Pada MCI akut kosentrasi CK dalam serum meningkat dalam waktu 6 - 8 jam
setelah onset, mencapai puncaknya setelah 24 jam dan turun kembali ke norma
l dalam waktu 3 - 4 hari. Pemeriksaan ini tidak spesifik untuk kerusakan otot j
antung
- Isoenzim CK – MB
Ada tiga jenis isoenzim yaitu MM, BB, MB. Isoenzim BB umumnya terdapat
di otak, MM pada otot skeletal dan MB pada otot jantung.Isoenzim MB ditem
ukan pada usus, lidah dan otot difragma tetapi jumalahnya kecil. Pemeriksaan
CKMB dalam serum merupakan tes yang paling spesifik pada nekrosis otot ja
ntung.Peningkatan kosentrasi enzim ini pastio menunjukan adanya infark mioc
ard. CKMB mulai meningkat dalam 2 - 3 jam setelah onset infark, mencapai p
uncaknya 10 - 12 jam dan umumnya kembali normal dalam waktu 24 jam.
- Troponin T
Adalah protein miofibril dari serat otot lintang yang bersifat kardiosfesifik. Ma
sa pelepasan troponom T berlansung 30 - 90 jam dan setelah itu menurun.Dila
porkan diagnosis troponim T lebih superior dibandingkan CKMB dan terjadin
ya positif palsu sangat jarang peningkatan kadar troponim T dapat menjadi pet
anda kejadian koroner akut pada penderita UAP
- Serum Glutamic Oxaloacetik Transminase ( SGOT )
Enzim ini akan dilepas oleh sel otot miocard yang rusak atau mati. Kosentrasi
dalam serum meningkat 8 - 12 jam setelah onset mencapai puncaknya 18 -36 j
am dan mulaiu turun ke normal setelah 3 - 4 hari. Selain di otot jantung juga te
rdapat pada hati dan ototo skeletal sehinga peningkatan kadar enzim merupaka
n indikator yang lemah dalam menegakakan diagnosa infark miocard akaut. G
agal jantung dengan bendungan hati atau hipoksi otot skel;etal sering disertai p
eningkatan kadar SGOT
- Lactic Dehydrogenase (LDH)
LDH hampir tedapat di semua jaringan tubuh dan kadarrnya dalam serum men
ingkat pada berbagai keadaan, pada infark miocard akut kosentrasi akan menin
gkat dalam waktu 24 - 48 jam dan mencapai puncakanya 3 - 6 hari setelah ons
et dan kembali normal setelah 8 - 14 hari. LDH mempunyai lima isoenzim LD
H1 lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung
- Alpha Hydroxybutyric Dehydrogenase
Alpa HBDH sebenarnya bukan enzim yang spesifik untuk infark miocard. Isoe
nzim LDH1 dan LDH2 akan bereaksi lebih besar dengan substrat alpha-hydro
xy-butirate darip[ada LDH4 dan LDH5 sehingga pemeriksaan aktifitas alpha
HBDH akan dapat membedakan antara LDH1 dan LDH2 dengan LDH3dan L
DH4. Pada infark miocard aktifitas alpha HBDH akan meningkat dan mencer
minkan adanya aktifitas LDH yang meningkat
- C – Reactive Protein ( CRP )
Crp tidak ditemukan dalan darah orang normal. Sehingga tidak ada nialai nor
mal, CRP akan ditemukan pada penderita dengan demam reumatik akut denga
n atau tanpa gagal jantung. Pemerikasaan ini penting untuk mengikuti perjala
nan aktifitas demam reumatik. CRP ditemukan pada serum penderita dengan i
nfark miokard transmural.
- Anti Stretosilin-O ASTO
Asto adalah antigen yang diproduksi oleh kuman streptokokus. Titer asto yang
tinggi lebih dari 333 Todd Akan ditemukan 4 -6 minggu setelah infeksi kuman
streptokokus beta hemolitikus, dan akan kembali normal setelah 4 bulan .peme
riksaan ini penting pada penderita dengan demam reumatik akut untuk menget
ahui ada tidaknya infeksi kuman.
3) Tes fungsi hati
4) Tes Bilirubin
5) Sistem Koagulasi
Kelainan jantung bawaan biru yang berat dengan polisitemi sekunder umumny
a memperlihatkan adanya tanda-tanda hiperviskositas serta penomena trombot
ik dan hemoragie. Penderita yang mendapat obat anti koagulan caumarin atau
warfarin harus dikontrol dengan PT, sedangkan penderita dengan heparin dipa
ntau dengan pemeriksaan actifated partial thromboplastin time atau clotting ti
me untuk menentukan status pengobatan anti koagulasinya.
6) Kultur Darah
7) Kadar Digitalis dalam Darah
d. Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau
lebih kateter dimasukan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengukur
tekanan dalam berbagai ruang jantung dan untuk menentukan saturasi oksigen dal
am darah. sejauh ini kateterisasi jantung paling sering digunakan untuk mengkaji
baik - tidaknya arteri koroner dan untuk menentukan therapi yang diperlukan.
1) Arteriografi Koroner
Pada arteriografi koroner, kateter dimasukan ke arteri brachial kanan ata
u kiri atau arteri femoralis dan dilanjutkan ke aorta asenden dan diarahka
n ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluroskopi. arterigrafi k
oroner digunakan untuk mengevaluasi derajat arteri sklerosis dan untuk
menentukan cara penanganannya
2) Aortagrafi
Pada aortagrafi, media kontras digunakan untuk mempelajari archus aort
a dan cabang-cabang besarnya. biasanya digunakan pendekatan translum
bal atau retrograd brahial atau femoral
3) Katerirasi Jantung Kanan
Katerisasi jantung kanan dilakukan dengan memasuakn kateter dari vena
antekubital atau femoral ke atrium kanan, ventrikel kanan dan pembuluh
darah paru. cara ini dilakukan dibawah pemantauan fluroskopi.tekanan d
alam atrium kiri diukur dan dicatat, selanjutnya kateter didorong melalui
katup trikuspid selanjutnya ke ventrikel kanan dan akhirnya kateter dima
sukan lebih dalam lagi ke arteri paru ( melalui katup paru ) sampai ke ka
piler dapat diambil sampel kemudian tekanan kapiler dapat diukur. selanj
utnya kateter ditarik. kateterisasi jantung kanan dianggap prosedur yang
relatif aman.
4) Katerisasi Jantung Kiri
Biasangnya dilakukan dengan tehnik retrograd jantung kiri atau katerisas
i transeptal atrium kiri. pada tehnik retrogad, kateter dimasukan
ke arteri brachialis kanan dan didorong dibawah kontrol fluroskopi ke ao
rta asenden dan ke ventrikel kiri atau keteter dimasukan secara perkutan
melalui arteri femoralis. katerisasi jantung kiri paling sering dilakukan u
ntuk mengevaluasi fungsi otot ventrikel kiri, katup mitral dan aorta atau
patensi arteri coronaria komplikasi dari tindakan antara lain: disaritmia, i
nfark miokard, perforasi jantung dan pembuluh darah besar, embolik sist
emik dll.

e. Tes Elektrofisiologi
Pemeriksaan EPS adalah pemeriksaan secara langsung dengan memani
pulasi aktifitas listrik jantung dengan menggunakan elektroda yang ditempatkan d
alam rongga jantung. EPS dapat memberikan informasi fungsi SA nodus, AV, da
n konduksi ventrikel dan membantu diagnosa sumber aritmia. pasien dengan riwa
yat gejala supra ventrikuler atau VT dapat diperoleh diagnosa akurat dan pengoba
tan dengan tehnik ini. Kateter dimasukan dengan metode yang sama seperti kateri
sasi kanan dan kiri.kateter ditempatkan pada bagian anatomi yang khusus dalam j
antung untuk mencatat aktifitas listrik jantung. komplikasi yang terjadi meliputi h
ematom, pnemothorak, stroke, atau kematian mendadak.

f. Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan hemodinamik meliputi penggunaan kateter invasif yang di
letakkan dalam sistem vaskuler pasien untuk memantau fungsi jantung, volume d
arah, dan sirkulasi. pasien yang memerlukan pemantauan hemodinamik biasanya
sakit kritis dan berada dalam ruang perawatan intensif.
1) Pemantauan Tekanan Vena Central (CVP)
CVP adalah tekanan didalam atrium kanan dan vena-vena besar di
thorax. merupakan gambaran tekanan pengisian ventrikel kanan dan
menunjukan kemampuan sisi kanan jantung dalam mengatur beban
cairan. cvp berperan sebagai pemandu pemberian cairan pada pasien
sakit serius dan sebagai pengukur volume efektif darah yang beredar.
CVP adalah pengukuran yang bersifat dinamis atau selalu berubah.
setiap perubahan cvp yang berhubungan status klinis pasien lebih ditu
jukan untuk mengetahui kecukupan volume darah vena dan perubahan
fungsi kardiovaskuler dan bukan hanya sekali pengukuran cvp saja. Cvp men
cerminkan fungsi ventrikel kanan.
CVP diukur berdasarkan tingginya kolom air pada manometer. Saat
mengukur cvp, titik nol 0 monometer harus sejajar dengan titik acuan
standar disebut aksis flebostatik. bila posisinya telah ditentukan, tan
dailah dengan tinta pada kulit dada. bila digunakan aksis flebostatik, cvp
dapat diukur dengan tepat dengan pasien dalam posisi terlentang dan
kepala ditinggikan sampai 45 derajat. cvp normal adalah 4 -10 cm H2
O. komplikasi paling sering pada pemantauan cvp adalah Infeksi dan
emboli udara.
2) Tekanan Arteri Pulmonal (PA)
Caterisasi arteri pulmonalis (PA) merupakan alat pengkajian sangat
berguna untuk mengukur dan menghitung berbagai tekanan intra kar
diak sisi kanan dan kiri secara efektif. pasien dengan kateter arteri pul
monalis hanya dipantau diunit perawatan kritis. ada banyak model kat
eter yang dipakai dengan berbagai jumlah lumina dan jenis kemampua
n pengukurannya. semua jenis mempunyai balon pada ujungnya dengan a
rah tertentu, catheter kemudian dimasukan ke vena besar (vena subcla
via atau jugularis) lalu ke vena kava superior dan atrium kanan. balon kemu
dian dikembangkan dan kateter segera terbawa oleh aliran darah melalui
katup trikuspid ke ventrikel kanan melalui katup pulmonal dan kecabang art
eri pulmonalis . ketika kateter telah mencapai arteri pulmonalis kecil ba
lon dikempeskan dan kateter di fiksasi dengan jahitan. jika kateter PA
posisinya benar maka berbagai parameter dapat diukur termasuk CVP
atau tekanan atrium kanan, tekanan diastolik dan sistolik PA, tekana
n rata-rata PA dan tekanan baji kapiler pulmonal. bila dipakai kateter term
odilusi, maka curah jantung, tahanan vaskuler sistemik, tahanan vasku
ler pulmonal
dan saturasi oksigen dapat diukur dan hitung. tekanan sistolik dan dia
stolik arteri pulmonalis dapat diperoleh melalui tranduser dan monitor te
kanan darah. tekanan arteri pulmonalis normal adalah 25/9 mmHg, de
ngan tekanan rata-rata 15 mmHg. ketika balon dikembangkan, kateter di
baji, diarteri pulmonalis. tekanan yang dihantarkan melalui kateter menu
njukan tekanan akhir diastolik. pada akhir diastolik, ketika katup mitra
l terbuka, tekanan baji arteri pulmonalis sama dengan tekanan dalam
atrium kiri dan ventrikel kiri, kecuali pasien mengalami penyakit katup
mitral atau hipertensi paru. tekanan baji arteri paru adalah tekanan ra
ta-rata dan normalnya 4,5 - 13mmHg.
Komplikasi pemantuan arteri paru meliputi infeksi, ruptur arteri paru,
tromboemboli paru, infark paru, disritmia, dan emboli udara
2) Pemantauan Tekanan Arteri Sistemik
Pemantauan intra arteri digunakan untuk memperoleh tekanan dar
ah langsung dan berkesinambungan pada pasien yang menderita tek
anan sangat tinggi atau hipotensi. kateter arteri juga sangat berguna
untuk memperoleh gas darah arteri dan sampel darah serial. Pe
mantauan intra arteri biasanya dibatasi pada unit perawatan kritis. Bil
a tempat penusukan arteri telah ditentukan (radial, brachial, femoral ata
u dorsalis pedis) maka sirkulasi kolateral ke area yang bersangkutan har
us ditentukan sebelum kateter dipasang. bila tidak terdapat sirkulasi kol
ateral dan arteri yang dikanulasi tersumbat maka dapat terjadi isc
hemia dan nekrosis di distal arteri yang dikanulasi kolateral dapat dik
etahui baik dengan tes allen untuk mengevaluasi arteri radialis dan uln
aris atau menggunakan tes dopler ultrasound untuk setiap arteri.
Komplikasi seperti obstruksi local, di sertai iskemia distal, perdarahan
eksternal, ekimosis massif, diseksi, emboli udara, kehilangan darah,
nyeri, spasme arteri, dan infeksi.

g. Echokardiografi
Ekokardiografi adalah tes ultrasound non invasif yang digunakan untuk
memeriksa ukuran, bentuk dan pergerakan struktur jantung. Cara ini menggunaka
n pemancaran gelombang suara frekwensi tinggi ke jantung melalui dinding dada
dan mencatat sinyal yang kembali. Ultrasound dibangkitkan oleh tranduser yang
dapat dipegang dengan tangan dan diletakkan di bagian depan dada. Tranduser ak
an mengkap gema, dan menjalarkannya ke mesin ekokardiografi untuk ditampilk
an di layar osiloskop dan direkam dalam pita video.
Ada 2 tipe yang umum digunakan :
a. M-Mode (motion mode)
Cara unidimensional yang pertama diperkenalkan' terdiri dari tranduser
kristal tunggal yang dapat mengirim dan menerima pulsa ultrasound
yang dapat langsung menuju ke jantung mencatat gerakan dari struktur
jantung , mendeteksi ketebalan jantung dan ukuran rongga-rongga
jantung.
b. Two- Dimentional
Pandangan melintang jantung 2D yang memberikan daerah pandang
yang lebih luas untuk pemeriksaan anatomi dan struktur jantung.
Perkembangan terbaru echo termasuk doppler dan pencitraan aliran
warna,memungkinkan visualisasi dan kecepatan aliran darah melalui
jantung.
Suatu echokardiografi dapat menunjukkan apakah jantung mengalami
dilatasi dinding atau septum mengalami penebalan atau adanya effusi perikad.
h. Echokardiografi Stress
Merupakan kombinasi dari tes tredmill dan gambaran ultrasound untuk
mengevaluasi ketidaknormalan segmen dinding dengan menggunakan sistim digit
al komputer untuk membandingkan gambaran sebelum dan sesudah latihan, untuk
pergerakan dinding dan fungsi segmental bisa terlihat lebih jelas. test diagnostik i
ni untuk memberikan gambaran informasi pada latihan stress test. untuk orang ya
ng tidak mampu berjalan pada tredmill dobutamin diberikan pada infus IV dan do
sis ditingkatkan dalam interval 5 menit selama echokardiogram dilakukan untuk
mendeteksi gerakan dinding yang tak normal setiap tahap.

I. TEE
Digunakan untuk melihat bagian posterior dari jantung yang lebih tepat
daripada 2 D. Tee menggunakan modifikasi pemeriksaan endoskopi yang fleksibe
l dengan tranduser ultrasound bagian ujungnya untuk menggambarkan jantung da
n pembuluh darah besar.
TEE memberi informasi fungsi ventrikel kiri dan gerakan dinding juga dap
at dan mengevaluasi kerusakan katup prostetik, endokarditis, jantung bawaan , dis
eksi aorta, disfungsi katup mitral, anurisma aorta dan trombus pada atrium. resiko
tee minimal komplikasi TEE Perforasi esofagus, hemoragi, aritmia, dan hipoksem
ia.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi Jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload atau perubahan
afterload
3. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supply dan
kebutuhan oksigen

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Psikologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Nyeri dan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
kenyamanan Pemberian Analgetik
Ekspektasi: Menurun

Nyeri Akut Observasi:


Definisi: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau Tujuan: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan Setelah dilakukan intervensi 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan keperawatan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
aktual/fungsional, dengan onset selama ....................... maka 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
mendadak atau lambat dan tingkat nyeri menurun dengan memperingan nyeri (mis. Suhu ruangan,
berintensitas ringan hingga berat kriteria hasil : pencahayaan, kebisingan)
yang berlangsung kurang dari 3 * 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
bulan. Kemampu 1 2 3 4 5 tentang nyeri
an 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Penyebab: menuntas respons nyeri
1. Agen pencedera fisiologis kan 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
(mis. Inflamasi, iskemia, aktivitas hidup
neoplasma) ** 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Keluhan 1 2 3 4 5 yang sudah diberikan
Terbakar, bahan kimia iritan) nyeri 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Agen pencedera fisik (mis. Meringis 1 2 3 4 5 10. Identifikasi riwayat alergi obat
Abses, amputasi, terbakar, Gelisah 1 2 3 4 5 11. Monitor tanda tanda vital sebelum dan
terpotong, mengangkat berat, sesudah pemberian analgesic
prosedur operasi, trauma) Kesulitan 1 2 3 4 5 12. Monitor efektifitas analgesik
tidur
Gejala dan Tanda Mayor Menarik 1 2 3 4 5 Terapeutik:
Subjektif: diri 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Mengeluh nyeri Perasaan 1 2 3 4 5 mengurangi nyeri
depresi 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Objektif: Muntah 1 2 3 4 5 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1. Tampak meringis Sikap 1 2 3 4 5 pemilihan strategi meredakan nyeri
2. Bersikap protektif (mis. protektif 4. Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk
Waspada, posisi menghindari mencapai analgesia normal, jika perlu
Keteganga 1 2 3 4 5
nyeri 5. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
n otot
3. Gelisah bolus opioid untuk mempertahankan kadar
***
4. Frekuensi nadi meningkat dalam serum
Frekuensi 1 2 3 4 5
5. Sulit tidur 6. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
nadi
mengoptimalkan respon pasien
Gejala dan Tanda Minor Tekanan 1 2 3 4 5 7. Dokumentasikan respons terhadap efek
Subjektif: darah analgesic dan efek yang tidak diinginkan
(tidak tersedia) Pola napas 1 2 3 4 5
Proses 1 2 3 4 5 Edukasi:
Objektif: berfikir 1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1. Tekanan darah meningkat Fokus 1 2 3 4 5 2. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
2. Pola nafas berubah
Nafsu 1 2 3 4 5
3. Nafsu makan berubah Kolaborasi:
makan
4. Proses berpikir terganggu 1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
5. Menarik diri Pola tidur 1 2 3 4 5 analgesik, sesuai indikasi
6. Berfokus pada diri sendiri Fungsi 1 2 3 4 5
7. Diaphoresis berkemih

Kondisi Klinis Terkait:


1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaucoma
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Sirkulasi Curah jantung Perawatan jantung
Perawatan Jantung Akut
Ekspektasi: Meningkat
Penurunan Curah Jantung Observasi:
Definisi: 13. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
Ketidakadekuatan jantung Tujuan: curah jantung (meliputi dispnea,
memompa darah untuk memenuhi Setelah dilakukan intervensi kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
kebutuhan metabolisme tubuh. keperawatan nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
selama ....................... maka 14. Identifikasi tanda/gejala sekunder
Penyebab: curah jantung meningkat dengan penurunan curah jantung ( meliputi
1. Perubahan irama Jantung kriteria hasil : peningkatan berat badan, hepatomegali,
2. Perubahan frekuensi Jantung * distensi vena jugulari, pekpitasi, ronkhi
3. Perubahan kontraktilitas Kekuatan 1 2 3 4 5 basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
4. Perubahan preload nadi 15. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan
5. Perubahan afterload perifer darah orthostatic, jika perlu)
Ejection 1 2 3 4 5 16. Monitor intake dan output cairan
Gejala dan Tanda Mayor fraction 17. Monitor berat badan setiap hari pada
Subjektif: (EF) waktu yang sama
1. Perubahan irama jantung Left 1 2 3 4 5 18. Monitor saturasi oksigen
1) Palpitasi ventricular 19. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
2. Perubahan preload stroke Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
1) Lelah work presivitasi yang mengurangi nyeri)
3. Perubahan afterload index 20. Monitor EKG 12 sadapan
1) Dispnea (LVSWI) 21. Monitor aritmia (kelainan irama dan
4. Perubahan kontraktilitas frekuensi)
1) Paroxymal nocturnal Cardiac 1 2 3 4 5 22. Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
dyspnea (PND) index (CI) Elektrolit, enzim jantung, BNP, NT Pro-
2) Ortopnea Stroke 1 2 3 4 5 BNP)
3) Batuk volume 23. Monitor fungsi alat pacu jantung
Objektif: index 24. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
1. Perubahan irama jantung (SVI) sebelum dan setelah aktivitas
1) Bradikardi/takikardi ** 25. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
2) Gambaran EKG aritmia Palpitasi 1 2 3 4 5 sebelum pemberian obat (misal, beta
atau gangguan konduksi Bradikardi 1 2 3 4 5 blocker, ACE inhibitor, calcium channel
2. Perubahan preload Takikardi 1 2 3 4 5 blocker, digoksin)
1) Edema Lelah 1 2 3 4 5
2) Distensi vena jugularis Terapeutik:
Edema 1 2 3 4 5
3) Central venous prssure 1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
(CVP) meningkat/menurun Dispnea 1 2 3 4 5 dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
3. Perubahan afterload Oliguri 1 2 3 4 5 2. Berikan diit jantung yang sesuai (mis.
1) Tekanan darah Distensi 1 2 3 4 5 Batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
meningkat/menurun vena dan makanan tinggi lemak)
2) Nadi perifer teraba lemah jugularis 3. Gunakan stocking elastis atau pneumatic
3) Capillary refill time >3 Pucat 1 2 3 4 5 intermiten, sesuai indikasi
detik /sianosis 4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
4) Oliguria Ortopnea 1 2 3 4 5 modifikasi gaya hidup sehat
5) Warna kulit pucat dan/atau Batuk 1 2 3 4 5 5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
sianosis stress, jika perlu
4. Perubahan kontraktilitas Murmur 1 2 3 4 5 6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
1) Terdengar suara jantung S3 jantung 7. Berikan oksigen untuk mempertahankan
dan/atau S4 Gambaran 1 2 3 4 5 saturasi oksigen >94%
2) Ejection fraction (EF) EKG
menurun aritmia Edukasi:
Gejala dan Tanda Minor Hepatome 1 2 3 4 5 1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Subjektif: gali 2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
1. Perubahan preload *** 3. Anjurkan berhenti merokok
(tidak tersedia) Tekanan 1 2 3 4 5 4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
2. Perubahan afterload darah berat badan harian
(tidak tersedia) Capillary 1 2 3 4 5 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
3. Perubahan kontraktilitas refill time intake dan output cairan harian
(tidak tersedia) (CRT)
4. Perilaku/emosional Central 1 2 3 4 5 Kolaborasi:
1) Cemas venous 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2) Gelisah pressure 2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
(CVP)
Objektif:
Berat 1 2 3 4 5
1. Perubahan preload 󠄐Manajemen Cairan
badan
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah Observasi:
3) Pulmonary artery wedge 1. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi
pressure (PAWP) menurun kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
2. Perubahan afterload kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
1) Pulmonary vascular darah)
resistance (PVR) 2. Monitor berat badan harian
meningkat/menurun 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Systemic vascular (mis, hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin,
resistance (SVR) BUN)
meningkat/menurun 4. Monitor status hemodinamik (mis, MAP,
3) Hepatomegali CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI) Terapeutik:
menurun 1. Catat intake-output dan hitung balans cairan
2) Left ventricular stroke 24 jam
work index (LVSWI) 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
menurun 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
3) Stroke volume index (SVI)
menurun Kolaborasi:
4. Perilaku/emosional 1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait:


1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom koroner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis trikuspidal
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan
Keterangan skor :
* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
(2)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:
Subkategori : Nutrisi dan Cairan Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
Pemantauan Cairan
Hipervolemia Ekspektasi: Meningkat
Definisi:
Peningkatan volume cairan interstisial Observasi:
intravaskular, , dan/atau intraseluler 26. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
Tujuan: (mis. ortopnea, dyspnea, edema, JVP/CVP
Penyebab: Setelah dilakukan intervensi meningkat, refleks hepatojugular positif, suara
1. Gangguan mekanisme regulasi keperawatan selama .............. nafas tambahan)
2. Kelebihan asupan cairan maka keseimbangan cairan 27. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Kelebihan asupan natrium meningkat dengan kriteria hasil: 28. Monitor status hemodinamik (mis.
4. Gangguan aliran balik vena * Frekuensi jantung, tekanan darah, CVP) jika
5. Efek agen farmakologis (mis. Asupan 1 2 3 4 5 tersedia
Kortikosteroid, chlorpropamide, cairan 29. Monitor intake dan output cairan
tolbutamide, vincristine) Output 1 2 3 4 5 30. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis.
urin kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis
Gejala dan Tanda Mayor Membran 1 2 3 4 5 urine)
Subjektif: mukosa 31. Monitor tanda peningkatan tekanan
1. Ortopnea lembap onkotik plasma (mis. kadar protein dan
2. Dispnea albumin meningkat)
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea Asupan 1 2 3 4 5 32. Monitor kecepatan infus secara ketat
(PND) makanan 33. Monitor efek samping diuretik (mis.
** hipotensi ortostatik, hipovolemia,
Objektif: Edema 1 2 3 4 5 hipokalemia, hiponatremia)
1. Edema anasarka dan/atau edema Dehidrasi 1 2 3 4 5
perifer Asites 1 2 3 4 5
2. Berat badan meningkat dalam Konfusi 1 2 3 4 5 Terapeutik:
waktu singkat *** 1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu
3. JVP dan/atauCVP meningkat Tekanan 1 2 3 4 5 yang sama
4. Refleks hepatojugular positif darah 2. Batasi asupan cairan dan garam
Frekuensi 1 2 3 4 5 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 º
Gejala dan Tanda Minor nadi
Subjektif:
Kekuatan 1 2 3 4 5
(tidak tersedia) Edukasi:
nadi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin ˂ 0,5
Objektif: Tekanan 1 2 3 4 5 mL/kg/jam dalam 6 jam
1. Distensi vena jugularis arteri rata- 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
2. Terdengar suara nafas tambahan rata dalam sehari
3. Hepatomegali Mata 1 2 3 4 5 3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
4. Kadar Hb/Ht turun cekung dan haluaran cairan
5. Oliguria Turgor 1 2 3 4 5 4. Ajarkan cara membatasi cairan
6. Intake lebih banyak dari output kulit
(balans cairan positif) Berat 1 2 3 4 5
7. Kongesti paru badan Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian diuretik
Kondisi Klinis Terkait: 2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
1. Penyakit ginjal : GGA/GGK akibat diuretik
sindrom nefrotik 3. Kolaborasi pemberian continuous renal
2. Hipoalbuminemia replacement therapy (CRRT), jika perlu
3. Gagal jantung kongestif
4. Kelainan hormone
5. Penyakit hati (mis. Sirosis, asites,
kanker hati)
6. Penyakit vena perifer (mis.
Varises vena, thrombus vena,
phlebitis)
7. Imobilitas

Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Aktivitas/ Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Istirahat Terapi Aktivitas
Ekspektasi: Meningkat

Intoleransi Aktivitas Observasi:


Definisi: Tujuan: 34. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Ketidakcukupan energi untuk Setelah dilakukan intervensi mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari keperawatan selama .......maka 35. Monitor kelelahan fisik dan emosional
toleransi aktivitas meningkat 36. Monitor pol tidur dan jam tidur
Penyebab: dengan kriteria hasil : 37. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
1. Ketidakseimbangan antara * selama melakukan aktifitas
suplai dan kebutuhan oksigen Kemudah 1 2 3 4 5
2. Tirah baring an Terapeutik:
3. Kelemahan melakuka 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
4. Imobilitas n aktivitas stimulus ( mis: cahaya, suara, kunjungan )
5. Gaya hidup monoton sehari- 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/
hari aktif
Gejala dan Tanda Mayor Kecepatan 1 2 3 4 5 3. Berikn aktifitas distraksi yang menenangkan
Subjektif: berjalan 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
1.Mengeluh lelah Jarak 1 2 3 4 5 dapat berpindah atau berjalan.
berjalan
Objektif: Edukasi:
1. Frekuensi jantung meningkat Kekuatan 1 2 3 4 5 1. Anjurkan tirah baring
>20% dari kondisi istirahat tubuh 2. Anjurkn melakukan aktivitas secara bertahap
bagian 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
Gejala dan Tanda Minor atas/ dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Subjektif: bawah 4. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
** kelelahan.
1. Dispnea saat/ setelah aktivitas Keluhan 1 2 3 4 5
2. Merasa tidak nyaman setelah lelah Kolaborasi:
aktivitas Dipsnea 1 2 3 4 5 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3. Merasa lemah saat/ menigkatkan asupan makanan
setelah
Objektif: aktivitas
Aritmia 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah berubah > 20% saat /
dari kondisi istirahat setelah
2. Gambaran EKG menunjukkan aktivitas
aritmia saat / setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan Sianosis 1 2 3 4 5
iskemia Perasaan 1 2 3 4 5
4. Sianosis lemah

Kondisi Klinis Terkait: ***


1. Anemia Frekuensi 1 2 3 4 5
2. Gagal jantung kongestif nadi
3. Penyakit jantung koroner Tekanan 1 2 3 4 5
4. Penyakit katup jantung darah
5. Penyakit paru obstruksi
Warna 1 2 3 4 5
kronis (PPOK)
kulit
6. Gangguan metabolic
7. Gangguan muskuloskeletal Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG 1 2 3 4 5
Iskemia
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata yaitu jantung dan pembuluh darah dan 3 ko
mponen yaitu salah satunya adalah hemoglobin dalam darah yang juga berperan dalam siste
m sirkulasi.
2. Jantung telah aktif dalam masa janin ketika berusia 3 bulan dalam kandungan den
gan proses sirkulasi melalui plasenta.
3. Anatomi fisiologi system kardiovaskuler sangat penting di pelajari karena perlu
adanya pengetahuan dalam menyelesaikan berbagai problematika kesehatan terkait
system kardiovaskuler.

B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan penting
sekali memahami anatomi sistem kardiovaskuler secara tepat agar terhindar dari kelalaian bai
k itu dirumah sakit yang berkaitan dengan perubahan fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas
positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung sebagai pusat kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/55255412/Anatomi-FisiologiSistemKardiovaskular/
07/04/20120_11.00
Kozier. 2010. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, edisi 7. Jakarta:
EGC.

Muttaqin,A.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. .


Jakarta. Penerbit: Salemba Medik

Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan p
raktik vol. 2. Jakarta :EGC.

Syaifuddin,H.2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan keb


idanan.Jakarta:Penerbit EKG

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

MAKALAH

ANATOMI, FISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN


SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ANDRI WAHYUDI


11202101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAM
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat da
n karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul
“Anatomi, Fisiologi &Asuhan Keperawatan Sistem Respirasi “. Makalah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan terima
h kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu dala
m makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan se
gala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ...................................................................................…........... 3
B. Alat-alat Pernafasan pada Manusia .........................…...........................3
C. Anatomi Sistem Respirasi ......................................................................8
D. Fisiologi Sistem Respirasi .....................................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI


A. Pengkajian .............................................................................................16
B. Anamnesis .............................................................................................16
C. Pengkajian Fisik ...............................................................................….17
D. Pemeriksaan Diagnostic ...............................…………………………20
H. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….20
I. Standar Luaran Keperawatan Indonesia………………………………21
J. Standar Intervensi Keperawatan……………………………………...21

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................27
B. Saran......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen sert
a menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari tubuh. ( Sya
ifuddin; 2002 ). Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keselur
uhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-sel t
ubuh ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan
tubuh untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme t
ersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara ya
ng masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 a
kan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapilerkapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sini
stra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi atau pemb
akaran. Sebagai ampas atau sisanya dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan me
lalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) ke bilik ka
nan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru a
khirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah se
bagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan me
lalui traktus urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih te
rjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis y
ang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trak
ea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ked
alam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan ter
sebut dari laring. Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring
debu-debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda asing atau kotoran tersebut memberikan
rangsangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi
batuk. Akibatnya benda asing dan kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mul
ut. Dengan kejadian tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-b
enar bersih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep anatomi dan fisiologi sistem respirasi ?
2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
respirasi ?

C. Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi konsep anatomi dan fisiologi


2. Mengidentifikasi proses keperawatan meliputi pengkajian, analisan data,
diagnosa, intervensi dan evaluasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem respirasi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi


bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

A. Definisi respirasi

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses yang dimulai dari pengambilan oksigen
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapa
s menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel t
ubuh
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmo
sfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali k
e atmosfer.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan d
engan dua cara pernapasan, yaitu :

1.Respirasi / Pernapasan Dada

a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

b. Tulang rusuk terangkat ke atas

c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada ke


cil sehingga udara masuk ke dalam badan.

2.Respirasi / Pernapasan Perut

a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

b. Diafragma datar

c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pa


da dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tu
buh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berkali lipat dan bisa
sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan m
engikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg dengan 19
cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanan hanya 40 milimeter air raksa den
gan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di
mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilk
an akan keluardari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2


2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin kecairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan m


engeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.Tujuan proses pernapasan
yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung
2. Faring
3. Trakea
4. Bronkus
5. Bronkiouls
6. Paru-paru

B. Alat –Alat Pernapasan Pada Manusia

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hi
dung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar seba
sea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menang
kap benda asing yangmasuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga ra
mbut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk b
ersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang b
erfungsi menghangatkan udara yang masuk.Disebelah belakang rongga hidung te
rhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada perm
ukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfu
ngsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pe
ncernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (poster
ior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebaga
i suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke salura
n pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Wala
upun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan b
erbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. F
ungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk da
n juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediaka
n ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.

3. Batang Tenggorokan (Trakea)


Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di lehe
r dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikeli
lingi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-sili
a ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam ron
gga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus).
Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran ya
ng sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil ya
ng disebut gelembung paru-paru (alveolus)

4. Pangkal Tenggorokan (laring)


Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring b
erada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.La
ring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yan
g cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. F
ungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar ma
suknya udara.Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang memb
entuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epi
glotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggoro
k dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat sela
put suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu
kita bicara.

5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)


Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan da
n bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulan
g rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih bes
ar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercaba
ng-cabang lagi menjadi bronkiolus.Batang tenggorokan bercabang menjadi dua b
ronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju par
u-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bron
kus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangk
an bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang
paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveol
us mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inila
h oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah men
yediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Paru-paru (pulmo)
Terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh o
tot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Par
u-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 l
obus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibu
ngkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang lan
gsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput
yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pl
eura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringa
n elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi
ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbe
ntuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus al
veolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

C. Anatomi Sistem Respirasi


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, kar
ina, bronchus principalis, bronchuslobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus termin
alis, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.Terdapat
Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinist
ra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura
horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique
membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique
yang membagi lobus superior dan lobusinferior.Pembungkus paru (pleura) terbagi m
enjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terd
apat rongga pleura (cavum pleura).

1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dind
ingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.Permukaan luarnya di
lapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut.Terdapat epitel respirasi: e
pitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal.Didalamn
ya adakonka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa
hidung umumnya mengandungbanyak pleksus pembuluh darah.

2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan la
mina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel
basal dan sel olfaktoris.

3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak
yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada empat sinus: maksilaris, frontalis,
etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut.Saluran napas dan makanan menyatu da


n menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat be
rnapas udara dihantarkan ke laring.Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan lari
ngofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orof
aring dan laringofaring sama dengan saluran cerna.Mukosa faring tidak memilki
muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fib
roelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel.Orofaring dan laringofaring dil
apisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
5. Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara


faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskul
us ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat lari
ng pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring mer
upakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada
kelenjar.Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat me
nelan (epiglotis).Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) da
n pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara
palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis pad
at, otot suara ( otot rangka).Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Iner
vasi: N Laringealis superior.

6. Trakea

Tersusun atas 16 –20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jari
ngan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel b
ersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.

7. Bronchus

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental. Struktu
r bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan
tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental
hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusu
n atas lipatan memanjang.Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel g
oblet dan kelenjar submukosa.Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, s
el mast, eosinofil.

8. Bronchiolus

Cabang ke 12 –15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak


mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat lon
ggar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara).Lamina prop
ria tidak mengandung sel goblet.
9. Bronchiolus respiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epit


el kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).

10. Duktus alveolaris

Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli berm


uara.

11. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya


pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jum
lahnya 200 -500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong ole
h serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveo
lar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) ju
mlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II)
jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar.Sel alveolar gepeng terletak di dekat s
epta alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, per
mukaan licin, memilki badan berlamel.Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan
pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir e
kspirasi.Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, se
l septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit.Septa tipis diantara alveoli disebut po
ri Kohn.Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok
sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi j
umlah sel lainnya.

12. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elasti
n, fibroblas, kolagen.Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang meleka
t pada dinding toraks disebut pleura parietal.Ciri khas mengandung banyak kapil
er dan pembuluh limfe.Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. intercostal

D. Fisiologi sistem respirasi


1. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
a. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara p
leura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal s
ekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhk
an untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai ni
lai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengem
bangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan
kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menja
di lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
b. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli pa
ru. Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir
ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan n
afas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosf
er (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H
2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawa
h tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat
menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik.
Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
c. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli d
an tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai da
ya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru p
ada setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting par
u.

2. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan


Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan :
a. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter.
Pusat volunter terletak dicortex cerebri dan impuls dikirimka
n ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospi
nal.
b. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat
pernafasan otomatis terletak di pons dan medulla oblongata,
dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba med
ulla spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras kortiko
spinal.
Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motorik N
Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada
kornu ventral sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls
ekspirasi, bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna sepanjang seg
men toracal medulla.

Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron motorik untu
k otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pad
a persarafan timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas pada jaras descendens-la
h yang berperan utama. Impuls melalui jaras descendens akan merangsang otot agoni
s dan menghambat yang antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal bali
k ini aadalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson N.Phrenicus untuk jang
ka waktu singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini nampa
knya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan menghasilkan pern
afasan yang halus (smooth).

3. Pengaturan aktivitas pernafasan

Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+darah arteri maupun penurunan PO2
akan memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sed
angkan perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan.
Pengaruh perubahan kimia darah terhadap pernafasan berlangsung melalui kemo
reseptor pernafasan di glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di m
edulla oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi d
alam darah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat pe
rnafasan. Bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai af
eren lain menimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi pernafasan p
ada keadaan tertentu.

4. Pengendalian kimiawi pernafasan

Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa se


hingga PCO2alveoli pada keadaan normal dipertahankan tetap. Dampak kelebiha
n H+di dalam darah akan dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi pen
urunan mencapai tingkat yang membayakan. Volume pernafasan semenit berban
ding lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung antara metabolisme dan
ventilasi adalah CO2, bukan O2. Reseptor di glomus karotikum dan aortikum ter
angsang oleh peningkatan PCO2ataupun konsentrasi H+darah arteri atau oleh pe
nurunan PO2. Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap penu
runan PO2akan hilang, efek utama hipoksia setelah denervasi glomus karotikum
adalah penekanan langsung pada pusat pernafasan. Respon terhadap perubahan k
onsentrasi H+darah arteri pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan, meskipun perubaha
n yang lebih besar masih dapat menimbulkan efek. Sebaliknya, respons terhadap
perubahan PCO2darah arteri hanya sedikit dipengaruhi, dengan penurunan tidak
lebih dari 30-35%.

Kemoreseptor dalam batang otak

Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi pada peningk


atan PCO2darah arteri setelah glomus karotikum dan aortikum didenervasi terlet
ak di medulla oblongata dan disebut kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor i
ni terpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak pada pe
rmukaan ventral medulla oblongata.Reseptor kimia tersebut memantau konsentra
si H+dalam LCS, dan juga cairan interstisiel otak. CO2dengan mudah dapat men
embus membran, termasuk sawar darah otak, sedangkan H+dan HCO3-lebih lam
bat menembusnya. CO2 yang memasuki otak dan LCS segera dihidrasi. H2CO3
berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+lokal meningkat. Konsentrasi H+pada caira
n interstitiel otak setara dengan PCO2 darah arteri.

Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen

Penurunan kandungan O2udara inspirasi akan meningkatkan volume pernafa


san semenit. Selama PO2 masih diatas 60 mmHg, perangsangan pada pernafasan
hanya ringan saja,dan perangsangan ventilasi yang kuat hanya terjadi bila PO2tur
un lebih rendah. Nsmun setiap penurunan PO2 arteri dibawah 100 mmHg mengh
asilkan peningkatan lepas muatan dari kemoreseptor karotikum dan aortikum. Pa
da individu normal, peningkatan pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan k
enaikan ventilasi sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60 mmHg karena Hb adal
ah asam yang lebih lemah bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah
arteri berkurang dan hemoglobin kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit pe
nurunan konsentrasi H+dalam darah arteri. Penurunan konsentrasi H+ cenderung
menghambat pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan ventilasi yang terjad
i, akan menurunkan PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung menghambat pernaf
asan. Dengan demikian, manifestasi efek perangsangan hipoksia pada pernafasan
tidaklah nyata sebelum rangsang hipoksia cukup kuatuntuk melawan efek inhibis
i yang disebabkan penurunan konsentrasi H+ dan PCO2darah arteri.

Pengaruh H+ pada respons CO2

Pengaruh perangsangan H+ dan CO2pada pernafasan tampaknya bersifat adit


if dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berceda halnya dari CO2 dan O2.
Sekitar 40% respons ventilasi terhadap CO2dihilangkan apabila peningkatan H+
darah arteri yang dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa respons kemungkinan t
erjadi oleh pengaruh CO2pada konsentrasi H+cairan spinal atau cairan interstitial
otak.

5. Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovas
kuler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung pada: jumlah o
ksigen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adeku
at, aliran darah menuju jaringan dan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen.
Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam jaringa
n serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh jumlah oks
igen yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas hemoglobin terhada
p oksigen.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM RESPIRASI


A. Pengkajian
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang dilakukan oleh pera
wat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan klien meliputi :
1. Anamnesa

Anamnesa merupakan tekhnik memperoleh suatu informasi atau data tentang


kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat dengan petugas kesehatan,
dengan pasien atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien. Dalam anamnesa,
informasi yang perlu didapatkan adalah :

a. Biodata pasien
M e l i p u t i n a m a  pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengka
p, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku bangsa.
b. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperwatan yang berhubungan dengan ganggua
n system pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta gejalanya. Ter
masuk dalam keluhan utama yaitu batuk, sesak nfas dan nyeri dada. Kelu
han utama adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pa
sien yang mendorong pasien untuk dating ke layanan kesehatan.
c. Riwayat sakit saat ini
Seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya k
eluhan sehingga klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 kom
ponen antara lain kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan uta
ma, keluhan penyerta dan usaha berobat.

d. Riwayat penyakit dahulu


Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelu
mnya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyak
it apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan
meupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat k
eluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwa
yat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah da
ri generasi terdahulu.
f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya.
Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol, a
tau obat tertentu

2. Pengkajian fisik (head to toe)


a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat adalah sebagai beri
kut (1rman Somantri, 2007) :
1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harusd
alam keadaan duduk.
2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah
4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (sk
ar,lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, scoli
osis,dan lordosis)
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pe
rgerakan dada.
6) Observasi tipe pernafasan seperti pernafasan hidung, diafragma
serta pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari ase inspirasi da
nvekspirasi. Normalnya adalah 1:2
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan later
al. Rationya berkisar 1:2 sampai 5:7, tergantung kondisi cairan t
ubuh pasien.
9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi barrel chest, funnel chest,
pigeon chest, kyposkoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi,
yang dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan a
bdomen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien d
engan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan ven
a jugularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium kana
n. Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea tetap di
tengah ataukah bergeser ke samping, apakah ada penonjolan nodus limfe.
Pemeriksaan palpasi dada akan memberikan informasi tentang penonjola
n di dinding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris, derajat
ekspansi dada, dan untuk menentukan taktil vocal fremitus. Pemeriksaan
gerak dada dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan secar
a simetris pada punggung. kedua ibu jari diletakkan di samping linea vert
ebralis, lalu pasien diminta inspirasi dalam. Jika gerakan dada tidak simet
ris, jarak ibu jari kanan dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009)
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmonary, organ
yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diagfagma. Jenis su
ara perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal.
1) Suara normal

Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umu


mnya bergaung dan bernada rendah.

Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumn


ya bersifat musical

2) Suara abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian p
aru yang abnormal berisi udara
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringa
n.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup men
dengarkan suara napas normal dan suara napas tambahan (abnormal). sua
ra napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas
dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Suara normal
Bronkial: suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya
lembut. Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tida
k ada jeda di antara keduanya.
Bronkovesikuler: gabungan suara napas bronkial dan vesicular.
Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnya sedang. 1nspirasi
dan ekspirasi sama panjangnya.
Vesikuler: terdengar lembut, halus, dan seperti angin sepoi-sep
oi. 1nspirasi lebih panjang dari ekaspirasi, ekspirasi terdengar se
perti tiupan.
2) Suara abnormal
Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan kar
akter suara nyaring, musical, suara terus menerus.
Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya
terdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. B
erhubungan dengan produksi sputum.
Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Kar
akter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari i
nflamasi daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat berna
fas.
Crackles: dibagi menjadi dua yaitu crackles halus dan kasar.
3. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada sistem per
napasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:
a. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi yang meliputi ra
diografi dada rutin, tomografi computer (CT Scan), pencitraaan resonansi
magnetic (MRI), ultrasound, angiografi pembuluh paru dan pemindaian p
aru, endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum.
b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi ventilasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas,spasme jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
4. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Manajemen Jalan Nafas
Ekspektasi : Meningkat Pemantauan Respirasi

Bersihan Jalan Nafas Tidak Observasi:


Efektif Tujuan: 38. Identifikasi kemampuan batuk
Definisi: Setelah dilakukan intervensi 39. Monitor adanya retensi sputum
Ketidakmampuan membersihkan keperawatan 40. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafa
sekret atau obstruksi jalan nafas selama ....................... maka s
untuk mempertahankan jalan bersihan jalan nafas meningkat 41. Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah
nafas tetap paten dengan kriteria hasil : dan karakteristik)
* 42. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, us
Penyebab: Batuk 1 2 3 4 5 aha nafas)
6. Spasme jalan nafas Efektif 43. Monitas bunyi nafas tambahan (gurgling, me
7. Hipersekresi jalan nafas ** ngi, wheezing, ronkhi)
8. Disfungsi neuromuskuler Produksi 1 2 3 4 5 44. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
9. Benda asing dalam jalan nafas sputum
10. Adanya jalan nafas buatan Mengi 1 2 3 4 5 Terapeutik:
11. Sekresi yang tertahan Wheezing 1 2 3 4 5 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
12. Hiperplasia dinding jalan 2. Buang secret pada tempat sputum
nafas Mekonium 1 2 3 4 5 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas demgan he
13. Proses infeksi Dispnea 1 2 3 4 5 ad-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika dicurigai t
14. Respon alergi Ortopnea 1 2 3 4 5 rauma servical)
15. Efek agen farmakologis (mis. Sulit 1 2 3 4 5 4. Berikan minum hangat
Anastesi) bicara 5. Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
Sianosis 1 2 3 4 5 6. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 d
Gejala dan Tanda Mayor etik
Gelisah 1 2 3 4 5
Subjektif: 7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapa
***
(tidak tersedia) n endotrakeal
Frekuensi 1 2 3 4 5
8. Berikan oksigen, jika perlu
nafas
Objektif:
5. Batuk tidak efektif Pola nafas 1 2 3 4 5 Edukasi:
6. Tidak mampu batuk 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
7. Sputum berlebih 2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
8. Mengi, wheezing dan atau ron selama 4 detik, ditahan selama 2 detik
khi kering kemudian dikeluarkan dari mulut dengan
Gejala dan Tanda Minor bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Subjektif: 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam
1. Dispnea hingga 3 kali
2. Sulit bicara 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
3. Orthopnea tarik nafas dalam yang ke 3
Objektif: 5. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika
8. Gelisah tidak kontraindikasi
9. Sianosis 6. Ajarkan teknik batuk efektif
10. Bunyi napas menurun
11. Frekuensi nafas berubah Kolaborasi:
12. Pola nafas berubah 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Kondisi Klinis Terkait: mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
8. Sklerosis multiple
9. Prosedur diagnostic (mis. Bro
nkoskopi, TEE
10. Depresi system saraf pusat
11. Cedera kepala
12. Stroke
13. Infeksi saluran nafas
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Respirasi Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
Pemantauan Respirasi
Ekspektasi: Membaik

Pola Nafas Tidak Efektif Observasi:


Definisi: Tujuan: 45. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak Setelah dilakukan intervensi usaha nafas).
memberikan ventilasi yang keperawatan 46. Monitor bunyi nafas tambahan
adekuat. selama ....................... maka pola (mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
nafas membaik dengan kriteria kering).
Penyebab: hasil : 47. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
1. Depresi pusat pernafasan. 48. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah
2. Hambatan upaya nafas (mis. * dan kemampuan menelan.
Nyeri saat bernafas, kelemahan Dispnea 1 2 3 4 5 49. Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
otot pernafasan) Penggunaan 1 2 3 4 5 50. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
3. Deformitas dinding dada. Otot bantu 51. Auskultasi bunyi nafas.
4. Deformitas tulang dada. nafas 52. Monitor saturasi oksigen.
5. Gangguan neuromuskular. Pemanjangan 1 2 3 4 5 53. Monitor nilai AGD.
6. Gangguan neurologis (mis. fase ekspirasi 54. Monitor hasil x-ray thoraks
EEG positif, cedera kepala,
gangguan kejang). Ortopnea 1 2 3 4 5
7. Imaturitas neurologis. Pernafasan 1 2 3 4 5 Terapeutik:
8. Penurunan energi. pursed lip 1. Pertahankan kepatenan jaklan nafas
9. Obesitas. Pernafasan 1 2 3 4 5 dengan Head-tilt dan chin-lift (jaw-trust
10. Posisi tubuh yang cuping jika curiga trauma servikal).
menghambat ekspansi paru. hidung 2. Posisikan semi Fowler atau Fowler.
16. Sindrom hipoventilasi. ** 3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
17. Kerusakan inervasi diafragma Frekuensi 1 2 3 4 5 4. Berikan oksigen, jika perlu.
(kerusakan saraf C5 ke atas). nafas 5. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
18. cedera pada medula spinalis. Kedalaman 1 2 3 4 5 kondisi pasien.
19. Efek agen farmakologis. nafas 6. Dokumentasikan hasil pemantauan.
20. Kecemasan. Ekskursi 1 2 3 4 5
dada Edukasi:
Gejala dan Tanda Mayor Ventilasi 1 2 3 4 5 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
Subjektif: semenit tidak ada kontraindikasi.
1. Dispnea. Kapasitas 1 2 3 4 5 2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
vital 3. Informasikan hasil pemantauan ,jika
Objektif: perlu.
9. Penggunaan otot bantu Diameter 1 2 3 4 5
pernafasan. thoraks Kolaborasi:
10. Fase ekspirasi memanjang. anterior- 1. Kolaborasi pemberian bronkhodilator,
11. Pola nafas abnormal (mis. posterior ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Takipnea, bradipnea, Tekanan 1 2 3 4 5
hiperventilasi, kussmaul, ekspirasi
cheyne –stokes) Tekanan 1 2 3 4 5
inspirasi
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
4. Ortopnea.

Objektif:
13. Pernafasan pursed-lip.
14. Pernafasan cuping hidung.
15. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat.
16. Ventilasi semenit turun.
17. Kapasitas vital menurun.
18. Tekanan ekspirasi menurun.
19. Tekanan inspirasi menurun.
20. Ekskursi dada berubah.

Kondisi Klinis Terkait:


14. Depresi sitem saraf pusat.
15. Cedera kepala.
16. Trauma thoraks.
17. Gullain barre Syndrome.
18. Sclerosis multiple.
19. Myasthenia Gravis.
20. Stroke.
21. Kuadriplegia.
22. Intoksikasi alkohol.
Keterangan Skor :

* Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Terapi Oksigen
Ekspektasi: Meningkat

Gangguan Pertukaran Gas Observasi:


Definisi: 55. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upa
Kelebihan atau kekurangan Tujuan: ya nafas
oksigenasi dan/atau Setelah dilakukan intervensi 56. Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea, hipe
eliminasikarbondioksida pada keperawatan rventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ata
membran alveolus-kapiler selama ....................... maka ksik)
pertukaran gas meningkat 57. Monitor kemampuan batuk efektif
Penyebab: dengan kriteria hasil : 58. Monitor adanya produksi sputum
1. Ketidakseimbangan ventilasi- 59. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
perfusi * 60. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Perubahan membran alveolus – Tingkat 1 2 3 4 5 61. Auskultasi bunyi nafas
kapiler kesadaran 62. Monitor saturasi oksigen
** 63. Monitor nilai AGD
Gejala dan Tanda Mayor Dispnea 1 2 3 4 5 64. Monitor hasil x-ray Thorax
Subjektif: Bunyi 1 2 3 4 5
1. Dispnea nafas Terapeutik:
tambahan 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kon
Objektif: Takikardi 1 2 3 4 5 disi pasien
12. PCO2 meningkat/menurun 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
13. PO2 menurun Pusing 1 2 3 4 5
14. Takikardi Penglihata 1 2 3 4 5 Edukasi:
15. PH arteri meningkat/menurun n kabur 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
16. Bunyi nafas tambahan Diaforesis 1 2 3 4 5 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Gelisah 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor Nafas 1 2 3 4 5
Subjektif: cuping
5. Pusing hidung
6. Penglihatan kabur ***
PCO2 1 2 3 4 5
Objektif:
PO2 1 2 3 4 5
21. Sianosis
22. Diaforesis pH arteri 1 2 3 4 5
23. Gelisah Sianosis 1 2 3 4 5
24. Nafas cuping hidung Warna 1 2 3 4 5
25. Pola nafas abnormal (cepat/la kulit
mbat, regular/ireguler, dalam/d Pola nafas 1 2 3 4 5
angkal)
26. Warna kulit abnormal (mis. Pu
cat, kebiruan)
27. Kesadaran menurun

Kondisi Klinis Terkait:


23. Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
24. Gagal jantung kongestif
25. Asma
26. Pneumonia
27. Tuberkulosis Paru
28. Penyakit membrane hialin
29. Asfiksia
30. Persistent pulmonary hyperten
sion of newborn (PPHN)
31. Prematuritas
32. Infeksi saluran nafas
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat
(5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama :


Subkategori : Respirasi Penyapihan Ventilator Penyapihan Ventilasi Mekanik
Pemantauan Respirasi
Ekspektasi : Meningkat
Gangguan Penyapihan Observasi:
Ventilator 65. Periksa kemampuan untuk disapih (meliputi h
Definisi: Tujuan: emodinamik stabil, kondisi optimal, bebas inf
Ketidakmampuan beradaptasi Setelah dilakukan intervensi eksi)
dengan pengurangan bantuan keperawatan 66. Monitor predictor kemampuan untuk mentole
ventilator mekanik yang dapat selama ....................... maka rir penyapihan (mis. Tingkat kemampuan ber
menghambat dan memperlama penyapihan ventilator nafas, kapasitas vital, Vd/Vt, MVV, Kekuatan
proses penyapihan meningkat dengan kriteria hasil Inspirasi, FEV1, tekanan inspirasi negative)
: 67. Monitor tanda-tanda kelelahan otot pernafasa
Penyebab: n (mis. Kenaikan PaCO2 mendadak, nafas ce
1. Hipersekresi jalan nafas * pat dan dangkal, gerakan dinding abdomen pa
2. Ketidakcukupan energi Kesinkron 1 2 3 4 5 radoks), hipoksemia, dan hipoksia jaringan sa
3. Hambatan upaya nafas (mis. an at penyapihan
Nyeri saat bernafas, kelemahan bantuan 68. Monitor status cairan dan elektrolit
otot pernafasan, efek sedasi) ventilator
4. Riwayat ketergantungan ** Terapeutik:
ventilator > 4 hari Pengguna 1 2 3 4 5 1. Posisikan pasien semi Fowler (30-45 derajat)
an otot 2. Lakukan pengisapan jalan nafas, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor bantu 3. Berikan fisioterapi dada, jika perlu
Subjektif: nafas 4. Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit
(tidak tersedia) Nafas 1 2 3 4 5 dengan nafas spontan yang dibantu ventilator)
megap- 5. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
Objektif: megap 6. Hindari pemberian sedasi farmakologis selam
17. Frekuensi nafas meningkat (gasping) a percobaanpenyapihan
18. Penggunaan otot bantu nafas Nafas 1 2 3 4 5 7. Berikan dukungan psikologis
19. Napas megap-megap (gaspin dangkal
g) Edukasi:
20. Upaya nafas dan bantuan venti Agitasi 1 2 3 4 5 1. Ajarkan cara pengontrolan nafas saat
lator tidak sinkron Lelah 1 2 3 4 5 penyapihan
21. Nafas dangkal Perasaan 1 2 3 4 5
22. Agitasi kuatir Kolaborasi:
23. Nilai gas darah arteri abnorma mesin 2. Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan
l rusak kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas
Fokus 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor pada
Subjektif: pernafasan
7. Lelah Nafas 1 2 3 4 5
8. Kuatir mesin rusak paradoks
9. Fokus meningkat pada pernafa abnormal
san
Diaforesis 1 2 3 4 5
10. Gelisah
***
Frekuensi 1 2 3 4 5
Objektif:
nafas
28. Auskultasi suara inspirasi men
urun Nilai gas 1 2 3 4 5
29. Warna kulit abnormal (mis. Pu darah
cat, sianosis) arteri
30. Nafas paradoks abdominal Upaya 1 2 3 4 5
31. Diaforesis nafas
32. Tekanan darah meningkat Auskultasi 1 2 3 4 5
33. Frekuensi nadi meningkat suara
34. Kesadaran menurun inspirasi
Warna 1 2 3 4 5
kulit
Kondisi Klinis Terkait:
33. Cedera kepala
34. Coronary artery by pass graft
(CABG)
35. Gagal nafas
36. Cardiact arrest
37. Transplantasi jantung
38. Displasia bronkopulmonal
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paru-paru, tulang rusuk, otot interkosta, bronk
us, bronkeolus, alvelus, dan diagfragma. Dalam mekanismenya, udara disedot dalam paru-p
aru melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi k
uat dan senantiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang d
isambungkan kepada paru-paru. Kedua brongkus bercabang lagi kepada bronkiol dan alveol
us pada ujung bronkiol. Alveolus mempunyai penyesuaian berikut untuk memudahkann pert
ukaran gas.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan secara holistic untuk mengakkan


diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi yang tepat.

Penulis menyimpulkan sistem pernafasan adalah sistem dalam tubuh yang harus dija
ga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan mengganggu organ sia
tem pernafasan yang lain.

B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan pentin
g sekali memahami anatomi dan fisiologi sistem respirasi secara tepat agar terhindar dari kel
alaian baik itu dirumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Dan jangan lupa untuk
selalu menjaga kesehatan organ pernafasan anda.

DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.2010. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Pr
aktik (7th ed.). Jakarta: EGC.

Majumder, N.2015. Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical E


ducation, 2(3), pp.16-17.

Smetlzher, C. Suzanne.2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EG
C

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

MAKALAH
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM HEMATOLOGI

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ANDRI WAHYUDI


11202101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat d
an karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudu
l “Konsep Dasar Hematologi“. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantua
n berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan teri
mah kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu d
alam makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan s
egala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh k
arena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ... ............................................................................................... 3
B. Anatomi dan fisiologi sistem hematologi ............................................... 4
C. Komponen Darah ……………………………………………………… 4

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM HEMATOLOGI


A. Pengkajian.............................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….17
C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia………………………………17
D. Standar Intervensi Keperawatan……………………………………....17

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar oksige
n dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat sisa k
e organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang
disebut sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung,
dan pembuluh darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zatzat dan oksigen yang dibutu
hkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga seba
gai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.

Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato ya
ng berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah. Darahmanusia berwarna
merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis warna merah pada darah manusia. W
arna merah terang menandakan bahwa darah tersebut mengandung banyak oksigen, sedangk
an warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dal
am arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein) yang meng
andung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul o
ksigen. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obatobatan dan bahan kimia
asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar hematologi ?

2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem hematologi ?

1
C. Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem hematologi

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi konsep dasar hematologi


2. Mengidentifikasi proses keperawatan meliputi pengkajian, analisan data,
diagnosa, intervensi dan evaluasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem hematologi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat


menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2
1. DEFINISI HEMATOLOGI
Hematologi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah,
organ pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang
timbul darinya. Hematologi mempelajari baik keadaan fisiologik maupun
patologik organ-organ sehingga hematologi meliputi bidang ilmu kedokteran
dasar maupun bidang kedokteran klinik. Di bidang ilmu penyakit dalam,
hematologi merupakan divisi tersendiri yang bergabung dengan subdisiplin
onkologi medik. Hematologi dalam hal ini membahas hematologi dasar,
hematologi klinik, dan imunohematologi. Perkembangan imunologi, biologi
molekuler dan genetika (Bakta, 2013).

2. DEFINISI DARAH
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari
binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada
dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa
oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme
hemostasis (Bakta, 2007).
Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya
ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.Volume
darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Darah bersikulasi di dalam sistem veskuler dan berperan sebagai
penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan
nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastroinestinal ke sel tubuh untuk
metabolisme sel.
Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh
metabolisme sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang
keluar dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran
atau tujuan. Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada dalam
keadaan cair normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan
darah dari system vaskulerakibat trauma. Untuk mencegah bahaya ini, darah
memiliki mekanisme pembentukan yang sangat peka yang dapat diaktiflkan setiap
saat diperlukan untuk menyumbat kebocoran pada pembuluh darah.Pembekuan
yang berlebihan juga sama bahayanya kerena potensial menyumbat aliran darah
ke jaringan vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme
febrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan yang terbentuk dalam
pembuluh darah. Darah dan komponennya mempunyai fungsi lainnya, yaitu:
3
a. Transportasi (sari makanan, oksigen, Karbondioksida, sisa
metabolisme, dan air)
b. Transpotasi hormon menuju organ target dan enzim menuju sel sel
tubuh
c. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
d. Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)
e. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui buffer
dan asam amino yang ada di dalam plasma
f. Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan
pembekuan darah

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI


a. Komponen darah

Darah manusia terdiri atas dua komponen, yakni cairan darah (plasma
darah) dan komponen padat (butir-butir padat atau platelet). Jika darah
disentrifugasi, kemudian didiamkan sebentar, darah akan mengandap dan
menunjukkan komponen-komponen utamanya, bagian paling atas merupakan
plasma darah (cairan berwarna pucat) yang jumlahnya berkisar 55% lapisan di
bawahnya adalah buffy coat (lapisan kuning) yang merupakan sel-sel darah putih.
Sisanya lebih kurang 45%, berupa sel-sel darah merah (Karmana, 2006).

1) Plasma darah
4
Adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuningan. Hampir 90% dari plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh denga
n memutar sel darah, plasme diberikan secara intra vena untuk Mengembalik
an volume darah, Menyediakan substansi yang hilang dari darah klien. Misal
nya faktor pembekuan darah I, VIII dan IX. Zat-Zat Yang Terdapat Dalam Pl
asma adalah Fibrinogen, Garam-garam mineral (kalsium, natrium, kaliu
m,dll), Protein darah (albumin, globulin), Zat makanan (asam amino, glukosa,
lemak, mineral dan vitamin), Hormon, Antibodi.

2) Sel-sel darah

 ERITROSIT
Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas. Eritrosit
membawa oksigendari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbon
dioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru. Eritrosit tidak mempunyai inti sel,
tetapi mengandung beberapa organel dalam sitoplasmanya. Sebagian besar
sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe)
sehingga dapat mengikat oksigen. Eritrosit berbentuk bikonkaf, berdiameter
7-8 µ. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel
sehingga dapat melewati lumen pembuluh darah yang sangat kecil dengan
lebih baik. Melalui mikroskop, eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di
bagian tengahnya tampak lebihi pucat, disebut dengan central pallor yang
diameternya kira-kira sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit (Kiswari,
2014).

 LEUKOSIT
Beberapa jenis leukosit atau sel darah putih terdapat dalam darah.
Leukosit pada umumnya dibagi menjadi granulosit, yang mempunyai granula
khas, dan agranulosit yang tidak mempunyai granula khas. Granulosit terdiri
dari neutrofil, eusinofil, dan basofil. Agranulosit terdiri dari limfosit dan

monosit. Meskipun leukosit merupakan sel darah, tetapi fungsinya lebih


banyak dilakukan di dalam jaringan. Apabila terjadi peradangan pada
jaringan tubuh, leukosit akan bermigrasi, menuju jaringan yang mengalami
radang dengan cara menembus dinding pembuluh darah (kapiler). Sel darah
putih berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh melawan

5
infeksi serta membunuh sel yang bermutasi. Sel darah putih berinti,
bergranula, dan bergerak aktif. Dalam keadaan normal, disekitarnya tidak
tidak terdapat parasit, bakteri, bekuan darah, ataupun massa lainnya. Ada 5
jenis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam perifer, yaitu netrofil,
eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Perubahan sel darah putih sering
berkaitan dengan kelainan-kelainan preleukemia pada kelainan
mieloproliferatifkronis, pada berbagai kanker termasuk. Adapun jenis-jenis
sel darah putih antara lain:
1. Basofil : Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel. Inti sel basofil bersegmen. Basofil
berperan dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan
imunoglobulin E (IgE). Basofil hampir mirip dengan eosinofil tetapi
memiliki granula yang besar. Berjumlah 0,5-1% dari total leukosit.
Mengandung berbagai enzim, platelet/trombosit, heparin tidak diketahui
dengan pasti, tetapi heparin dan faktor-faktor pengaktifan histamina
berfungsi untuk menimbulkan peradangan pada jaringan (D‟Hiru, 2013).

Gambar.1. Basofil
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

2. Eosinofil : Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah-


oranye (eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi. Intinya
bersegmen (pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terutama terhadap antigen yang
ikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 21-2%, dan akan
mengikat bila terjadi reaksi alergi atau infeksi parasit. Eosinofi
bertambah pada serangan asma, reaksi obat-obatan, investasi parasit,
serta keadaan alergi (termasuk alergi makanan dan minuman). Eosinofil
juga bertambah pada wanita yang sedang menstruasi, berbagai macam

6
iritasi, maupun kanker (misalnya penyakit karsinoma, dll.) (D‟Hiru,
2013). Eosinofil merupakan fagosit paling lemah, memiliki
kacenderungan berkumpul dalam satu jaringan yang terjadi reaksi
antigen-antibodi karena kemampuan khususnya dalam memfagosit dan
mencerna kompleks antigen-antibodi. Masa hidup eosinofil lebih lama
dari pada neutrofi lsekitar 8-12 jam (Nugraha, 2015).

Gambar .2. Eosinofil


(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

3. Neutrofil : adalah jenis leukosit yang paling banyak diantara jenis-jenis


segmen. Ada dua macam jenis neutrofil yaitu neutrofil stab (batang) dan
neutrofil segmen. Neutrofil segmen sering juga disebut neutrofil
polimorfonuklear. Disebut demikian karena inti selnya terdiri atas
beberapa segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan
dihubungi dengan benang kromatin. Jumlah segmen neutrofil adalah
sebanyak 3-6, bila lebih dari enam disebut neutrofil hipersegmen.
Granula sitoplasmanya tampak dengan prosedur pewarnaan pada
umunya. Jumlah neutrofil segmen kira-kira 50-70% dari keseluruhan
leukosit. Fungsi utama neutrofil adalah sebagai fagositosis, pada umunya
terhadap bakteri. Neutrofil akan bertambah banyak bila terjadi proses
peradangan,kelainan fisikberlebihan, penyuntikan empirin/adrenalin
(sebagai vasokontriktor topikal maupun pemacu kerja jantung), sering
terjadipada kekurangan vitamin B12 dan asam folat,kelainan bawaan,
serta menurunnya fungsi kelenjar timus (D‟Hiru.2013).

7
Gambar.3. Neutrofil Segmen
(Sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

4. Limfosit : adalah jenis leikosit yang jumlahnya kedua paling banyak


setelah neutrofil (20-40%). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif
banyak dibandingkan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit
ini meningkat bila terjadi infeksi virus.limfosit adalah mononuklear
dalamdarah perifer, berinti bulat atau oval,dikelilingi tepian sitoplasma
sempit berwarna biru, dan mengandung granula.berasal dari sel induk
pluripotensial di dalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid ( kelenjar timus, limpa, kelenjar limfatik, permukaan mukosa
respiratorius, dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal). Ada 2
macam limfosit yaitulimfosit T dan limfosit B. Proporsi limfosit T sekitar
75% dari peredaran limfosit. Limfosit B berfungsi untuk menghasilkan
antibodi immunoglobulin : IgA, IgG, IgM, IgE dan IgD setelah berubah
menjadi sel-sel plasma (setelah diaktifka sel T-helper bilaada infektan).
Limfosit yang bermigrasi ke dalam kelenjar timus akan memperoleh dan
memenuhi fungsi-fungsi imunitas khusus. Tipe yang berbeda dari
limfosit T yaitu Kille limfosit T yang meransang tubuh untuk
memperbanyak pembentukan antigen. Limfosit T bertanggung jawab atas
respon kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktifantigen
dan juga berfungsi menjinakkan radikal bebas dalam aliran darah
maupun dalam kelenjar limfatik.Bentuk selini meningkat dalam darah
pada penderita stres limfatik, toksin, pengguna narkoba,maupun obat-
obatan yang mengandung toksik (D‟Hiru, 2013).

8
Gambar 4. Limfosit
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

5. Monosit : Jumlah monosit kira-kira 5-7% dari total jumlah leukosit.


Monosit adalah jenis leukosit yang paling besar. Inti selnya mempunyai
granula kromatin halus yang menekuk berbentuk menyerupai ginjal/ biji
kacang. Monosit mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit
mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya,
serta berperan dalam reaksi imun. Monosit dapat bertahan selama
beberapa minggu hingga beberapa bulan, dengan sifatnya yang fagosit,
menyingkirkan zat-zat kontaminan, sel-sel yang cedera dan mati, puing-
puing/fragmen sel ( celluler debris), dan mikroorganisme patogenik
(D‟Hiru, 2013).

Gambar. 5 Monosit
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

 TROMBOSIT
Berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidup seki
ta 10 hari. Jumlah trombosit 150-400x109 /l (150.000- 400.000/ml). 30-40%
Terkonsentrasi di limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
Berperan dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaa
n normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah, namun dalam be
9
berapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah, trombosit akan tertarik
ke daerah tersebut. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersam
a membentuk sumbat trombosit (platelet plug) yang akan menambal daerah y
ang luka.

b. Fisiologi pembentukan sel darah


Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun,
menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah untuk pertahanan
imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial
memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang
unipotensial.

1) Produksi sel darah merah(eritropoiesis)


Eritropoiesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi proses
ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang

2) Produksi sel darah putih (leukopoiesis)


10
Leukopoises adalah proses pembuatan leukosit

3) Produksi trombosit
Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian kecil
kecil yang disebut platelet atau trombosit. Megakariosit berasal dari sel mieloblast
yang juga merupakan induk sel leukosit.

4) Sumsum tulang
11
Sumsum tulang sebagai mesin pembentuk sel darah. Pada orang dewasa
normal menghasilkan dan melepaskan kurang lebih 2.5 juta sel darah merah, 2.5 juta
trombosit, dan satu juta granulosit per kg BB. Semua sel darah yang beredar di
dalam tubuh berasal dari satu sel induk yang pluripoten (Pluripotent Stem Cell) :
proliferasi, diferensiasi dan maturasi. Sel Induk Hemopoesis akan mampu menjadi
sel darah apa saja setelah melalui diferensiasi menjadi sel progenitor/ bakal sel darah
merah, bakal sel lekosit (granulosit dan non granulosit) serta bakal sel trombosit.

5) Limpa

Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tan
gan.Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki p
ermukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medialy
ang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),
dan pilpa merah (jaringan ikat, sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinea
lis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi limpa :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
2. Destruksi sel eritrosit tua.
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
4. Produksi bilirubin dari eritrosit.
5. Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
6. Pembentukan immunoglobulin.
7. Pembuangan partikel asing dari darah

6) Pembekuan Darah (Clotting Mechanism)


Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan ditranformasi
menjadi material semisolid yang dinamakn bekuan darah. Bekuan darah tersusun terut
ama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaringan-jaringan fibrin. Fibrin dibent
uk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang kompleks. Berbagai factor ter
libat dalam tahap-tahap reaksi pembentukan fibrin. Factor pembekuan darah, dan jalur
ekstrinksik dan instriksik pembentukan fibrin diperlihatkan secara diagramatis. Menur
ut howell proses pembekuan hematologi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
1. Stadium I : pembentukan tromboplastin.
2. Stadium II : perubahan dari protrombin menjadi thrombin.
3. Stadium III : perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin.

12
13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM HEMATOLOGI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. H
al ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis at
au tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder
dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riway
at penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaa
n fisik.

1. Data demografi

a. Usia

Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan hematologi
yang menyebabkan klien tidak berusia panjang (6-7 tahun).

c. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah klien b
ila diperlukan tranfusi darah.

d. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami ganggua
n seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.
1
3. Masalah kesehatan klien sekarang

Tanda-tanda infeksi, perdarahan, warna kulit, dispnea, pica, perut terasa penuh menun
jukkan splenomegaly, alkoholik, neurologi, pruritus

4. Riwayat kesehatan klien

Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien yang berhubun
gan dengan system hematologi seperti berikut ini:

a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena
5. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan(HEENT)

1) Konjunctiva anemis, mukosa pucat (anemia)

2) Ikhterik/ jaundice (hemolisis, hyperbilirubinemia)

3) Petekie (trombositopenia)

4) Glositis (anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12)

5) Limfadenopati (limfoma)

b. System integumenta

1) Pucat (anemia)

2) Jaundice (hyperbilirubinemia)

3) Koilonisia (anemia defisiensi zat besi)

4) Ekimosis dan petekie (trombositopeniac)

c. System kardiovaskuler

Takikardi ( anemia berat dengan gagal jantung)

e. Abdomen

2
Splenomegali (polisitemia, limfoma)
f. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (anemia megaloblastic)
g. System muskuloskleletal
Nyeri tulang/ terderness (myeloma multiple)
6. Evaluasi Pemeriksaan: Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan secara valid melalui persiap
an klien, alat dan bahan, serta pemeriksanya sendiri. Pemeriksaan laboratoriu
m meliputi berikut :
a. Pemeriksaan Hb (bila nilainya < 5 g/dl, indikasi dilakukan tranfusi meski t
idak ada gejala)
b. Pemeriksaan Hct (bila nilaninya >70 % indikasi dilakukan flebotomi seger
a)
c. Hitung platelet (bila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi perdaraha
n spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat
pada trauma dan pembedahan, bila > 2.000.000mm2 maka terdapat risiko
thrombosis)
d. Hitung neutrophil (bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi inf
eksi)
e. Protrombine time (PT), Bila nilainya <1,5x control maka tidak ada pening
katan risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risik per
darahan spontan. Pada PTT, Bila nilainya <1,5x control maka ada penig
katan risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdara
han spontan
f. Waktu perdarahan (bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdaraha
n spontan)
g. Antitrombin III (Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi thrombosi
s spontan)
7. Evaluasi Pemeriksaan: diagnostic
b. Biopsi sum-sum tulang : mengambil sedikit jaringan yang ada di sum-sumtula
ng
c. Pungsi sum-sum tulang : pengambilan sedikit cairan sum-sumtulang.
d. Pungsi vena : pengambilan darah vena, atau memasukan kontras.

3
e. Pemeriksaan darah serologi dan imunologi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan keabnormalan masa
protombin dan/atau masa tromboplastin parsial
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Aktivitas/ Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Istirahat Terapi Aktivitas
Ekspektasi: Meningkat

Intoleransi Aktivitas Observasi:


Definisi: Tujuan: 69. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Ketidakcukupan energi untuk Setelah dilakukan intervensi mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari keperawatan selama .......maka 70. Monitor kelelahan fisik dan emosional
toleransi aktivitas meningkat 71. Monitor pol tidur dan jam tidur
Penyebab: dengan kriteria hasil : 72. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
6. Ketidakseimbangan antara * selama melakukan aktifitas
suplai dan kebutuhan oksigen Kemudah 1 2 3 4 5
7. Tirah baring an Terapeutik:
8. Kelemahan melakuka 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
9. Imobilitas n aktivitas stimulus ( mis: cahaya, suara, kunjungan )
10.Gaya hidup monoton sehari- 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/
hari aktif
Gejala dan Tanda Mayor Kecepatan 1 2 3 4 5 7. Berikn aktifitas distraksi yang menenangkan
Subjektif: berjalan 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
1.Mengeluh lelah Jarak 1 2 3 4 5 dapat berpindah atau berjalan.
berjalan
Objektif: Edukasi:
2. Frekuensi jantung meningkat Kekuatan 1 2 3 4 5 5. Anjurkan tirah baring
>20% dari kondisi istirahat tubuh 6. Anjurkn melakukan aktivitas secara bertahap
bagian 7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
Gejala dan Tanda Minor atas/ dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Subjektif: bawah 8. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
** kelelahan.
1. Dispnea saat/ setelah aktivitas Keluhan 1 2 3 4 5
2. Merasa tidak nyaman setelah lelah Kolaborasi:

4
aktivitas Dipsnea 1 2 3 4 5 3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3. Merasa lemah saat/ menigkatkan asupan makanan
setelah
Objektif: aktivitas
Aritmia 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah berubah > 20% saat /
dari kondisi istirahat setelah
2. Gambaran EKG menunjukkan aktivitas
aritmia saat / setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan Sianosis 1 2 3 4 5
iskemia Perasaan 1 2 3 4 5
4. Sianosis lemah

Kondisi Klinis Terkait: ***


8. Anemia Frekuensi 1 2 3 4 5
9. Gagal jantung kongestif nadi
10. Penyakit jantung koroner Tekanan 1 2 3 4 5
11. Penyakit katup jantung darah
12. Penyakit paru obstruksi
Warna 1 2 3 4 5
kronis (PPOK)
kulit
13. Gangguan metabolic
14. Gangguan muskuloskeletal Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG 1 2 3 4 5
Iskemia
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Nutrisi dan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
cairan Promosi Berat Badan
Ekspektasi : Membaik

Observasi:
Defisit Nutrisi Tujuan: 73. Identifikasi status nutrisi
Definisi: Setelah dilakukan intervensi 74. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk keperawatan 75. Identifikasi makanan yang disukai
memenuhi kebutuhan selama ....................... maka 76. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutri
metabolisme status nutrisi membaik dengan en
kriteria hasil : 77. Identifikasi penyebab BB kurang
Penyebab: * 78. Identifikasi perlunya penggunaan selang na
1. Kurangnya supan makanan Porsi 1 2 3 4 5 sogastric
2. Ketidakmampuan menelan makanan 79. Monitor adanya mual muntah
makanan yg di 80. Monitor asupan makanan dan jumlah kalori
3. Ketidakmampuan mencerna habiskan yang dikonsumsi sehari hari
makanan Kekuatan 1 2 3 4 5 81. Monitor berat badan
4. Ketidakmampuan otot
mengabsorbsi nutrien pengunyah Terapeutik:
5
5. Peningkatan kebutuhan Kekuatan 1 2 3 4 5 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika
metabolisme otot perlu
6. Faktor ekonomi ( mis,finansial menelan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
tdk mencukupi ) Serum 1 2 3 4 5 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu s
7. Faktor psikologis (mis,stres) albumin esuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mence
Gejala dan Tanda Mayor Verbalisasi 1 2 3 4 5 gah konstipasi
Subjektif: keinginan 5. Berikan makanan tinggi kalori, tinggi protei
(tidak tersedia) untuk n
meningkat 6. Berikan suplemen makanan , jika perlu
Objektif: kan nutrisi 7. Hentikan makanan melalui NGT jika asupa
1. Berat badan menurun minimal n oral dapat ditoleransi
10% di bawah rentang ideal Pengetahuan 1 2 3 4 5 8. Berikan pujian kepada pasien /keluarga unt
tentang uk peningkatan yang dicapai
Gejala dan Tanda Minor pemilihan
Subjektif: makanan yg Edukasi:
1. Cepat kenyang setelah makan sehat 1. Anjurkan duduk, jika mampu
2. Kram/nyeri abdomen Pengetahuan 1 2 3 4 5 2. Ajaarkan diet yang diprogramkan
3. Nafsu makan menurun tentang 3. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
standar namun tetap terjangkau
Objektif: asupan nutrisi 4. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
1. Bising usus hiperaktif yg tepat dibutuhkan
2. Otot pengunyah lemah Penyiapan 1 2 3 4 5
3. Otot menelan lemah dan Kolaborasi:
4. Memran mukosa pucat penyimpanan 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
5. Sariawan makanan makan (mis. Anti nyeri,anti emetik), jika
6. Serum albumin turun yang aman perlu
7. Rambut rontok berlebihan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Penyiapan 1 2 3 4 5
8. Diare menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
dan
yang dibutuhkan, jika perlu
penyimpanan
KondisiKlinisTerkait:
minuman
1. Stroke
yang aman
2. Parkinson
3. Mobius syndrome Sikap thd 1 2 3 4 5
4. Cerebral palsy makanan/min
5. Cleft lip uman sesuai
6. Kerusakan neuromuscular dg tujuan
7. Luka bakar kesehatan
8. Kanker
9. Infeksi **
10. AIDS Perasaan 1 2 3 4 5
11. Crohn disease cepat
kenyang
Nyeri 1 2 3 4 5
abdomen
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut 1 2 3 4 5
rontok
Diare 1 2 3 4 5

***
Berat 1 2 3 4 5
badan
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi 1 2 3 4 5
makan
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
6
Bising 1 2 3 4 5
usus
Tebal 1 2 3 4 5
lipatan
Kulit
Trisep

Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Sirkulasi Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakrania
l
Ekspektasi : Meningkat Pemantauan Tekanan Intrakranial
Risiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif Tujuan:
Definisi: Setelah dilakukan intervensi Observasi:
Berisiko mengalami penurunan keperawatan 82. Identifikasi penyebab peningkatan TIK.
sirkulasi darah ke otak. selama ....................... maka 83. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
perfusi serebral meningkat 84. Monitor MAP
Faktor Risiko: dengan kriteria hasil : 85. Monitor CVP
1. Keabnormalan masa * 86. Monitor PAWP, Jika Perlu
protombin dan/atau masa Tingkat 1 2 3 4 5 87. Monitor PAP, Jika Perlu
tromboplastin parsial kesadaran 88. Monitor ICP, Jika tersedia
2. Penurunan kinerja ventrikel Kognitif 1 2 3 4 5 89. Monitor CPP
kiri ** 90. Monitor gelombang ICP
3. Aterosklerosis aorta Sakit 1 2 3 4 5 91. Monitor status pernapasan
4. Diseksi arteri kepala 92. Monitor intake dan output cairan
5. Fibrilasi atrium Gelisah 1 2 3 4 5 93. Monitor cairan cerebro-spinalis
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis Kecemasa 1 2 3 4 5 Terapeutik:
8. Miksoma atrium n 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan ling
9. Aneurisma serebri Agitasi 1 2 3 4 5 kungan yang tenang
10. Koagulopati (mis, anemia sel Demam 1 2 3 4 5 2. Berikan posisi semi fowler
sabit) *** 3. Hindari manuver valsava
11. Dilatasi kardiaomiopati Tekanan 1 2 3 4 5 4. Cegah terjadinya kejang
12. Koagulasi intravaskuler arteri 5. Hindari penggunaan PEEP
diseminata rata-rata 6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
13. Embolisme Tekanan 1 2 3 4 5 7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
14. Cedera kepala intra 8. Pertahankan suhu tubuh normal
15. Hiperkolesteronemia kranial
16. Hipertensi Tekanan 1 2 3 4 5 Kolaborasi:
17. Endokarditis infektif darah 1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
18. Katup prostetik mekanis sistolik konvulsan, jika perlu
19. Stenosis mitral 2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
Tekanan 1 2 3 4 5
20. Neoplasma otak perlu
darah
21. Infark miokard akut 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
diastolik
22. Sindrome sick sinus
7
23. Penyalahgunaan obat Releks sraf 1 2 3 4 5
24. Terapi trombolitik
25. Efek samping tindakan

Kondisi Klinis Terkait:


1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesteromia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler
diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri aki
netik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis, menin
gitis, ensefalitis, abses se
rebri)
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Sirkulasi Perfusi perifer Perawatan Sirkulasi
Manajemen Sensasi Perifer
Ekspektasi: Meningkat

Perfusi Perifer Tidak Efektif Observasi:


Definisi: 94. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer, e
Penurunan sirkulasi darah ada level Tujuan: dema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankl
kapiler yang dapat mengganggu Setelah dilakukan intervensi e-brachial index)
metabolisme tubuh. keperawatan 95. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
selama ....................... maka (mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertens
Penyebab: perfusi perifer meningkat i, dan kadar kolesterol tinggi)
21. Hiperglikemi dengan kriteria hasil : 96. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau beng
22. Penurunan * kak pada ekstermitas
konsentrasi hemoglobin Kekuatan 1 2 3 4 5
23. Peningkatan nadi Terapeutik:
tekanan darah perifer 1. Hindari pemasangan infus atau pengambila

8
24. Kekurangan Penyemuh 1 2 3 4 5 n darah di area keterbatasan perfusi
volume cairan an luka 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada eks
25. Penurunan aliran sensasi 1 2 3 4 5 termitas dengan keterbatasan perfusi
arteri dan/atau vena ** 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniq
26. Kurang terpapar Warna 1 2 3 4 5 uet pada area yang cidera
informasi tentang faktor kulit 4. Lakukan pencegahan infeksi
pemberat (mis, rokok, gaya pucat 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
hidup monoton, trauma, 6. Lakukan hidrasi
obesitas, asupan garam, Edema 1 2 3 4 5
imobilitas) perifer Edukasi:
27. Kurang terpapar Nyeri 1 2 3 4 5 1. Anjurkan berhenti merokok
informasi tentang proses ekstermita 2. Anjurkan berolahraga rutin
penyakit (mis, diabetes melitus, s 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
hiperlipidemia) Parastesia 1 2 3 4 5 menghin dari kulit terbakar
28. Kurang aktivitas Kelemaha 1 2 3 4 5 4. Anjurkan menggunakan obat penurun
fisik n otot tekanan darah, antikoagulan, dan penurunan
Kram otot 1 2 3 4 5 kolesterol, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor 5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
Bruit 1 2 3 4 5
Subjektif: darah secara teratur
femoralis
(tidak tersedia) 6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
Nekrosis 1 2 3 4 5 penyekat beta
Objektif: *** 7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
1. Pengisisan kalpiler >3 detik Pengisian 1 2 3 4 5 tepat (mis, melembabkan kulit kering pada
2. Nadi perifer menurun atau tidak kapiler kaki)
teraba Akral 1 2 3 4 5 8. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
3. Akral teraba dingin Turgor 1 2 3 4 5 9. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
4. Warna kulit pucat kulit sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh, minyak
5. Turgor kuit menurun Tekanan 1 2 3 4 5 ikan omega 3)
darah 10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
Gejala dan Tanda Minor sistolik harus dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak
Subjektif: hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
Tekanan 1 2 3 4 5
5. Parastesia hilang rasa)
darah
6. Nyeri ektermitas (klaudikasi
diastolik
intermiten)
Tekanan 1 2 3 4 5
Objektif: arteri
1. Edema rata-rata
2. Penyembuhan luka lambat Indeks 1 2 3 4 5
3. Indeks ankle-brachial <0,90 ankl-
4. Bruit femoralis brachial

Kondisi klinis terkait:


1. Tromboflebitis
2. Diabetes mellitus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung konginetal
6. Thrombosis arteri
7. Varises
8. Thrombosis vena dalam
9. Sindrom kompartemen
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

9
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Lingkungan Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Keamanan dan Tingkat Infeksi Manajemen Imunisasi/ Vaksinasi
Proteksi Pencegahan Infeksi
Ekspektasi: Menurun

Risiko Infeksi Observasi:


Definisi: Tujuan: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Berisiko mengalami peningkatan Setelah dilakukan intervensi sistemik
terserang organisme patogenik keperawatan Terapeutik:
selama ....................... maka 1. Batasi jumlah pengunjung
Faktor Risiko: tingkat infeksi menurun dengan 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Penyakit kronis (mis. diabetes kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
melitus) * dengan pasien dan lingkungan pasien
2. Efek prosedur invasif Kebersih 1 2 3 4 5 4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko
3. Malnutrisi an tangan tinggi
4. Peningkatan paparan Kebersih 1 2 3 4 5 Edukasi:
organisme patogen lingkungan an badan 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ketidakadekuatan pertahanan ** 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
tubuh primer: Demam 1 2 3 4 5 3. Ajarkan etika batuk
a. Gangguan peristaltik Kemeraha 1 2 3 4 5 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
b. Kerusakan integritas kulit n luka operasi
c. Perubahan sekresi PH 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Penurunan kerja siliaris Nyeri 1 2 3 4 5 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
e. Ketuban pecah lama Bengkak 1 2 3 4 5 Kolaborasi:
f. Ketuban pecah sebelum Vesikel 1 2 3 4 5 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
waktunya Cairan 1 2 3 4 5
g. Merokok berbau
h. Statis cairan tubuh busuk
Sputum
6. Ketidakadekuatan pertahanan berwarna 1 2 3 4 5
tubuh sekunder: hijau
a. Penurunan hemoglobin
Drainase 1 2 3 4 5
b. Imunosupresi
purulen
c. Leukopeni
d. Supresi respn inflamasi Piuria 1 2 3 4 5
e. Vaksinasi tidak adekuat Periode 1 2 3 4 5
malaise
Kondisi Klinis Terkait: Periode 1 2 3 4 5
1. AIDS menggigil
2. Luka bakar Letargi 1 2 3 4 5
3. Penyakit paru obstruktif kronis
Gangguan 1 2 3 4 5
4. Diabetes melitus
kognitif
5. Tindakan invasif
***
6. Kondisi penggunaan terapi
Kadar sel 1 2 3 4 5
steroid
darah
7. Penyalahgunaan obat
putih
8. Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya (KPSW) Kultur 1 2 3 4 5
9. Kanker darah

10
10. Gagal ginjal Kultur 1 2 3 4 5
11. Imunosupresi urine
12. Lymphedema Kultur 1 2 3 4 5
13. Leukositopenia sputum
14. Gangguan fungsi hati
Kultur 1 2 3 4 5
area luka
Kultur 1 2 3 4 5
feses
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembent
ukdarah dan penyakitnya. Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eri
trosit hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Sel darah merah merupakan sel
darah yang jumlahnya terbanyak dalam tubuh manusia. Jumlah sel darah merah dapat membe
rikan informasi yang mengindikasikan adanya gangguan hematologi.

Gangguan hematologi adalah gangguan pada pembentukan sel darah merah, meliputi
penurunan dan peningkatan jumlah sel (polisitemia). Kelainan eritrosit digolongkan menjadie
mpat yaitu berdasarkan ukuran, bentuk, warna dan benda inklusi eritrosit.

B. Saran

Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan penting
sekali memahami sistem hematologi secara tepat agar terhindar dari kelalaian dalam
memberikan asuhan keperawatan baik itu dirumah sakit atau layanan kesehatan

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1540/7/10%20BAB%202.pdf, diakses pada tanggal 10 oktober


2020

St. Louis: mosby.Hudak dan Galo. 1996. Keperawatan Kritis: Volume II. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

13

Anda mungkin juga menyukai