KEPERAWATAN MATERNITAS II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
EDHILMUTHI 11202073
EVELYN LOSUNG 11202079
HESTI ARUM W 11202089
MUHAMMAD ANDRI W 11202101
PRAMESTI WIDYA N 11202110
RETAIN MONALISA H 11202112
SISWANTO 11202116
UTAMI PUTU W 11202127
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-19 telah berdampak
meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang
terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.
Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai bencana nasional melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Indonesia
merupakan salah satu negara yang terjangkit pandemi Corona Virus Disease- 19 (COVID-19)
dengan angka kejadian terkonfirmasi COVID-19 (kasus baru) yang bertambah secara fluktuatif
(Purnamasari & Raharyani, 2020).
Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke semua layanan
rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke
puskesmas atau fasiltas pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran
menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari
segi tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri.
Makalah ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan ANC, di masa pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan bayi tetap
mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini, serta mendapatkan
akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari
tertular COVID-19.
B. TUJUAN
Makalah ini dibuat Untuk mengetahui gambaran kasus COVID-19 pada ibu hamil,
pemeriksaan kehamilan, upaya pencegahan dan cara penanganan ibu hamil dengan COVID-19
BAB II
KONSEP TEORI
A. DEFINISI COVID-19
Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini, dengan nama virus
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARSCOV2). Dimulai dari daerah Wuhan,
provinsi Hubei, Tiongkok yang melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak
diketahui penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret 2010 didapatkan kasus
konfirmasi sebanyak 90870 dengan total kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia sebesar
2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar 3,1%. Di Indonesia
per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah
kematian 6 orang dan menjadi negara ke 65 yang positif konfirmasi COVID-19. Secara
keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome-
coronavirus (SARSCoV) dan Middle East Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV)
masingmasing sebesar 10% dan 40%.
Virus corona atau SARS-CoV-2 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.
Penyakit yang disebabkan karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus ini bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, kerusakan pada paru-
paru secara permanen, hingga kematian.
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis
utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala
saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien
memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
1.2. Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat dalam waktu 14 hari sebelum
sakit, memiliki salah satu dari paparan berikut :
a. Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; ATAU
b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
konfirmasi 2019-nCoV di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai
dengan perkembangan penyakit)*; ATAU
c. Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah
teridentifikasi) di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit)*; ATAU
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan ATAU kontak dengan orang yang
memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan (ada hubungan epidemiologi) dan
memiliki (demam ≥38C) atau ada riwayat demam.
3. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019- nCoV tetapi inkonklusif
(tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif
pan-coronavirus atau beta coronavirus.
4. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi 2019-nCoV dengan hasil pemeriksaan laboratorium
positif.
Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam hubungannya dengan
kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada rekomendasi spesifik untuk penanganan ibu
hamil dengan COVID-19. Berdasarkan data yang terbatas tersebut dan beberapa contoh kasus
pada penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan MERS-CoV) dan beberapa kasus
COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya penyakit
berat, morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan populasi umum. Efek samping pada janin
berupa persalinan preterm juga dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-19. Akan
tetapi informasi ini sangat terbatas dan belum jelas apakah komplikasi ini mempunyai hubungan
dengan infeksi pada ibu. Dalam dua laporan yang menguraikan 18 kehamilan dengan COVID-
19, semua terinfeksi pada trimester ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil mirip dengan
orang dewasa yang tidak hamil. Gawat janin dan persalinan prematur ditemukan pada beberapa
kasus. Pada dua kasus dilakukan persalinan sesar dan pengujian untuk SARS-CoV-2 ditemukan
negatif pada semua bayi yang diperiksa.
Situasi pandemi COVID-19 ini meningkatkan kecemasan ibu hamil, bukan saja
mencemaskan keadaan janinnya tetapi juga mencemaskan apakah ibu dan janin akan sehat bebas
infeksi COVID-19, aman atau tidaknya dalam pemeriksaan kehamilan selama pandemi.
Pemerintah dan berbagai lembaga telah melakukan upaya-upaya berupa sosialisasi mengenai
COVID-19 termasuk pencegahan penularan COVID-19 tetapi masih banyak masyarakat yang
belum memahaminya. Terjadinya keadaan tersebut dikarenakan informasi palsu (hoax) yang
banyak beredar di masyarakat (Saputra, 2020). Kehamilan yang disertai dengan kecemasan akan
menurunkan imun ibu sehingga ibu hamil akan semakin rentan terinfeksi COVID-19.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat melewati rute
transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan dimana bayi pada pemeriksaan
didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya virus beberapa saat setelah lahir, tetapi penelitian
ini perlu validasi lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di dalam kandungan atau di
postnatal. Saat ini tidak ada data yang mengarahkan untuk peningkatan risiko keguguran yang
berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus dari studi sebelumnya dengan SARS dan MERS
tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan antara infeksi dengan risiko keguguran atau
kematian janin di trimester dua. Oleh karena tidak adanya bukti akan terjadinya kematian janin
intra uterin akibat infeksi COVID-19, maka kecil kemungkinan akan adanya infeksi kongenital
virus terhadap perkembangan janin.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ronni Siregar dkk di Balai Pengobatan Swasta
Mariana yang terletak di Kabupaten Deliserdang. Didapati jumlah terkonfirmasi COVID-19 di
kabupaten ini pada tanggal 30 Agustus 2020 berjumlah 861 kasus (SUMUT, 2020). Survei awal
ditemukan banyaknya ibu hamil tidak memakai masker pada saat beraktivitas di luar rumah.
Bukan hanya tidak menggunakan masker saja, ditemukan juga ibu hamil bersama tertangganya
berbincang-bincang tanpa melaksanakan protokol kesehatan yang tepat seperti memakai masker,
menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Wawancara awal juga dilakukan kepada ibu hamil
yang datang berkunjung ke Balai Pengobatan Swasta Mariana berjumlah 7 orang. Seluruh ibu
hamil tersebut mengaku merasakan cemas dalam menjalani kehamilan di masa pandemi COVID-
19. Dua orang ibu hamil merasa takut pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan di pelayanan
kesehatan. Terdapat dua orang ibu hamil yang tidak memakai masker pada saat berkunjung ke
Balai Pengobatan Swasta Mariana, dan bidan yang bertugas memberikan masker kepada ibu dan
pendamping sebelum masuk ke klinik dan menjalankan pemeriksaan kehamilan. Tiga ibu hamil
memakai masker tetapi tidak memakai dengan tepat. Ada perbedaan antara kecemasan yang
disampaikan oleh ibu hamil dengan upaya pencegahan tertularnya COVID-19 yang dilakukan
ibu hamil. Dari latar belakang ini peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Pemahaman Ibu Hamil Tentang Upaya Pencegahan Infeksi COVID-19 Selama Kehamilan”
penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dan sangat penting dilakukan untuk lebih
menemukan cara yang tepat nantinya untuk memberikan upaya-upaya dalam pencegahan
COVID-19 pada masyarakat umumnya dan ibu hamil khususnya. Hasil dari penelitian ini adalah
mayoritas responden (57%) memiliki pemahaman yang kurang tentang upaya pencegahan infeksi
COVID-19. Perlu dilakukan upaya untuk peningkatan pemahaman ibu hamil upaya pencegahan
penularan COVID- 19 agar dapat menekan jumlah kasus yang kian meningkat.
Dokter dan petugas medis lainnya sebaiknya melakukan anamnesis tentang riwayat
perjalanan seorang ibu hamil dengan gejala demam dan infeksi saluran pernapasan atas
mengikuti panduan sesuai dengan Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel
Coronavirus 2019 nCoV yang dikeluarkan oleh Direktoral Jendral Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Januari 2020, dan buku Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia COVID-
19 yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2020. Peran Dokter
dan petugas kesehatan lainnya juga sangat penting untuk memberitahu petugas penanggung
jawab infeksi di rumah sakitnya sendiri (Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi / PPI)
untuk penanganan kasus di tempat penemuan dan petugas di rumah sakit rujukan dan
Departemen Kesehatan di daerahnya.
ANC atau anteatal care merupakan perawatan ibu dan janin selama masa kehamilan.
Seberapa penting dilakukan kunjungan ANC? Sangat penting. Melalui ANC berbagai informasi
serta edukasi terkait kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini
mungkin. Kurangnya pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi karena
kurangnya kunjungan ANC. Kurangnya kunjungan ANC ini bisa menyebabkan bahaya bagi ibu
maupun janin seperti terjadinya perdarahan saat masa kehamilan karena tidak terdeteksinya
tanda bahaya.
1. Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 harus segera
dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19). Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau diduga harus dirawat di
ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak memiliki ruangan isolasi
khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection Isolation Room (AIIR) pasien harus
ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia.
2. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan
3. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan infeksi
terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
5. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan
maternal. Perawatan antenatal lanjutan dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut
berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14
hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gannguan
pertumbuhan janin (IUGR) adalah risiko COVID-19, duapertiga kehamilan dengan
SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak
lanjut ultrasonografi diperlukan.
6. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit
infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang
bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan
kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut
7. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan keluar ke negara dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang
dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14
hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas SARS-CoV-2.
8. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Sejak memposting
SARSCoV-2 urutan genetik virus online pada 10 Januari 2020, beberapa organisasi
berusaha mengembangkan vaksin COVID-19 dengan cepat. Kita masih menunggu
pengembangan cepat vaksin yang aman dan efektif
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara
cuci tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis
alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun
tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
d. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk
sesuai etika batuk.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
i. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
j. Cara penggunaan masker yang efektif :
k. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam.
Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan
bersih sebelum dipakai kembali.
l. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin dan nifas harus menggunakan
masker dan menjaga jarak.
p. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.
c. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama
dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu
berinsektisida.
d. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan
dan tata laksana lebih lanjut.
e. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari termasuk mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika
ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke
fasyankes.
i. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdeteksi memiliki faktor risiko atau
penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu
tidak datang ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah
untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit.
Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan
pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil
dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.
k. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual-
muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah,
nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu
hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat,
pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya
atau riwayat obstetri buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
l. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia
kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10
gerakan per 2 jam).
o. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk
komplikasi yang diakibatkan kondisi COVID-19.
p. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi
berikut :
LAMPIRAN
GAMBAR 1.1
CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR
GAMBAR 1.2
LEVEL PENGGUNAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
GAMBAR 1.3
LINDUNGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BBL
GAMBAR 1.4
ALUR TATA LAKSANA IBU HAMIL PADA MASA PANDEMI COVID-19
GAMBAR 1.5
COVID-19 EARLY WARNING SCORE
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
3. Tenaga kesehatan harus memperkuat kemampuan ibu dan keluarga untuk memahami
Buku KIA untuk mengenali tanda bahaya dan menerapkan perawatan selama kehamilan
dan pasca persalinan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi tetap harus berkualitas. Pelayanan ANC terpadu,
Penanganan Kegawatdaruratan harus sesuai standar ditambah dengan standar pencegahan
penularan COVID-19. Mungkin tidak semua faskes saat ini siap dalam memenuhi standar
sarana, prasarana, SDM dan Alat Pelindung Diri. Oleh karena itu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang difasilitasi Dinas Kesehatan Provinsi harus membuat pemetaan
fasyankes yang siap dalam pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Beberapa Puskesmas,
Praktik Mandiri Bidan dan Klinik yang selama ini memberikan pelayanan ANC dapat
berkolaborasi dan menyatukan sumber daya di fasyankes yang ditunjuk.
B. SARAN
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/rekomendasi-who-dalam-pelayanan-antenal-care-anc/.
Diakses pada 7 November 2020
https://pogi.or.id/publish/wp-content/uploads/2020/03/Rekomendasi-Penanganan-Infeksi-
COVID-19-pada-maternal.pdf. Diakses pada 7 November 2020
https://www.alodokter.com/berbagai-gejala-infeksi-virus-corona-dari-yang-ringan-hingga-berat.
Diakses pada 7 November 2020
Kementrian Kesehatan RI.2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir
Di Era Pandemi Covid-19. Jakarta : Direktorat Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.