Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 atau yang dikenal dengan COVID-19

merupakan gangguan saluran pernapasan akut yang disebabkan Virus Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2, terjadi pertama kali di Wuhan,

China pada Desember 2019 (Wu et al., 2019). Gejala utamanya meliputi

demam, batuk kering dan sesak nafas (Guan et al., 2020). Data dari World

Health Organization (WHO) dilaporkan 223 negara di seluruh dunia

terdampak COVID-19 dengan total terkonfirmasi positif sebanyak 125 juta

lebih kasus (World Health Organization, 2021).

Kejadian kasus COVID-19 dilaporkan terus mengalami peningkatan.

Di Indonesia, per tanggal 23 september 2021 tercatat total terkonfirmasi

positif sebanyak 4,1 juta kasus yang tersebar dalam 34 provinsi (Satuan

Tugas Penanganan COVID-19, 2021). Kelompok rentan yang berisiko

terinfeksi COVID-19 menurut Center for Disease Control And Prevention

(CDC) diantaranya adalah orang-orang dengan penyakit medis tertentu,

kelompok usia lanjut, dan termasuk kelompok ibu hamil (Center for Disease

Control And Prevention, 2021).

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok rentan mengalami

infeksi virus. Perubahan fisiologi tubuh di kala kehamilan menyebabkan

perubahan mekanisme respon imun di dalam tubuh sehingga dapat

meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi (Rohmah et al., 2020).

1
Data sebelumnya dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada

tanggal 14 September 2021, dilaporkan 4,9% ibu hamil terkonfirmasi positif

COVID-19 dari 1.483 kasus yang terkonfirmasi di Indonesia. Data yang

ditunjukkan merupakan kondisi yang mengkhawatirkan dikarenakan akan

meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu selama kehamilan (Kementerian

Kesehatan RI, 2020).

Wanita hamil dengan COVID-19 mengalami kondisi morbiditas yang

berat bahkan kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Islam et al., (2020)

mengemukakan pada 235 wanita hamil dengan COVID-19, memiliki

karakteristik klinis seperti demam (58%), batuk (47,2%) dan sakit

tenggorokan (8,9%). Adapun beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu hamil dengan COVID-19 diantaranya adalah kematian prenatal, kelahiran

prematur, dan pertumbuhan janin yang terhambat (Zheng et al., 2020).

Kondisi ini dapat terjadi pada ibu selama kehamilan diakibatkan penularan

penyakit COVID-19.

Ibu hamil tercatat salah satu kelompok rentan resiko terinfeksi Covid-

19 dikarenakan adanya perubahan fisiologi yang mengakibatkan penurunan

kekebalan parsial. Berdasarkan Chinese Clinical Guidance for COVID-19

Pneumonia Diagnosis and Treatment, dari 118 kasus COVID-19 yang

ditemukan, terdapat 84 (71%) wanita hamil dengan hasil tes PCR

menunjukkan positif SARS-CoV-2 dan 34 (29%) orang sisanya menunjukkan

gambaran infiltrat pada paru berdasarkan CT scan. Dari data tersebut

menunjukkan bahwa jumlah wanita hamil dengan COVID-19 ini

2
menyumbangkan 0,24% angka kasus COVID-19 pada saat itu. Sebanyak 75

(64%) wanita hamil dengan COVID-19 berada pada trimester ketiga.

Menurut data Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)

Jakarta, 13,7% perempuan hamil lebih mudah terinfeksi Covid-19,

dibandingkan mereka yang tidak hamil (Rohmah & Nurdianto, 2020).

Ibu hamil yang terpapar SARS-CoV-2 dapat terjadi baik pada

trimester pertama, kedua, maupun ketiga. Pada tahap awal kehamilan, infeksi

SARS-CoV-2 mungkin berpotensi dapat mempengaruhi organogenesis dan

perkembangan janin, walaupun sejauh ini transmisi SARS-CoV-2 secara

vertikal dari ibu kepada janin belum terbukti. Hal yang pasti bahwasannya

semakin dini terjadinya kasus infeksi, maka risiko abortus semakin besar

sebab kondisi ibu yang menurun dapat mempengaruhi aliran nutrisi dan

oksigen melalui plasenta pada perkembangan janin (Chen dkk, 2020).

Covid-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu

pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan

meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan

melakukan proteksi dasar. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara

lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.

Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom

pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala

klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan

beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, hasil rontgen menunjukkan

infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI, 2020).

3
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pencegahan COVID-19 pada

kelompok ibu hamil telah dilakukan. Upaya pencegahan diantaranya adalah

wajib menjaga kesehatan dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, tetap

minum tablet tambah darah sesuai dosis, aktivitas fisik ringan, jaga

kebersihan diri dan lingkungan, sesering mungkin cuci tangan dengan sabun

dan air mengalir (6 langkah), gunakan masker dengan benar, jaga jarak (1

meter), melakukan aktivitas di rumah, dan lain-lain (Kemenkes, 2020).

Berdasarkan studi kasus COVID-19 pada ibu hamil, maka dapat

diketahui sejumlah fakta penting antara lain: (1) Kasus COVID-19 pada

ibu hamil terbanyak merupakan kategori ringan (mild), diikuti sedang

(severe), dan kritis (critical); (2) Hasil pengamatan gejala, hasil pemeriksaan

laboratorium, serta CT scan menunjukkan bahwa COVID-19 pada ibu hamil

secara umum sama dengan pasien COVID-19 lainnya; (3) Potensi

spontaneous abortion ibu hamil dengan COVID-19 sangat rendah; (4)

Kondisi obesitas dan adanya penyakit penyerta pada ibu hamil dengan

COVID-19 dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur bahkan terjadi

kematian; (5) semakin dini usia kehamilan terinfeksi COVID-19, maka

semakin berpotensi terjadinya spontaneous abortion; (6) Obesitas pada

wanita hamil dengan COVID-19 berpotensi menyebabkan emboli paru, (7)

Perubahan hormonal pada ibu hamil dapat mempengaruhi perubahan status

imunitas menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus namun mampu

menghambat kerusakan organ oleh adanya produksi sitokin anti-inflamasi

(Rohmah & Nurdianto, 2020).

4
Transmisi atau penularan COVID-19 secara vertikal mungkin dapat

terjadi dari ibu ke janin. Data yang ditemukan dari 179 kelahiran bayi dengan

ibu yang terkonfirmasi positif ditemukan delapan kasus yang dicurigai

adanya transmisi vertikal, lima kasus positif hasil RT-PCR SARS-CoV-2 dan

tiga kasus IgM reaktif (Rohmah et al., 2020). Namun, menurut World Health

Organization (WHO) menjelaskan belum menemukan secara jelas apakah

wanita hamil dengan COVID-19 dapat menularkan virus ke bayi selama masa

kehamilan atau masa menyusui (World Health Organization, 2020).

Sementara itu, untuk mencegah penularan akibat COVID-19 diperlukan

upaya-upaya pencegahan dini agar wanita hamil dan janin tetap terlindungi

dari infeksi virus.

Kesehatan ibu hamil pada masa pandemi Covid-19 ini seharusnya

menjadi skala perioritas bagi dunia medis karena generasi penerus bangsa ada

bersama mereka dan mereka harus dirawat atau dikelola dengan baik agar

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Rekomendasi WHO dalam

pencegahan Covid-19 pada ibu hamil adalah dengan menjaga kebersihan

tangan menggunakan cairan pembersih tangan (alkohol) atau mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir, menerapkan etika batuk dan bersin, memakai

masker, menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang lain, menghindari

menyentuh bagian wajah (seperti, mata, hidung, dan mulut), menghindari

bersalaman dan sebagai pengganti, lambaikan tangan, salam siku atau beri

senyum, makan makanan bergizi, cukup minum dan mengunjungi bidan

secara teratur (WHO, 2020).

5
Langkah-langkah preventif yang dilakukan tentunya harus sejalan

dengan didukung oleh kontribusi menggunakan media power point sebagai

edukasi tentang Covid-19 di masa pandemi seperti yang terjadi sekarang ini.

Melalui media power point dapat diberikan tindakan-tindakan pencegahan

penularan Covid-19 (Sampurno dkk, 2020). Upaya yang bisa dilakukan

dalam memberikan pengetahuan terkait tindakan-tindakan pencegahan

penularan Covid-19 salah satunya melalui kegiatan penyuluhan kesehatan.

Pengetahuan tentang penyakit covid-19 merupakan hal yang sangat

penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit Covid-

19. Pengetahuan tentang Covid-19 dapat diartikan sebagai hasil tahu

seseorang mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, cara pencegahan,

pengobatan dan komplikasinya (Sari dkk, 2020). Masih banyak ditemukan

ibu hamil di beberapa tatanan, seperti pasar, tempat- tempat umum lainnya

mereka banyak tidak melakukan pencegahan, yang paling terlihat jelas yaitu

tidak memakai masker, tidak terlalu peduli dengan social distanching dan

teramati jarang mencuci tangan. Salah satu penyebab penularan Covid-19

pada ibu hamil adalah kurangnya pengetahuan terhadap covid-19 dan

pencegahannya. Pemberian informasi atau pengetahuan dapat dilakukan

kegiatan penyuluhan kesehatan/promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Puskesmas

Rensing, ada 20% ibu hamil yang mengatakan tidak begitu paham dengan

COVID-19 dan bahkan takut untuk melakukan periksa kehamilan ke fasilitas

kesehatan. Adapun kegiatan penyuluhan kesehatan/promosi kesehatan ini

sebagai upaya untuk mengedukasi ibu hamil tentang penularan Covid-19.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada Pengaruh

Edukasi Tentang Penularan Covid-2019 Pada Ibu Hamil Terhadap Perilaku

Pencegahan Penularan Di Wilayah Puskesmas Rensing “?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

edukasi tentang penularan covid-19 pada ibu hamil terhadap perilaku

pencegahan penularan Covid-19 di Wilayah Puskesmas Rensing.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden sebelum dan

sesudah di lakukan pemberian edukasi tentang penularan covid-19

pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Rensing.

b. Mengidentifikasi tindakan responden sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian edukasi tentang penularan covid-19 pada ibu

ibu hamil di Wilayah Puskesmas Rensing.

c. Menganalisis hubungan antara pengaruh edukasi tentang penularan

covid-19 terhadap pencegahan penularan di Wilayah Puskesmas

Rensing.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembaca

Menambah ilmu dan wawasan dalam mengenali pengaruh

edukasi tentang penularan Covid-19 terhadap perilaku pencegahan

penularan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi sebagai bahan acuan untuk penelitian

lebih lanjut mengenai pengaruh edukasi tentang penularan covid-19

terhadap perilaku pencegahan penularan Covid-19.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pelayanan

kesehatan untuk membentuk kebijakan yang sesuai dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan penularan COVID-19 di wilayah

puskesmas rensing, khususnya perlindungan penularan virus pada ibu

hamil

4. Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan pengalaman bagi

peneliti tentang pengaruh edukasi tentang penularan covid-19 terhadap

perilaku pencegahan penularan

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengembangkan

penelitian tentang pengaruh edukasi tentang penularan covid-19 terhadap

perilaku pencegahan penularan.

8
E. Keaslian Penelitian

Penelitian Judul Metode Penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian

Efwana Hubungan Tingkat Metode Hasil penelitian ini


Persamaannya pada Perbedaannya pada
Iftanisyah Pengetahuan Ibu Penelitian menunjukkan bahwa instrument metode penelitian
(2021) Hamil Tentang Kuantitatif mayoritas ibu hamil
penelitian yang yang digunakan yaitu
Covid-19 Dengan Desain Cross memiliki tingkat
digunakan yaitu penelitian efwana
Tingkat Kecemasan Sectional pengetahuan yang
Penelitan Efwana iftanisyah
Selama Kehamilan baik Iftnisyah, menggunakan
Pada Masa instrument Metode Penelitian
Pandemi Covid-19 Menggunakan Kuantitatif Desain
Di Kota Ternate kuesioner Cross Sectional
pengetahuan ibu sedangkan penelitian
hamil tentang ini menggunakan
COVID-19 dan metode kuasi
penelitian ini juga eksperimen dengan
menggunakan pendekatan
kuesioner kuantitatif
Rosmala Pengetahuan Dan Metode Hasil penelitian Persamaannya pada Perbedaannya pada
Dewi Sikap Ibu Hamil Penelitian menunjukkan bahwa instrument metode penelitian
et.all Trimester III Kuantitatif dari 64 responden penelitian yang yang digunakan yaitu
(2020) Terhadap Cross Sectional yang memiliki digunakan yaitu penelitian Rosmala
Pencegahan Covid- pengetahuan covid- Penelitan Rosmala Dewi et.all
19 19 sebanyak dewi et.all , menggunakan
sebanyak (62,5%) instrument Metode Pendekatan
melakukan Menggunakan Observasional dan
pencegahan covid-19 kuesioner dan Desain Cross
dengan baik penelitian ini juga Sectional sedangkan
sebanyak 36 menggunakan penelitian ini
responden (56,3%) kuesioner menggunakan
metode kuasi
eksperimen dengan
pendekatan
kuantitatif

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Edukasi

a. Pengertian Edukasi

Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Edukasi

merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi

tahu (Suliha, 2002). Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat

penting bagi kehidupan manusia, sudah semestinya usaha dalam

menumbuh kembangkan pendidikan secara sistematis dan berkualitas

perlu terus di upayakan, sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat

dicapai secara optimal. Pendidikan memiliki arti penting bagi individu,

pendidikan lebih jauh memberikan pengaruh yang besar terhadap

kemajuan suatu bangsa.

Dalam konteks relasi sosial, khususnya dalam relasi antara

masyarakat yang membutuhkan pendidikan pada tingkat dan jenjang

tertentu melalui pendidikan formal dan pemerintah sebagai penyedia

kebutuhan itu terdapat semacam muatan yang menjadi pengikat dalam

relasi itu. Hubungan antara masyarakat dan pemerintah dengan salah satu

10
muatannya adalah kebutuhan atas pendidikan dipahami dalam konteks

organisasi, keberadaannya dapat dilihat dari sudut pandang muatan dalam

jaringan sosial dalam suatu organisasi sosial (Agusyanto, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan terkait

pentingnya edukasi atau pendidikan itu sendiri dalam penelitian ini dalam

merencanakan, memantau, mengaplikasikan metode, mendeskripdsikan,

dan mengevaluasi hasil terhadap pengetahuan akan teknik dan metode

apa saja yang diketahui oleh para responden penelitian yakni khususnya

para pengunjung lembaga penyedia layanan kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai pemberian

informasi, instruksi, atau peningkatan pemahaman terkait kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat meliputi jenis pendidikan terkait potensial

kesehatan dan bagaimana potensial kesehatan dapat tercapai atau terkait

bagaimana menghindari masalah penyakit tertentu (Carr et al, 2014).

b. Tujuan Edukasi Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 23 tahun 1992 maupun WHO yakni: “meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program

kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi

masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya.

11
Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk meningkatkan derajat

kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk melakukan upaya kesehatan itu sendiri.

c. Sasaran Edukasi Kesehatan

Mubarak et al tahun 2009 mengemukakan bahwa sasaran

pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu:

1) Sasaran primer (Primary Target), sasaran langsung pada masyarakat

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan.

2) Sasaran sekunder (Secondary Target), sasaran para tokoh masyarakat

adat, diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memberikan

pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya.

3) Sasaran Tersier (Tersiery Target), sasaran pada pembuat keputusan

atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah,

diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak

kepada perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada

kelompok primer.

12
2. Covid-19

Coronavirus Disease 2019 atau dikenal dengan covid-19

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru.

Masa inkubasi covid-19 rata-rata 5-6 hari namun dapat mencapai 14 hari,

transmisi dari virus covid-19 dapat melalui percikan droplet. Penularannya

dapat berasal dari seseorang yang terkonfirmasi covid-19 dengan gejala

seperti bersin, batuk dan demam (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok rentan mengalami

infeksi virus. Data sebelumnya dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan

covid-19 pada tanggal 14 September 2021, dilaporkan 4,9% ibu hamil

terkonfirmasi positif covid-19 dari 1.483 kasus yang terkonfirmasi di

Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Hal ini karena masa

kehamilan, terjadi perubahan fisiologi tubuh di kala kehamilan

menyebabkan perubahan mekanisme respon imun di dalam tubuh sehingga

dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi (Rohmah et al.,

2020).

Himbauan Pemerintah tentang pembatasan kegiatan pada berbagai

pelayanan umum, termasuk juga pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal dapat berdampak pada ibu hamil yang menjadi enggan datang ke

fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya karena takut

tertular COVID-19. Menanggapi hal tersebut perlu adanya pengetahuan

dan pemahaman yang baik untuk masyarakat khususnya ibu hamil tentang

COVID-19 dengan cara pemberian edukasi tentang COVID-19 pada ibu

1
hamil.

a. Perilaku Pencegahan Penularan

Tanda dan gejala covid-19 pada ibu hamil menurut Center for

Disease Control and Prevention (CDC) yang (dikutip dalam Christyani

et al., 2020) dijelaskan pada kasus kehamilan yaitu, manifestasi klinis

infeksi COVID-19 tidak berbeda dengan gejala pada umumnya,

diantaranya ialah demam (53%), batuk (42%), sesak napas (12%), nyeri

kepala, dan kehilangan penciuman atau insomnia. Beberapa komplikasi

yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan covid-19 antara lain, aborsi,

trombotik vaskulopati yang menyebabkan penurunan aliran darah

uteroplasenta sehingga perfusi ke janin menurun, komplikasi yang

dapat terjadi ialah kematian prenatal, kelahiran prematur, pertumbuhan

janin yang terhambat (Zheng et al., 2020). Hal ini yang menyebabkan

ibu hamil wajib memiliki pengetahuan yang memadai terkait covid-19

Sikap ibu hamil terhadap COVID-19 dapat ditunjukkan dengan

bagaimana sikapnya terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam

pencegahan penularan COVID-19. Seperti halnya di Negara Turki

dalam sebuah penelitian yang ditemukan, mengemukakan dari 172

responden ibu hamil yang terlibat dalam penelitian. Ditemukan terdapat

65% memiliki sikap yang baik dan percaya terhadap pemerintah serta

tenaga kesehatan dalam penanganan dan pencegahan penularan

COVID-19, terdapat 85% ibu hamil bersedia untuk mengikuti aturan

kartina di rumah (Yassa et al., 2020). Hal serupa juga terjadi di India,

hampir 78,9% wanita hamil setuju untuk diisolasi jika terinfeksi

2
COVID-19 dan terdapat 90,9% setuju bahwa pemerintah India telah

melakukan langkah positif untuk mengurangi penyebaran COVID-

19. Sikap positif tersebut dikarenakan pemerintah India telah

melakukan langkah- langkah pencegahan penularan virus seperti social

distancing, memakai masker, dan menutup tempat-tempat keramaian

seperti sekolah, tempat umum, transportasi umum dan lain-lain

(Kamal et al., 2020).

Ibu hamil wajib menghindari penularan COVID-19 dengan

mengetahui tindakan pencegahan COVID-19 diantaranya ialah selalu

menjag jarak, menggunakan masker dengan benar, sesering mungkin

cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengkonsumsi gizi yang

cukup (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Dalam mempersiapkan

kelahiran, wanita hamil wajib mengetahui cara menyusui dalam situasi

pandemi COVID-19.

Adapun pedoman menyusui berdasarkan pedoman dari Satuan Tugas

Penanganan COVID-19 (2020), antara lain :

a. Ibu dengan COVID-19 dapat menyusui bayinya jika

menginginkannya. Namun, apabila kondisi sedang lemah dapat

menunda menyusui serta memberikan ASI dengan diperah.

b. Pada kondisi ibu dengan COVID-19 namun tetap ingin menyusui

bayinya, wajib menerapkan hal-hal berikut :

1) Menggunakan masker ketika menyusui

2) Cuci tangan sebelum dan setelah menyentuh bayi

3) Rutin bersihkan permukaan yang disentuh dengan disinfektan

3
4) Menerapkan etika batuk dan bersin

5) Jika ibu termasuk (OPD, ODP, Positif COVID-19 atau memiliki

penyakit yang menghalangi saat merawat bayi) hindari menyusui

secara langsung dan dianjurkan untuk mendapatkan donor ASI,

perah/pompa ASI, relaktasi

6) Tidak dianjurkan memberikan susu selain ASI pada bayi

7) Meminta bantuan orang lain yang sehat untuk beri ASI perahan

pada bayi secara benar.

Berdasarkan rekomendasi Persatuan Obstetri dan Genokologi

Indonesia (POGI, 2020), pencegahan penularan Covid-19 antara lain :

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 20

detik, menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan

yang belum dicuci, menggunakan masker, tetap tinggal di rumah saat

sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan melakukan

banyak aktivitas di luar, menutupi mulut dan hidung saat batuk atau

bersin dengan tisu, membuang tisu pada tempat yang telah ditentukan,

bila tidak ada tisu lakukan batuk sesuai etika batuk, konsultasi ke

spesialis obstetri dan spesialis terkait untuk melakukan skrining

antenatal, perencanaan persalinan dalam mencegah penularan Covid-

19.

Selain hal-hal tersebut, pencegahan penularan Covid-19 pada

ibu hamil menurut WHO (2020), antara lain: mencuci tangan sesering

mungkin dengan sabun dan air mengalir, menerapkan sosial distancing,

menjaga jarak antar individu, menghindari menyentuh mata, hidung dan

4
mulut, melakukan etika bersin yang benar, jika mengalami demam,

batuk, dan kesulitan bernapas, segera berobat, melakukan pemeriksaan

skrining antenatal. Hal ini juga diperkuat dalam penelitianHafeez et al.,

(2020) tentang “Review of Covid-19 Diagnosis, Treatments and

Prebention”yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk mencegah

penularan virus corona yaitu penerapan sosial distancing dan menutup

mulut saat batuk atau bersin menggunakan lengan.

Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang

mengabaikan protokol kesehatan yang diwajibkan oleh pemerintah,

salah satunya adalah dari kalangan beresiko tinggi yaitu ibu hamil.

Banyak ibu hamil yang tidak menerapkan protokol kesehatan, seperti

masih berkerumun ketika periksa diposyandu desa atau periksa

kandungan difasilitas kesehatan milik pemerintah seperti puskemas.

Tak jarang ada beberapa ibu hamil yang tidak mengenakan masker

ketika periksa, tidak menjaga jarak, tidak mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir yang sudah disediakan serta masih berkerumun di

bagian pendaftaran. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aritonang et al. (2020) yang menyatakan bahwa 4 dari

10 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di balai pengobatan swasta

tidak memakai masker. Selain itu, ketika beraktivitas di luar rumah ibu

hamil tidak menerapkan protokol kesehatan seperti masih berbicara

dengan tetangga tanpa menjaga jarak, dan sesekali tampak masih ikut

dalam kerumunan.

5
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Penularan

Upaya pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, seseorang

harus mampu menjaga kesehatan diri. Dalam menjaga kesehatan

seseorang terdapat dua faktor pokok yaitu perilaku dan non perilaku.

Menurut L. Green prilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu factor

predisposisi (Predisposing Factors) yang meliputi umur, pekerjaan,

pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin (Enabling

Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas

kesehatan, dan faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud

dalam dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun tokoh

masyarakat

6
Pengaruh Edukasi Tentang Penularan Covid-19 Pada Ibu Hamil Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularan Di Wilayah Puskesmas Rensing

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Edukasi Tentang Penularan Perilaku Pencegahan Penularan Covid-


Covid-19 19

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku pencegahan penularan covid-19:

1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Pengetahuan
5. Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Edukasi Tentang Penularan Covid-19


Pada Ibu Hamil Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Di Wilayah Puskesmas
Rensing

Keterangan:

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

7
C. Hipotesis

1. H0 : Tidak Ada Pengaruh Edukasi Tentang Penularan Covid-19 Pada Ibu

Hamil Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Di Wilayah Puskesmas

Rensing

2. H1 : Ada Pengaruh Edukasi Tentang Penularan Covid-19 Pada Ibu Hamil

Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Di Wilayah Puskesmas Rensing

8
9
10
11
.

12
13
A.

14
15
F.

16

Anda mungkin juga menyukai