i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dilaporkan juga telah menyerang seluruh kelompok usia bayi, balita, remaja,
usia produktif, dan kelompok ibu hamil (Siregar, Aritonang, & Anita, 2020).
Saat ini di Indonesia berdasarkan data dari Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia (POGI) ada 536 ibu hamil terpapar Covid-19 pada
periode April 2020-April 2021. Berdasarkan data terakhir dari Kementerian
Kesehatan tercatat ada 2.179 ibu hamil yang terpapar Covid-19 dan hampir
18% di antaranya adalah menyebabkan kematian akibat Covid-19 yang
artinya ibu hamil cukup menyumbang untuk terjadinya menambah angka
kematian. Sementara itu dari 536 ibu hamil, sebanyak 51,9% di antaranya
adalah OTG (Orang Tanpa Gejala).
Dari data POGI diketahui sebanyak 4,5 persen dari total jumlah ibu
hamil yang terkonfirmasi positif covid-19 itu membutuhkan perawatan di
ruang ICU (Tim, 2020). Berdasarkan data dari 27 kabupaten dan kota yang
masuk ke Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2021 yaitu
sebanyak 691 orang ibu hamil terpapar Covid-19 dan 300 di antaranya
meninggal dunia. Data tersebut merupakan data sebelum lonjakan kasus 3
Covid-19 di Indonesia yang terjadi pada periode Juni-Juli 2021 karena
serangan varian delta. Tingginya angka kematian ibu hamil akibat Covid-19
juga terlihat dari kenaikan jumlah kematian ibu hamil selama masa pandemi.
POGI mencatat kenaikan kematian ibu hamil selama pandemi mencapai
hingga 10 kali lipat. Kasus kematian ibu hamil dengan Covid-19 tertinggi di
Indonesia masih terjadi pada wilayah Jawa Barat sebanyak 300 ibu hamil
meninggal akibat covid, salah satunya Kabupaten Sukabumi dengan jumlah
ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 125 orang ibu hamil dari 28.425
ibu hamil. Tahun 2021 dan angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 9
orang ibu hamil dan 2 bayi (Dinas Kabupaten Sukabumi, 2021).
Berdasarkan data dari Puskesmas Kalapanunggal tahun 2021 terdapat 6
orang ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada trimester 1
sebanyak 1 orang, trimester 2 sebanyak 2 orang dan trimester 3 sebanyak 3
orang. 2 ibu hamil trimester 3 mengalami komplikasi dengan hipertensi dan
sesak nafas, dan semua ibu hamil yang terkonfirmasi setelah mengalami
perawatan di rumah sakit dan PONED dan akhirnya ibu dan bayi dapat
terselamatkan.
Penelitian yang dilakukan Rahma (2021) didapatkan dari 539 ibu hamil
yang dipilih setelah menyelesaikan vaksin dosis kedua. Reaksi setelah
pemberian vaksin pada ibu hamil diantaranya ruam dan nyeri di sekitar
penyuntikan, sakit kepala dam nyeri otot, demam, pusing, mual. Penelitian
yang dilakukan Nasriah (2021) tentang Efektivitas Pemberian Vaksin
COVID-19 pada Ibu Hamil didapatkan efek samping yang ditimbulkan
setelah vaksinasi hanya bergejala ringan seperti demam dan nyeri tempat
penyuntikan. Untuk efek samping yang membahayakan belum diketahui dan
masih butuh penelitian lebih lanjut.
Dampak Covid-19 pada kehamilan dapat dialami oleh janin, neonatus,
bayi dan ibu. Berdasarkan penelitian tinjauan literatur hasil presentase
dampak covid-19 pada kehamilan adalah demam (47%), batuk (47%),
persalinan dengan operasi sesar (59%), persalinan prematur (41%), perawatan
wanita hamil secara intensif (29%), kematian ibu (29%), kematian neonatus
(23%), neonatus positif covid-19 (23%), aborsi spontan (17%), lahir mati
(17%), kematian intrauterin (17%), BBLR (17%), gawat janin (12%), dan
asfiksia neonatal (17%) (Rumfabe, Herlina, and Pande,2020).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Covid 19
2.1.1 Virulogi
Bulan Desember 2019 kasus pneumonia baru muncul di
Wuhan, Tiongkok. Penyakit ini awalnya dinamakan 2019 novel
coronavirus (2019nCoV) (Susilo et al, 2020) kemudian pada 11
Februari 2020 WHO mengumumkan nama yang baru untuk virus ini
yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
(WHO 2020a)
SARS-CoV-2 adalah jenis virus RNA yang memiliki ukuran
120160 nm. SARS-CoV-2 memiliki host utama hewan yaitu
kelelawar dan unta. Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia
terdiri dari 6 jenis yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus
NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute
Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSCoV) (Riedel et al. 2019).
SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 masuk dalam
genus betacoronavirus. Analisis filogenetik memperlihatkan virus ini
ada dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS)
pada 2002-2004 yaitu Sarbecovirus (N. Zhu et al. 2020).
Berdasarakan hasil analisis filogenetik tersebut, International
Committee on Taxonomy of Viruses kemudian mengajukan nama
SARS-CoV-2 (Gorbalenya et al. 2020).
SARS-CoV-2 memiliki struktur genom yang mirip seperti
coronavirus lainnya. Sekuens SARS-CoV-2 memiliki kemiripan
dengan coronavirus yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul
hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian
bermutasi dan menginfeksi manusia (Zhou, 2020). Reservoir
perantara dari SARS-CoV-2 yang diduga adalah mamalia dan burung
(Rothan dan Byrareddy 2020)
Trenggiling juga diduga sebagai reservoir perantara. Strain
coronavirus pada trenggiling adalah yang paling mirip genomnya
dengan coronavirus kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%) (T.
Zhang, Wu, dan Zhang 2020). Homologi antara genom SARS-CoV-2
terhadap coronavirus kelelawar ZXC21 sekitar 89% dan 82%
terhadap SARS-CoV (Chang 2020)
Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa
SARSCoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike
domain receptorbinding yang hampir identik dengan SARS-CoV.
Pada SARS-CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap
angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) (Zhang, 2020). Pada
SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan virus mampu
masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2 (Zhou et al. 2020).
Studi tersebut juga menemukan bahwa SARSCoV-2 tidak
menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti Aminopeptidase N
(APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) (Zhou et al. 2020)
2.1.2 Transmisi
Menurut Han dan Yang penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia
ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran
menjadi lebih agresif, transmisi SARS-CoV-2 dari pasien
simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin
(Han dan Yang 2020). Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2
dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama
setidaknya 3 jam (van Doremalen et al, 2020). WHO memperkirakan
reproductive number (R0) COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun
studi lain yang dilakukan Liu dkk, memperkirakan R0 sebesar 3,28
(Liu et al. 2020)
10
Membuat stok untai virus dengan pertumbuhan yang efisien dalam sel
Vero untuk produksi PiCoVacc, untai CN2 dimurnikan dan satu
passage dalam sel Vero untuk menghasilkan stok P1. Setelah itu,
empat passage yang lain digunakan untuk menghasilkan stok P2-P5.
Evaluasi kestabilan genetic dari PiCoVacc ini, lima passage yag lain
digunakan untuk memperoleh stok P10, keseluruhan genom
digambungkan dengan untai P1, P3, dan P5(Gao et al. 2020). Vaksin
ini didasarkan pada memicu replikasi virus dan meningkatkan
produksi antigen sehingga imun akan terbentuk dengan baik dan cepat
untuk melawan Covid-19 (Syamaidzar 2020).
Uji imunogenisitas PiCoVacc, kelompok tikus BALB/c
diinjeksikan pada hari ke-0 dan ke-7 dengan variasi dosis (0; 1,5; 3;
dan 6 µg dalam garam fisiologis. Hasil uji ini menunjukkan tidak
terjadinya inflamasi maupun efek lainnya. Protein spike, RBD, dan
respon antibodi N-spesifik dievaluasi dengan ELISA (Enzyme-linked
Immunosorbent Assays). Kemudian diuji coba kembali pada kera
(Macaca mulatta) dengan
perbedaan dosis rendah dan dosis tinggi. Hasil uji imunitas pada
vaksin ini menunjukkan respon yang baik dalam memicu sel T untuk
melawan virus, namun tetap harus dikontrol agar imunitas humoral
dapat tetap muncul. Sel T dapat mengiduksi cytokine storm untuk
menekan pathogen Covid-19. Oleh karena itu, respon sel T
dimunculkan oleh vaksin Covid-19 untuk dapat dikontrol dengan baik
agar mengindari terjadinya imunopatologi. Evaluasi keamanan
PiCoVacc dilakukan secara sistematis pada kera dengan mencatat
sejumlah pengamatan klinis dan indeks biologis. Dua kelompok kera
(n=10) diimunisasi dengan injeksi intramuskular dengan dosis rendah
(1,5µg) atau tinggi (6µg) dan dua kelompok kera lainnya diimunisasi
dengan adjuvant (sham) dan garam fisiologis (placebo) selama tiga
kali pada hari ke-0, 7, dan 14 (Syamaidzar 2020).
2.3 Vaksin Covid Pada Ibu Hamil
2.3.1 Pengertian Ibu hamil
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan
untuk melanjutkan keturunan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil
terdapat janin yang tumbuh di dalamrahim. Kehamilan merupakan
masa kehidupan yang penting. Seorang ibu hamil harus
mempersiapkan diri sebaik- baiknya agar tidak menimbulkan
permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan
gizi (Waryana,2010).
Tanda-tanda seorang wanita yang hamil :
1. Ibu berhenti haid
2. Payudara mulai membesar dan mengeras.
3. Pada pagi hari ibu sering muntah – muntah, pusing, dan mudah
letih.
4. Semakin hari perut seorang wanita hamil akan membesar dan
pada saat usia kehamilan 6 bulan puncak rahim setinggi sekitar
pusat.
5. Sifat ibu berubah – ubah, misalnya ibu lebih suka makan yang
asam-asam, rujak, mudah tersinggung dan sebagainya adalah
normal
jenis vaksin yan diperbolehkan untuk ibu hamil berikut efek yang
dirasakan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
3.5.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
34
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari
populasi itu. Apa yang di pelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian ibu
hamil yang sudah melakukan vaksin dosis 1 atau 2 di Puskesmas
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi sebanyak 69 ibu hamil.
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi
dua bagian inklusi dan ekslusi. (Nursalam, 2017).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Semua Ibu hamil trimester II dan III yang telah di vaksin di
puskesmas Kalapanunggal minimal 1 dosis
b. Ibu yang bersedia menjadi responden.
Kriteria ekslusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel:
a. Ibu hamil yang tidak di vaksin
3.7.1.4 Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data
yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang
diteliti.
3.7.1.5 Tabulating
Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel. Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai
dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel
distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan,
kemudian nilai tersebut dimasukan kedalam kategori nilai yang telah
dibuat. Proses analisis ini dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dari kuesioner pengetahuan dan kepatuhan
3.7.2 Analisis Data
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan/ mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).
Cahyono, J.B Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius.
Chang, Wen-Han. 2020. “A review of vaccine effects on women in light of the
COVID-19 pandemic.” Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology
59(January): 812–20.
Chen, Huijun et al. 2020. “Clinical characteristics and intrauterine vertical
transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant women :
a retrospective review of medical records.” The Lancet 395(10226): 809–
15. http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30360-3.
Gorbalenya, Alexander E. et al. 2020. “The species.” NATURE MICROBIOlOGy
5(March): 536–44.
Hadianti, D.N et al. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; Gavi: The Vaccine
Alliance.
Harris, Tara, Jyotsna Nair, Jill Fediurek, dan Shelley L. Deeks. 2017.
“Assessment of sex-specific differences in adverse events following
immunization reporting in Ontario, 2012–15.” Vaccine 35(19):
http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine.2017.03.035.
Klein, Sabra L, Ian Marriot, dan Eleanor N Fish. 2015. “Sex-based differences in
immune function and responses to vaccination.” Transactions of the
Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene hypersensitivity 109: 9–
15.
Le, Tung Thanh et al. 2020. “The COVID-19 vaccine development landscape.”
Nature Reviews Drug Discovery 19(May): 305–6.
http://dx.doi.org/10.1038/d41573-020-00073-5.
Lisnawati, L. 2016. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Liu, Ying, Albert A Gayle, Annelies Wilder-smith, dan Joacim Rocklöv. 2020.
“The reproductive number of COVID-19 is higher compared to SARS
coronavirus.” Journal of Travel Medicine: 1–4.
Mastiningsih, P. 2018. Buku Ajar Imunisasi. Bogor: In Media.
Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Peneltian Kesehatan. III. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Ong, Sean Wei Xiang et al. 2020. “Air, Surface Environmental, and Personal
Protective Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome
38