Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal care(ANC) merupakan pengawasan wanita hamil


secara teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas. WHO 2016 mengeluarkan panduan baru minimal 8
kali kunjungan pelayanan antenatal yaitu pada usia kehamilan 12, 20, 26, 30, 34, 36, 38 dan 40
minggu. Post natal atau masa nifas dimulai sejak persalinan hingga 6-8 minggu pasca persalinan.
Menurut Kementrian Kesehatan RI 2010 Tujuan dari ANC secara umum adalah untuk memenuhi hak
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat khususnya juga di
masa pandemic Covid 19 ini. Di Indonesia, kematian ibu dan kematian neonatal masih
menjadi tantangan besar dan perlu mendapatkan perhatian dalam situasi
bencana COVID-19. Berdasarkan data dari Gugus TugasPercepatan Penanganan
COVID-19per tanggal 14 September 2020, jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19
sebanyak 221.523 orang, diantaranya sebanyak 5.316 orang (2,4%) adalah anak berusia0-5
tahun dan terdapat 1,3% di antaranya meninggal dunia. Untuk kelompok ibu hamil,
terdapat 4,9% ibu hamil terkonfirmasi positif COVID-19 dari 1.483kasus
terkonfirmasi yang memiliki data kondisi penyerta. Data ini menunjukkan bahwa ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahirjuga merupakan sasaran yang rentan terhadap
infeksi COVID-19dan kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak
pembatasan hampir ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas
pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran menunda
pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari
segi tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri.Hal ini menyebabkan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi salah satulayanan yang terkena
dampak, baik secara akses maupun kualitas.Saat ini bangsa Indonesia harus memulai
adaptasi kebiasaan baru agar tetap dapat hidup sehat dalam situasi pandemi COVID-19.
Adaptasi kebiasaan baru harus dilakukan agar masyarakat dapat melakukan kegiatan
sehari-hari sehingga dapat terhindar dari COVID-19. Dengan adaptasi kebiasaan
baru diharapkan hak masyarakat terhadap kesehatan dasar dapat tetap terpenuhi. Hal ini
merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan antenatal, persalinan dan pasca bersalin di era adaptasi kebiasaan baru.
Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat
dikenali secara dini, serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga
kesehatan dapa tterlindungi dari penularan COVID-19.
Messaging System To Complement Neonatal care adalah suatu tindakan memberikan wanita
kesehatan yang relevan dan akurat terkait informasi, yang memungkinkan mereka untuk
mengenali apakah mereka memang benar menerima perawatan antenatal yang memadai
(ANC), dan untuk terlibat lebih efektif dengan sistem kesehatan. Messaging System ini
menyampaikan konten promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan
persalinan melalui teks pendek layanan pesan (SMS) dan memungkinkan ibu hamil untuk
mengklarifikasi pertanyaan yang terkait dengan ANC. Dibutuhkan untuk memperluas
jangkauannya di tingkat komunitas temuan kami menunjukkan bahwa bisa dilakukan dengan
dua orang atau lebih dalam sebuah grup (komunitas) dengan menggunakan telepon seluler.
Layanan pesan teks pendek (SMS) berpotensi berguna untuk meningkatkan cakupan praktik
ANC yang direkomendasikan. Meningkatkan cakupan praktik ANC yang direkomendasikan
memaksimalkan peluang untuk mengidentifikasi komplikasi kehamilan, dan meningkatkan
hasil akhir ibu dan bayi baru lahir. Determinan kematian ibu sangat kompleks dan
multifaktorial, namun ANC yang berkualitas merupakan kunci untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan mengurangi morbiditas dan mortalita.

Menurut data SDKI 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 100
kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002
sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup namun pada tahun 2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus
menurun) dan pada SDKI 2012 menunjukkan angka 32/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Dan pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus) 2015 baik
AKI maupun AKB menunjukkan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/1.000KH).
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Indonesia belum mencapai target dalam hal
menurunkan AKI namun telah mencapai target dalam menurunkan AKB (DirKesKel, 2016).
Salah satu penyebab Angka Kematian Ibu diantaranya yaitu kematian ibu karena komplikasi
kehamilan maupun persalinan sebesar kurang lebih 830 wanita di seluruh dunia setiap
harinya. Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan.
Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan sebagian besar dapat
dicegah dan diobati. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% kematian maternal
adalah perdarahan, pre eklamsia/eklamsia, infeksi, komplikasi persalinan dan unsafe abortion
(Syalfina, 2016).

Maka dari itu untuk mengehindari AKI kelompok kami memutuskan untuk melakukan
penelitian ANC secara Onlinde di masa pandemi ini. Solusi kesehatan keliling Atau biasa
yang disebut dengan Messaging System To Complement dapat menjadi alternatif sarana
pemberdayaan pengguna layanan kesehatan, termasuk hamil wanita, dan mendorong mereka
untuk menjadi juara kesehatan mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai