Anda di halaman 1dari 51

Kompetensi 

Kepala Sekolah
Kompetensi Kepala Sekolah
A. Kompetensi Kepribadian

1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :

 Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
 Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
 Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
 Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.

2.Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala


sekolah:

 Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik


baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsinya.
 Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan rasa
keingintahuannya terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

3. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:

 Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara tranparan dan


proporsional kepada orang lain atas segala rencana, proses pelaksanaan,
dan keefektifan, kelebihan dan kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok
dan fungsi
 Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat,
bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

4.Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan


sebagai kepala sekolah:

 Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah sehubungan


dengan suatu tugas pokok dan fungsi
 Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu
tugas pokok dan fungsi
 Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk kegagalan
sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

5.Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:


 Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif
 Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah
B. Kompetensi Manajerial

1.Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan


perencanaan:

 Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional


sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis,
perencanaan orpariosanal, perencanaan tahunan, maupun rencana angaran
pendapatan dan belanja sekolah,
 Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah
berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan strategis yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik
 Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah
berlandaskan kepada keseluruhan rencana strategis yang telah disusun,
melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop
yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana operasional yang
baik.
 Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan
kepada keseluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan tahunan yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik.
 Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS)
berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun,
melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan RAPBS yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan RAPBS yang baik.
 Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada
keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program
kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan
program yang baik.
 Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan
proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh
prinsip-prinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik.

2.Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan:

 Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam


pengorganisasian kelembagaan sekolah sebagai landasan dalam
mengorganisasikan kelembagaan maupun program insidental sekolah.
 Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah
yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan,
strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.
 Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja
melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.
 Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan
 Mampu mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses
pengorganisasian yang baik
 Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai
dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah, dan tepat persebaran.
 Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah yang
efektif dalam mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah dan
sekaligus pemenuhan kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan pendidikan
dan tenaga kependidikan

3.Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:

 Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program


strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.
 Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan
rencana untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan
sasaran sekolah
 Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan
memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan
 Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf, dan
antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah
 Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan
profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
 Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka
mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan
sekolahnya
 Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan komite
sekolah
 Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi
yang tepat
 Mampu menerapkan manajemen konflik

4.Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:

 Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana


pengembangan sekolah
 Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat
kewenangan yang dimiliki oleh sekolah
 Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru
dan staf
 Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai kewenangan
yang dimiliki sekolah
 Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai
kewenangan dan kemampuan sekolah

5.Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka


pendayagunaan secara optimal:

 Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot,


lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah
 Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
 Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif maupun
perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah
 Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai
sistem pembukuan yang berlaku.
 Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah

6.Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian


dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:

 Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan


masyarakat
 Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka mendapatkan
dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat
 Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah,
swasta dan masyarakat

7. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa


baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa:

 Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal perencanaan


dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan kebutuhan sekolah
 Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa dalam kelas
sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan tersebut.
 Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam membantu
penguatan kapasitas belajar siswa
 Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa
sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan
 Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah dalam
memelihara kedisiplinan siswa
 Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan belajar siswa
 Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan pelaksanaannya kepada
siswa yang berprestasi
8.Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan arah dan tujuan pendidikan nasional:

 Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional, dan


tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal secara tepat dan
kompherensif sehingga memiliki sikap positif akan pentingnya tujuan-tujuan
tersebut sebagai arah penyelenggaraan pendidikan dan terampil
menjabarkannya menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.
 Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang kedirian peserta
didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat, dan bermartabat, dan
mampu mengembangan layanan pendidikan sesuai dengan karakter, harkat,
dan martabat manusia.
 Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap yang benar
tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik
 Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan kurikulum
nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kebaradaan kurikulum
nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam
menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan
 Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan
kompetensi lulusan yang diharapkan
 Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat mengembangkan
kecerdasan intelektual, spritual, dan emosional sesuai dengan materi
pembelajaran
 Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran di
sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan
 Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam
pembelajaran
 Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per semester
 Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester
 Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembelajaran dan
melaporkan hasil-hasilnya kepada stakeholders sekolah.

9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan


yang akuntabel, transparan, dan efisien:

 Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai dengan rencana


pengembangan sekolah, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka
panjang.
 Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang bersumber
dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.
 Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas prioritas dan efisiensi
 Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan sesuai peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku
10.Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-
kegiatan sekolah:

 Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai dengan
pedoman persuratan yang berlaku
 Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi akademik,
kesiswaan, sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat
 Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis maupun
arsip lainnya
 Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsip-
prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik

11.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan


pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah:

 Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat dimanfaatkan secara


optimal bagi kepentingan pembelajaran siswa
 Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan secara optimal
bagi kepentingan pembelajaran keterampilan siswa
 Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan sejenis untuk
membantu siswa dalam pelayanan kesehatan yang diperlukan
 Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip kesehatan, gizi, dan
keterjangkauan
 Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun
sebagai sumber belajar siswa
 Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan sumber belajar
yang diperlukan oleh siswa

12.Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan


inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah:

 Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan melalui


cara berpikir dan cara bertindak
 Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke dalam berbagai
kegiatan-kegiatan produktif yang menguntungkan sekolah
 Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan produktif) di
kalangan warga sekolah

13.Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi


pembelajaran siswa:

 Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan suasana


nyaman, bersih dan indah
 Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui penciptaan
hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga sekolah
 Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan
berorientasi pelayanan prima

14.Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan


program dan pengambilan keputusan:

 Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem informasi


 Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan
 Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik sesuai
kebutuhan pendataan sekolah
 Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan program
pengembangan sekolah

15.Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi


peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah:

 Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam


manajemen sekolah
 Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam
pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat
pembelajaran

16.Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber


pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa:

 Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi


sekolah
 Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan yang profesional dan akuntabel
 Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan menyusun
laporan
 Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya

17. Mampu melaksana-kan pengawasan terhadap pelaksana-an kegiatan


sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku:

 Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar


pengawasan sekolah
 Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan
kegiatan sekolah
C. Kompetensi Supervisi

1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat:

 Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru


 Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-teknik
supervisi yang tepat
 Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui antara lain
pengembangan profesional guru, penelitian tindakan kelas, dsb.

2.Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan


sesuai dengan prosedur yang tepat:

 Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat diukur dan
dinilai.
 Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program pendidikan
dengan menggunakan teknik yang sesuai
 Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring dan
evaluasi
D. Kompetensi Sosial

1.Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:

 Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan


sekolah
 Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan
orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah
 Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait
dalam rangka pengembangan sekolah
 Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan
stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah

2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:

 Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah


 Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan
 Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau
kegiatan masyarakat lainnya
 Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:

 Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai


problem finder)
 Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)
 Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah dalam
memecahkan masalah kelembagaan
 Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal
sekolah
 Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain
 Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,
Penjelasan 5 Kompetensi Kepala Sekolah
berdasarkan Permendikbud Nomor 13 Tahun
2007

Kepala sekolah merupakan jabatan strategis yang tidak semua orang akan
mampu mengembannya. Keterampilan dan kecekatan dalam memimpin sebuah
sekolah menjadi kunci dalam menentukan kemajuan dan kesuksesan sebuah
sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Harus diakui bahwa semua guru dapat mengemban tugas tambahan lain seperti
menjadi wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, kepala
bengkel, kepala program keahlian, wali kelas, pembina ekstra kurikuler, dan juga
tugas tambahan lain, tetapi tidak semua guru mempunyai kemampuan dan
kesanggupan dalam mengemban tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

Untuk mengemban tugas tambahan sebagai kepala sekolah maka guru harus
mempunyai kemampuan dan kapasitas intelektual, emosional, spiritual dan
sosial.  Kemampuan-kemampuan tersebut akan sangat  berpengaruh besar
terhadap efektifitas kepemimpinannya. Sementara, kedalaman ilmu, keluasan
pikiran, kewibawaan dan relasi komunikasinya akan membawa membawa
perubahan signifikan dalam manajemen sekolah yang menjadi tanggung
jawabnya.

Oleh karena itu, kepala sekolah harus terus menerus meningkatkan


kompetensinya dari hari e hari dan dari waktu ke waktu agar tetap dapat
mengimbangi perubahan-perubahan yang ada, sehingga kepala sekolah akan
menjadi motor penggerak bagi program-program kerja yang strategis dalam
rangka meningkatkan dan memajukan kualitas pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya.
Seorang kepala sekolah juga harus mampu untuk berkomunikasi dengan baik
dan aktif dalam forum diskusi, seminar, workshop dan bentuk-bentuk diklat
lainnya, intens dalam organisasi sosial, dan rajin beribadah sebagai identitas
kompetensi kepemimpinannya baik secara formal struktural maupun perilaku
yang melekat pada dirinya sebagai seorang pemimpin ditingkat sekolah.

Oleh sebab itu, ada 5 kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh kepala
sekolah bila ingin tetap menjaga kualitas sekolahnya tetap berjalan baik serta
peningkatan kualitas peserta dididik pada sekolah yang dipimpinnya. Adapun 5
kompetensi yang harus di miliki oleh seorang kepala sekolah adalah sebagai
berikut:

1. Kompetensi Kepribadian

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi kepribadian berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah  adalah sebagai berikut:

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan


menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.

2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala


sekolah/madrasah.

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai


kepala sekolah/madrasah.

6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Kepribadian bukan hanya tentang pesona,  sikap positif terhadap hidup, wajah
yang tersenyum, tetapi kepribadian juga merupakan suatu konsep dinamis yang
menggambarkan pertumbuhan dan pengembangan dari system psikologis
keseluruhan dari seseorang.

Pengembangan pribadi secara mandiri dapat dilakukan dengan upaya sebagai


berikut :

1. Berupaya memahami secara mendasar dan komprehensif bahwa


pengembangan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi orang lain dan beraklak mulia akan menjadi salah satu pilar
pendidikan berkualitas.
2. Mengembangkan aspek-aspek kepribadian empatik dalam kehidupan sehari-
hari, yang meliputi aspek –aspek sebagai berikut :

a. Respek dan apresiasi terhadap diri sendiri, artinya harus memiliki rasa harga
diri yang kuat yang menyanggupkan berhubungan dengan orang lain  atas dasar
hal-hal positif.

b. Kemauan yang baik, yang meliputi minat yang tulus, jujur terhadap
kebahagiaan orang lain, rasa hormat, percaya, dan menghargai orang lain, serta
menghindarkan memanfaatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang
sifatnya pribadi.

c. Mengembangkan diri menjadi pribadi yang otonom melalui pengembangan


hidup yang sesuai dengan kepribadiannya sambil terbuka untuk belajar dari
orang lain, dan menginternalisasikan berbagai konsep  dengan kondisi  yang
ada.

d. Berusaha menjadi teladan, dengan cara selalu mengontrol dan


mengendalikan kesadarannya bahwa apa yang diberikan kepada orang lain ,
apa yang diucapkan dan dilakukannya bukan hanya diterima tetapi juga akan
ditiru.

e. Berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dalam pengertian berusaha


untuk terbuka guna memperluas cakrawala wawasaannya, dan berusaha untuk
meningkatkan kualitas kepribadiannya.

2. Kompetensi Manajerial

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi manajerial berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah  adalah sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan


perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya


sekolah/madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju


organisasi pembelajar yang efektif.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif


bagi pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka


pendayagunaan secara optimal.

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka


pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10.Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai


dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11.Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan


yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12.Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian


tujuan sekolah/ madrasah.

13.Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung


kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di ekolah/madrasah.

14.Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung


penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15.Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran


dan manajemen sekolah/madrasah.

16.Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program


kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan
tindak lanjutnya.

Kompetensi manajerial kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuanya dalam


menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan,
pengembangan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, kepemimpinan

sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal,


mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajaran yang efektif, menciptakan budaya dan iklim sekolah pembelajaran
yang efektif, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif
bagi pembelajaran peserta didik.

Seorang kepala sekolah sangat penting memiliki pengetahuan tentang


manajemen karena implementasi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah tidak
cukup mengandalkan aksi-aksi praktis dan fragmentasi, melainkan berbasis
pada pengetahuan bidang manajemen dan kepemimpinan yang cerdas.

Selain itu, hakikat pengetahuan adalah segenap apa yang kepala sekolah
ketahui tentang sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan manajemen  itu sendiri
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya wawasan pengetahuan seorang kepala sekolah.

Ada lima ranah pengetahuan yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu
pengetahuan praktis, intelektual, small talk, pengetahuan spiritual dan
pengetahuan yang tidak diketahui. Penguasaan pengetahuan ini sangat esensial
dalam implementasi manajemen di sekolah. Pengetahuan akan pekerjaan
mempunyai korelasi yang tinggi terhadap prestasi kerja dan kemampuan kerja
memiliki korelasi yang tinggi terhadap prestasi kerja.

Sementara, pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun


yang menggunakan pendekatan berbasis sekolah, akan dapat berjalan dengan
baik jika didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang secara fungsional
mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

Kepala sekolah juga  dituntut mampu mensinergikan seluruh komponen dan


potensi sekolah dan lingkungan sekitar agar tercipta kerjasama untuk
memajukan sekolah. Perilaku kepala sekolah tercermin dari kristalisasi interaksi
antara fungsi organik manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, evaluasi) dengan fungsi substantif, yaitu akademik, ketenagaan,
keuangan, fasilitas, kehumasan, pelayanan kusus, dan sebagainya. Fungsi
organik manajemen merupakan roda gigi dalam menjalankan fungsi substansi.

3.Kompetensi Kewirausahaan

 Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan Permendiknas Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah  adalah sebagai
berikut:

1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai


organisasi pembelajar yang efektif.

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi


kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa


sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Kompetensi kewirausahaan menjadi sangat penting buat kepala sekolah karena


kompetensi ini berkaitan dengan tantangan persaingan antar sekolah dimasa
mendatang.

Di zaman globalisasi dan era milenial yang saat ini sedang berlangsung,
sekolah-sekolah di Indonesia tidak hanya berkompetisi dengan sekolah-sekolah
luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Australia saja.

Hal yang harus diwaspadai dan diantisipasi adalah kemungkinan sekolah-


sekolah diluar negeri yang mempunyai kualitas bagus dan kompetitif  membuka
cabang atau agen di Indonesia. Apabila kepala sekolah tidak mempunyai
kompetensi yang baik untuk mengembangkan dan memajukan sekolahnya,
maka secara otomatis banyak anak-anak Indonesia yang akan memilih
bersekolah di sekolah Internasional yang ada di Indonesia tetapi merupakan
cabang sekolah yang ada di luar negeri.

Pada sisi lain tantangan dan perkembangan lingkungan strategis baik nasional
maupun internasional dalam berbagai bidang juga makin berat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan komunikasi saling berkait dengan
kemampuan kewirausahaan di jaman sekarang. Salah satu aplikasi manajemen
pendidikan, teriutama manajemen berbasis sekolah dan dikaitkan dengan
kewirausahaan ini adalah secara ekonomi mampu mendorong masyarakat,
khususnya orang tua siswa, untuk menjadi fondasi utama operasi sekolah,
mengingat pendidikan persekolahan itu tidak gratis dan membutuhkan dana
yang besar.

Dalam implementasi pelaksanaan pendidikan, masyarakat berhak mengkritisi


kinerja sekolah dan kepala sekolah agar lembaga milik publik ini tidak keluar dari
tugas pokok dan fungsi utamanya. Artinya, dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang merupakan keniscayaan bagi masyarakat untuk menjadi
fondasi sekaligius tiang penyangga utama pendidikan persekolahan yang
berada pada radius tertentu dimana masyarakat itu bermukim.

Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah merupakan perilaku, yang


mencakup pengambilan inisiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi
mekanisme sosial dan ekonomi terhadap sumber dan  situasi  ke dalam praktek,
dan penerimaan resiko kegagalan. Berwirausaha disekolah berarti memadukan
kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya yang ada di lingkungan
sekolahan guna mengambil keuntungan.

Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam kontek realitas di sekolahan


maka kepala sekolah harus mampu menafsirkan berbagai kebijakan dari
pemerintah sebagai kebijakan umum, sedangkan operasionalisasi kebijakan
tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ditunjang oleh kiat-kiat
kewirausahaan. Misalnya jika dana bantuan dari pemerintah terbatas sedangkan
suatu kegiatan harus tetap dilaksanakan atau diadakan maka kepala sekolah
harus mampu menggali potensi sumber dari masyarakat dan orang tua siswa
sebagai langkah antisipasinya.

Seiring dengan perkembangan waktu jika kualitas sekolah baik, masyarakat,


terutama orang tua  akan bersedia berperan aktif di sekolah, karena yakin
anaknya akan mndapat pendidikan yang baik. Di sanalah pentingnya pribadi
wirausaha kepala sekolah, untuk mencari jalan meningkatkan kualitas sekolah
agar masyarakat dan orang tua percaya terhadap produktifitas sekolah dan mau
berpartisipasi dalam berbagai program sekolah.

Sementara jika kepala sekolah  ingin sukses dalam mengembangkan program


kewirausahaan di sekolah, maka kepala sekolah, tenaga kependidikan baik guru
maupun non guru dan peserta didik  harus bisa secara bersama memahami dan
mengembangkan sikap kewirausahaan sesuai dengan tugas masing-masing
sehingga program kewirausahaan di sekolah dapat berjalan dengan baik dan
maksimal.

4. Kompetensi Supervisi

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi supervisi berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah  adalah sebagai berikut:

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan


profesionalisme guru.

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan


pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka


peningkatan profesionalisme guru

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam semua kegiatan


sekolah dituntut agar dapat menyelenggarakan pendidikan secara baik dan
produktif. Persoalannya adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut kepala sekolah tidak mungkin melaksanakan seluruh kegiatan sendiri,
oleh karena itu ada pendelegasian kepada guru maupun staff, untuk
memastikan bahwa pendelegasian tugas itu dilaksanakan secara tepat waktu
dengan cara yang tepat atau tidak maka diperlukanlah supervisi yaitu menyelia
pekerjaan orang lain.

Supervisi akan dapat berjalan dengan baik jika staff, peserta didik, dan orang tua
memandang kepala sekolah memiliki kompetensi untuk melakukan kegiatan
supervissi terhadap mereka. Dalam hal ini seorang kepala sekolah dapat
melaksanakan supervisi dengan melakukan tindakan kunjungan kelas, berbicara
dengan guru, peserta didik, orang tua, mengikuti perkembangan masyarakat
sekolah, orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam rangka memenuhi
tanggungjawab dan fungsinya sebagai kepala sekolah.

Kompetensi supervisi kepala sekolah  mencakup:


1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan tehnik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademis terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dalam penelitian ini yang


dimaksud dengan kompetensi supervisi adalah pengetahuan dan kemampuan
kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti
supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah

Supervisi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada para guru
adalah supervisi pengajaran, yang perlu diarahkan pada upaya-upaya yang
sifatnya memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang
secara profesional .  Proses belajar mengajar perlu dilakukan supervisi dengan
tujuan:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2. Memadukan perbaikan pengajaran secara relatif menjadi lebih sempurna dan
mantap yang berarti memberi dukungan langsung kepada guru dalam rangka
mencapai tingkat kompetensi yang disyaratkan.
3. Meningkatkan kualitas dan kemampuan guru.

Apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi dengan cara yang tidak
tepat maka akan berdampaka pada kemandekan kinerja guru, sebaliknya
ketepatan pelaksanaan supervisi yang bersifat teknis akan meningkatkan kinerja
guru. Sedangkan tingkat kinerja guru dalam hubungannya dengan supervisi
ditentukan oleh situasi proses belajar mengajar yang lebih baik, meningkatnya
kemampuan mengatasi permasalahan tugas dilapangan secara profesional,
pelaksanaan supervisi yang demokratis, sistematis, konstruktif, kreatif,
kooperatif dan terus menerus akan berjalan dengan baik.

Konsep supervisi pengajaran terbagi dua, yaitu supervisi kelas dan supervisi
klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan menyusun alternatif
pemecahannya. Supervisi klinis merupakan layanan profesional  dari kepala
sekolah dan pengawas karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam
pelaksanaan supervisi kelas.  Supervisi kelas bersifat top-down, artinya
perbaikan pengajaran ditentukan oleh supervisor, sedangkan supervisi klinis
bersifat bottom-up, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-
persoalan otentik yang dialami guru.

Pengawasan pendidikan adalah kedudukan yang strategis dan penting dalam


peningkatan mutu proses belajar mengajar. Dengan demikian para supervisor
pendidikan (dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas) harus memiliki
kemampuan profesional yang handal dalam pelaksanaan supervisi
pembelajaran , kemampuan profesional pengawas diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pembinaan guru di sekolah.

Di sisi lain, masalah peningkatan kualitas pembinaan guru di sekolah pada


hakekatnya berkaitan dengan peranan superevisor dalam memberikan bantuan
dan pelayanan profesional  bagi guru-guru agar mereka lebih mampu
melaksanakan tugas pokoknya. Kualitas kinerja supervisor sekolah perlu
dilandasi dengan peningkatan kemampuan supervisi para pengawas dalam
melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab.

Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu


pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Karena itu
supervisi kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan
profesional guru yang berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu
mekanisme untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya
mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar
yang lebih baik pula.

5. Kompetensi sosial

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah  adalah sebagai berikut:

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Kompetensi sosial kepala sekolah adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan


berinteraksi secara efektif dan efisien, baik dengan peserta didik, guru ,orang
tua/wali, dan masyarakat sekitar, sehingga seorang yang memiliki kompetensi
sosial akan nampak menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi
panutan, komunikatif, dan kooperatif. Kompetensi sosial adalah kemampuan
untuk berkomunikasi, membangun relasi, dan kerjasama, menerima perbedaan,
memikul tanggung jawab, menghargai hak orang lain, serta kemampuan
memberi manfaat bagi orang lain di sekelilingnya.
Kompetensi sosial menjadi sangat penting bagi kepala sekolah karena dalam
menjalankan tugasnya kepala sekolah harus:

1. Terampil bekerjasama dengan orang lain berdasarkan prinsip saling


menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah, yang masuk dalam
kategori ini adalah bekerjasama dengan atasan, guru dan staff, siswa, sekolah
lain serta instansi lain

2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat, indikatornya


adalah mampu berperan aktif dalam kegiatan informal, organisasi
kemasyarakatan, keagamaan, kesenian, olahraga.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, indikatornya


antara lain berperan sebagai problem finder dilingkungan sekolahan, kreatif dan
mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh agama, masyarakat dan
pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam menyelesaikan konflik
internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain dan
mampu bersikap empati kepada orang lain.

Sebenarnya, peran penting kompetensi sosial ini terletak pada peran pribadi
kepala sekolah yang hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan
masyarakat. Untuk itu seorang kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan msayarakat, kemampuan ini meliputi kemampuan berbaur
secara santun, luwes dengan masyarakat, dapat melalui kegiatan oleh raga,
keagamaan, dan kepemudaan, kesenian dan budaya. Keluwesan bergaul harus
dimiliki oleh kepala sekolah selain sebagai kepala maupun sebagai guru.

Pada sisi lain realitas peran dan kiprah seorang kepala sekolah dinilai dan
diamati baik oleh guru, anak didik, teman sejawat, dan atasannya maupun oleh
masyarakat. Bahkan tidak jarang juga kebaikan dan kekurangan kepala sekolah
dibicarakan oleh masyarakat secara luas, oleh karena itu penting bagi seorang
kepala sekolah untuk meminta pendapat baik dari guru, karyawan, siswa
maupun teman sejawat tentang penampilannya sehari-hari baik di sekolah, di
masyarakat dan segera memanfaatkan pendapat/kritik untuk memperbaiki
dirinya sebagai kepala sekolah.

Sementara kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka mendukung profesi


kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosialnya adalah sebaga
berikut:

1. Pendidikan dan latihan pengembangan kompetensi baik dilakukan secara


reguler maupun insidental tergantung situasi dan tujuan yang hendak dicapai,
pelatihan yang dapat membangkitkan kepekaan sosial , keraifan budaya,
merupakan linji yang dapat dipilih.

2. Berbagi pengelaman melalui forum yang dapat merupakan bentuk untuk


saling merefleksi masing-masing.

3. Penyusunan program dan kegiatan secara teratur disekolah.


4M DALAM KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Masih cerita tentang tes akademik calon kepala sekolah tahun 2015. Awalnya
kami kira tes akademik ini berupa butiran soal pilihan ganda yang harus dijawab.
Sebagai usaha kami mendownload soal-soal tersebut dan berupaya
menjawabnya.

Ternyata penilaian calon kepala sekolah untuk tahun 2015adalah penilaian


potensi kepemimpinan. Menilai kemampuan calon dalam menganalisis dan
mengambil keputusan secara tepat terhadap suatu situasi, kasus dan kondisi
bermasalah. Faktor lain yang juga dinilai, yaitu kemampuan calon untuk mencari
alternatif solusi dan merencanakan tindakan yang tepat dalam mengatasi situasi,
kasus, dan kondisi bermasalah.

Alternatif solusi dan rencana tindakan yang diambil harus mengacu pada 4M,
yaitu mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan
memberdayakan.Berikut adalah penjelasan keterampilan 4M yang harus dimiliki
oleh seorang kepala sekolah.

1. Mempengaruhi | The Power of Influence


Keterampilan pertama yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah harus bisa
mempengaruhi, artinya mampu membuat orang lain menyetujui dan menerima
ide-ide yang digagas oleh pemimpin. Persetujuan dan penerimaan ini bisa
dikatakan baik apabila mereka menerima dengan senang, terbuka, dan rela hati.
Tentunya dengan kesadaran penuh.  

Tahap pertama dalam belajar mempengaruhi adalah harus bisa memasuki pola
pikir. Pada tahap ini rasionalitas yang berbicara. Jangan hanya emosi saja yang
dibesar-besarkan. Belajarlah berpikir dingin. Rasionalitas itu tumbuh karena
adanya learning spirit. Maka jangan biarkan dirimu terjebak dalam kejumudan
dan kebodohan. Orang-orang pandai selalu merasa kekurangan ilmu. Sebab
memang selalu ada celah kosong untuk terus mengisi otak dengan ilmu
pengetahuan. Kita bisa memperindah diri dengan sentuhan ilmu pengetahuan,
mempertajam intuisi dengan pembelajaran, dan mengasah kemampuan diri
dengan lesatan ide-ide cemerlang. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan sekolah


agar kebijakan tersebut menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga
sekolah sehingga mereka dengan penuh kesadaran melaksanakan sesuatu
yang telah diputuskan. Hal-hal tersebut antara lain: 
a. Kebijakan yang diambil bukan semata-mata untuk kepentingan sekelompok
orang tetapi kebijakan yang diambil harus memiliki tujuan yang jelas untuk
memajukan pendidikan secara umum pada tingkat mikro.
a. Kebijakan yang diambil menampung semaksimal mungkin aspirasi bawahan
sehingga kebijakan tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
c. Lakukan analisis dampak negatif dan positif bersama dengan pembantu
kepala sekolah sebelum kebijakan tersebut diluncurkan.
d. Hindari mengambil keputusan yang tidak populer yang hanya akan
mengakibatkan kontroversi pada tingkat bawah.

2. Menggerakan 
Keterampilan menggerakan memiliki arti bahwa seorang pemimpin memiliki
keterampilan yang menyebabkan orang lain melakukan tindakan yang diinginkan
seorang pemimpin. Bagi kepala sekolah keterampilan menggerakkan
merupakan kemampuan kepala sekolah agar sumber daya yang ada (terutama
manusia) dapat bekerja dan bersinergi untuk pencapaian tujuan yang
diharapkan.  
Sumber daya manusia merupakan hal yang unik karena di situ terdapat
keberanekaan harapan dan keinginan. Oleh karena itu, kesalahan dalam
menggerakan sumber daya manusia akan dapat mengakibatkan penyelewengan
dari sebagaian atau keseluruhan sumber daya yang ada. 
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya menggerakkan SDM yang
ada di antaranya adalah: 
a. Perlakukan mereka sebagai manusia yang memiliki kebebasan berpikir,
mengeluarkan gagasan atau pendapat, dan memerlukan penghargaan terhadap
prestasi kerja. Dengan demikian segala yang terkait dengan hal tersebut harus
menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan usaha menggerakan
sumberdaya tersebut. 
b. Lakukan kontrol secara kontinu terhadap pelaksanaan kebijakan tanpa
menimbulkan kesan mencari kesalahan.Penghargaan terhadap progres kerja
akan menjadi motivasi yang mujarab dalam penggerakan SDM.
c. Selalu motivasi bawahan baik secara formal maupun nonformal. Dengan
motivasi agar muncul perasaan dihargai pada diri bawahan sehingga kinerja
terbaiklah yang akan ditampilkan.Lakukan komunikasi yang harmonis terhadap
gejala tindakan indisipliner dan atau penyelewengan terhadap pelaksanaan
kebijakan untuk mengetahui alasan penyelewengan tersebut. Dengan demikian
akan segera dilakukan solusi yang tepat untuk menyelamatkan pelaksanaan
program.

3. Mengembangkan 
Jim Collins pernah menuliskan: First who, then What; people before strategy.
Get the right people first and then set the strategy. Pesan yang ingin
disampaikannya adalah mengenai sumber daya manusia. Sebab itu,
kepemimpinan yang efektif mampu mengembangkan kemampuan dan keahlian
orang-orangnya.  
Lihatlah GE, General Electric. Perusahaan ini sangat konsen membangun
kompetensi karyawannya. GE memahami bahwa bisnis mereka adalah
bagaimana membentuk orang-orang dengan talenta tinggi. Mereka membangun
aset dengan menginvestasikan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan
kompetensi orang-orangnya. Maka jika kamu ingin membesarkan diri,
perusahaan, organisasi, dunia pendidikan, maka berinvestasilah untuk dirimu.
Karena dengan begitu, terjadi pengembangan diri yang signifikan. 
Terkait dengan hal tersebut, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam upaya mengembangkan sekolah sebagai instutsi pendidikan: 
a. Lakukan analisis kebutuhan masyarakat atau stakeholder terhadap mutu
lulusan.Buat program dengan penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat. 
b. Lakukan pembinaan secara terprogram dalam rangka meningkatkan
kompetensi warga sekolah.Program-program peningkatan kompetensi menjadi
sesuatu yang harus direncanakan dan dilakukan. Program ini bisa dilakukan
baik secara mandiri maupun kontingensi pada kegiatan peningkatan kompetensi
di tingkat lain. 

4. Memberdayakan 
Konsep terakhir dari teori kepemimpinan 4M adalah Memberdayakan. Seorang
pemimpin hendaknya mampu mengelola seluruh potensi orang-orang yang
dipimpinnya. Dengan segala sumber daya itulah kita bisa mencapai tujuan.
Ketepatan memilih orang tepat untuk posisi tertentu dapat menghasilkan kinerja
yang tinggi. 
Memberdayakan juga berarti memanfaatkan sumber daya yang ada secara
maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam kaitannya
dengan kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah dianggap telah berhasil
atau memiliki keterampilan memberdayakan apabila terdapat indikasi sebagai
berikut: 
Pembagian tugas pada guru dan staf administrasi telah sesuai dengan
kompetensi personil yang bersangkutan bukan lagi berdasarkan Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) semata. Pemanfaatan sumber nonmanusia telah
semaksimal mungkin oleh sebagaian besar warga sekolah dalam
mengupayakan tercapaianya pelayanan pendidikan yang optimal.Semua
personil dalam naungan pembinaan kepala sekolah telah berjalan dengan baik
dalam melaksanakan tugas masing-masing.Tidak terdapat ketidaktermanfaatkan
potensi baik dari sumber daya manusia maupun nonmanusia. 
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberdayakan sumber daya
yang ada secara baik seperti: 
a. Lakukan analisis yang baik terhadap peta kekuatan seluruh sumber daya
yang ada. Hasil analisis ini tentunya akan menjadi dasar dalam langkah
selanjutnya yaitu pembagian kerja. Prinsip right man in the right place harus
menjadi dasar dalam pembagian tugas. 
b. Lakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan secara teliti untuk mengetahui
kekurangberdayaan personil yang telah ditunjuk. Pembinaan personil dalam
rangka menjaga ritme kerja dilakukan secara terencana dan terarah
Tugas Kepala Sekolah
Tugas Kepala Sekolah – Kepala Sekolah ialah salah satu bagian penting pada
struktur komite sekolah pada suatu sekolah, baik dari tingkat pendidikan dasar, hingga
tingkat pendidikan menengah. Tahukah anda bahwa didalam jabatannya sebagai
kepala sekolah, ia memiliki tugas dan fungsi yang banyak sekali, untuk lebih jelasnya
simaklah penjabaran dibawah ini :

Tugas & Fungsi Kepala Sekolah (Permendikbud


Nomor 6 Tahun 2018)
Mengacu pada Pasal 15 Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah, dinyatakan jika Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Sekolah ialah sebagai berikut :

1. Beban kerja Kepala Sekolah seluruhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan.
2. Beban kerja Kepala Sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan .
3. Saat terjadi kekurangan guru dalam satuan pendidikan tertentu, maka Kepala Sekolah
bisa melaksanakan tugas pembelajaran maupun pembimbingan agar proses
pembelajaran maupun pembimbingan tetap berlangsung dalam satuan pendidikan yang
bersangkutan tersebut.
4. Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan, tugas
pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tu gas
pokoknya .
5. Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN selain melaksanakan beban
kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia.

Tugas & Fungsi Kepala Sekolah (Permendiknas


Nomor 28 Tahun 2010)
Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, Pasal 12 ayat  (4) menyatakan jika penilaian
kinerja kepala sekolah meliputi berikut :

 Usaha pengembangan sekolah atau madrasah yang dilaksanakan  selama menjabat


sebagai kepala sekolah/madrasah.
 Peningkatan kualitas sekolah atau madrasah  berdasarkan 8 (delapan) standar nasional
pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang bersangkutan.
 Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah atau madrasah.

Tugas & Fungsi Kepala Sekolah  Sebagai


Perencanaan Program
1. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visi sekolah.
2. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan misi sekolah.
3. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan  tujuan sekolah.
4. Membuat suatu Rencana Kerja Sekolah (RKS) dengan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS).
5. 5. Membuat perencanaan program induksi.
Tugas & Fungsi Kepala Sekolah Sebagai
Pelaksanaan Rencana Kerja
 Menyusun pedoman kerja.
 Menyusun struktur organisasi sekolah.
 Menyusun sebuah jadwal pelaksanaan kegiatan sekolah per semester serta Tahunan.
 Menyusun pengelolaan kesiswaan yang meliputi.
1. melaksanakan penerimaan peserta didik baru.
2. memberikan layanan konseling kepada peserta didik.
3. melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik.
4. melakukan pembinaan prestasi unggulan.
5. melakukan pelacakan terhadap alumni.
 Menyusun KTSP, kalender pendidikan, dan kegiatan pembelajaran.
 Mengelola  pendidik dan tenaga kependidikan.
 Mengelola sarana dan prasarana.
 Membimbing guru pemula.
 Mengelola  keuangan dan pembiayaan.
 Mengelola budaya dan lingkungan sekolah.
 Memberdayakan peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah.
 Melaksanakan program induksi.

Tugas & Fungsi Kepala Sekolah Sebagai


Supervisor/Evaluator
1. Melaksanakan program supervisi.
2. Melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
3. Melaksanakan evaluasi dan pengembangan KT.
4. Mengevaluasi pendayagunaan pendidik.
5. Menyiapkan kelengkapan akreditasi sekolah.

Tugas & Fungsi Kepala Sekolah Sebagai


Kepemimpinan
Nah kepala sekolah melaksanakan yang berkaitan dengan kepemimpinan sekolah
sebagai berikut :

 Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu.


 Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai.
 Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah/madrasah.
 Membuat rencana kerja strategis dengan rencana kerja tahunan demi pelaksanaan
peningkatan mutu.
 Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/madrasah.
 Melibatkan guru, komite sekolah disaat pengambilan sebuah keputusan penting
sekolah/madrasah. 
 Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan keputusan tersebut harus
melibatkan suatu penyelenggara sekolah/madrasah.
 Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta didik dan
masyarakat.
 Menjaga serta meningkatkan motivasi kerja pendidik dengan tenaga kependidikan untuk
menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sanksi atas
pelanggaran peraturan serta kode etik.
 Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik.
Tugas & Fungsi Dibidang Manajerial
Dalam bidang manajerial ini berhubungan dengan pengelolaan sekolah, sehingga
seluruh sumber daya bisa disediakan dan dimanfaatkan secara optimal demi mencapai
tujuan sekolah secara efektif serta efisien.

Tugas manajerial tersebut meliputi aktivitas sebagai berikut ini :

1. Menyusun perencanaan sekolah.


2. Mengelola program pembelajaran.
3. Mengelola kesiswaan.
4. Mengelola sarana dan prasarana.
5. Mengelola personal sekolah.
6. Mengelola keuangan sekolah.
7. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat.
8. Mengelola administrasi sekolah.
9. Mengelola sistem informasi sekolah.
10. Mengevaluasi program sekolah.
11. Memimpin sekolah.

Apa yang dimaksud kepala sekolah ?

Kepala sekolah bisa diartikan sebagai tenaga fungsional guru, dimana ia diberikan
tugas tambahan agar memimpin sebuah sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar ataupun tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dengan murid yang menerima pelajaran.

Apakah 3 fungsi kepala sekolah menurut Soewadji Lazaruth ?

Soewadji Lazaruth menjabarkan 3 fungsi kepala sekolah, ialah :


1. Sebagai administrator pendidikan.
2. Supervisor pendidikan.
3. Pemimpin pendidikan.

Apa yang dimaksud kepala sekolah sebagai inovator ?

Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah
harus mempunyai strategi yang tepat agar terjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan tiap kegiatan, memberikan
teladan kepada semua tenaga kependidikan sekolah, serta mengembangkan model –
model pembelajaran yang inofatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari bagaimana cara ia melaksanakan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif,
pragmatis, serta keteladanan.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun  2007)

A. Pendahuluan
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005 menetapkan standar
pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. (Pasal 3 PP 19 Tahun 2005).
Selanjutnya dalam Pasal 4 PP 19 Tahun 2005 disebutkan Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam pasal 2 PP
Nomor 19 Tahun 2005 meliputi: a) standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu; b) standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pe-laksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan; c) standar kompetensi lulusan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; d) standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan; e) standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi; f) standar pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan; g) standar pembiayaan adalah standar yang
mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun; dan h) standar penilaian pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Dari kedelapan standar nasional pendidikan beberapa diantaranya telah
ditetapkan aturan pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional. Khusus tentang standar pendidik dan tenaga pendidikan, Menteri
Pendidikan Nasional telah membuat beberapa peraturan antara lain.
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah;
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah; dan
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Paparan pada makalah ini khusus mencermati tentang Standar Kepala Sekolah
(Permendiknas No. 13 Tahun 2007). Kepala sekolah merupakan elemen yang
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/unggul. Sharratt dalam
sebuah artikelnya menuliskan, “It is very difficult to have a good school without a
good principal.” Sedangkan Hechinger (1981) memperlihatkan hubungan erat
antara mutu sekolah dengan kepala sekolah.
“I have never seen a good school with a poor principal or a poor school with a
good principal. I have seen unsuccessful schools turned into successful ones
and, regrettably, outstanding schools slide rapidly into decline. In each case, the
rise or fall could readily be traced to the quality of the principal”
Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah juga
disebutkan Imron Arifin (1998) dalam disertasinya yang berjudul “Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Berprestasi”. Namun Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70
persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12
Agustus 2008).
Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana
proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan
pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional selanjutnya
menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.
B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui
Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April 2007.
Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat sebagai kepala
sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk
standar kualifikasi meliputi kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum
kepala sekolah yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun,
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat
serendah-rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu
berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala sekolah) telah
memiliki sertifikat pendidik sedangkan seluruh kepala sekolah sampai saat ini
belum ada yang memiliki sertifikat pendidik. Bahkan guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah setelah Permendiknas No. 13 Tahun 2007
ditetapkan belum ada yang memiliki sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi
karena pemerintah masih disibukkan dengan sertifikasi guru sehingga sertifikasi
kepala sekolah belum terjamah.
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus
menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Di Malaysia
menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura
dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga
pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau surat keterangan kompetensi.
Bahkan di Malaysia ada lembaga/institut (semacam P4TK) dalam bidang
kekepalasekolahan yaitu Institut Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting
Highlands, Malaysia.
Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi standar
kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi
yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.
Kelima dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompe-tensi
keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/
madrasah; (2) memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam kepemimpinan, pada
dasarnya teori sifat memandang bahwa keefektifan kepemimpinan itu berto-lak
dari sifat-sifat atau karakter yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-
pinan itu sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu,
misalnya harga diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas
termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila
memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin dikatakan tidak
efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi kepribadian
sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka dijamin tidak akan ada
kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam ujian (baik UASBN atau UN), etos
kerja rendah, dan lain sebagainya. Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah
yang konsisten, dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan,
terbuka atas saran dan kritik, tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Kompetensi kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa
kepemimpinan dapat diketahui sejauh mana seorang kepala sekolah memiliki
jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan perangkat SELF-
DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L. Holland dapat diketahui
kecenderungan seorang guru apakah cukup menjadi seorang guru atau ada
bakat sebagai pemim-pin (kepala sekolah). Selain itu, kemampuan menghadapi
masalah dapat diukur dengan “inventori pengurusan konflik”. Dengan perangkat
ini akan diketahui kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi, menghindar,
dan penyesuaian diri.
2. Kompetensi Manajerial
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat
tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1) educator (pendidik); (2)
manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6)
pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi
dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat
perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan
melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan
evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara
detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu
melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah,
maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk
satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat
perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan.
Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa
yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di
mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail
perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan
mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang
terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai
dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang
sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala
sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang
dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni
mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa
ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah
membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh
bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu
melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada
gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan
secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan
dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen
dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya
melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan
kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran
adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta
kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah
juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru,
sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.
Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam gugusan
substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi (1) kurikulum atau pembelajaran;
(2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4) sarana dan prasarana; (5) keuangan; dan
(6) hubungan masyarakat.
Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan substansi
menajemen yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24 tugas pokok manajemen
pendidikan. Misalnya: perencanaan kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana
dan prasarana, keuangan dan hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 dituangkan dalam dimensi kompetensi manajerial dengan 16
kompetensinya. Dari ke-16 kompetensi tersebut, tugas manajemen dalam
bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. Tahap
pengorganisasian dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu:
(a) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan
dan (b) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal.
Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang paling besar.
Hal ini disebabkan tugas pelaksanaan/pengelolaan merupakan inti dari
manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat digolongkan dalam pengelolaan
manajemen pendidikan. Kompetensi tersebut antara lain: (1) Mengelola
perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif; (2) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;
(4) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/madrasah; (6) Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik; (7) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (8)
Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah;
(10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (11)
Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan; dan (12) Memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi dalam
dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah, yaitu kurikulum, personalia,
kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan hubungan masyarakat.
Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah
dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu
melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan dilaksanakan dengan
baik, maka terwujudnya sekolah unggul dan mandiri akan dapat dicapai. Sejauh
mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut, secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007
terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah; (2) bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3)
memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan
selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Ranah kompetensi nomor 1 sampai dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan
perilaku kewirausahaan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh
jenjang pendidikan. Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki adalah kepala
SMK karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola
kegiatan produksi/jasa. Contoh SMK jurusan perhotelan memiliki kegiatan jasa
perhotelan sehingga peserta didik dapat memanfaatkan sepenuhnya hotel yang
dimiliki sekolah sebagai sumber belajar. Demikian pula SMK jurusan otomotif
dengan kegiatan jasa bengkel. Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan
produksi/jasa terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun
demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala sekolah.
Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan dengan kegiatan yang
mampu menghasilkan keuntungan bagi sekolah secara materiil (berupa uang).
Kewirausahaan dalam yang paling penting adalah kemauan bekerja keras serta
kreatif dan inovatif. Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan
mampu menghitung kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal
sekolahnya. Dengan modal awal tersebut, kepala sekolah mendayagunakan
untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik yang besar merupakan kekuatan
(strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta didik bisa dijadikan investir dengan
memberikan pinjaman dana, misalnya untuk pembangunan kantin
sekolah.Kantin tersebut kemudian disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk
cadangan pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk pendapatan
sekolah.
Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk peningkatan
kompetensi guru. Di zaman teknologi, informasi dan komunikasi sekarang ini,
kepala sekolah dengan kreativitas dan inovasinya mendorong guru untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan
mengadopsi berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya
dalam hal membaca permulaan, guru dapat menggunakan metode iqra’. Dengan
metode ini kemampuan membaca permulaan siswa akan mengalami
perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru dapat menggunakan
metode berhitung jarimatika atau jarimagic. Kepala sekolah menciptakan
kompetisi yang sehat di sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Apalagi
kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
dihargai secara akademis.
4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan
kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan bagai guru yang akan
naik pangkat atau untuk mengisi DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai). Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah dengan sekadar melakukan
kunjungan kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka
selesailah kegiatan supervisi ini.
Supervisi dalam pengertian intinya adalah kegiatan membantu guru bukan
hanya untuk memvonis guru (benar atau salah). Kegiatan membantu guru harus
dilakukan secara terencana dan sistematis bukan insidental sehingga dengan
kegiatan supervisi kemampuan profesional guru dapat berkembang dengan
optimal.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah,
dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi, yaitu: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; dan (4)
menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap
guru baru pada butir dua yaitu melaksanakan supervisi akademik dengan
pendekatan dan teknik supervisi yang terbatas, yakni satu pendekatan dan
teknik supervisi untuk semua tipe guru.
5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di mana
sekolah selalu berhadapan dengan stake holder. Kemampuan yang diperlukan
untuk berhadapan dengan stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan
berinteraksi yang efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah
dengan orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka
kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya.
Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan
komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam manajemen pendidikan yang
meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga memerlukan komunikasi.
Ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan dalam membina hubungan sosial.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk: (a)
penyampaian program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b)
mampu memahami orang lain, (c) gagasannya diterima oleh orang lain, dan (d)
efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu mendapatkan
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan sekolah. Kompetensi yang
dibutuhkan tersebut dalam permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan
kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas: (1)
bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah; (2)
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (3) memiliki kepekaan
sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory tower) maka
sekolah harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Ada
beberapa kegiatan  yang membutuhkan¾terutama di pedesaan¾ partisipasi
sekolah demi suksesnya kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya
pembelajaran bagi buta aksara, kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah
dapat berpartisipasi dengan menyediakan ruang kelas sebagai sarana belajar
atau menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kepala sekolah bagi sekolah sangatlah
penting. Kepala sekolah memilik kedudukan sebagai pemimpin di sekolah.
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas
keberlangsungan organisasi sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan selayaknya mampu memimpin
dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas diri, banyak upaya yang dapat ditempuh. Adair
(1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenal diri
sendiri dengan Strength, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT), (2)
berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas, Moralitas, dan Integritas (KAMI),
(3) mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-prinsip
kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan balik.
Akhir-akhir ini seringkali digunakan istilah-istilah untuk menyebut strata
(tingkatan) prestasi sekolah yang baik dengan sebutan sekolah efektif atau
sekolah unggul. Sekolah efektif tidak akan lahir tanpa kepala sekolah yang
efektif sebagaimana disebutkan oleh Fred M. Hechinger.
Kepemimpinan efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala sekolah untuk: (a)
menerapkan kepemimpinan sekolah efektif, (b) melaksanakan kepemimpinan
instruksional, (c) memelihara iklim belajar yang berpusat pada siswa, (d)
mengembangkan profesionalitas dan mengelola SDM, (e) melibatkan orang tua
dan menjalin kemitraan dengan masyarakat, (f) mengelola sekolah secara efektif
dan melaksanakan program harian, dan (g) melaksanakan hubungan
interpersonal secara efektif.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 kompetensi kepemimpinan atau
kepala sekolah sebagai leader tidak tertulis secara eksplisit dalam butir-butir
kompetensi. Kepemimpinan kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun
2007 dirumuskan secara implisit ke dalam 5 dimensi kompetensi kepala sekolah.
Dengan merujuk pada tujuh perilaku kepala sekolah untuk menggambarkan
kepemimpnan efektif maka butir-butir kompetensi yang ada dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 telah melingkupi dimensi kepemimpinan
kepala sekolah.
D. Penutup
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah merupakan
standar ideal bagai kepala sekolah di Indonesia. Peraturan ini jika tidak menjadi
acuan dalam pembuatan aturan pelaksanaan untuk rekrutmen calon kepala
sekolah baru atau penilaian kepala sekolah yang telah memiliki masa kerja 4
tahun atau lebih (sesuai dengan Keputusan Mendiknas RI No. 162/U/2003
tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah) hanya menjadi pajangan belaka. Apalagi pemerintah daerah dengan
otonomi daerahnya, kewenangan pengangkatan kepala sekalah ada di tangan
bupati/walikota.

Standar dan Syarat Menjadi


Kepala Sekolah
Pertanyaan
Bisakah seseorang yang lulusan S2 tetapi memiliki pengalaman mengajar sedikit (baru
dua tahun) menjadi kepala sekolah? Apa persyaratan menjadi kepala sekolah?

Ulasan Lengkap
Intisari:
 
 
Untuk menjadi kepala sekolah harus memenuhi kualifikasi umum dan
kualifikasi khusus. Salah satunya adalah berpendidikan sarjana (S1) atau
diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan
tinggi yang terakreditasi serta memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di
Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
 
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
 
 
Ulasan :
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Mengenai persyaratan menjadi kepala sekolah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah (“Permendiknas 13/2007”).
Standar Kepala Sekolah
Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi
standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional.[1] Kualifikasi Kepala
Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum dan Kualifikasi Khusus.[2]
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:[3]
a.   Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b.    Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun;
c.  Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/RA; dan
d.    Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwenang.
 
Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah tergantung pada jenjang sekolah,
meliputi:
a.    Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (“TK/RA”) adalah sebagai
berikut:[4]
1)    Berstatus sebagai guru TK/RA;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
b.    Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (“SD/MI”) adalah sebagai
berikut:[5]
1)    Berstatus sebagai guru SD/MI;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
c.    Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (“SMP/MTs”)
adalah sebagai berikut:[6]
1)    Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
d.    Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (“SMA/MA”) adalah
sebagai berikut:[7]
1)    Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
e.    Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(“SMK/MAK”) adalah sebagai berikut:[8]
1)    Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
f.     Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (“SDLB/SMPLB/SMALB”) adalah
sebagai berikut:[9]
1)    Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan
3)    Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
g.    Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:[10]
1)    Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;
2)    Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan;
dan
3)    Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
 
Kompetensi yang Harus Dimiliki untuk Menjadi Kepala Sekolah
Selain memenuhi kualifikasi untuk menjadi kepala sekolah, seorang calon
kepala sekolah harus memiliki kompetensi, yang terdiri dari:[11]
1.    Kepribadian;
2.    Manajerial;
3.    Kewirausahaan;
4.    Supervisi;
5.    Sosial.
 
Jadi menjawab pertanyaan Anda, untuk menjadi kepala sekolah harus
memenuhi kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. Kualifikasi umum
mensyaratkan beberapa di antaranya yaitu berpendidikan sarjana (S1) atau
diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi
yang terakreditasi serta memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-
kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
 
Oleh karena itu, seseorang yang lulusan S2 tetapi memiliki pengalaman baru 2
(dua) tahun belum memenuhi syarat menjadi kepala sekolah. Di samping itu,
ada sejumlah kualifikasi lain dan kompetensi yang harus ia miliki.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar hukum:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
[1] Pasal 1 ayat (1) Permendiknas 13/2007
[2] Pasal 1 ayat (2) Permendiknas 13/2007 dan huruf A Lampiran Permendiknas
13/2007
[3] Huruf A Angka 1 Lampiran Permendiknas 13/2007
[4] Huruf A Angka 2 poin a Lampiran Permendiknas 13/2007
[5] Huruf A Angka 2 poin b Lampiran Permendiknas 13/2007
[6] Huruf A Angka 2 poin c Lampiran Permendiknas 13/2007
[7] Huruf A Angka 2 poin  d Lampiran Permendiknas 13/2007
[8] Huruf A Angka 2 poin e Lampiran Permendiknas 13/2007
[9] Huruf A Angka 2 poin f Lampiran Permendiknas 13/2007
[10] Huruf A Angka 2 poin g Lampiran Permendiknas 13/2007
[11] Huruf B Lampiran Permendiknas 13/2007

8 Standar Nasional Pendidikan


(SNP) serta Fungsi dan Tujuannya
Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP)? Pengertian Standar Nasional Pendidikan adalah suatu kriteria atau
standar minimal terkait pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Fungsi dari Standar Nasional Pendidikan ini adalah sebagai dasar dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas.

Sedangkan tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan adalah untuk


menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, membentuk karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan


Menurut penjelasan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), berikut
ini adalah 8 standar pendidikan nasional di Indonesia:

1. Standar Isi
Hal-hal yang diatur dalam Standar Isi mencakup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal untuk jenis
dan jenjang pendidikan tertentu. Di dalam Standar Isi terdapat kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan.

Peraturan Menteri terkait Standar Isi:

 Permen No. 22 tahun 2006


 Permen No. 24 tahun 2006
 Permen No. 14 Tahun 2007
2. Standar Kompetensi Lulusan
Pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik menggunakan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Hal-hal yang diatur dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Peraturan Menteri terkait Standar Kompetensi Lulusan:

 Permen No. 23 Tahun 2006


 Permen No. 24 tahun 2006
3. Standar Proses Pendidikan
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan
secara interaktif, inspiratif, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
aktif berpartisipasi. Proses belajar-mengajar ini juga memberikan ruang bagi
kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan
perkembangan psikologis/ fisik para peserta didik.

Peraturan Menteri terkait Standar Proses Pendidikan:

 Permen No. 41 Tahun 2007


 Permen No. 1 Tahun 2008
 Permen No. 3 Tahun 2008
4. Standar Sarana dan Prasarana
Semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana pendidikan seperti
media pendidikan, peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
perabot, dan perlengkapan lainnya. Semua satuan pendidikan harus
dilengkapi dengan prasarana pendidikan seperti lahan, ruang kelas, ruang
pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang perpustakaan, dan
prasarana pendukung lainnya.

Peraturan Menteri terkait Standar Sarana dan Prasarana:

 Permen No. 24 Tahun 2007


 Permen No. 33 Tahun 2008
 Permen No. 40 Tahun 2008
5. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan mencakup tiga bagian, yaitu;

 Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan.


 Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
 Standar pengelolaan oleh Pemerintah.
Peraturan Menteri terkait Standar Pengelolaan:

 Permen No. 19 Tahun 2007


6. Standar Pembiayaan Pendidikan
Beberapa hal yang termasuk di dalam Standar Pembiayaan Pendidikan adalah
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
 Biaya investasi satuan pendidikan mencakup biaya pengadaan
prasarana dan sarana pendidikan, modal kerja tetap, dan
pengembangan sumber daya manusia.
 Biaya operasi satuan pendidikan mencakup gaji tenaga pendidik,
peralatan pendidikan, biaya pemeliharaan saran dan prasarana, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
 Biaya personal mencakup biaya pendidikan yang harus dibayar peserta
didik agar dapat mengikuti proses belajar-mengajar.
Peraturan Menteri terkait Standar Pembiayaan Pendidikan:

 Permen No. 69 Tahun 2009


7. Standar Penilaian Pendidikan
Beberapa hal yang termasuk di dalam Standar Penilaian Pendidikan
diantaranya penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Peraturan Menteri terkait Standar Penilaian Pendidikan:

 Permen No. 20 Tahun 2007


8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik atau guru harus mempunyai kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat rohani dan jasmani, serta
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pendidik harus memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga pendidik adalah sebagai berikut:

 Kompetensi pedagogik
 Kompetensi kepribadian
 Kompetensi profesional
 Kompetensi sosial
Peraturan Menteri terkait Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:

 Permen No. 12 Tahun 2007


 Permen No. 13 tahun 2007
 Permen No. 16 Tahun 2007
 Permen No. 24 Tahun 2008
 Permen No. 25 Tahun 2008
 Permen No. 26 Tahun 2008
 Permen No. 27 Tahun 2008
 Permen No. 40 – 45 Tahun 2009
Fungsi dan Tujuan Standar Nasional
Pendidikan
Seperti yang sudah disebutkan pada paragraf awal sebelumnya, fungsi dan
tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan ini adalah sebagai dasar
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Berikut penjelasan selengkapnya:

1. Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi sebagai acuan atau dasar


dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan demi untuk
mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas.
2. Standar Pendidikan Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
pendidikan nasional yang bermutu dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, membentuk karakter, serta peradaban bangsa yang
bermartabat.
3. Standari Nasional Pendidikan diselenggarakan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan
perubahan kehidupan nasional dan global.

Mengenal Apa Itu Rencana Kerja dan Jenis-


Jenisnya (RKS, RKT, RKJM)
Dalam bidang apapun, sebuah rencana kerja tentunya sangat dibutuhkan keberadaannya. Bukan
hanya dalam bisnis, dalam dunia pendidikan pun terdapat rencana kerja yang dibuat berjenjang
guna bahan evaluasi serta penerapan visi dan misi.

Pengertian Rencana Kerja


Secara harfiah, rencana kerja terdiri dari dua kata yaitu rencana dan kerja. Rencana atau
planning sendiri memiliki arti pengaturan, pendelegasian serta pengawasan yang merupakan
sebuah landasan dasar sebelum melakukan sesuatu.

Sedangkan kata kerja sendiri berarti aktivitas yang menghasilkan sesuatu. Maka bisa dikatakan
bahwa rencana kerja adalah proses pengaturan, pengelegasian dan pengawasan dalam proses
untuk menghasilkan sesuatu.

Dalam arti rencana, maka tentu ada banyak kemungkinan di masa datang yang bisa terjadi.
Setiap rancangan yang sudah disusun bisa saja tercapai dan tidak. Namun, di luar semua itu,
rencana tetap harus dibuat agar setiap tindakan bisa terarah dan menuju pada tujuan yang sama.

Nantinya rencana kerja ini akan dievaluasi secara berkala sehingga didapatkan kelebihan dan
kekurangan dari setiap rancangan dan pelaksanaannya selama periode waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya.

Persyaratan Rencana Kerja


1. Perumusan Masalah
Saat akan menyusun rencana kerja, pasti akan dibentuk sebuah tim yang memang bertujuan
untuk mencari semua data aktual yang bisa dimasukkan ke dalam berkas tersebut.

Semua masalah yang harus diselesaikan, impian yang ingin dicapai, tantangan yang dihadapi
dan sebagainya akan dijabarkan yang akan mengantarkan kepada solusi yang akan ditetapkan.
2. Proses Perencanaan yang Benar
Dalam menyusun rencana kerja tentunya yang disoroti adalah kebutuhan dari pihak pembuat
rencana. Dengan demikian, setiap data dan informasi yang akan disajikan haruslah merupakan
fakta yang sesuai dengan yang ada di lapangan.

3. Penerapan Alternatif Pemecahan Masalah


Ketika sebuah masalah muncul, tentu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut
adalah sebuah solusi. Ketika membuat rencana kerja, maka pihak pembuat rencana pasti sudah
memikirkan solusi yang tepat.

Jika pun meleset, maka sudah harus ada solusi cadangan yang dipersiapkan guna mengatasinya.

4. Penerapan Keputusan
Setelah semua berhasil dirumuskan dan disusun, maka tahapan terakhir yang harus diambil
adalah pengambilan keputusan atau pengesahan. Dengan demikian, rencana kerja tersebut secara
resmi sudah terbit dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait di dalamnya.

Fungsi Rencana Kerja


Secara general, rencana kerja berfungsi untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam proses
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.

Sama seperti perencanaan pada umumnya, rencana kerja atau program kerja harus mampu untuk
memenuhi unsur 5W dan 1H yang sudah menjadi standar internasional dalam bidang
perencanaan.

 What (Apa)

Apa tujuan yang ingin diraih oleh pembuat rencana kerja?

 Why (Mengapa)

Mempertanyakan alasan sebuah tujuan ditetapkan oleh pembuat rencana kerja

 Where (Di Mana)

Menjabarkan tempat yang tepat sebagai lokasi pelaksanaan rencana

 When (Kapan)

Rencana kerja harus dapat menjawab dengan pasti kapan tujuan dapat tercapai dan kapan
pelaksanaan proses dari pencapaian tujuan tersebut

 Who (Siapa)

Menjabarkan perihal orang yang tepat yang harus diajak bekerja sama untuk melakukan rencana
tersebut agar tujuan tercapai

 How (Bagaimana)

Menjelaskan tata laksana penyelesaian sebuah proyek agar tujuan pembuat rencana kerja
tercapai

Tujuan Perencanaan

 Penentu arah kebijakan


 Penentu program kerja yang paling efisien untuk dikerjakan
 Pemberi pedoman arah pelaksanaan pencapaian tujuan
 Terciptanya efisiensi yang berarti adalah tindakan ekonomis, karena semua hal sudah
diperhitungkan sehingga mendapatkan cara termudah dan tercepat dalam proses pencapaian
tujuan
 Mempersempit resiko yang akan dihadapi di masa depan
 Pondasi untuk pengendalian variabel kompetensi
 Menjadikan indikator dalam penilaian hasil kinerja

Jenis Rencana Kerja 


A. RKS
Rencana Kerja dan Syarat-syarat adalah dokumen yang berisikan tentang perencanaan dan
persyaratan yang dibutuhkan terutama ketika akan ada aktivitas pengadaan barang.

Di dalam RKS biasanya terdapat informasi yang berkaitan dengan penyedia jasa, pemberi jasa,
kebutuhan yang harus dipenuhi, kualitas material yang dibutuhkan hingga penjabaran
mengenai jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

B. RKT
Rencana Kerja Tahunan adalah rencana kerja yang dibuat dengan sistem periodik, yaitu satu
tahun sekali. Di dalamnya terdapat komponen penilaian serta capaian yang sudah terjadi
dibandingkan dengan komponen yang menjadi tolok ukurnya. 

C. RKJM
Rencana Kerja Jangka Menengah hampir sama dengan RKT, hanya saja periode waktu
penyusunan dibuat setiap empat tahun sekali. Dengan demikian, pihak pembuat rencana kerja
dapat melihat tujuan di masa mendatang serta kesesuaian pelaksanaannya.

Skema Penyusunan RKS

Contoh RKS-RKJM

 Sampul Dokumen

Unsur yang dimuat di dalam sampul dokumen RKS sama dengan dokumen pada umumnya yaitu
logo dan identitas dari RKS, baik judul maupun pemilik proyek.
 Bab Umum

Walaupun sudah dibahas di dalam sampul dokumen, namun identitas pemberi jasa harus tetap
dilampirkan pada bagian ini dan lebih mendetail.

Selain itu, desain maupun rencana lainnya yang memiliki keterikatan dengan proyek yang akan
atau sedang berlangsung juga dimasukkan ke dalam Bab Umum ini. 

 Bab Administrasi

Semua hal administratif yang berkaitan dengan proyek akan dibahas di dalam bab ini. Hal
seperti masa penyelesaian pekerjaan, waktu pelaksanaan hingga syarat pembayaran juga
tertuang di dalam bab administrasi ini.

 BAB Teknis

Berisikan tentang tipe pekerjaan dan uraian tentang pekerjaan tersebut, tipe dan kualitas material
yang diharapkan oleh pemberi jasa hingga merek yang akan digunakan dimasukkan ke dalam
bab teknis ini.

Skema Penyusunan RKT

 Sampul: Berisikan  identitas pembuat RKT mulai dari nama penyusun RKT, tahun berlaku dan
identitas lainnya.
 Bab I Pendahuluan: Memuat perihal latar belakang pembuatan RKT hingga maksud dan tujuan.
 Bab II Data Sekolah dan Program yang sudah terlaksana: Dapat berupa tabel, diagram dan
semua bentuk data lainnya yang tentunya menyesuaikan dengan fakta lapangan.
 Bab III Organisasi Sekolah:  Berbentuk gambar dan tabel.
 Bab IV Rencana Kegiatan: Memuat tabel RKT yang berisikan komponen yang diujikan serta
jadwal kegiatan.
 Bab V Rencana Kegiatan dan pembiayaan: Membahas tentang dana yang dibutuhkan serta
sumber dari pendanaan tersebut.
 Bab VI Penutup: Saran dan kesimpulan.

Skema Penyusunan RKJM


Pada dasarnya skema penyusunan RKJM hampir sama dengan RKT, mulai dari sampul hingga
AB VI yang berisikan saran dan kesimpulan. Hanya saja, RKJM, sesuai namanya, dibuat untuk
periode waktu empat tahun sekali. 

Demikian juga dengan tabel RKJM, isinya juga hampir sama dengan RKT, yaitu membahas
tentang tentang setiap komponen kompetensi yang umumnya terdiri dari 8 Standar Nasional
Pendidikan.

Delapan standar tersebut adalah isi, proses, penilaian pendidikan, pengelolaan, pembiayaan,
kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, serta pendidik dan tenaga kependidikan.

Agar dapat berlaku, maka RKJM juga harus mendapatkan tanda tangan pengesahan dari kepala
proyek atau kegiatan pembuat RKJM.

Memiliki rencana kerja adalah sebuah tindakan yang cerdas. Dengan memiliki rencana kerja,
artinya setiap tindakan yang akan dilakukan sudah memiliki landasan yang kuat, sehingga setiap
kerugian yang berpotensi terjadi dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.

Penyusunan  Rencana Kerja Sekolah dengan Orientasi


Peningkatan Kualitas Pembelajaran Oleh Kepala Sekolah
Rasionalitas
Pembelajaran merupakan fungsi utama sekolah. Melalui kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah, tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
diwujudkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Menggunakan cara


berfikir sistem (input-proses-output), maka semua aspek / hal yang ada di
sekolah berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif
umpamanya sangat ditentukan tidak saja oleh kondisi raw input / peserta didik,
namun juga ditentukan oleh kondisi guru, ketersediaan bahan ajar, media, dana,
teknologi, laboratorium, perpustakaan, sistem pengelolaan sekolah, dan bahkan
semua sarana prasarana sekolah dan lingkungan. Oleh karena semua aspek
kehidupan sekolah berpengaruh pada kegiatan pembelajaran, maka kepala
sekolah dan personil yang ada di sekolah harus mampu mengelola semua
aspek tersebut dengan baik.

Perencanaan sekolah umpamanya harus disusun sedemikian rupa


memperhatikan semua aspek kehidupan sekolah agar memberi dampak bagi
peningkatan mutu hasil belajar peserta didik atau pendek kata dapat
meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang antara lain ditunjukkan oleh
prestasi akademis maupun non akademis peserta didik.

Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Anggaran


Sekolah (RKAS) merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dan
dapat menggambarkan bagaimana aktivitas sekolah dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. RKJM dan RKAS
merupakan salah satu komponen input di sekolah.

Slamet PH menyebutkan bahwa input pendidikan yang menentukan kualitas


pendidikan / pembelajaran meliputi: 1) Kebijakan sekolah (visi, misi, tujuan, dan
sasaran mutu), 2) Sumberdaya yang tersedia dan siap, 3) Staf / guru yang
kompeten dan berdedikasi, 4) Harapan yang tinggi, 5) Focus pada pelanggan,
dan 6) Input manajemen berupa tugas yang jelas, rencana yang rinci, aturan
main yang jelas, dan sistem pengendalian yang efektif dan efisien (Ditjen
Dikdasmen, 2001 : 12).

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, penyusunan RKJM dan


RKAS merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai
manajer. Penyusun RKJM dan RKAS yang baik memerlukan proses yang harus
dilakukan dengan cermat dan berbagai sumberdaya yang harus tersedia dan
siap. Kepala sekolah harus mampu mempengaruhi, menggerakan,
memberdayakan, serta mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan
agar memiliki kapasitas yang memadai dan sanggup menyusun RKJM dan
RKAS yang focus pada pembelajaran.

Peran Kepala Sekolah dalam Penyusunan RKJM dan RKAS dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Untuk meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah peran kepala sekolah
sangat menentukan. Oleh karena itu, dalam rangka penugasan guru sebagai
kepala sekolah ditetapkan persyaratan sebagaimana diatur dalam
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010, diantaranya kepala sekolah harus
bersertifikasi setelah mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang. Pendidikan dan pelatihan tersebut
untuk mengembangkan dan membekali kepala sekolah dengan kompetensi
yang harus dimiliki dalam rangka menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.

Berkaitan dengan itu, diterbitkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang


Standar Kepala Sekolah. Standar kepala sekolah mengatur antara lain
kualifikasi umum dan khusus kepala sekolah dan kompetensi yang harus dimiliki
yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan social.

Salah satu kompetensi yang berkait dengan penyusunan Rencana Kerja Jangka
Menengah dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran adalah kompetensi manajerial. Kompetensi manajerial
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai
manajer. Kepala sekolah sebagai manajer pada hakikatnya adalah seorang
perencana, organisator, pemimpin, dan pengendali organisasi. (Wahjosumidjo,
2005 : 95).

Keberadaan kepala sekolah sebagai manajer sangat diperlukan. Sekolah


sebagai organisasi merupakan alat mencapai tujuan, didalamnya berkembang
berbagai macam pengetahuan dan sekolah merupakan tempat membina dan
mengembangkan karier sumberdaya manusia memerlukan manajer yang
mampu merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan agar
sekolah dapat mencapai tujuannya.

Stoner, sebagaimana dikutip, Wahjosumidjo (2005 : 96) mengidentifikasi 8


fungsi seorang manajer, yaitu manajer : 1) bekerja dengan, dan melalui orang
lain, 2) bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan, 3) dengan waktu dan
sumberdaya terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan, 4) berfikir secara
realistic dan konseptual, 5) menjadi juru penengah, 6) seorang politisi, 7)
seorang diplomat, dan 8) pengambil keputusan yang sulit. Untuk dapat
melaksanakan fungsi tersebut kepala sekolah harus memiliki 3 keterampilan
kepemimpinan, yaitu technical skill, human skill, dan copseptual skill.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kompetensi kepala


sekolah sebagai manajer, meliputi kompetensi : 1) menyusun perencanaan
sekolah, 2) mengembangkan organisasi sekolah, 3) memimpin pendayagunaan
sumberdaya sekolah, 4) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
menuju sekolah efektif, 5) menciptakan iklim dan budaya sekolah, 6) mengelola
guru dan staf, 7) mengelola sarana dan prasarana, 8) mengelola hubungan
masyarakat, 9) mengelola peserta didik, 10) mengelola pengembangan
kurikulum, 11) mengelola keuangan sekolah, 12) mengelola ketatausahaan, 13)
mengelola unit layanan khusus, 14) mengelola sistem informasi sekolah, 15)
memanfaatkan kemajuan TIK, dan 16) melaksakan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kerja sekolah.

Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Anggaran


Sekolah (RKAS)
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan menyebutkan bahwa satuan pendidikan harus
membuat perencanaan program dan melaksanakannya dengan transparan dan
akuntabel. Kebijakan pendidikan tersebut oleh satuan pendidikan harus
dituangkan dalam bentuk 1) rencana kerja tahunan, 2) anggaran pendapatan
dan belanja satuan pendidikan, dan 3) peraturan satuan pendidikan atau
program pendidikan. Sementara itu, dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan menyebutkan sekolah harus
menyusun rencana kerja sekolah yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM), Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Penyusuna RKJM dan RKAS merupakan salah satu pelaksanaan dari empat
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Muhaimin (2009 : 185) menyatakan bahwa pada intinya, rencana
program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas visi yang akan
dicapai. Rencana program merupakan upaya untuk mengimplementasikan
strategi sekolah dan merupakan proses penentuan jumlah dan sumberdaya
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.

RKJM merupakan rencana yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai


dalam kurun waktu tertentu, dalam hal ini empat tahunan, berkaitan dengan
mutu lulusan yang akan dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung
peningkatan mutu lulusan tersebut. RKJM kemudian dijabarkan dalam Rencana
Kerja Tahunan (RKT) berupa rencana kegiatan yang dituangkan dalam Rencana
Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

RKJM dan RKAS sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005
harus mencakup subtansi standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan.
Sedangkan berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, komponen
RJKM dan RKAS, meliputi : 1) kesiswaan, 2) kurikulum dan pembelajaran, 3)
pendidik dan tenaga kependidikan, 4) sarana dan prasarana, 5) keuangan dan
pembiayaan, 6) budaya dan lingkungan, 7) peran masyarakat dan kemitraan, 8)
rencana kerja yang lain.

RKJM dan RKAS harus disusun sekolah dengan tujuan : 1) menjamin


perubahan / tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian
yang tinggi dan resiko kecil, 2) mendukung koordinasi pelaku sekolah, 3)
menjamin terjadinya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar komponen, 4)
menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan, 5) mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
dan 6) menjamin penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan (Muhaimin, 2009 : 196).

Oleh karena itu, penyusunan RKJM dan RKAS harus menerapkan prinsip
sebagai berikut : 1) berdasar kebutuhan (deman driven), 2) realistic (data
driven), 3) memperbaiki prestasi siswa, 4) membawa perubahan lebih baik, 5)
sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh, 6) tanggap terhadap perubahan,
7) bersifat partisipatif, keterwakilan, dan transparan, dan 8) berdasarkan hasil
review dan evaluasi.

Sementara itu, dalam rangka melaksanakan manajemen peningkatan mutu


berbasis sekolah, diketahui 7 langkah dalam menyusun rencana pengembangan
sekolah, yaitu : 1) mengkaji kebijakan yang relevan, 2) menganalisis kondisi
sekolah, 3) merumuskan tujuan, 4) mengumpulkan data dan informasi, 5)
menganalisis data dan informasi, 6) merumuskan dan memilih alternative
program, dan 7) menetapkan langkah – langkah pelaksanaan (Dit PSMU
Depdiknas, 1999 : 56).

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 proses penyusunan dan pelaksanaan


RKJM meliputi tahapan berikut :

1. Perencanaan, dimana sekolah melakukan analisis konteks, menelaah hasil


analisis konteks, merumuskan visi, merumuskan misi, merumuskan tujuan,
menetapkan sasaran, merumuskan strategi pelaksanaan.
2. Pelaksanaan, dimana sekolah melaksanakan dengan program dan alokasi
anggaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal terjadi
penyesuaian, maka harus segera diberitahukan kepada warga sekolah, agar
tujuan dapat tercapai. Kepala sekolah mempertanggungjawabkan
pengelolaan program akademik pada rapat dewan pendidik dan bidang non
akademik pada rapat komite sekolah dalam bentuk laporan.
3. Pengawasan, dilakukan tidak saja pada kegiatan pembelajaran namun juga
berkaitan dengan pelaksanaan program dan anggaran sekolah secara
keseluruhan. Pengawasan sekolah meliputi tindakan pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindaklanjut.
Untuk melaksanakan kegiatan ini Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun
2011, merekomendasikan format yang digunakan sekolah dan menggambarkan
subtansi standar nasional pendidikan dengan tahapan penyusunan yaitu
evaluasi diri sekolah (EDS), rekomendasi program, prioritas program, kerja,
RKJM, dan RKAS. Secara ringkas proses penyusunan berdasarkan format
tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses dimana sekolah melakukan
evaluasi diri secara internal untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan standar
minimal pendidikan dan standar nasional pendidikan. Hasilnya digunakan
sebagai dasar penyusunan rencana kerja sekolah. EDS ini disusun dalam
rangka mengetahui : 1) seberapa baik kinerja sekolah, 2) bagaimana cara
mengetahui kinerja sekolah, dan 3) bagaimana cara meningkatkan kinerja
sekolah. Melalui kegiatan ini sekolah dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang harus diperbaiki.

Kedua, berdasarkan hasil EDS sekolah merekomendasikan program kerja


dalam rangka pelaksanaan dan perbaikan yang harus dilaksanakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui pemenuhan 8 standar pendidikan.

Ketiga, penetapan rencana prioritas, dimana kegiatan ini dilakukan melalui


diskusi bersama dengan stake holder terkait. Kriteria penetapan prioritas antara
lain, ialah : 1) kepentingan (relevansinya dengan visi dan misi, pentingnya
pengembangan sekolah berkaitan dengan semua factor konteks, 2)
keterlaksanaan, yaitu kemampaun sekolah melaksanakan rencana, 3)
akseptabilitas, yaitu komitmen sekolah untuk mewujudkannya (LP2KS, 2011 : 7).
Keempat, menetapkan Rencana Kerja Jangka Menengah (4 tahunan) dan
Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

Berkaitan dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) perlu


diperhatikan bahwa keuangan sekolah merupakan bagian yang amat penting
karena setiap kegiatan memerlukan dana. Keuangan harus diatur sebaik-
baiknya. Dalam manajemen keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas
terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan dan penggunaan
anggaran sekolah.

Perencanaan keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana pengembangan


sekolah. Berdasarkan rencana pengembangan sekolah, maka dibuatlah
perencanaan keuangan sekolah baik perencanaan jangka pendek maupun
jangka panjang. Bila dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, Garner
(2004) merumuskan sikuensi perencanaan keuangan sebagai berikut: 1) misi, 2)
tujuan jangka panjang(goals), 3) tujuan jangka pendek (objectives), 4) program,
layanan, aktivitas, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek berdasarkan
kondisi riil unit sekolah(site-based unit goals / objectives), 5) target: baik
outcomes maupun outputs , 6) anggaran (budget) , dan 7) perencanaan
keuangan yang strategis (strategic financial plan). Selanjutnya proses / siklus
penyiapan perencanaan keuangan yang strategis dapat dilihat pada gambar 4,
sebagai berikut :

(Dit PMPTK, 2007)


Siklus Perencanaan Keuangan

RKAS pada dasarnya berkaitan dengan program pendidikan, berupa : 1)


penerimaan dan pengeluaran yang direncanakan dalam satu periode
kebijaksanaan, dan 2) didukung dengan data yang mencerminkan kebutuhan,
tujuan, proses pendidikan, dan hasil sekolah yang direncanakan (Wahjosumidjo,
2005 : 315).
Secara khusus terdapat 3 macam pendekatan dalam penyusunan RKAS, yaitu :

1. Comparative Approach, yaitu pendekatan yang dilaksanakan dengan cara :


a) membandingkan laporan atau catatan penerimaan dan pengeluaran antara
satu tahun anggaran dengan tahun anggaran berikutnya, b) keputusan
anggaran didasarkan pada peningkatan tambahan dari satu hal pada
waktunya ke hal yang lain.
2. PPB-ES atau The Planning Programming-Budgeting-Evaluating-System
Approach, yang dilaksanakan dengan cara a) menjabarkan tujuan dalam
program ke dalam saran – saran khusus, b) menjabarkan ke dalam alat
alternative untuk mencapai sasaran, c) menjabarkan nilai (price) masing –
masing sasaran, dan d) menjabarkan biaya pelaksanaan dan evaluasi
masing – masing program. Termasuk PPBES ialah anggaran berbasis nol
atau zero based budgeting.
3. Fungsional Approach, dalam menyusun anggaran dimulai dari tujuan sekolah
dan zero based budgeting yang dimodifikasi dimana program diuji kaitannya
dengan tujuan antara putaran satu – lima tahunan (Wahjosumidjo, 2005 :
315).
Penyusunan RKAS dilakukan dengan memperhatikan asas penganggaran
antara lain: 1) Asas kecermatan, anggaran harus diperkirakan secara cermat,
baik dalam halpenjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga
dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam penghitungan, 2) asas terinci,
penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja
yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan, 3) asas keseluruhan,
anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas secara menyeluruh dari awal
tahun sampai akhir tahun anggaran, 4) asas keterbukaan, semua pihak yang
telah ditentukan oleh peraturan atau pihakyang terkait dengan sumber
pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam
penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya, 5) asas periodik,
pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas dan, 6) asas
pembebanan.

Proses penyusunan RKAS sebagai perencanaan keuangan sekolah yang


dilaksanakan secara partisipatif melalui tahapan 1) kepala sekolah mempelajari
visi, misi, dan program sekolah, 2) kepala sekolah mengundang guru dan
pengurus komite sekolah menyusun draf RKAS sesuai dengan RKJM dan RKT,
3) kepala sekolah bersama guru, pengurus komite sekolah membahas RKAS,
dan 4) RKAS siap digunakan (Dit PMPTK, 2007).

Mengingat tahapan tersebut, nampak bahwa penyusunan anggaran selain


sebagai suatu proses partisipatif, tepat, menyeluruh juga bersifat kompetitif dan
koordinatif. Sebab dalam proses penganggaran banyak pihak terlibat dan
bertanggungjawab, seperti kepala sekolah harus memaksimalkan anggaran
untuk sekolah dan unsure – unsur pimpinan dan guru harus memaksimalkan
anggaran untuk program dan kegiatannya (Wahjosumidjo, 2005 : 317).

Anda mungkin juga menyukai