Kepala Sekolah
Kompetensi Kepala Sekolah
A. Kompetensi Kepribadian
Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
3.Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:
4.Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:
Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai dengan
pedoman persuratan yang berlaku
Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi akademik,
kesiswaan, sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat
Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis maupun
arsip lainnya
Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsip-
prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik
Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat diukur dan
dinilai.
Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program pendidikan
dengan menggunakan teknik yang sesuai
Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring dan
evaluasi
D. Kompetensi Sosial
1.Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:
Kepala sekolah merupakan jabatan strategis yang tidak semua orang akan
mampu mengembannya. Keterampilan dan kecekatan dalam memimpin sebuah
sekolah menjadi kunci dalam menentukan kemajuan dan kesuksesan sebuah
sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Harus diakui bahwa semua guru dapat mengemban tugas tambahan lain seperti
menjadi wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, kepala
bengkel, kepala program keahlian, wali kelas, pembina ekstra kurikuler, dan juga
tugas tambahan lain, tetapi tidak semua guru mempunyai kemampuan dan
kesanggupan dalam mengemban tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
Untuk mengemban tugas tambahan sebagai kepala sekolah maka guru harus
mempunyai kemampuan dan kapasitas intelektual, emosional, spiritual dan
sosial. Kemampuan-kemampuan tersebut akan sangat berpengaruh besar
terhadap efektifitas kepemimpinannya. Sementara, kedalaman ilmu, keluasan
pikiran, kewibawaan dan relasi komunikasinya akan membawa membawa
perubahan signifikan dalam manajemen sekolah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Oleh sebab itu, ada 5 kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh kepala
sekolah bila ingin tetap menjaga kualitas sekolahnya tetap berjalan baik serta
peningkatan kualitas peserta dididik pada sekolah yang dipimpinnya. Adapun 5
kompetensi yang harus di miliki oleh seorang kepala sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Kompetensi Kepribadian
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi kepribadian berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
Kepribadian bukan hanya tentang pesona, sikap positif terhadap hidup, wajah
yang tersenyum, tetapi kepribadian juga merupakan suatu konsep dinamis yang
menggambarkan pertumbuhan dan pengembangan dari system psikologis
keseluruhan dari seseorang.
a. Respek dan apresiasi terhadap diri sendiri, artinya harus memiliki rasa harga
diri yang kuat yang menyanggupkan berhubungan dengan orang lain atas dasar
hal-hal positif.
b. Kemauan yang baik, yang meliputi minat yang tulus, jujur terhadap
kebahagiaan orang lain, rasa hormat, percaya, dan menghargai orang lain, serta
menghindarkan memanfaatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang
sifatnya pribadi.
2. Kompetensi Manajerial
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi manajerial berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
Selain itu, hakikat pengetahuan adalah segenap apa yang kepala sekolah
ketahui tentang sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan manajemen itu sendiri
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya wawasan pengetahuan seorang kepala sekolah.
Ada lima ranah pengetahuan yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu
pengetahuan praktis, intelektual, small talk, pengetahuan spiritual dan
pengetahuan yang tidak diketahui. Penguasaan pengetahuan ini sangat esensial
dalam implementasi manajemen di sekolah. Pengetahuan akan pekerjaan
mempunyai korelasi yang tinggi terhadap prestasi kerja dan kemampuan kerja
memiliki korelasi yang tinggi terhadap prestasi kerja.
3.Kompetensi Kewirausahaan
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan Permendiknas Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai
berikut:
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
Di zaman globalisasi dan era milenial yang saat ini sedang berlangsung,
sekolah-sekolah di Indonesia tidak hanya berkompetisi dengan sekolah-sekolah
luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Australia saja.
Pada sisi lain tantangan dan perkembangan lingkungan strategis baik nasional
maupun internasional dalam berbagai bidang juga makin berat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan komunikasi saling berkait dengan
kemampuan kewirausahaan di jaman sekarang. Salah satu aplikasi manajemen
pendidikan, teriutama manajemen berbasis sekolah dan dikaitkan dengan
kewirausahaan ini adalah secara ekonomi mampu mendorong masyarakat,
khususnya orang tua siswa, untuk menjadi fondasi utama operasi sekolah,
mengingat pendidikan persekolahan itu tidak gratis dan membutuhkan dana
yang besar.
4. Kompetensi Supervisi
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi supervisi berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
Supervisi akan dapat berjalan dengan baik jika staff, peserta didik, dan orang tua
memandang kepala sekolah memiliki kompetensi untuk melakukan kegiatan
supervissi terhadap mereka. Dalam hal ini seorang kepala sekolah dapat
melaksanakan supervisi dengan melakukan tindakan kunjungan kelas, berbicara
dengan guru, peserta didik, orang tua, mengikuti perkembangan masyarakat
sekolah, orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam rangka memenuhi
tanggungjawab dan fungsinya sebagai kepala sekolah.
Supervisi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada para guru
adalah supervisi pengajaran, yang perlu diarahkan pada upaya-upaya yang
sifatnya memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang
secara profesional . Proses belajar mengajar perlu dilakukan supervisi dengan
tujuan:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2. Memadukan perbaikan pengajaran secara relatif menjadi lebih sempurna dan
mantap yang berarti memberi dukungan langsung kepada guru dalam rangka
mencapai tingkat kompetensi yang disyaratkan.
3. Meningkatkan kualitas dan kemampuan guru.
Apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi dengan cara yang tidak
tepat maka akan berdampaka pada kemandekan kinerja guru, sebaliknya
ketepatan pelaksanaan supervisi yang bersifat teknis akan meningkatkan kinerja
guru. Sedangkan tingkat kinerja guru dalam hubungannya dengan supervisi
ditentukan oleh situasi proses belajar mengajar yang lebih baik, meningkatnya
kemampuan mengatasi permasalahan tugas dilapangan secara profesional,
pelaksanaan supervisi yang demokratis, sistematis, konstruktif, kreatif,
kooperatif dan terus menerus akan berjalan dengan baik.
Konsep supervisi pengajaran terbagi dua, yaitu supervisi kelas dan supervisi
klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan menyusun alternatif
pemecahannya. Supervisi klinis merupakan layanan profesional dari kepala
sekolah dan pengawas karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam
pelaksanaan supervisi kelas. Supervisi kelas bersifat top-down, artinya
perbaikan pengajaran ditentukan oleh supervisor, sedangkan supervisi klinis
bersifat bottom-up, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-
persoalan otentik yang dialami guru.
5. Kompetensi sosial
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dari
dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
Sebenarnya, peran penting kompetensi sosial ini terletak pada peran pribadi
kepala sekolah yang hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan
masyarakat. Untuk itu seorang kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan msayarakat, kemampuan ini meliputi kemampuan berbaur
secara santun, luwes dengan masyarakat, dapat melalui kegiatan oleh raga,
keagamaan, dan kepemudaan, kesenian dan budaya. Keluwesan bergaul harus
dimiliki oleh kepala sekolah selain sebagai kepala maupun sebagai guru.
Pada sisi lain realitas peran dan kiprah seorang kepala sekolah dinilai dan
diamati baik oleh guru, anak didik, teman sejawat, dan atasannya maupun oleh
masyarakat. Bahkan tidak jarang juga kebaikan dan kekurangan kepala sekolah
dibicarakan oleh masyarakat secara luas, oleh karena itu penting bagi seorang
kepala sekolah untuk meminta pendapat baik dari guru, karyawan, siswa
maupun teman sejawat tentang penampilannya sehari-hari baik di sekolah, di
masyarakat dan segera memanfaatkan pendapat/kritik untuk memperbaiki
dirinya sebagai kepala sekolah.
Alternatif solusi dan rencana tindakan yang diambil harus mengacu pada 4M,
yaitu mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan
memberdayakan.Berikut adalah penjelasan keterampilan 4M yang harus dimiliki
oleh seorang kepala sekolah.
Tahap pertama dalam belajar mempengaruhi adalah harus bisa memasuki pola
pikir. Pada tahap ini rasionalitas yang berbicara. Jangan hanya emosi saja yang
dibesar-besarkan. Belajarlah berpikir dingin. Rasionalitas itu tumbuh karena
adanya learning spirit. Maka jangan biarkan dirimu terjebak dalam kejumudan
dan kebodohan. Orang-orang pandai selalu merasa kekurangan ilmu. Sebab
memang selalu ada celah kosong untuk terus mengisi otak dengan ilmu
pengetahuan. Kita bisa memperindah diri dengan sentuhan ilmu pengetahuan,
mempertajam intuisi dengan pembelajaran, dan mengasah kemampuan diri
dengan lesatan ide-ide cemerlang.
2. Menggerakan
Keterampilan menggerakan memiliki arti bahwa seorang pemimpin memiliki
keterampilan yang menyebabkan orang lain melakukan tindakan yang diinginkan
seorang pemimpin. Bagi kepala sekolah keterampilan menggerakkan
merupakan kemampuan kepala sekolah agar sumber daya yang ada (terutama
manusia) dapat bekerja dan bersinergi untuk pencapaian tujuan yang
diharapkan.
Sumber daya manusia merupakan hal yang unik karena di situ terdapat
keberanekaan harapan dan keinginan. Oleh karena itu, kesalahan dalam
menggerakan sumber daya manusia akan dapat mengakibatkan penyelewengan
dari sebagaian atau keseluruhan sumber daya yang ada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya menggerakkan SDM yang
ada di antaranya adalah:
a. Perlakukan mereka sebagai manusia yang memiliki kebebasan berpikir,
mengeluarkan gagasan atau pendapat, dan memerlukan penghargaan terhadap
prestasi kerja. Dengan demikian segala yang terkait dengan hal tersebut harus
menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan usaha menggerakan
sumberdaya tersebut.
b. Lakukan kontrol secara kontinu terhadap pelaksanaan kebijakan tanpa
menimbulkan kesan mencari kesalahan.Penghargaan terhadap progres kerja
akan menjadi motivasi yang mujarab dalam penggerakan SDM.
c. Selalu motivasi bawahan baik secara formal maupun nonformal. Dengan
motivasi agar muncul perasaan dihargai pada diri bawahan sehingga kinerja
terbaiklah yang akan ditampilkan.Lakukan komunikasi yang harmonis terhadap
gejala tindakan indisipliner dan atau penyelewengan terhadap pelaksanaan
kebijakan untuk mengetahui alasan penyelewengan tersebut. Dengan demikian
akan segera dilakukan solusi yang tepat untuk menyelamatkan pelaksanaan
program.
3. Mengembangkan
Jim Collins pernah menuliskan: First who, then What; people before strategy.
Get the right people first and then set the strategy. Pesan yang ingin
disampaikannya adalah mengenai sumber daya manusia. Sebab itu,
kepemimpinan yang efektif mampu mengembangkan kemampuan dan keahlian
orang-orangnya.
Lihatlah GE, General Electric. Perusahaan ini sangat konsen membangun
kompetensi karyawannya. GE memahami bahwa bisnis mereka adalah
bagaimana membentuk orang-orang dengan talenta tinggi. Mereka membangun
aset dengan menginvestasikan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan
kompetensi orang-orangnya. Maka jika kamu ingin membesarkan diri,
perusahaan, organisasi, dunia pendidikan, maka berinvestasilah untuk dirimu.
Karena dengan begitu, terjadi pengembangan diri yang signifikan.
Terkait dengan hal tersebut, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam upaya mengembangkan sekolah sebagai instutsi pendidikan:
a. Lakukan analisis kebutuhan masyarakat atau stakeholder terhadap mutu
lulusan.Buat program dengan penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat.
b. Lakukan pembinaan secara terprogram dalam rangka meningkatkan
kompetensi warga sekolah.Program-program peningkatan kompetensi menjadi
sesuatu yang harus direncanakan dan dilakukan. Program ini bisa dilakukan
baik secara mandiri maupun kontingensi pada kegiatan peningkatan kompetensi
di tingkat lain.
4. Memberdayakan
Konsep terakhir dari teori kepemimpinan 4M adalah Memberdayakan. Seorang
pemimpin hendaknya mampu mengelola seluruh potensi orang-orang yang
dipimpinnya. Dengan segala sumber daya itulah kita bisa mencapai tujuan.
Ketepatan memilih orang tepat untuk posisi tertentu dapat menghasilkan kinerja
yang tinggi.
Memberdayakan juga berarti memanfaatkan sumber daya yang ada secara
maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam kaitannya
dengan kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah dianggap telah berhasil
atau memiliki keterampilan memberdayakan apabila terdapat indikasi sebagai
berikut:
Pembagian tugas pada guru dan staf administrasi telah sesuai dengan
kompetensi personil yang bersangkutan bukan lagi berdasarkan Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) semata. Pemanfaatan sumber nonmanusia telah
semaksimal mungkin oleh sebagaian besar warga sekolah dalam
mengupayakan tercapaianya pelayanan pendidikan yang optimal.Semua
personil dalam naungan pembinaan kepala sekolah telah berjalan dengan baik
dalam melaksanakan tugas masing-masing.Tidak terdapat ketidaktermanfaatkan
potensi baik dari sumber daya manusia maupun nonmanusia.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberdayakan sumber daya
yang ada secara baik seperti:
a. Lakukan analisis yang baik terhadap peta kekuatan seluruh sumber daya
yang ada. Hasil analisis ini tentunya akan menjadi dasar dalam langkah
selanjutnya yaitu pembagian kerja. Prinsip right man in the right place harus
menjadi dasar dalam pembagian tugas.
b. Lakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan secara teliti untuk mengetahui
kekurangberdayaan personil yang telah ditunjuk. Pembinaan personil dalam
rangka menjaga ritme kerja dilakukan secara terencana dan terarah
Tugas Kepala Sekolah
Tugas Kepala Sekolah – Kepala Sekolah ialah salah satu bagian penting pada
struktur komite sekolah pada suatu sekolah, baik dari tingkat pendidikan dasar, hingga
tingkat pendidikan menengah. Tahukah anda bahwa didalam jabatannya sebagai
kepala sekolah, ia memiliki tugas dan fungsi yang banyak sekali, untuk lebih jelasnya
simaklah penjabaran dibawah ini :
1. Beban kerja Kepala Sekolah seluruhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan.
2. Beban kerja Kepala Sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan .
3. Saat terjadi kekurangan guru dalam satuan pendidikan tertentu, maka Kepala Sekolah
bisa melaksanakan tugas pembelajaran maupun pembimbingan agar proses
pembelajaran maupun pembimbingan tetap berlangsung dalam satuan pendidikan yang
bersangkutan tersebut.
4. Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan, tugas
pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tu gas
pokoknya .
5. Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN selain melaksanakan beban
kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia.
Kepala sekolah bisa diartikan sebagai tenaga fungsional guru, dimana ia diberikan
tugas tambahan agar memimpin sebuah sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar ataupun tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dengan murid yang menerima pelajaran.
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah
harus mempunyai strategi yang tepat agar terjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan tiap kegiatan, memberikan
teladan kepada semua tenaga kependidikan sekolah, serta mengembangkan model –
model pembelajaran yang inofatif.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari bagaimana cara ia melaksanakan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif,
pragmatis, serta keteladanan.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007)
A. Pendahuluan
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005 menetapkan standar
pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. (Pasal 3 PP 19 Tahun 2005).
Selanjutnya dalam Pasal 4 PP 19 Tahun 2005 disebutkan Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam pasal 2 PP
Nomor 19 Tahun 2005 meliputi: a) standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu; b) standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pe-laksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan; c) standar kompetensi lulusan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; d) standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan; e) standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi; f) standar pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan; g) standar pembiayaan adalah standar yang
mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun; dan h) standar penilaian pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Dari kedelapan standar nasional pendidikan beberapa diantaranya telah
ditetapkan aturan pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional. Khusus tentang standar pendidik dan tenaga pendidikan, Menteri
Pendidikan Nasional telah membuat beberapa peraturan antara lain.
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah;
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah; dan
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Paparan pada makalah ini khusus mencermati tentang Standar Kepala Sekolah
(Permendiknas No. 13 Tahun 2007). Kepala sekolah merupakan elemen yang
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/unggul. Sharratt dalam
sebuah artikelnya menuliskan, “It is very difficult to have a good school without a
good principal.” Sedangkan Hechinger (1981) memperlihatkan hubungan erat
antara mutu sekolah dengan kepala sekolah.
“I have never seen a good school with a poor principal or a poor school with a
good principal. I have seen unsuccessful schools turned into successful ones
and, regrettably, outstanding schools slide rapidly into decline. In each case, the
rise or fall could readily be traced to the quality of the principal”
Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah juga
disebutkan Imron Arifin (1998) dalam disertasinya yang berjudul “Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Berprestasi”. Namun Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70
persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12
Agustus 2008).
Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana
proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan
pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional selanjutnya
menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.
B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui
Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April 2007.
Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat sebagai kepala
sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk
standar kualifikasi meliputi kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum
kepala sekolah yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun,
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat
serendah-rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu
berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala sekolah) telah
memiliki sertifikat pendidik sedangkan seluruh kepala sekolah sampai saat ini
belum ada yang memiliki sertifikat pendidik. Bahkan guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah setelah Permendiknas No. 13 Tahun 2007
ditetapkan belum ada yang memiliki sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi
karena pemerintah masih disibukkan dengan sertifikasi guru sehingga sertifikasi
kepala sekolah belum terjamah.
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus
menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Di Malaysia
menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura
dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga
pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau surat keterangan kompetensi.
Bahkan di Malaysia ada lembaga/institut (semacam P4TK) dalam bidang
kekepalasekolahan yaitu Institut Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting
Highlands, Malaysia.
Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi standar
kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi
yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.
Kelima dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompe-tensi
keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/
madrasah; (2) memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam kepemimpinan, pada
dasarnya teori sifat memandang bahwa keefektifan kepemimpinan itu berto-lak
dari sifat-sifat atau karakter yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-
pinan itu sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu,
misalnya harga diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas
termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila
memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin dikatakan tidak
efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi kepribadian
sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka dijamin tidak akan ada
kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam ujian (baik UASBN atau UN), etos
kerja rendah, dan lain sebagainya. Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah
yang konsisten, dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan,
terbuka atas saran dan kritik, tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Kompetensi kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa
kepemimpinan dapat diketahui sejauh mana seorang kepala sekolah memiliki
jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan perangkat SELF-
DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L. Holland dapat diketahui
kecenderungan seorang guru apakah cukup menjadi seorang guru atau ada
bakat sebagai pemim-pin (kepala sekolah). Selain itu, kemampuan menghadapi
masalah dapat diukur dengan “inventori pengurusan konflik”. Dengan perangkat
ini akan diketahui kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi, menghindar,
dan penyesuaian diri.
2. Kompetensi Manajerial
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat
tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1) educator (pendidik); (2)
manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6)
pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi
dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat
perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan
melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan
evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara
detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu
melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah,
maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk
satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat
perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan.
Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa
yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di
mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail
perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan
mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang
terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai
dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang
sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala
sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang
dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni
mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa
ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah
membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh
bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu
melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada
gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan
secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan
dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen
dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya
melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan
kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran
adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta
kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah
juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru,
sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.
Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam gugusan
substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi (1) kurikulum atau pembelajaran;
(2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4) sarana dan prasarana; (5) keuangan; dan
(6) hubungan masyarakat.
Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan substansi
menajemen yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24 tugas pokok manajemen
pendidikan. Misalnya: perencanaan kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana
dan prasarana, keuangan dan hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 dituangkan dalam dimensi kompetensi manajerial dengan 16
kompetensinya. Dari ke-16 kompetensi tersebut, tugas manajemen dalam
bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. Tahap
pengorganisasian dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu:
(a) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan
dan (b) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal.
Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang paling besar.
Hal ini disebabkan tugas pelaksanaan/pengelolaan merupakan inti dari
manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat digolongkan dalam pengelolaan
manajemen pendidikan. Kompetensi tersebut antara lain: (1) Mengelola
perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif; (2) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;
(4) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/madrasah; (6) Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik; (7) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (8)
Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah;
(10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (11)
Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan; dan (12) Memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi dalam
dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah, yaitu kurikulum, personalia,
kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan hubungan masyarakat.
Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah
dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu
melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan dilaksanakan dengan
baik, maka terwujudnya sekolah unggul dan mandiri akan dapat dicapai. Sejauh
mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut, secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007
terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah; (2) bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3)
memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan
selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Ranah kompetensi nomor 1 sampai dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan
perilaku kewirausahaan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh
jenjang pendidikan. Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki adalah kepala
SMK karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola
kegiatan produksi/jasa. Contoh SMK jurusan perhotelan memiliki kegiatan jasa
perhotelan sehingga peserta didik dapat memanfaatkan sepenuhnya hotel yang
dimiliki sekolah sebagai sumber belajar. Demikian pula SMK jurusan otomotif
dengan kegiatan jasa bengkel. Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan
produksi/jasa terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun
demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala sekolah.
Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan dengan kegiatan yang
mampu menghasilkan keuntungan bagi sekolah secara materiil (berupa uang).
Kewirausahaan dalam yang paling penting adalah kemauan bekerja keras serta
kreatif dan inovatif. Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan
mampu menghitung kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal
sekolahnya. Dengan modal awal tersebut, kepala sekolah mendayagunakan
untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik yang besar merupakan kekuatan
(strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta didik bisa dijadikan investir dengan
memberikan pinjaman dana, misalnya untuk pembangunan kantin
sekolah.Kantin tersebut kemudian disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk
cadangan pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk pendapatan
sekolah.
Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk peningkatan
kompetensi guru. Di zaman teknologi, informasi dan komunikasi sekarang ini,
kepala sekolah dengan kreativitas dan inovasinya mendorong guru untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan
mengadopsi berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya
dalam hal membaca permulaan, guru dapat menggunakan metode iqra’. Dengan
metode ini kemampuan membaca permulaan siswa akan mengalami
perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru dapat menggunakan
metode berhitung jarimatika atau jarimagic. Kepala sekolah menciptakan
kompetisi yang sehat di sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Apalagi
kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
dihargai secara akademis.
4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan
kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan bagai guru yang akan
naik pangkat atau untuk mengisi DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai). Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah dengan sekadar melakukan
kunjungan kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka
selesailah kegiatan supervisi ini.
Supervisi dalam pengertian intinya adalah kegiatan membantu guru bukan
hanya untuk memvonis guru (benar atau salah). Kegiatan membantu guru harus
dilakukan secara terencana dan sistematis bukan insidental sehingga dengan
kegiatan supervisi kemampuan profesional guru dapat berkembang dengan
optimal.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah,
dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi, yaitu: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; dan (4)
menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap
guru baru pada butir dua yaitu melaksanakan supervisi akademik dengan
pendekatan dan teknik supervisi yang terbatas, yakni satu pendekatan dan
teknik supervisi untuk semua tipe guru.
5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di mana
sekolah selalu berhadapan dengan stake holder. Kemampuan yang diperlukan
untuk berhadapan dengan stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan
berinteraksi yang efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah
dengan orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka
kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya.
Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan
komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam manajemen pendidikan yang
meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga memerlukan komunikasi.
Ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan dalam membina hubungan sosial.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk: (a)
penyampaian program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b)
mampu memahami orang lain, (c) gagasannya diterima oleh orang lain, dan (d)
efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu mendapatkan
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan sekolah. Kompetensi yang
dibutuhkan tersebut dalam permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan
kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas: (1)
bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah; (2)
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (3) memiliki kepekaan
sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory tower) maka
sekolah harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Ada
beberapa kegiatan yang membutuhkan¾terutama di pedesaan¾ partisipasi
sekolah demi suksesnya kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya
pembelajaran bagi buta aksara, kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah
dapat berpartisipasi dengan menyediakan ruang kelas sebagai sarana belajar
atau menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kepala sekolah bagi sekolah sangatlah
penting. Kepala sekolah memilik kedudukan sebagai pemimpin di sekolah.
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas
keberlangsungan organisasi sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan selayaknya mampu memimpin
dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas diri, banyak upaya yang dapat ditempuh. Adair
(1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenal diri
sendiri dengan Strength, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT), (2)
berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas, Moralitas, dan Integritas (KAMI),
(3) mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-prinsip
kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan balik.
Akhir-akhir ini seringkali digunakan istilah-istilah untuk menyebut strata
(tingkatan) prestasi sekolah yang baik dengan sebutan sekolah efektif atau
sekolah unggul. Sekolah efektif tidak akan lahir tanpa kepala sekolah yang
efektif sebagaimana disebutkan oleh Fred M. Hechinger.
Kepemimpinan efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala sekolah untuk: (a)
menerapkan kepemimpinan sekolah efektif, (b) melaksanakan kepemimpinan
instruksional, (c) memelihara iklim belajar yang berpusat pada siswa, (d)
mengembangkan profesionalitas dan mengelola SDM, (e) melibatkan orang tua
dan menjalin kemitraan dengan masyarakat, (f) mengelola sekolah secara efektif
dan melaksanakan program harian, dan (g) melaksanakan hubungan
interpersonal secara efektif.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 kompetensi kepemimpinan atau
kepala sekolah sebagai leader tidak tertulis secara eksplisit dalam butir-butir
kompetensi. Kepemimpinan kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun
2007 dirumuskan secara implisit ke dalam 5 dimensi kompetensi kepala sekolah.
Dengan merujuk pada tujuh perilaku kepala sekolah untuk menggambarkan
kepemimpnan efektif maka butir-butir kompetensi yang ada dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 telah melingkupi dimensi kepemimpinan
kepala sekolah.
D. Penutup
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah merupakan
standar ideal bagai kepala sekolah di Indonesia. Peraturan ini jika tidak menjadi
acuan dalam pembuatan aturan pelaksanaan untuk rekrutmen calon kepala
sekolah baru atau penilaian kepala sekolah yang telah memiliki masa kerja 4
tahun atau lebih (sesuai dengan Keputusan Mendiknas RI No. 162/U/2003
tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah) hanya menjadi pajangan belaka. Apalagi pemerintah daerah dengan
otonomi daerahnya, kewenangan pengangkatan kepala sekalah ada di tangan
bupati/walikota.
Ulasan Lengkap
Intisari:
Untuk menjadi kepala sekolah harus memenuhi kualifikasi umum dan
kualifikasi khusus. Salah satunya adalah berpendidikan sarjana (S1) atau
diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan
tinggi yang terakreditasi serta memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di
Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan :
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Mengenai persyaratan menjadi kepala sekolah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah (“Permendiknas 13/2007”).
Standar Kepala Sekolah
Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi
standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional.[1] Kualifikasi Kepala
Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum dan Kualifikasi Khusus.[2]
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:[3]
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwenang.
Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah tergantung pada jenjang sekolah,
meliputi:
a. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (“TK/RA”) adalah sebagai
berikut:[4]
1) Berstatus sebagai guru TK/RA;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan
3) Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
b. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (“SD/MI”) adalah sebagai
berikut:[5]
1) Berstatus sebagai guru SD/MI;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (“SMP/MTs”)
adalah sebagai berikut:[6]
1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
d. Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (“SMA/MA”) adalah
sebagai berikut:[7]
1) Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
e. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(“SMK/MAK”) adalah sebagai berikut:[8]
1) Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
f. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (“SDLB/SMPLB/SMALB”) adalah
sebagai berikut:[9]
1) Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
g. Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:[10]
1) Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan;
dan
3) Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
Kompetensi yang Harus Dimiliki untuk Menjadi Kepala Sekolah
Selain memenuhi kualifikasi untuk menjadi kepala sekolah, seorang calon
kepala sekolah harus memiliki kompetensi, yang terdiri dari:[11]
1. Kepribadian;
2. Manajerial;
3. Kewirausahaan;
4. Supervisi;
5. Sosial.
Jadi menjawab pertanyaan Anda, untuk menjadi kepala sekolah harus
memenuhi kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. Kualifikasi umum
mensyaratkan beberapa di antaranya yaitu berpendidikan sarjana (S1) atau
diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi
yang terakreditasi serta memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-
kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
Oleh karena itu, seseorang yang lulusan S2 tetapi memiliki pengalaman baru 2
(dua) tahun belum memenuhi syarat menjadi kepala sekolah. Di samping itu,
ada sejumlah kualifikasi lain dan kompetensi yang harus ia miliki.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
Dasar hukum:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
[1] Pasal 1 ayat (1) Permendiknas 13/2007
[2] Pasal 1 ayat (2) Permendiknas 13/2007 dan huruf A Lampiran Permendiknas
13/2007
[3] Huruf A Angka 1 Lampiran Permendiknas 13/2007
[4] Huruf A Angka 2 poin a Lampiran Permendiknas 13/2007
[5] Huruf A Angka 2 poin b Lampiran Permendiknas 13/2007
[6] Huruf A Angka 2 poin c Lampiran Permendiknas 13/2007
[7] Huruf A Angka 2 poin d Lampiran Permendiknas 13/2007
[8] Huruf A Angka 2 poin e Lampiran Permendiknas 13/2007
[9] Huruf A Angka 2 poin f Lampiran Permendiknas 13/2007
[10] Huruf A Angka 2 poin g Lampiran Permendiknas 13/2007
[11] Huruf B Lampiran Permendiknas 13/2007
1. Standar Isi
Hal-hal yang diatur dalam Standar Isi mencakup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal untuk jenis
dan jenjang pendidikan tertentu. Di dalam Standar Isi terdapat kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan.
Pendidik harus memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga pendidik adalah sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik
Kompetensi kepribadian
Kompetensi profesional
Kompetensi sosial
Peraturan Menteri terkait Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
Sedangkan kata kerja sendiri berarti aktivitas yang menghasilkan sesuatu. Maka bisa dikatakan
bahwa rencana kerja adalah proses pengaturan, pengelegasian dan pengawasan dalam proses
untuk menghasilkan sesuatu.
Dalam arti rencana, maka tentu ada banyak kemungkinan di masa datang yang bisa terjadi.
Setiap rancangan yang sudah disusun bisa saja tercapai dan tidak. Namun, di luar semua itu,
rencana tetap harus dibuat agar setiap tindakan bisa terarah dan menuju pada tujuan yang sama.
Nantinya rencana kerja ini akan dievaluasi secara berkala sehingga didapatkan kelebihan dan
kekurangan dari setiap rancangan dan pelaksanaannya selama periode waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Semua masalah yang harus diselesaikan, impian yang ingin dicapai, tantangan yang dihadapi
dan sebagainya akan dijabarkan yang akan mengantarkan kepada solusi yang akan ditetapkan.
2. Proses Perencanaan yang Benar
Dalam menyusun rencana kerja tentunya yang disoroti adalah kebutuhan dari pihak pembuat
rencana. Dengan demikian, setiap data dan informasi yang akan disajikan haruslah merupakan
fakta yang sesuai dengan yang ada di lapangan.
Jika pun meleset, maka sudah harus ada solusi cadangan yang dipersiapkan guna mengatasinya.
4. Penerapan Keputusan
Setelah semua berhasil dirumuskan dan disusun, maka tahapan terakhir yang harus diambil
adalah pengambilan keputusan atau pengesahan. Dengan demikian, rencana kerja tersebut secara
resmi sudah terbit dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait di dalamnya.
Sama seperti perencanaan pada umumnya, rencana kerja atau program kerja harus mampu untuk
memenuhi unsur 5W dan 1H yang sudah menjadi standar internasional dalam bidang
perencanaan.
What (Apa)
Why (Mengapa)
Where (Di Mana)
When (Kapan)
Rencana kerja harus dapat menjawab dengan pasti kapan tujuan dapat tercapai dan kapan
pelaksanaan proses dari pencapaian tujuan tersebut
Who (Siapa)
Menjabarkan perihal orang yang tepat yang harus diajak bekerja sama untuk melakukan rencana
tersebut agar tujuan tercapai
How (Bagaimana)
Menjelaskan tata laksana penyelesaian sebuah proyek agar tujuan pembuat rencana kerja
tercapai
Tujuan Perencanaan
Di dalam RKS biasanya terdapat informasi yang berkaitan dengan penyedia jasa, pemberi jasa,
kebutuhan yang harus dipenuhi, kualitas material yang dibutuhkan hingga penjabaran
mengenai jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
B. RKT
Rencana Kerja Tahunan adalah rencana kerja yang dibuat dengan sistem periodik, yaitu satu
tahun sekali. Di dalamnya terdapat komponen penilaian serta capaian yang sudah terjadi
dibandingkan dengan komponen yang menjadi tolok ukurnya.
C. RKJM
Rencana Kerja Jangka Menengah hampir sama dengan RKT, hanya saja periode waktu
penyusunan dibuat setiap empat tahun sekali. Dengan demikian, pihak pembuat rencana kerja
dapat melihat tujuan di masa mendatang serta kesesuaian pelaksanaannya.
Contoh RKS-RKJM
Sampul Dokumen
Unsur yang dimuat di dalam sampul dokumen RKS sama dengan dokumen pada umumnya yaitu
logo dan identitas dari RKS, baik judul maupun pemilik proyek.
Bab Umum
Walaupun sudah dibahas di dalam sampul dokumen, namun identitas pemberi jasa harus tetap
dilampirkan pada bagian ini dan lebih mendetail.
Selain itu, desain maupun rencana lainnya yang memiliki keterikatan dengan proyek yang akan
atau sedang berlangsung juga dimasukkan ke dalam Bab Umum ini.
Bab Administrasi
Semua hal administratif yang berkaitan dengan proyek akan dibahas di dalam bab ini. Hal
seperti masa penyelesaian pekerjaan, waktu pelaksanaan hingga syarat pembayaran juga
tertuang di dalam bab administrasi ini.
BAB Teknis
Berisikan tentang tipe pekerjaan dan uraian tentang pekerjaan tersebut, tipe dan kualitas material
yang diharapkan oleh pemberi jasa hingga merek yang akan digunakan dimasukkan ke dalam
bab teknis ini.
Sampul: Berisikan identitas pembuat RKT mulai dari nama penyusun RKT, tahun berlaku dan
identitas lainnya.
Bab I Pendahuluan: Memuat perihal latar belakang pembuatan RKT hingga maksud dan tujuan.
Bab II Data Sekolah dan Program yang sudah terlaksana: Dapat berupa tabel, diagram dan
semua bentuk data lainnya yang tentunya menyesuaikan dengan fakta lapangan.
Bab III Organisasi Sekolah: Berbentuk gambar dan tabel.
Bab IV Rencana Kegiatan: Memuat tabel RKT yang berisikan komponen yang diujikan serta
jadwal kegiatan.
Bab V Rencana Kegiatan dan pembiayaan: Membahas tentang dana yang dibutuhkan serta
sumber dari pendanaan tersebut.
Bab VI Penutup: Saran dan kesimpulan.
Demikian juga dengan tabel RKJM, isinya juga hampir sama dengan RKT, yaitu membahas
tentang tentang setiap komponen kompetensi yang umumnya terdiri dari 8 Standar Nasional
Pendidikan.
Delapan standar tersebut adalah isi, proses, penilaian pendidikan, pengelolaan, pembiayaan,
kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, serta pendidik dan tenaga kependidikan.
Agar dapat berlaku, maka RKJM juga harus mendapatkan tanda tangan pengesahan dari kepala
proyek atau kegiatan pembuat RKJM.
Memiliki rencana kerja adalah sebuah tindakan yang cerdas. Dengan memiliki rencana kerja,
artinya setiap tindakan yang akan dilakukan sudah memiliki landasan yang kuat, sehingga setiap
kerugian yang berpotensi terjadi dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.
Peran Kepala Sekolah dalam Penyusunan RKJM dan RKAS dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Untuk meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah peran kepala sekolah
sangat menentukan. Oleh karena itu, dalam rangka penugasan guru sebagai
kepala sekolah ditetapkan persyaratan sebagaimana diatur dalam
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010, diantaranya kepala sekolah harus
bersertifikasi setelah mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang. Pendidikan dan pelatihan tersebut
untuk mengembangkan dan membekali kepala sekolah dengan kompetensi
yang harus dimiliki dalam rangka menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.
Salah satu kompetensi yang berkait dengan penyusunan Rencana Kerja Jangka
Menengah dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran adalah kompetensi manajerial. Kompetensi manajerial
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai
manajer. Kepala sekolah sebagai manajer pada hakikatnya adalah seorang
perencana, organisator, pemimpin, dan pengendali organisasi. (Wahjosumidjo,
2005 : 95).
Penyusuna RKJM dan RKAS merupakan salah satu pelaksanaan dari empat
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Muhaimin (2009 : 185) menyatakan bahwa pada intinya, rencana
program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas visi yang akan
dicapai. Rencana program merupakan upaya untuk mengimplementasikan
strategi sekolah dan merupakan proses penentuan jumlah dan sumberdaya
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.
RKJM dan RKAS sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005
harus mencakup subtansi standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan.
Sedangkan berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, komponen
RJKM dan RKAS, meliputi : 1) kesiswaan, 2) kurikulum dan pembelajaran, 3)
pendidik dan tenaga kependidikan, 4) sarana dan prasarana, 5) keuangan dan
pembiayaan, 6) budaya dan lingkungan, 7) peran masyarakat dan kemitraan, 8)
rencana kerja yang lain.
Oleh karena itu, penyusunan RKJM dan RKAS harus menerapkan prinsip
sebagai berikut : 1) berdasar kebutuhan (deman driven), 2) realistic (data
driven), 3) memperbaiki prestasi siswa, 4) membawa perubahan lebih baik, 5)
sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh, 6) tanggap terhadap perubahan,
7) bersifat partisipatif, keterwakilan, dan transparan, dan 8) berdasarkan hasil
review dan evaluasi.
Pertama, Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses dimana sekolah melakukan
evaluasi diri secara internal untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan standar
minimal pendidikan dan standar nasional pendidikan. Hasilnya digunakan
sebagai dasar penyusunan rencana kerja sekolah. EDS ini disusun dalam
rangka mengetahui : 1) seberapa baik kinerja sekolah, 2) bagaimana cara
mengetahui kinerja sekolah, dan 3) bagaimana cara meningkatkan kinerja
sekolah. Melalui kegiatan ini sekolah dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang harus diperbaiki.