Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN DIRI (PENGELOLAAN DIRI) DALAM BELAJAR

Matkul : Terapi Prilaku


Dosen : Rizky Amaliyah, S.Psi., MA.Si.

DISUSUN OLEH:
YENNY PUSPITASARI
YULIATI
KELOMPOK 4

PRODI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

      Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji Syukur kita
panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Manajemen Diri Dalam Belajar.
      Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

      Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu kami ibu Rizky Amaliyah, S.psi.,
MA.Si.yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah dan
mempresentasikannya.

      Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

      Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Jombang, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Dasar Manajemen Diri Dalam Belajar
1. Pengertian Manajemen Diri Dalam Belajar
2. Deskripsi Teori tentang Manajemen Diri Dalam Belajar
3. Faktor-faktor Manajemen Diri Dalam Belajar
B. Pendekatan Dalam Manajemen Diri
1. Pendekatan Sifat (Trait Approach)
2. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)
3. Pendekatan situasi (Situational Approach)
4. Pendekatan kekuasaan (Power Approach)
C. Masalah-masalah Manajemen Diri Dalam Belajar
1. Masalah Internal
2. Faktor-Faktor Eksternal
3. Lupa, Jenuh, Dan Kesulitan Dalam Belajar
4. Mengatasi Kesulitan Dalam Belajar
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Ada jutaaan manusia yang berpikir, merasa, dan yakin bahwa di dalam dirinya tidak ada
keunggulan, bakat, atau kelebihan apapun yang pantas diandalkan. Isi pikiran, isi perasaan, dan
isi keyakinan semacam itu, entah kita sadari atau tidak, lama kelamaan membentuk sebuah
kesimpulan didalam batin, membentuk citra diri, membentuk opini tentang diri, membentuk
definisi diri yang kita ciptakan tentang diri kita.
Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan
manusia. Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan kepribadiannya.
Karena itulah rasa kepercayaan diri sangat dibutuhkan manusia dalam menjalani hidupnya.
Inferioritas merupakan kebalikan dari superioritas (rasa percaya diri yang terlalu tinggi).
Inferioritas itu adalah minder atau rasa rendah diri. Inferiorirats adalah perasaan yang relatif
tetap (persistent) tentang ketidak mampuan diri atau munculnya kecenderungan untuk merasa
kurang atau menjadi kurang sehingga tidak bisa menunjukan kebolehannya secara optimal.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan konsep dasar manajemen diri dalam belajar?
2.      Apa saja faktor manajemen diri dalam belajar?
3.      Apa saja pendekatan dalam memanajemen diri dalam belajar?
4.      Apa saja masalah-masalah yang menghambat manajemen diri dalam belajar?
5.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Manajemen Diri Dalam Belajar

1. Pengertian Manajemen Diri Dalam Belajar

Secara terminologi pengertian manajemen banyak dikemukan oleh ahli manajemen misalnya
Siagian (1980) menyatakan bahwa manajemen adalah kemampuan keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Sedangkan Donely, dkk (1984) menyebutkan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengatur kegiatan-kegiatan melelui orang lain atau
dirinya sendiri sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang tidak mungkin dilaksanakan seorang
saja. Dari pengertian diatas dapat ditari pemahaman bahwa manjemen diri pada siswa sangat
memungkinkan membantu proses dan keberhasilan pembelajaran.

Manajemen diri dalam belajar merupakan sebuah tanggung jawab dan kemampuan belajar
pada diri siswa. Siagian (1980) menyatakan bahwa tidak ada orang yang mampu untuk belajar
demi kepentingan orang lain salah satu alasan pandangan teori behavioral tertarik dengan
menerapkan manajemen diri dalam proses pembelajaran adalah karena siswa diajar dengan
metode perilaku klasik sehingga sangat jarang menggeneralisasikan hasil belajarnya pada
situasi baru. Mendorong siswa agar melakukan manajemen diri memang memerlukan waktu
tambahan, karena pendidik mengajarkan bagaimana peserta didik dibimbing untuk
bertanggungjawab pada dirinya, tetapi apabila pendidik melupakan pembinaan manajemen diri
bagi siswa maka siswa akan kesulitan belajar dan bekerja secara independen, setelah mereka
berada pada sekolah yang memiliki manajemen yang bagus.

2. Deskripsi Teori tentang Manajemen Diri Dalam Belajar

Manajemen diri secara umum terdiri dari tiga langkah utama yaitu, menentukan tujuan,
memonitor dan mengevaluasi kemajuan, dan memberikan penguatan diri. Apabila tujuan
pendidikan untuk menghasil-kan orang-orang yang mampu mendidik dirinya maka siswa harus
belajar mengatur hidupnya dengan menetukan tujuannya sendiri, memonitor dan
mengevaluasi perilakunya, dan menyediakan penguatan untuk dirinya.

Siswa mungkin terlibat dalam beberapa atau semua langkah untuk mengimplementasikan
program pembelaja-ran, maka pada kondisi ini siswa harus bisa membantu dirinya untuk
menentukan tujuan,mengobservasi pekerjaannya sendiri mencatat perkembangan, dan
mengevaluasi kinerjanya sendiri. Akhirnya mereka dapat memilih dan memberikan penguatan
untuk dirinya sendiri. Keterlibatan seperti ini dapat membantu siswa belajar mengatur langkah
kerjanya di masa datang sehingga siswa mampu lebih mandiri. Woolkfolk (1993)
mengungkapkan, bahwa sekitar 70% anak berbakat didunia pendidikan mempunyai intelegensi
yang tinggi tetapi tidak menampilkan prestasi yang cemerlang dibanding dengan potensinya
yang ada, disebabkan siswa tersebut tidak memiliki manajemen diri dalam belajar.

Secara umum deskripsi teori manajemen diri dapat dilihat kedalam beberapa bagian
diantaranya:

a.       Menentukan Tujuan

Dalam pembelajaran tujuan sangat mempengaruhi hasil belajar, sebagaimana dalam teori
Adlier dalam Siagian (1980) tentang tujuan fiktif (fictional goal) menyatakan bahwa perilaku
seseorang diarahkan pada tujuan di masa yang disusun sendiri. Tujuan fiktif yang baik akan
disusun oleh orang yang bersangkutan berdasarkan kreativitas dirinya sehingga tujuan itu
menjadi unik bagi setiap orang. Subjektivitas dalam penyusunan tujuan fiktif berpengaruh
signifikan terhadap keberhasilan belajar seseorang. Dengan arti lain apabila tujuan sudah
diketahui maka tindakan orang tersebut akan lebih mantap dalam proses pembelajaran. Teori
ini juga didukung dengan teori Bandura tentang teori motivasi dan kinerja (Bertal & Sake,
1978). Dimana orang-orang akan berfikir positif apabila telah mengetahui tujuan yang akan
dicapai. Tujuan ini disebutnya juga tujuan spesifik karena dalam rumusannya tujuan itu realistik,
dan terukur.maka orang-orang yang sukses dengan tujuan ini dia akan meningkatkan keyakinan
diri, keyakinan diri akan meningkatkan status sosial di kelas.

Memperhatikan uraian di atas, jelas sekali bahwa dalam proses pembelajaran, siswa sangat
penting untuk mampu menyusun tujuannya sendiri. Sebaliknya guru harus berusaha secara
maksimal untuk membimbing siswa dalam menyusun tujuan belajarnya, sehingga bisa dijadikan
pedoman perilakunya sehari-hari dikelas maupun di luar kelas.

b.      Mencatat dan Mengevaluasi Kemajuan

Untuk melatih dan mencapai tujuan pembelajaran siswa juga diajarkan mencatat semua apa
yang telah dikerjakan dalam proses pembelajaran seperti telah melaksanakan beberapa tugas
belajar, tanpa pengawasan guru. Dan seperti pembelajaran oleh teori perilaku Workman (1993:
177) yang disebutnya teori belajar pengontrol perilaku. Siswa mempunyai kartu kemajuan studi
yang berfungsi membantu siswa untuk membagi-bagi tugas menjadi langkah-langkah lebih
kecil, menentukan urutan terbaik untuk melengkapi langkah-langkah dan merekam kemajuan
sehari-hari dengan menetapkan tujuan sehari-hari.

Teori ini didukung juga dengan teori Morgan (1985) mengkombinasikan penetapan tujuan,
pencatatan diri, dan evaluasi diri teori ini disebutnya dengan teori belajar monitoring. Dimana
siswa sudah mempunyai tujuan belajar sendiri untuk mencapai tujuan dengan alat monitoring
sebagai tolak ukur pelajaran dilakukan. Siswa di suruh melakukan sendiri urutan- urutan
pembelajaran sampai melakukan evaluasi secara sendiri.

c.       Penguatan Diri

Langkah terakhir dalam manajemen diri adalah penguatan diri ( self reinforcement ) teori
belajar Hayes dan kawan-kawan mengungkapkan salah satu penguatan dalam manajemen diri
adalah self reinforcement, dengan beberapa kegiatan awal seperti, observasi diri sebelum
belajar, mengambil keputusan dalam menetap-kan tujuan, dan merespon diri dalam setiap
pembelajaran.

3. Faktor-faktor Manajemen Diri Dalam Belajar

a.    Motivasi Belajar
Secara garis besar motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang mendorong siswa untuk
belajar dengan baik. Menurut Sadirman A. M dalam bukunya ia menyatakan bahwa “Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar dapat tercapai.” (Sardiman: 2004). Macam-macam Motivasi belajar:

1)      Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Dorongan
ini datang dari “hati sanubari”, umumnya karena kesadaran akan pentingnya belajar. Macam-
macam motivasi intrinsik yaitu:

a)      Kebiasaan belajar

b)      Kepribadian siswa

c)      Prestasi

d)     Memori/ingatan

e)      Bakat/kemampuan, dll.

2)      Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar
anak. Dorongan yang datang dapat berasal dari orang tua, guru, teman. Dan anggota
masyarakat lain.

Macam-macam motivasi ekstrinsik:

a)      Dorongan berupa hadiah, pujian, penghargaan, dan hukuman

b)      Persaingan atau kompetisi antar siswa

c)      Pengaruh lingkungan sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
teman

d)     Pengaruh budaya dan adat istiadat

e)      Pengaruh lingkungan fisik, misalnya kondisi rumah dan suhu udara


b.      Minat Belajar

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri sdengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat. (Pius Partanto: 1985)

Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakan diri dalam beberapa gejala,
seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku
melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata
lain minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap
belajar yang ditunjukan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar.

Langkah untuk mengembangkan minat belajar:

1)      Guru dituntut untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa

2)      Guru dituntut untuk berkepribadian baik

3)      Orang tua menemani anaknya ketika belajar

4)      Membiasakan anak belajar rutin dan sedikit demi sedikit

c.       Emosional Belajar

Emosional berasal merupakan gabungan dari dua kata, yaitu emosional dan belajar. Emosional
berasal dari kata emosi, secara bahasa emosi berasal dari kata motion, yang berati gerak.
(Ahmad Kahfi: 2008)

Secara istilah sebagaimana diungkapkan oleh Crow & Crow, yang dikutip oleh H. Sunarto dan B.
Agung Hartono, “emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak”.
Emosional belajar adalah pengalaman efektif yang kuat dan di tandai oleh perubahan-
perubahan fisik dalam hal belajar. Pada intinya emosional belajar adalah kemauan belajar.
Macam-macam emosi termasuk emosi belajar:

1)      Takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, dan panik.

2)      Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah, jegkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,
berang, tersinggung, bermusuhan.

3)      Kesedihan: pedih, sedih, mursm, ditolak, kesepian, putus asa, dan depresi berat.

4)      Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, ringan, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan
indrawi, takjub, terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegurangan luar biasa.

5)      Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kasmaran, kasih.

6)      Terkejut: terkejut, terkesiap, terpana, tekjub.

7)       Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, ingin muntah.

8)      Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hancur lebur.

Macam-macam emosi tersebut merupakan macampmacam emosi secara umu, namun jika
dikaitkan dengan situasi belajar, dengan karakter setiap siswa yang sedang berkembang
emosinya diharapkan mamp umengendaikan gejolak emosi tersebut dan dapat menjadi dirinya
sendiri.

B. Pendekatan Dalam Manajemen Diri

1. Pendekatan Sifat ( Trait Approach)

Keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak ditentukan  atau dipengaruhi oleh sifat-
sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena
pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang
dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.
2. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)

Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan


atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepimpinan yang dilakukan oleh
kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu
member perintah, membagi tugas dan wewenang nya, cara berkomunikasi, cara mendorong
semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin
bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan
dan sebagainya.

3. Pendekatan situasi (Situational Approach)

Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini


berdasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga
tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap
organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang
sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda,
semangat, watak dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku
kepemimpinan yang berbeda pula.

4. Pendekatan kekuasaan (Power Approach)

Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua
atau lebih individu (a quality inherent in an interavtion between two or more individuals). Jika
setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruh tindakan satu sama lain, maka yang
muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

C. Masalah-masalah Manajemen Diri Dalam Belajar

1. Masalah Internal
Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber
belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan
berkaitan dengan evaluasi hail belajar.

a) Ciri Khas/Karakteristik Siswa

Masalah-masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada
umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. Bilamana siswa
memiliki minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan berupaya mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan apa yang akan dipelajari secara lebih baik. Namun bilamana siswa tidak
memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapannya untuk
belajar. Demikian pula pengalaman siswa juga akan turut menentukan muncul tidaknya
masalah belajar sebelum kegiatan belajar dimulai. Siswa-siswa yang memiliki latar pengalaman
yang baik yang mendukung materi pelajaran yang akan dipelajari, tidak memiliki banyak
masalah sebelum belajar dan dalam proses belajar selanjutnya. Namun bagi siswa yang kurang
memiliki pengalaman yang terkait dengan mata pelajaran atau materi yang akan dipelajari akan
menghadapi masalah dalam belajar, terutama berkaitan dengan kesiapannya untuk belajar.

b) Sikap Terhadap Belajar

Sikap siswa dalam kegiatan belajar siswa ketika memulai kegiatan belajar merupakan bagian
penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan oleh
sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Bilamana ketika akan memulai kegiatan
belajar siswa memiliki sikap menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka ia
akan cenderung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun bilamana
yang lebih dominan adalah sikap menolak sebelum belajar atau ketika akan memulai pelajaran,
maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar. Sikap terhadap
belajar juga nampak dari kesungguhan mengikuti pelajaran, atau sebaliknya bersikap acuh
terhadap aktivitas belajar.
c) Motivasi Belajar

Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong
bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar
dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak
melalui kesungguhan untuk terlibat didalam proses belajar, antara lain nampak melalui
keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat
resume, mempraktekan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan
tuntutan pembelajaran. Rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini
memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

d) Konsentrasi Belajar

Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa,
karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk
membantu siswa agar dapat konsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup
lama, di samping menuntut ketelatenan guru. Akan tetapi dengan bimbingan, perhatian serta
bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka secara bertahap hal ini akan dapat dilakukan.

e) Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berfikir seseorang untuk mengolah
informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Dalam proses pembelajaran ,
makna yang dihasilkan dari proses pengolahan pesan merupakan hasil bentukan siswa sendiri
yang bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan alami. Kemampuan siswa
mengolah bahan belajar merupakan kemampuan yang harus terus didorong dan dikembangkan
agar siswa semakin mampu mencapai makna belajar dan akan semakin mengarah pada
perkembangan serta kemampuan berpikir yang sangat berguna untuk menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan.

f) Menggali Hasil Belajar

Menggali hasil belajar merupakan suatu proses mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah
tersimpan. Kesulitan dalam menggali kembali memiliki keterkaitan dengan proses penerimaan,
proses pengolahan, proses penyimpanan dan kemampuan dan cara menggali pesan itu sendiri.

g) Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di
dalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkannya.

h) Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang
relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang
sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:

1.    Belajar tidak teratur

2.    Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)

3.    Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian

4.    Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

5.    Tidak terbiasa membuat ringkasan


6.    Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

7.    Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan
tugas

8.    Sering datang terlambat

9.    Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk

2. Faktor-Faktor Eksternal

a)    Faktor Guru

Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting, meskipun di
tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah kedunia pendidikan. Bilamana
dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas dengan baik, mampu
memfasilitasi kegiatan belajar siswa, mampu memotivasi, membimbing dan memberi
kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan
yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Namun jika guru tidak dapt
melaksanakan fungsi-fungsi strategis pembelajaran, siswa-siswa akan mengalami masalah yang
kemungkinan dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.

b)   Lingkungan Sosial (termasuk teman sebaya)

Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh
negatif terhadap siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena
pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. Demikian
pulalah banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekolah memiliki
sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari.

c)    Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah, kurikulum merupakan panduan yang
dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh
aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan materi
pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode, memilih dan menentukan media
pembelajaran, menentukan teknik evaluasi, kesemuannya harus berpedoman pada kurikulum.
Perubahan kurikulum pada sisi lain juga dapat menimbulkan masalah. Terlebih bilamana dalam
kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan.

Masalah-masalah itu adalah; tujuan yang akan dicapai mungkin berubah, isi pendidikan
berubah, kegiatan belajar mengajar berubah dan evaluasi berubah

d)   Sarana dan Prasarana

Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang perpustakaan yang
teratur, tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku
pelajaran,media/alat bantu belajar merupakan komponen-kompnen penting yang dapat
mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.

3. Lupa, Jenuh, Dan Kesulitan Dalam Belajar

a)    Lupa

Lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi didalam kehidupan mental.

Faktor-faktor penyebab lupa menurut Ngalim Purwanto:

1)   Karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi atau tidak pernah dilatih/diingat
lagi.

2)   Adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala/isi jiwa yang lain.

3)   Karena reprasi/tekanan

b)   Jenuh
Jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi disebut Learning Plateau. Jenuh sama dengan padat
atau penuh sehingga tak mampu lagi memuat apapun. Atau juga bisa dikatakan jemu/bosan
yakni garis mendatar tak ada kemajuan dalam belajar.

Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab kejenuhan belajar antara lain:

1)   Hilangnya motivasi dalam belajar

2)   Karena bosan

3)   Karena keletihan siswa

c)    Kesulitan belajar

Kesulitan belajar bisa dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah, siswa yang
berkemampuan tinggi (keduanya diluar rata-rata) dan siswa yang berkemampuan rata-rata
(normal), disebabkan oleh faktor tertentu yang mneghambat tercapainya kinerja akademik
yang sesuai dengan harapan.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam
yaitu:

1)   Faktor intern siswa

a.    Yang bersifat kognitif yaitu rendahnya kapasitas intelektual

b.    Ranah afektif yaitu labilnya emosi dan sikap

c.    Ranah psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-alat indra penglihat dan
pendengar

2)   Faktor ekstern siswa

a.    Lingkungan keluarga (hubungan tidak harmonis)

b.    Lingkungan masyarakat (lingkungan yang kumuh, teman nakal)

c.    Lingkungan sekolah (dekat pasar, guru yang kurang profesional, fasilitas, dll)
4. Mengatasi Kesulitan Dalam Belajar

a)    Identifikasi

Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami
kesulitan belajar, yaitu informasi tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut:

1)   Data dokumen hasil belajar siswa

2)   Menganalisis absensi siswa didalam kelas

3)   Mengadakan wawancara dengan siswa

4)   Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar

5)   Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang dihadapi

b)   Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data  tentang
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Diagnosis
ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1)   Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa

2)   Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar

3)   Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar

c)    Prognosis

Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunsn rencana atau program yang diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:

1)   Bentuk treatmen yang harus diberikan


2)   Bahan atau materi yang diperlukan

3)   Metode yang akan digunakan

4)   Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan

5)   Waktu kegiatan dilaksanakan

d)   Terapi atau pemberian bantuan

Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang dapat diberikan
antara lain melalui:

 Bimbingan belajar kelompok

1)   Bimbingan belajar individual

2)   Pengajaran remedial

3)   Pemberian bimbingan pribadi

4)   Alih tangan kasus

e)    Tindak lanjut atau follow up

Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah
diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan
yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen diri siswa yang dimaksud dalam makalah ini adalah kemampuan personal siswa
dalam mencapai tujuan tertentu termasuk pembelajaran harus dikelola dengan tepat dan dapat
melalui orang lain seperti guru dan lainnya, menurut konsep manajemen, bahwa manajemen
diri termasuk sebuah keterampilan dan keahlian seseorang yang terdapat dalam diri siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai aplikasi manajemen diri siswa dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari indikatornya; seperti kemampuan siswa menentukan tujuan
pembelajaran, kemampuan memonitor dan mengevaluasi tujuan pembelajaran, dan mampu
memotivasi dan memberikan penguatan pada diri sendiri.

B. Saran

Sebaiknya kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain yang mempunyai kelebihan
dari diri kita sendiri karena ini adalah hal yang salah. Cara itu sangat membuang waktu. Karena
kita menganggap bahwa kehidupan orang lain jauh lebih beruntung. Akibatnya, kita akan
berpikir jika hidup yang dijalani sangat sulit, sedangkan orang lain banyak kemudahan.
DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Remaja rosdakarya

Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Tulungangung: Teras

Fathurrohman, M dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras

Rohmah Noer. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai