Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG

MOTIVASI DALAM BELAJAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Penempu : I Gede Suryawan S.Pd, M.Sn

Oleh :

I PUTU RYAN GERYANA SUANTARA (2111041022)

UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

FAKULTAS DHARMA ACARYA

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat serta
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul “Motivasi Dalam Belajar” ini menjelaskan tentang pentingnya motivasi dalam belajar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kehidupan masyarakat baik bagi penulis
maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini semata-mata berkat bantuan dari berbagai
pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan makalah
ini.

Batubulan, 3 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi Dalam Belajar.................................................................................2

2.2 Fungsi Motivasi Dalam belajar .......................................................................................3

2.3 Teori – Teori Motivasi Dalam Belajar…………............................................................10

2.4 Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar………………………………….13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................16

3.2 Saran ..............................................................................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan
orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri
siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan
motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan
yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu
menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat
pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang
belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.
Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa,
petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar
mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan
mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem
pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.
Motivasi dalam belajar memiliki fungsi serta dilandasi oleh teori – teori yang
mendukung agar siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu kami membahas
tentang apa saja fungsi teori – teori motivasi dalam belajar, serta bagaimana peranan guru
dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian motivasi dalam belajar?
2. Apa saja fungsi motivasi dalam belajar?
3. Apa saja teori-teori motivasi dalam belajar?
4. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar?
1.3 Tujuan
2. Menjelaskan pengertian motivasi dalam belajar.
3. Menjelaskan fungsi motivasi dalam belajar.
4. Menjelaskan teori-teori motivasi dalam belajar.
5. Menjelaskan upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi


Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang
agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.
Menurut Sartain (Purwanto, 1990: 61) mengatakan bahwa pada umumnya suatu motivasi
atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Dari
pernyataan Sartain di atas bahwa motivasi timbul karena adanya tujuan yang merupakan
perangsang untuk mengarahkan tingkah laku seseorang dalam melakukan sesuatu hal.
Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada lima unsur
atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Yaitu :
a. Cita-cita atau aspirasi pembelajar. Cita-cita merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi
seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
b. Kemampuan pemelajar. Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu
sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki
kemampuan di bidang lainnya.
c. Kondisi pemelajar. Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis
pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan
fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun
akan menurun.
d. Kondisi lingkungan pemelajar. Kondisi lingkungan pemelajar menjadi factor yang
mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang
mengitari si pembelajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran. Faktor dinamisasi belajar dapat diamati
pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan
bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.
Menurut Muhidin Syah (1995:108-115), ada 2 faktor yang berperan dalam mempengaruhi
motivasi belajar siswa yaitu :

1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap,
kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a. Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman,
orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b. Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat
tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain.

2.2 Fungsi Motivasi


Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
Menurut Sardiman (2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak
dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2000:175) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:


a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul
suatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Berikut ini ada beberapa jenis-jenis motivasi yaitu :
1. Berdasarkan Arahnya :
a. Motivasi Tugas
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan
sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid
secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan
dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas
hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia
mengetahui cara-caranya.

b. Motivasi aspirasi
Yaitu motivasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan
sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana
itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru
harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh
guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau
kegagalan ditentukan oleh ‘usaha’, bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.

c. Motivasi Persaingan
Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun
memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar,
tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status.
Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan
motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.

d. Motivasi afiliasi
Motivasi afilisi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan
sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang
masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat
diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja
lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya.
Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya
memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan
hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat
memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.

e. Motivasi kecemasan
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang
berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan
motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ)
rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka
menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan
usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan
tinggi.

f. Motivasi penguatan
Motivasi penguat dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid,
memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan
memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian
angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-
beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan
yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.

g. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri


Motivasi ini sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar.
Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai
sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan
sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-
pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi
pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya
perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.
2. Berdasarkan faktor pembangkitnya:
a. Motivasi internal (intrinsik)
Motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang
dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa
membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena
tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku.
Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk
memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan
keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut
telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestai.

Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefisinikan sebagai


ketertarikan dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam pekerjaan itu
sendiri, sedangkan Hirst (1988) mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan
individu tentang tingkat, yang mana sesuatu aktiviatas dapat dilakukan dengan nyaman
dan atas dasar keinginan diri sendiri. Konsep dari motivasi intrinsik tidak hanya ada pada
definisi praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori utama di
dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang menyatakan babwa motivasi
intrinsik ada di dalam hierarki yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Pendapat ahli lain
mengenai motivasi intrinsik dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa
motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati suatu
aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari aktivitas tersebut.

Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di atas dapat
diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk motivasi dari dalam diri
individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan kepa individu dan
membuat tugas dan pekerjaan tersebut mampu memberikan kekuatan batin bagi individu
sendiri. ( M. Nur Ghufron, dkk, Teori-teori Psiologi, 2011: 86-87)

b. Motivasi eksternal (ekstrinsik)


Motivasi ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang tang ada di
luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar
seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas
satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ingign ikut-ikutan
belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas
satu SMP, ssiswa memahami faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar
dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil
lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan
pelajaran di SMA.Di SMA ia belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk
AKABRI. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai
sangat baik, dan diterima di AKABRI.
Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar dengan
tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar,
dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik
dapat berubah menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya
belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. (Dimyati, dkk,
Belajar dan Pembelajaran, 2009: 91)

2.3 Teori-teori Motivasi Dalam Belajar


a) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1)
kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2)
kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-
simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan
bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)


kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya
sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang
jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan
yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan
manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual
dan bahkan juga spiritual.

b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi
merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai
standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam
persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat
secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)


memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan
derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena
upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran
misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

c) Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan
akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G =
Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama,
secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh
Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama
dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan
keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self
actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis
kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

• Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya;
• Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
• Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin
besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

d) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman
motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari
motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya
ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.

e) Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan
mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan
tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
f) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”


mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan
yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika
seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar,
yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.

g) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna,
dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus
menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya
terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup
dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

2.4 Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar
hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang
akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan
penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan
seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin
besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu
siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi.
Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag
pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir
semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi
siswa ranking 1-3.
c. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling
kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu
bisa…”.
e. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri
dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik,
seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan
yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari
halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah
dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang
secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli
terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling
(BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya
orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang
baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini
siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun
menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini
bisa dilakukan seperti pada urutan ke f.
i. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang
tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat
siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua
kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL),
Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat
intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit
untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa
mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai
oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu
media visual maupun audio visual.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang
agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.
Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia untuk berbuat,
menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong timbulnya tingkah laku atau
perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi berfungsi sebagai penggerak cepat
atau lambatnya suatu pekerjaan.
Teori – teori motivasi dalam belajar adalah Teori Abraham H. Maslow (Teori
Kebutuhan), Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Teori Clyton Alderfer (Teori
“ERG), Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Teori penetapan tujuan (goal setting theory),
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ), Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Upaya guru meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah menjelaskan tujuan
belajar ke peserta didik, hadiah, saingan/kompetisi, pujian, hukuman, membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar yang baik,
membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, menggunakan
metode yang bervariasi, menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3.2 SARAN
Motivasi dalam belajar sangat penting untuk di pelajari oleh peserta didik karena dari situlah
mereka bisa memahami apa fungsi motivasi dalam belajar serta mereka dapat termotivasi
untuk belajar. Oleh sebab itu penulis menyarankan makalah ini dibaca dan dipelajari dengan
baik serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah, 2000.psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya


masulfi.blogspot.com/2012/03/motivasi-dalam-belajar.html

http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html

http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU
Sartain. 1990. http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU
(di akses tgl. 12 oktober 2014)
Imron, Ali. 1996. http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html (
diakses tgl. 12 oktober 2014)

Sardiman. 2007. http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html -


.U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)
Hamalik. 2000. http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html -
.U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)
Beach. 1980. http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html

Ghufron, M. Nur, dkk. 201. http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-


motivasi.html

Anda mungkin juga menyukai