MOTIVASI BELAJAR
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13
KELAS 3A
DOSEN PENGAMPU:
Alhamdulilah, Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran “Motivasi Belajar”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini, baik pelaksanaan
maupun penulisannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi para pembaca, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui komponen motivasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis motivasi.
3. Untuk mengetahui sifat motivasi.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip motivasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Untuk menjaga dan menupang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-
kekuatan individu.
4
penguatan perilaku yang tepat, dan pengaruh ketidaksesuaian antara
komponen kognitif, afektif dan perilaku.
4. Kebutuhan
Kebutuhan yang bersifat individual dari setiap siswa sangat besar. Ada
lima kebutuhan jenjang, yaitu; kebutuhan fisiologi kebutuhan dasar,
keamanan kebutuhan dasar, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi
diri. Motivasi termasuk ke dalam kategori kebutuhan dasar, sehingga
harus dipenuhi sebelum memenuhui kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Siswa tidak siap untuk belajar apabila kebutuhan dasarnya belum
terpenuhi.
5. Kemampuan competence
Kompetensi merupakan motivasi intriksik untuk belajar yang sangat
berkaitan dengan kekuatan diri self efficacy . Bagi siswa yang tidak
memiliki kepekaan atas kekuatan diri, guru tidak cukup hanya
memberikan situasi-situasi untuk menjadi berhasil, tetapi juga
memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas yang bersifat
menantang sehingga dapat berprestasi. Selain itu, penguatan kompetensi
dapat dilakukan dengan memberikan dukungan, rasa hormat dan
dorongan. Kemampuan berprestasi menjadi faktor motivasi intrinsik.
5
a. Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan primer yang harus dipuaskan
terlebih dahulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan
tempat berlindung.
b. Kebutuhan keamanan, baik keamanan batin maupun keamanan barang
atau benda.
c. Kebutuhan sosial, yang terdiri dari kebutuhan perasaan untuk diterima
oleh orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk berprestasi, dan
kebutuhan perasaan berpartisipasi.
d. Kebutuhan berprestise, yakni kebutuhan yang erat hubungannya
dengan status seseorang.
Jenis-jenis kebutuhan tersebut dapat menjadi dasar dalam upaya
menggerakkan motivasi belajar siswa. Upaya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut melalui proses pembelajaran hanya dapat dilakukan oleh
guru dalam batas-batas tertentu.
2. Pendekatan fungsional
Pendekatan ini berdasarkan pada konsep-konsep motivasi, yakni
penggerak, harapan, dan insentif.
a. Penggerak, adalah yang memberi tenaga tetapi tidak membimbing,
bagaikan mesin tetapi tidak mengemudikan kegiatan. Organisme berada
dalam keadaan responsive dan penuh kesadaran. Pada diri manusia
terdapat dua sumber tenaga, yakni sumber eksternal ialah stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan, stimulasi yang masuk dari luar sampai pada
korteks melalui jalur tertentu yakni melalui mekanisme persyarafan
sehingga timbul tenaga penggerak; sumber internal yakni alur pikiran,
simbol-simbol dan fantasi daripada korteks, misalnya mimpi di siang
bolong.
b. Harapan, adalah keyakinan sementara bahwa suatu hasil akan diperoleh
setelah dilakukannya suatu tindakan tertentu. Harapan-harapan merupakan
rentang antara ketentuan subjektif bahwa sesuatu akan terjadi, dan
ketentuan subjektif bahwa sesuatu tak akan terjadi. Salah satu jenis
6
harapan ialah motif berprestasi, ialah harapan untuk memperoleh kepuasan
dalam penguasaan perilaku yang menantang dan sulit. Berdasarkan hasil
penelitian Mc Clelland terhadap program latihan yang dirancang bagi para
pengusaha di India, dia mengajukan sebanyak 12 preposisi tentang
pengembangan motif-motif baru di kalangan orang dewasa. Preposisi –
preposisi tersebut sebagai berikut:
1. Upaya-upaya pendidikan untuk mengembangkan suatu motivasi baru
akan berhasil dengan baik, bila individu memiliki alas an-alasan yang
kuat dan percaya, bahwa dia dapat, akan, dan harus mengembangkan
suatu motivasi.
2. Upaya-upaya pendidikan akan berhasil dengan baik, bila individu
memahami, bahwa pengembangan motivasi baru bersifat realistik dan
beralasan.
3. Individu mau mengembangkan motivasi jika dia mampu menentukan
dengan jelas aspek-aspek suatu motif.
4. Perubahan dalam pikiran dan tindakan akan terjadi, jika individu dapat
mengaitkan motif dengan perbuatan tertentu.
5. Motif baru akan mempengaruhi pikiran dan tindakan individu, jika dia
dapat mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya
sehari-hari.
6. Motif baru akan mempengaruhi pikiran dan perbuatan , jika individu
melihat motif itu sebagai suatu perbaikan dalam citranya sendiri.
7. Motif akan mempengaruhi pikiran dan tindakan, bila individu dapat
melihat dan mengalami motif baru sebagai perbaikan terhadap nilai-
nilai cultural.
8. Motif akan mempengaruhi pikiran dan tindakan bila individu terlibat
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang konkrit dalm kehidupan
yang berhubungan dengan motif tersebut.
9. Motif akan mempengaruhu pikiran dan tindakan, bila individu merasa
ada kemajuan pada dirinya ke arah pencapaian tujuan.
7
10. Perubahan-perubahan dalam motif akan terjadi dalam suasana yang
menggairahkan dan dia dipandang sebagai orang yang mampu
membimbing dan mengarahkan tingkah lakunya.
11. Perubahan motif lebih banyak terjadi, jika dia lebih banyak belajar
sendiri dan beralih dari kehidupannya yang bersifat rutin.
12. Perubahan motif akan terjadi jika motif baru dijadikan sebagai syarat
untuk menjadi anggota kelompok baru.
c. Insentif, ialah objek tujuan yang aktual. Ganjaran (reward) dapat diberikan
dalam bentuk konkrit atau dalam bentuk simbolik. Insentif menimbulkan
dan menggerakkan perbuatan, jika diasosiasikan dengan stimulus tertentu
dalam bentuk tanda-tanda akan mendapatkan sesuatu, misalnya siswa
dimotivasi dengan cara-cara atau tanda-tanda tertentu, bahwa dia akan
memperoleh uang. Kita mengharapkan siswa berupaya lebih keras dengan
cara merangsang mereka dengan kemungkinan mendapat hadiah. Dalam
hal ini, individu melakukan antisipasi dan mengharapkan sesuatu.
3. Pendekatan Deskriptif
Masalah motivasi ditinjau dari pengertian-pengertian deskriptif
yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati dan hubungan-
hubungan mtematik. Masalah motivasi dilihat berdasarkan kegunaannya
dalam rangka mengendalikan tingkah laku manusia. Dengan pendekatan
ini, motivasi didefinisikan sebagai stimulus kontrol.
8
hubungannya dengan manusia yang lain dalam masyarkat. Seperti dorongan
estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebaginya.
2. Wood Worth membedakan menjadi dua bagian yaitu unlearned motives
(motivasi pokok yang tidak dipelajari/dorongan) dan learned motives
(motivasi yang dipelajari). Yang termasuk ke dalam unlearned motives ialah
motifasi yang timbul disebabkan oleh kekurangan/kebutuhan dalam tubuh,
seperti: haus, lapar, sakit dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut,
Wood Worth kemudian membagi motifasi menjadi tiga bagian yaitu:
kebutuhan organis, motifasi yang timbul jika situasi menuntut timbulnya
tindakan yang cepat kepada kita, dan motifasi yang ditujukan ke suatu objek
atau tujuan tertentu di sekitar kita.
3. Motivasi dapat pula dibedakan menjadi dua bagian yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Contoh:
Si Mamat tekun mempelajari psikologi karena ia benar-benar
tertarik dan ingin sekali menguasai pelajaran itu (intrinsik).
Si Mamat belajar psikologi bukan karena benar-benar ingin
mengetahuinya, melainkan supaya lulus ujian, atau supaya orang
tuanya senang, atau karena takut dimarahi gurunya (ekstrinsik).
Menurut Slavin (2011: 121), banyak siswa dengan senang hati mengambil
kursus mesin mobil atau fotografi dan bekerja keras di dalamnya, sekalipun
kursus tersebut tidak menawarkan kredit atau nilai. Bagi siwa ini, pelajaran favorit
itu sendiri mempunyai nilai intensif intrinsik yang mencukupi untuk memotivasi
mereka belajar. Namun banyak diantara yang harus dipelajari di sekolah tidak
menarik atau bermanfaat pada dirinya bagi kebanyakan siswa dalam jangka
pendek. Daya tarik intrinsik sendiri tidak akan membuat mereka bekerja dengan
antusias setiap hari. Khususnya motivasi intrinsik siswa pada umumnya menurun
dari sekolah dasar tahun-tahun pertama hingga sekolah menengah atas. Karena
alas an ini, sekolah menerapkan berbagai jenis insentif ekstrinsik, yaitu imbalan
atas pelajaran yang tidak melekat di dalam bahan yang sedang dipelajari.
9
2.3 Sifat Motivasi
Menurut Hamalik (1999:112), Berdasarkan pengertian motivasi yang
dikemukakan sebelumunya pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang saling berkaitan satu dengan
lainnya.
1. Motivasi intrinsik
Menurut Hamalik (1999:112), defenisi motivasi intrinsik adalah
motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut
“motivasi murni” atau motivasi yang sebenarnya berasal dari dalam diri
peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan
tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap
untuk berhasil, keinginan untuk diterima oleh orang lain, dan sebagainya.
Sependapat dengan Djamarah (2002:115), yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah motif-motif aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dalam hal ini, pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak
diperlukan karena tidak menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar
untuk mendapat pujian atau hadiah itu. Maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi intrinsik itu bersifat nyata atau merupakan motivasi yang
sesungguhnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Hamalik (1999:112), defenisi motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
seperti ijazah, tingkatan, hadiah, mendali, pertentangan dan persaingan,
yang bersifat negative adalah sarkasme, ejekan (radicule), dan hukuman.
Sejalan dengan pendapat Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik tetap
diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya
10
menarik minat atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada
kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran
yang disampaikan guru. Dalam keadaan ini peserta didik yang
bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar, guru berupaya membangkitkan
motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu
sendiri.
Antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sulit untuk menentukan
mana yang lebih baik. Yang diinginkan adalah timbulnya motivasi intrinsik, tetapi
motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu timbul. Dipihak lain, guru bertanggung
jawab supaya pembelajaran berhasil dengan baik, oleh karena itu guru
berkewajiban membangkitkan motivasi ekstrinsik pada peserta didiknya. Guru
berupaya mendorong dan merangsang agar tumbuh motivasi sendiri (self
motivation) pada peserta didik.
Kemunculan sifat motivasi, apakah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
bergantung dan dipengaruhi oleh bebrapa faktor, antara lain:
1) Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah
laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai.
2) Sikap guru terhadap kelas, guru yang bersikap bijak dan selalu merangsang
siswa untuk berbuat kearah suatu tujuan yang jelas dan bermakna bagi kelas,
akan menumbuhkan sifat intrinsik, tetapi bila guru lebih menitikberatkan pada
rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik menjadi lebih dominan.
3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok cenderung kuat maka
motivasinya condong ke sifat ekstrinsik.
4) Suasan kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada
motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya
lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik dibandingkan suasana penuh
tekanan dan paksaan.
11
melakukan penelitian. Ini berarti bahwa guru SMP dan SMA, sesuai tuntutan
profesi guru, sebaiknya belajar meneliti sambil praktetk mendidik di sekolah. Ada
kalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik.
Dalam hal ini sebaiknya guru berpegang pada motivasi ekstrinsik. Dengan
menggunakan penguat berupa hadiah atau hukuman. Sebaiknya guru
memperbaiki disiplin diri siswa dalam beremansipasi.
12
yang pada gilirannya akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama
dalam kelas yang bersangkutan.
6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi
belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran
yang hendak dicapainya, maka perbuatan belajar ke arah tersebut akan
meningkat, karena daya dorongannya menjadi lebih besar.
7. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat
yang lebih besar untuk melaksanakannya dari pada tugas yang dipaksakan
dari luar. Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan
memecahkan masalah sendiri berdasarkan minat dan keinginannya, dan
bukan dipaksakan oleh guru sendiri.
8. Ganjaran yang berasal dari luar ladang-kadang diperlukan dan cukup
efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian,
penghargaan, oleh guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat
merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih aktif.
9. Teknik dan produser pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk
memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan secara
bervariasi dapat menciptakan suasana yang menantang dan menyenangkan
bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan
pembelajaran. Minat khusus itu mudah ditransferkan menjadi minat untuk
mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu
dalam bidang studi.
11. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi
siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong
pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan. Karen aitu guru
yang hendak membangkitkan minat belajar para siswa agar menyesuaikan
upayanya dengan konsisi siswa yang bersangkutan.
12. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu
siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat
13
mendorong perbuatan yang lebih energik. Guru hendaknya memperhatikan
keadaan ini supaya dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran.
13. Kecemasan yang serius menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu
perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain.
Akibatnya kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
14. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi
pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar,yakni
perbuatan yang tidak wajar (misal:mencontoh). Karena itu guru harus
mempertimbangkan tingkat kesulitan tugas yang akan diberikan kepasa
siswanya.
15. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Ada siswa yang mengalami kegagalan justru tumbuh
semangatnya untuk belajar lebih giat. Ada pula siswa yang selalu
mengalami keberhasilan justru menjadi cemas terhadap kemungkinan
terjadinya kegagalan belajar. Stabilitas emosi perlu diadakan pembinaan.
16. Pengaruh kelompok umum lebih efektif dalam motivasi belajar
dibandingkan dengan paksaan orang dewasa. Para remaja sedang berusaha
mencari kebebasan dari orang dewasa. Ia menempatkan hubungan dalam
kelompok remaja lebih tinggi. Apa saja dilakukan oleh kelompok, mau dia
mengerjakannya. Itu sebabnya guru ingin membimbing siswa belajar
hendaknya mengarahkan siswa itu ke arah nilai-nilai kelompok, sehingga
mereka belajar lebih aktif.
17. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas. Dengan strategi
pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat ditunjukkan ke arah
kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi
berbagai tantangan, maka akan tumbuh kegiataan kreatifnya.
14
a. Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggerakannya yang
mendorong sesorang untuk belajar. Sesorang yang berminat untuk belajar
belum sampai pada tataran motivasi belum menunjukkan aktivitas nyata.
Minat merupakan kec endrungan psikologis yang menyenangi suatu objek,
belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi
dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologis yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila sesorang sudah termotivasi
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan
waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar
penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.
15
bentuk penugasan meringkas mata pelajaran tertentu, menghapal ayat-ayat
al-quran, membersihkan halaman sekolah dan sebagainnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komponen-komponen motivasi pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan
dan menupang tingkah laku manusia.
2. Menurut Hamalik (1999 : 109) ada tiga pendekatan untuk menentukan
jenis-jenis motivasi, yaitu pendekatan kebutuhan, pendekatan fungsional,
dan pendekatan deskriptif.
3. Menurut Hamalik (1999:112), Berdasarkan pengertian motivasi yang
dikemukakan sebelumunya pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang saling berkaitan satu
dengan lainnya.
4. Menurut Kenneth H. Hoover dalam Hamalik (1999:114-116),
mengemukakan prinsip-prinsip motivasi belajar, sebagai berikut:
1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman
2) Para siswa mempuyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang
perlu mendapat kepuasan.
3) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif dari
pada motivasi yang berasal dari luar
4) Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu
dilakukan penguatan (reinforcement).
5) Motivasi mudah menjalar kepada orang lain
6) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi belajar.
7) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk melaksanakannya dari pada tugas yang
dipaksakan dari luar.
8) Ganjaran yang berasal dari luar ladang-kadang diperlukan dan cukup
efektif untuk merangsang minat belajar
9) Teknik dan produser pembelajaran yang bervariasi adalah efektif
untuk memelihara minat siswa. dll
17
DAFTAR PUSTAKA
18