Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SELF MANAGEMENT

1. Definisi Self Management

Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat tersebut

senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti mendorong diri

sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya, mengendalikan kemampuan

untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari

kehidupan pribadi. Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu

menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas dan bermanfaat dalam

menjalani kehidupannya. Self management juga membantu orang-orang untuk

mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya

ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Self management dan self-regulated merupakan instilah yang sering dijumpai

dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan. menurut

Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk mengatur dan

mengelola dirinya. Sedangkan menurut Zimmerman (Woolfolk, 2004)

mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang

peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya

yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Secara teoritis

14

Universitas Sumatera Utara


15

dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk self-

regulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka individu

tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu memanajemen

dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya.

2. Definisi Academic Self Management

Self management juga berfokus dalam bidang pendidikan yang dikenal

dengan Academic self management dan dimiliki oleh pelajar baik siswa maupun

mahasiswa. Menurut Menurut Cormier & Cormier (1985), self management

adalah suatu proses dimana seseorang mengarahkan tingkah lakunya sendiri

dengan menggunakan satu strategi. Pendapat tersebut sejalan dengan Dembo

(2004) menyatakan academic self management adalah strategi yang

digunakanpelajar untuk menggontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar, yang meliputi strategi prilaku (manajemen waktu, dan pengaturan

lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi

emosi serta usasha) dan strategi cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari

dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self

management merupakan suatu pengaturan diri untuk membuat strategi dalam

pendidikan yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengontrol cara belajarnya

sehingga dapat mencegah dan menghindari faktor-faktor penghambat dalam

belajar.

15

Universitas Sumatera Utara


16

3. Komponen Academic Self Management

Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), terdapat lima komponen

dalam academic self management, yaitu:

a. Motivasi

Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang

berenergi dan terarah. Proses internal tersebut seperti tujuan seseorang,

keyakinan, persepsi, dan juga harapan. Misalnya, ketekunan dalam

mengerjakan tugas berhubungan dengan seberapa kompeten kamu dapat

menyelesaikan tugas tersebut. selain itu, keyakinan seseorang tentang

penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi

motivasi seseorang dan tindakannya pada tugas-tugas dimasa yang akan

datang.

Salah satu perbedaan utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang

tidak sukses adalah dalam hal motivasi, pelajar yang sukses mampu

memotivasi dirinya sendiri walaupun dia sedang berada dalam kondisi yang

kurang baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung sulit untuk

mengatur motivasi mereka. Pelajar yang sukses seharusnya mampu

berkonsentrasi dan yakin dengan kemampuannya dan pengaruh dari

lingkungan.

Selain itu masalah lainnya dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat

memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang

mengganggu selama motivasi sedang dibangun. Gangguan yang kecil dapat

16

Universitas Sumatera Utara


17

menyebabkan motivasi seseorang menjadi menurun. Untuk menjadi pelajar

yang sukses, seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan

lingkungan yang mengganggu. Setiap pelajar melewati setiap proses yang

berbeda untuk mengatur perilakunya.

b. Metode Belajar

Metode belajar sering juga dikenal sebagai strategi belajar. Strategi belajar

merupakan suatu metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan

informasi. Pelajar dengan prestasi yang tinggi menggunakaan strategi belajar

yang lebih baik daripada pelajar yang memiliki prestasi yang rendah. Strategi

belajar yang dapat digunakan seperti menggarisbawahi kalimat yang penting,

meringkas, dan menguraikan.

Pelajar yang sukses diharapkan memiliki strategi pembelajaran yang baik.

Hal ini dapat dilakukan dengan memperlengkapi hal-hal yang membantu

pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru

menerangkan sehingga pada waktu ujian memiliki gambaran tentang poin-

poin penting dan memudahkan untuk menghafal bahan pelajaran.

c. Penggunaan Waktu

Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung

memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar yang

keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat

dibutuhkan karena berdampak dengan management diri pelajar. Jika seorang

17

Universitas Sumatera Utara


18

pelajar mengalami kesulitan dalam waktu, dia akan mengalami kesulitan

untuk mengatur tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

d. Lingkungan Fisik dan Sosial

Komponen ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk

merekonstrusi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan

pelajar. Merekonstruksi lingkungan fisik berhubungan dengan tempat untuk

belajar yang tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar. Merekonstruksi

lingkungan sosial berhubungan dengan kemampuan individu untuk

menentukan kapan dia harus belajar dalam kelompok, belajar sendiri atau

dengan teman, kapan waktunya dia membutuhkan bimbingan dosen, guru

pribadi, ataupun melalui sumber nonsosial (seperti melalui referensi buku

atau menggunakan internet).

e. Performansi

Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap

performansi, pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat

mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri,

dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai.

18

Universitas Sumatera Utara


19

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Academic Self Management

Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi academic self management, yaitu:

a. Faktor personal dan sosiokultural

Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang

dibawa siswa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi

dan sosial budaya mereka. Hal ini mempengaruhui bagaimana motivasi,

perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain itu, faktor sosiokultural juga

mempengaruhi bagaimana motivasi siswa, hal tersebut dapat dilihat dari

level sosioekonomi, tingkat pendidikan orangtua, dan harapan orangtua dapat

mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.

b. Faktor lingkungan kelas

Faktor lingkungan yang mempengaruhi academic self management akan

mempengaruhi bagaimana academic self management pelajar di dalam kelas,

seperti jenis tugas yang diberikan, perilaku instruktur, dan metode

pembelajaran.

c. Faktor internal

Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi

pelajar yang akan berpengaruh terhadap academic self management.

Misalnya, jika pelajar menghargai tugas dan dapat menguasainya, maka

pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha

keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan.

19

Universitas Sumatera Utara


20

5. Strategi Dari Academic Self Management

Menurut Dembo (2004), strategi dari academic self management dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Strategi motivasi

Strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta

usaha. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standart untuk

performansi. Tujuan membantu pelajar untuk lebih aware terhadap hasil dan

menentukan apa yang ingin dilakukannya.. Emosi akademik dapat

mempengaruhi proses belajar seseorang, kontrol diri, dan pencapaian

akademik. Komponen utama dalam menentukan emosi yaitu self talk. Self

talk berfungsi untuk memicu seseorang untuk menjadi produktif dalam

belajar

b. Strategi prilaku

Strategi prilaku seperti manajemen atau mengatur waktu, pengaturan

lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu bertujuan untuk memastikan

bahwa semua tugas yang dianggap lebih penting sudah terlaksana, oleh

karena itu dibutuhkan strategi-strategi dalam mengatur waktu tersebut,

seperti membuat jadwal belajar, mengatur jam istirahat dalam proses belajar,

memiliki alternatif kegiatan yang akan diberikan ketika waktu senggang.

Pengaturan lingkungan fisik dan sosial meliputi kemampuan untuk

menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain,

20

Universitas Sumatera Utara


21

kapan waktunya untuk mencari bantuan dari tutor, teman sebaya, dan

sumber nonsosial lain.

c. Strategi cara belajar

Strategi cara belajar meliputi belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen,

mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan dalam menjalani ujian.

Sebagai seorang pembaca yang belajar mealui buku bacaan diharapkan

mampu menentukan poin-poin penting dari bacaan, meringkas informasi,

memperoleh pemahaman dan kesimpulan dari materi yang sudah dibaca.

Pada saat dosen memberikan informasi diharapkan seorang pelajar mampu

memperoleh pesan yang disampaikan oleh dosen. Pelajar juga diharapkan

mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti ujian dengan mengulangi

pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.

B. E-LEARNING

1. Pengertian E-learning

Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari.

Kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah

satu respon positif dari perkembangan teknologi tersebut adalah pembelajaran

berbasis e-learning. E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan

singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi e-

learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat

elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,

21

Universitas Sumatera Utara


22

video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang didukung

dengan penggunaan teknologi sebagai medianya (Santrock, 2007)

E-learning sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Menurut Naidu

(2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan

komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat

tersebut hampir sama dengan pendapat Rosenberg (2006), yang mengatakan

bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan

atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber

instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi

individu dan organisasi. Pada umunya, e-learning merupakan proses

pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya

internet, yang bertujuan agar pelajar dan pengajar dapat berkomunikasi tanpa

dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santock

(2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui

komputer.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning memanfaatkan

kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan jaringan

internet, sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar.

22

Universitas Sumatera Utara


23

2. Pola Penggunaan E-Learning

Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada empat pola penggunaan e-

learning, yaitu:

a. Individual self-paced e-learning online yang mengarahkan pada situasi

pelajar yang mengakses intranet atau internet menjadi sumber belajar.

Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang sedang belajar sendiri atau

mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal.

b. Individual self-paced e-learning offline yang mengarahkan pada situasi

pelajar yang tidak menggunakan intranet atau internet sebagai sumber

belajarnya. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui media

seperti CD dan DVD.

c. Group-based e-learning synchronously yang mengarah pada situasi

sekelompok pelajar, belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui

media intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang

menggunakan audio dan video konferensi

d. Group-based e-learning asynchronously yang mengarah pada situasi

sekelompok pelajar yang tidak harus belajar dalam waktu yang sama.

Contoh dari tipe ini berupa diskusi online melalui email dan konferensi

dengan pembelajaran sistem manajemen.

23

Universitas Sumatera Utara


24

3. Kelebihan E-learning

Menurut Bates dan Wulf (dalam Nisa, 2012) pembelajaran melalui e-learning

memiliki kelebihan, antara lain:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara

cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi

pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara

sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar

(enhance interactivity).

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja

(time and place exibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas

secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui

internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber

belajar ini kapan saja dan dari mana saja.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

global audience). Dengan eksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah

peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran

elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta

waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan

saja, seseorang dapat belajar.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang

24

Universitas Sumatera Utara


25

tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus

berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar

elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran

bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya

dapat dilakukan secara periodik dan mudah.

4. Kekurangan E-learning

Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas

dari berbagai kekurangan. beberapa kritik mengenai e-learning menurut

Yahfizham (2014) yaitu :

a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar

itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya

values dalam proses belajar-mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan

d. Berubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang

menggunakan TIK.

e. Yang diajar tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung

gagal.

f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.

g. Gagap dalam menguasai computer.

25

Universitas Sumatera Utara


26

C. MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh

statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi

didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan

menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu

pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono

dalam Nugraha, 2001).

Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian

(achieving stage), yaitu tahap indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki

untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan

keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat

mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan

kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk

memperoleh pekerjaan

Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU secara sah

pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi. Mahasiswa USU

dapat dikategorikan ke dalam beberapa program, yaitu program diploma, program

strata-1, dan program pascasarjana. Universitas Sumatera Utara memiliki

beberapa program studi, seperti fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas

pertanian, fakultas teknik, fakultas ekonomi, fakultas kedokteran gigi, fakultas

26

Universitas Sumatera Utara


27

ilmu budaya, fakultas MIPA, fakultas FISIP, fakultas keseharan masyarakat,

fakultas keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi, dan faultas fasilkom.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari mahasiswa USU

program strata-1 fakultas psikologi. Mahasiswa psikologi adalah individu yang

sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, dimana individu dituntut untuk

menguasai teori-teori psikologi. Batasan umur untuk mahasiswa tidaklah bersifat

mutlak, karena realita di lapangan, banyak individu yang menyandang gelar

mahasiswa kurang dari usia yang tertulis ataupun lebih dari batas atas. Fakultas

Psikologi USU memberikan fasilitas belajar menggunakan e-learning, seperti

menyediakan OHP pada setiap kelas, menyediakan jaringan internet untuk

membantu mahasiswa mencari referensi di internet. Hampir seluruh mahasiswa di

Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning, termasuk dalam kegiatan

perkuliahan. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu

Rencana Studi secara online setiap semester, kuliah online pada matakuliah

tertentu, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu,

serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui email.

D. HUBUNGAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN

PENGGUNAAN E-LEARNING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

USU

Mahasiswa Fakultas Psikologi USU berperan sebagai individu yang menjalani

pendidikan orang dewasa dan dituntut untuk dapat mengatur dirinya untuk

27

Universitas Sumatera Utara


28

belajar. Dalam menjalankan proses belajar mahasiswa dituntut untuk

memanfaatkan hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajarnya, salah

satunya dengan memanfaatkan e-learning.

E-learning memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu belajar mahasiswa.

Ketika mahasiswa memanfaatkan elearning dengan intensif maka mutu belajar

mahasiswa juga akan meningkat (Karwati, 2014). Mahasiswa Fakultas Psikologi

menggunakan e-learning untuk mendukung proses belajarnya. Mahasiswa

terdorong untuk menggunakan e-learning karena dapat diakses dimana saja dan

kapan saja, tampilannya lebih menarik dibandingkan menggunakan buku. E-

learning juga dapat berbentuk audio, visual, maupun audiovisual. E-learning

dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa

bantuan perangkat elektronika. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan secara

individu ataupun kelompok. Pola e-learning yang mendukung pembejaran seperti

indidualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning

offline, group based e-learning synchronously, dan group based e-learning

asynchronously (Naidu, 2006).

Pola e-learning indidualized self-paced e-learning online mengacu pada

situassi dimana seorang individu belajar dengan memanfaatkan akses sumber

belajar menggunakan jaringan internet atau intranet. Melalui pola ini maka

mahasiswa akan cenderung untuk mengontrol, memonitoring, dan memilih

metode pembelajaran secara individu dengan melibatkan media elektronik yang

terhubung dengan jaringan internet. Media yang dapat dimanfaatkan oleh

28

Universitas Sumatera Utara


29

mahasiswa seperti media sosial, dimana penggunaannya dapat berupa mengakses

tutorial yang mendukung kegiatan belajar, memperoleh informasi yang ada di

mancanegara, mengakses jurnal-jurnal online.

Pola e-learning individualized self-paced e-learning offline mengacu pada

situasi seorang pelajar yang menggunakan sumber belajar seperti perangkat

elektronik dan tanpa melibatkan jaringan internet. Melalui pola ini maka

mahasiswa akan cenderung mengontrol, memonitoring serta melibatkan media

elekronik yang dapat mendukung proses belajar seperti laptop, smartphone, CD-

ROM. Selain menggunakan perangkat elektronik, mahasiswa juga dapat

memanfaatkan software atau aplikasi yang ada dalam perangkat elektronik

tersebut. mahasiswa biasanya akan belajar menggunakan powerpoint slide dosen

ataupun makalah dalam bentuk softcopy.

Pola e-learning group based e-learning synchronously mengacu pada situasi

kelompok pelajar yang berinteraksi dengan melibatkan jaringan internet dan

saling terhubung dalam waktu yang sama. Hal ini termasuk konferensi berbasis

chat, dan audio ataupun video yang saling terhubung satu arau dua arah. Terakhir

pada pola e-learning group based e-learning asynchronously mengacu pada

situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui internet atau internet dan

dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara anggota kelompok terjadi

dengan jeda waktu.

Memanfaatkan e-learning untuk memaksimalkan proses belajar merupakan

salah satu gambaran ketika mahasiswa mampu melakukan pengaturan diri untuk

29

Universitas Sumatera Utara


30

belajar yang disebut sebagai academic self management. Academic self

management merupakan pengaturan untuk membuat strategi dalam pendidikan

yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengatur cara belajarnya dengan

mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

belajar. Terdapat 3 strategi dalam academic self managmenet yang dapat

membantu mahasiswa untuk belajar, yaitu strategi motivasi, perilaku, dan cara

belajar (Dembo, 2004).

Strategi motivasi dapat melibatkan mahasiswa untuk terdorong menggunakan

e-learning. Melalui e-learning mahasiswa mendapatkan proses pembeljaran yang

efektif dan efisien serta menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa

terdorong untuk memanfaatkan e-learning untuk mendukung proses belajarnya

(Uwes, 2008) Manajemen waktu meliputi mengatur waktu untuk belajar dan juga

beristirahat. Lingkungan fisik dan sosial juga berpengaruh pada proses belajar,

seperti kapan seseorang harus belajar sendiri, menggunakan internet sebagai

referensi utama maupun sebagai referensi tambahannya, belajar dalam kelompok

dengan menggunakan media grup chat. Melalui e-learning dapat memudahkan

mahasiswa untuk berkomunikasi secara kelompok melalui grup chatting dengan

teman ataupun dengan dosen, tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler (Yazdi,

2012). Strategi cara belajar yang dapat dilakukan mahasiswa seperti belajar dari

buku bacaan dapat berbentuk harcopy ataupun softcopy dan menggunakan

perangkat elektronik, menyusun rencana belajar untuk mempersiapkan diri

menghadapi ujian dapat menggunakan memo atau alarm untuk mengatur waktu.

30

Universitas Sumatera Utara


31

Melalui academic self management, mahasiswa mampu mengurangi bahkan

menghindari hal-hal apa saja yang dapat menghambat perkembangannya dalam

akademik, seperti terlalu banyak mengikuti organisasi, kurangnya komitmen

dalam belajar, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan sebagainya.

Sedangkan hal-hal yang mendukung perkembangan akademiknya, seperti metode

belajarnya ataupun waktu yang efektif digunakan untuk belajar. Seseorang yang

memiliki academic self management yang baik umumnya mampu untuk mengatur

dirinya sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain.

Seseorang yang memiliki academic self management dapat mengatur kegiatan

belajarnya, untuk memaksimalkan proses belajarnya. E-learning dapat melibatkan

setiap strategi dalam academic self management. Ketika mahasiswa menggunakan

pembelajaran e-learning maka mahasiswa tersebut juga mengasah

kemampuannya untuk memotivasi diri, disiplin dalam penggunaan waktu,

pengaturan lingkungan fisik dan sosial, serta cara belajar yang nyaman dan sesuai

dengan dirinya sendiri. Ketika seorang mahasiswa memiliki academic self

management yang baik, dia dapat memanfaatkan fasilitas e-learning yang ada

untuk meningkatkan peforma akademiknya.

31

Universitas Sumatera Utara


32

E. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa, yaitu

a. Hipotesa Mayor:

Terdapat hubungan antara academic self management dengan pola

penggunaan e-learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

b. Hipotesa minor:

1. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola

Individual self-paced e-learning online pada mahasiswa Fakultas

Psikologi USU.

2. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola

Individual self-paced e-learning offline pada mahasiswa Fakultas

Psikologi USU.

3. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola

Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas

Psikologi USU.

4. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola

Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas

Psikologi USU.

32

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai