Anda di halaman 1dari 7

Pengertian self regulatory learning

Ada beberapa pengertian self regulated learning yang diberikan oleh


para

ahli. Menurut

Santrock

(2001)

mengatakan self

learning menyangkut self-generation dan self-monitoring pada

regulatory
pemikiran,

perasaan, dan perilaku untuk menjangkau tujuan. Pengaturan diri dalam


belajar membuat para siswa memiliki kontrol dan mendorongnya untuk
memperhatikan metode belajarnya. Pelajar yang mandiri (self regulated
learner) adalah siswa yang mempunyai pengetahuan tentang strategi
pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta kapan menggunakannya
(Schunk & Zimmerman dalam Slavin, 2009).
Pembahasan

istilah self

regulated

learning berhubungan

dengan

beberapa istilah lain di antaranya self regulated thinking, self directed


learning, self efficacy, danself-esteem. Pengertian kelima istilah di atas tidak
tepat sama, namun mereka memiliki beberapa kesamaan karakteristik.
Dalam tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan, praktisi pendidikan banyak
dipengaruhi

oleh

pandangan behaviouristseperti

Watson

dan

Skinner.

Kemudian muncul pandangan teori belajar sosial Bandura, yang memandang


belajar dari sudut pandang kognitif. Long yang dikutip Kerlin 1992 (dalam
Sumarmo, 2006) misalnya, memandang belajar sebagai proses kognitif yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan individu, pengetahuan
sebelumnya, sikap, pandangan individu, konten, dan cara penyajian. Satu
sub-faktor penting dari keadaan individu yang mempengaruhi belajar
adalah self regulated learning.
Menurut

Corno

dan

Mandinah

(dalam

Sumarmo,

2006)

mendefinisikan self regulated learning sebagai upaya memperdalam dan


memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau
serta

meningkatkan

proses

pendalaman

yang

bersangkutan.

Defenisi

tersebut menunjukkan bahwa self regulated learningmerupakan proses


perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif
dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik.

Defenisi yang dikemukakan oleh Bandura agak berbeda dengan Corno


dan

Mandinah,

ia

mengartikan

bahwa self

regulated

learning adalah

kemampuan memantau perilaku sendiri, dan merupakan kerja keras


personaliti manusia (dalam Sumarmo, 2006).
Selanjutnya Bandura menyarankan tiga langkah dalam melaksanakan self
regulated learning, yaitu:

Mengamati dan mengawasi diri sendiri


Membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan
Memberikan respons sendiri (respons positif dan respons negatif).
Dari

berbagai pengertian

self

regulated

learning diatas

dapat

disimpulkan bahwa self Regulated Learning adalah usaha menetapkan tujuan


dalam proses belajar dengan cara memonitor, meregulasi, dan mengontrol
aspek kognisi, motivasi, dan perilaku. Seluruh prosesnya akan diarahkan dan
didorong oleh tujuan dan disesuaikan konteks lingkungan.

self regulatory learning


Pada hakekatnya SRL merupakan kemampuan mengontrol perilaku
diri sendiri terhadap suatu situasi tertentu. Nilai pengaturan SRL dibuat
berdasarkan keyakinan kemampuan diri sendiri. Di dalam situasi akademis,
SRL dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam
mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapi.
Menurut Zimmerman teori kondisioning memberi motivasi bagi siswa
untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan reinforcement yang diberikan kepada
siswa.

Siswa

dapat

mengatur

dirinya

sendiri

untuk

memberi reinforcement yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi


dirinya sebagai tindakan motivasi dalam belajar. Dari segi pembelajaran,
penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapatmengubah
keinginanan menjadi kemauan dan selanjutnya kemauan menjadi cita-cita.
Secara

prinsip

menurut

Zimmerman,

penerapan

SRL

meliputi

beberapa kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa memperjelas tujuan

belajarnya, kemampuan siswa menyesuaikan materi belajar dengan bakat


dan

minatnya,

menantang,

kemampuan

merangsang,

siswa

menciptakan

menyenangkan,

pembelajaran

yang

kemampuan

siswa

dan

menghindari tekanan yang tidak menentu seperti suasana menakutkan,


mengecewakan, membosankan, membingungkan bahkan menjengkelkan.
Pendapat ini didukung oleh beberapa teori belajar, salah satunya adalah
teori kondisioning Skinner, teori belajar Albert Bandura, teori kondisibelajar
Robert Gagne, teori pengembangan kognitif Jean Piaget dan teori atribusi
Bernand Weiner.
Berdasarkan perspektif sosial kognitif, peserta didik yang dapat
dikatakan sebagai self-regulated learneradalah peserta didik yang secara
metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses
belajar

mereka

(Zimmerman,

1989).

Peserta

didik

tersebut

dengan

sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh


pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru,
orang tua atau orang lain.
Para pakar teori Self-Regulation memandang belajar sebagai suatu proses
yang bersifat multidimensi yang mencakup aspek personal (kognitif dan
afektif/emosional), perilaku (behavioral), dan kontekstual. Hal ini berarti SRL
bukanlah merupakan manifestasi tunggal dari aspek kepribadian, melainkan
sinergi dari berbagai aspek kepribadian yang secara kompleks terlibat dalam
proses

belajar,

serta

konteks

yang melingkupi.

Maka

anggapan Self-

Regulation sebagai kemampuan mental yang dapat terukur menjadi kurang


tepat. Oleh karena itu penggunaan instrumen untuk menjalankan proses self
regulation menjadi tidak tepat sasaran.
Seperti

diungkapkan

di

atas

bahwa Self-regulated

learning (pengaturan diri dalam belajar) mencakup kemampuan strategi


kognitif,

belajar

teknik

pembelajaran,

dan belajar

sepanjang

masa.

Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Schunk dan Zimmerman


Winne,1997:397),

yang

mengkategorikan self-regulated

learning sebagai

dasar kesuksesan belajar, problem solving, transfer belajar,dan kesuksesan


akademis secara umum.
Sejalan dengan pendapat Zimmerman, Schunk (dalam Schunk&
Zimmerman,

1998)

menjelaskan

juga

bahwa self-regulated

learning berlangsung bila peserta didik secara sistematik mengarahkan


perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi
tugas-tugas,

melakukan

proses

dan

mengintegrasikan

mengulang-ulang informasi untuk diingat serta

pengetahuan,

mengembangkan dan

memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar dan mampu


mengantisipasi hasil belajarnya
Dalam sebuah artikel, dijelaskan bahwa SRL, merupakan belajar yang
terjadi atas inisiatif siswa yang memiliki kemampuan untuk mempergunakan
pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya, strateginya dan tingkah
lakunya untuk mencapai tujuan (introduction to The Self-Regulated Learning
(SRL) Cycle, http://vcs2.ccc.cccd.edu/edu120). Oleh karena itu aspek inisiatif
siswa menjadi sangat penting untuk memulai adanya kemampuan ini. siswa
yang aktif, kreatif, dan dinamis biasanya akan mempunyai banyak inisiatif
untuk melakukan kegiatan, sehingga bisa diperkirakan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan SRL cenderung akan menunjukkan tingkah laku yang
dinamis dan efektif

Pengertian Self Regulated Learning


Self Regulated Learning adalah suatu model pembelajaran yang
memberikan keleluasaan kepada pebelajar untuk mengelola secara efektif
pembelajaran sendiri dalam berbagai cara, sehingga pencapai hasil belajar
yang optimal. Teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif
serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran.

Salah satu proses pembelajaran yang melibatkan ketiga faktor tersebut


adalah Self

Regulated

Learning.

Zimmerman

&

Martinez-Pons,

(1990)

menyatakan bahwa Self Regulated Learning merupakan konsep mengenai


bagaimana seorang siswa menjadi pengatur bagi belajarnya sendiri.
Zimmerman mendefinisikan Self Regulated Learning sebagai suatu
proses

dimana

seorang

siswa

mengaktifkan

dan

mendorong

kognisi

(cognition), perilaku (behaviours) dan perasaannya (affect) secara sistematis


dan berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Berdasarkan perspektif
sosial

kognitif,

siswa

yang

dapat

dikatakan

sebagai Self

Regulated

Learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral


aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka. Siswa tersebut dengan
sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh
pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru,
orang tua atau orang lain.
Menurut

Kathryn

Dukworth, et

al (2009:

2) Self

Regulation

Learning (SRL) mengacu pada "pikiran, perasaan dan aksi yang terencana
dan diadaptasikan untuk mencapai tujuan-tujuan personal", termasuk
didalamnya: 1) goal setting untuk pembelajaran; 2) konsentrasi terhadap
instruksi; 3) menggunakan strategi efekif untuk mengorganisasikan ide-ide,
4) menggunakan sumber-sumber belajar dengan efektif, 5) memonitoring
penampilan, 6) mengatur waktu dengan efektif, dan 7) memegang
keyakinan positif tentang salah satu kemampuan yang dimiliki.
Schunk, (1998) menjelaskan Self Regulated Learning berlangsung bila siswa
secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara
memberi perhatian pada instruksi tugas-tugas, melakukan proses dan
mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat
serta

mengembangkan

kemampuan

belajar

dan

(self

memelihara

efficacy)

dan

keyakinan
mampu

positif

tentang

mengantisipasi

hasil

belajarnya.
Siswa dikatakan telah menerapkan Self Regulated Learning apabila
siswa tersebut memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi,

dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri (Ponz, 1990).
Kebiasaan mengatur dan mengarahkan diri sendiri diharapkan dapat
terbentuk dalam belajar.
Self Regulated Learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang
untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila
menghadapi

tugas-tugas

yang

sulit.

Pada

sisi

lain, Self

Regulated

Learning menekankan pentingnya inisiatif karena SRL merupakan belajar


yang terjadi atas inisiatif sundiri. Siswa yangmemiliki inisiatif menunjukkan
kemampuan untuk mempergunakan pemikiran-pemikirannya, perasaanperasaannya,

strategi

dan

tingkah

lakunya

untuk

mencapai

tujuan

(Zimmerman, 2002). Dengan demikian dapat dikatakan betapa efektifnya


belajar jika siswa memiliki keterampilan self-regulated learning (SRL).
Komponen-Komponen Psikologis Self Regulated Learning
Modal potensi kecerdasan dan bakat tidaklah cukup untuk mendorong
kesuksesan dalam belajar. Dorongan psikologis yang bersifat mendidik
(psycho-educative)

sangatlah

penting

untuk

menumbuh

kembangkan

potensi kecerdasan dan bakat, sehingga mencapai keberhasilan dalam suatu


proses

pembelajaran.

kepercayaan

diri.

Salah

Selain

satu

potensi

bentuknya
kecerdasan

adalah
dan

motivasi

bakat,

SRL

dan
dapat

mengoptimalkan proses dan hasil belajar secara optimal, desebabkan karena


bersinerginya 3 (tiga) komponen SRL, yaitu self-motivation, self-efficacy, dan
self-evaluation.
1.

Motivasi diri (Self-motivation).


Menurut Maslow (1943-1970) yang dikutip Djamarah (225:115) sangat

percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh


kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa
cinta,

penghargaan,

aktualisasi

diri,

mengetahui

dan

mengerti,

dan

kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang mampu memotivasi


tingkah laku seseorang. Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu movere
yang berarti dorongan atau daya penggerak.

Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menggerakkan individu


untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau
dengan kata lain motivasi itu yang menyebabkan timbulnya semacam
kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak, atau bertingkah laku, (Effendi,
1984).
Self-motivation adalah motivasi internal untuk melakukan suatu usaha
demi suatu tujuan. Pada intinya Self-motivation merupakan kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu

tujuan.

Motivasi

berkaitan

dengan

sumber

pendorong

yang

mengarahkan prilaku untuk belajar dimana motivasi merupakan aspek


penting dalam pembelajaran. Semakin tinggi motivasi seseorang maka
kemauan belajarnya juga akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai