Anda di halaman 1dari 8

SELF REGULATED LEARNING (KEMANDIRIAN

BELAJAR)

Disusun Oleh:

Muhammad Haudhi Al-Azzah 2130901228

Putri Nabila 2130901236

Mahesa Belanti 2130901247

Dosen Pengampu:

Prof.Dr.,Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era revolusi informasi dan globalisasi pengaruh teknologi
informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan semakin terasa.
Menuntut arah pendidikan yang lebih terbuka dan bermedia. Pendidikan
masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka dan dapat diakses
oleh siapapun. Pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh
jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi .
Kondisi saat ini dari banyaknya informasi kurang diimbangi dengan
waktu yang tersedia bagi peserta didik atau pebelajar untuk mengakses
sumber informasi tersebut, sehingga ketika informasi terpapar begitu
jelas dan luas namun tidak terserap dengan baik maka menjadikan
penyajian informasi tersebut menjadi kurang bermakna. Juga proses
pembelajaran yang behavioristik belum dapat mengkondisikan peserta
didik untuk me-numbuhkan kemandirian dan mengatur diri dalam
belajarnya.
Self regulated learning merupakan karakteristik peserta didik yang
telah diyakini ahli-ahli psikologi, yang telah mengakomodasikan
pandangan tentang peserta didik yang bertanggung jawab terhadap
belajar sendiri, aktif dalam belajar dalam upaya meningkatkan prestasi
belajarnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam self regulated learning?
2. Adakah faktor-faktor pendorong self regulated learning?
3. Apa langkah-langkah yang diterapkan dalam Self regulated learning?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Self Regulated Learning


Istilah kemandirian belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu
kemandirian dan belajar. Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar
“diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian
membentuk satu kata keadaan atau kata benda (Desmita, 2014).
Menurut Stephen Brookfield berargumen bahwa belajar mandiri
adalah belajar sadar diri, mengarahkan diri sendiri belajar untuk
mencapai tujuan sendiri.
Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan
sebuah kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan
dari orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat
menyelesaikan masalah masalah yang dihadapinya, mampu
mengambil keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa
mengabaikan lingkungan disekitarnya.
Beberapa ahli di bawah ini mendefinisikan kemandirian
belajar sebagai berikut;
a. Menurut mohammad ali dan mohammad asrori (Ali & Asrori,
2017), belajar mandiri adalah perilaku seseorang yang mampu
berinisiatif melakukan semua pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain dan
melakukannya secara bertanggung jawab.
b. Menurut Yamin, belajar mandiri lebih sukar dan dapat
dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut ini dapat dipenuhi,
yakni: adanya masalah, menghargai pendapat peserta didik, peran
guru, dan cara menghadapi peserta didik.
c. Menurut Schunk dan Zimmerman dalam Sumarmo
mendefinisikan kemandirian belajar sebagai self regulated
learning (SRL) yaitu sebagai proses pembelajaran yang
berlangsung di bawah pengaruh pikiran, perasaan, strategi dan
perilaku seseorang itu sendiri dan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, yaitu perencanaan pembelajaran,
pemantauan pembelajaran. kemajuan (Sumarmo, 2004).

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


kemandirian belajar adalah sikap individu, khususnya peserta didik
yang mampu mengelola kompetensi secara individual, mandiri dari
orang lain dan tanggung jawab. Siswa-siswa ini bertanggung jawab
secara individu, mandiri dari orang lain, percaya diri dan mampu
mengendalikan diri. Siswa sangat membutuhkan kemandirian belajar
ini untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Aspek-aspek Self Regulated Learning


Hcvghurst dalam Mu’tadin menyebut bahwa kemandirian
belajar terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
a. Aspek intelektual, aspek in mencakup pada kemampuan berfikir,
menalar,memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala
masalah sebagai dasarusaha mengatasi masalah.
b. Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara
aktif mambina relasi sosial, namun tidak tergantung pada
kehadiran orang lain disekitarnya.
c. Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola
serta mengendalikan emosi dan reaksinya dengan bergantung
secara emosi pada orang tua.
d. Aspek ekonomi, mencakup keamandirian dalam mengatur
ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi tidak lagi
bergantung pada orang tua (Suparno, 2001).
C. Faktor Pendorong Self Regulated Learning
Menurut Bimo Walgito (1997: 46), faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian adalah;
1. Faktor ekstrinsik meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor keluarga seperti kondisi orang tua, Banyak anak dalam
keluarga, kondisi sosial ekonomi, dlmisalnya pendidikan dan
pengajaran yang berasal dari sekolah Dari sekolah, dari faktor
masyarakat adalah kondisi dan sikap Sebuah masyarakat di mana
masalah pendidikan diabaikan.
2. Faktor intrinsik adalah yang berasal dari siswa itu sendiri. Faktor
fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik
siswa, Sehat atau tidak sehatnya faktor psikologis adalah bakat,
minat dan sikap kemandirian, motivasi, kecerdasan, dll (Mulyadi
& Syahid, 2020).
D. Langkah-langkah Self Regulated Learning
Langkah-langkah dalam Self regulated learning Kemandirian
belajar sebagai situasi di mana individu yang menjadikan
pembelajaran sebagai pengontrol kegiatan belajar mandiri,
pemantauan motivasi dan tujuan pembelajaran, manajemen sumber
daya manusia dan material serta perilaku dalam proses pengambilan
keputusan dan implementasi dalam proses pembelajaran. Beberapa
model self-regulated learning dapat diidentifikasi dari literatur, antara
lain: dikemukakan oleh Zimmerman (2011), menguraikan model
yang menggambarkan self-regulation of learning dengan mengenali
tiga fase utama, yaitu berpikir ke depan, pencapaian kinerja dan
refleksi diri. Dalam tiga fase, Zimmerman telah mengidentifikasi
sejumlah sub-proses yang menggambarkan perilaku kemandirian
belajar (SRL). berbeda dari apa yang seseorang dapat lakukan ketika
mengatur pembelajaran mereka sendiri Fontana et al.(2015)
Langkah-langkah pelaksanaan teknik self regulated learning
dapat digambarkan dalam fase-fase self regulated learning, Fauzi
(2018) menjelaskan ada empat fase, antara lain:
1. Proses self-regulating dimulai dengan perencanaan, dimana
aktifitas-aktifitas penting di dalamnya seperti serangkaian tujuan
yang diinginkan atau tujuan khusus yang diminta setelah tugas.
Bidang kognitif ini adalah aktivasi atau pengetahuan sebelumnya
tentang bahan dan pengetahuan metakognisi. Bidang
motivasional/afeksi adalah penggerakan kepercayaan motivasi
dan emosi-emosi. Bidang perilaku (behavioral) adalah
perencanaan waktu dan usaha untuk tugas-tugas.
2. Kontrol diri, fase yang membantu siswa menyadari tingkat
pengetahuan, motivasi, komitmen waktu dan usaha, kondisi dan
konteks mereka. Kegiatan ini terbukti ketika siswa menyadari
bahwa mereka membaca terlalu cepat untuk jenis teks yang
kompleks, atau ketika mereka sedang mengejar tujuan tertentu
(misalnya, memahami gagasan utama), atau ketika mereka secara
aktif memantau pemahaman bacaan mereka sendiri dengan
mengajukan pertanyaan. - mempertanyakan diri mereka sendiri
untuk melihat apakah mereka mengerti.
3. Kegiatan pengendalian, meliputi pemilihan dan penggunaan
strategi pengendalian pikiran (use of cognitive and metacognitive
strategy), strategi motivasi dan emosi, strategi motivasi dan
strategi pengendalian emosi, secara praktis berkaitan dengan
manajemen waktu dan kerja serta pengendalian berbagai tugas
akademik dan kontrol atas suasana dan struktur kelas.
4. Refleksi atau evaluasi, musyawarah atau keputusan, evaluasi yang
berkaitan dengan pemenuhan tugas mereka, perbandingan dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (oleh peserta didik
sendiri atau guru), atribusi/karakteristik penyebab keberhasilan
atau kegagalan, afektif reaksi yang dialami sebagai akibat dari
atribusi dibuat untuk hasil, dan pilihan perilaku yang mungkin
diikuti di masa depan (Khoirudin, Darminto, & Hariastuti, 2022).
KESIMPULAN

Kemandirian belajar adalah dorongan dalam diri seseorang


untuk melakukan aktivitas belajar dengan penuh keyakinan dan
percaya diri akan kemampuanya dalam menuntaskan aktivitas
belajarnya tanpa adanya bantuan orag lain. self-regulated learning
merupakan ciri siswa yang telah menyesuaikan diri dengan
pemahaman bahwa siswa bertanggung jawab atas belajarnya sendiri,
aktif dalam belajar, berusaha untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Adapun Menurut Stephen Brookfield berargumen bahwa belajar
mandiri adalah belajar sadar diri, mengarahkan diri sendiri belajar
untuk mencapai tujuan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., & Asrori, M. (2017). Psikologi remaja perkembangan peserta didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Khoirudin, M., Darminto, E., & Hariastuti, R. T. (2022). No. 03. Teknik Self-
Regulated Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Self-Regulated
Learning dan, Vol. 8(E-ISSSN: 2656-940X).
Mulyadi, M., & Syahid, A. (2020). No. 2. FAKTOR PEMBENTUK DARI
KEMANDIRIAN, Vol. V( E-ISSN: 2715-4556).
Sumarmo. (2004). Penalaran Masalah dan Komunikasi dalam Pendidikan.
Bandung: Pena Press.
Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Pieget. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai