Anda di halaman 1dari 5

Nama: Apricelia Amanda Putri Nugroho

NIM: 1202620047
Prodi: Pendidikan Bahasa Inggris

Resume PPT Bab 9


“Self-Directed Learning & Penerapannya dalam Pembelajaran”
1. Definisi Self-Directed Learning Menurut Para Ahli
Knowles, 1975. Mendefinisikan Self-Directed Learning sebagai suatu proses
pengambilan inisiatif seseorang tanpa ada bantuan dari luar dirinya untuk menganalisis atau
menentukan kebutuhan belajar mereka masing-masing, merumuskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk belajar,
mengusung dan menerapkan strategi pembelajaran yang cocok, dan mengevaluasi hasil dari
proses belajar.
Menurut Rahmawati, 2010, Self-Directed Learning merupakan suatu cara pembelajaran
yang fleksibel namun tetap sesuai rencana yang telah disusun, termonitor, dan evaluasi yang
bergantung pada kemampuan tiap siswa untuk mengelola proses belajar yang sesuai dengan
otonominya pribadi. Kegiatan ini menuntut siswa untuk dapat mengatur sumber belajar yang
dibutuhkan dengan disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks belajar.
Setyawati, 2015. Mendefinisikan Self-Directed Learning sebagai sebuah kemampuan
mahasiswa dalam pengambilan inisiatif dalam bertanggung jawab pada proses
pembelajarannya baik dengan bantuan orang lain maupun tidak, yang terdiri dari aspek
kesadaran, strategi belajar, kegiatan belajar, evaluasi, dan keterampilan intrapersonal.
2. Ciri-Ciri Self-Directed Learning
Menurut Thoha (1996), ciri-ciri dari Self-Directed Learning dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
1) Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
2) Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
3) Tidak lari atau menghindari masalah.
4) Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
5) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa bantuan orang lain.
6) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain.
7) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
8) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Directed Learning
Menurut Huriah (2018), Dalyono (2009), dan Murad & Varkey (2004), terdapat faktor
internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi Self-Directed Learning. Untuk faktor
internal terdapat cara belajar siswa, mood atau suasana hati yang baik, aktivitas belajar serta
persiapannya, intelegensi peserta didik, kesadaran peserta didik dalam melakukan SDL, dan
mengenal diri sendiri. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari waktu belajar, tempat belajar
yang nyaman, motivasi belajar, pola asuh orang tua, dan evaluasi.
4. Definisi E-Learning Menurut Para Ahli
Menurut Rosenberg dan Suyanto (2005), E-learning dapat didefinisikan sebagai
penggunaan teknologi internet dalam mengintegrasikan dan meningkatkan seluruh elemen,
pengetahuan, dan keterampilan. Michael (2013) juga menyebutkan bahwa proses
pembelajaran e-learning adalah proses pembelajaran yang disusun dengan tujuan
menggunakan system teknologi atau elektronik yang ada sehingga mampu meningkatkan
proses belajar dan mengajar.
5. Tingkat Kategori Self-Directed Learning
Menurut Guglielmino & Guglielmino (1991) dan Fajrin (2014), Self-Directed Learning dapat
dikategorikan menjadi 3 tingkat. Tingkat pertama, yaitu kategori terendah dengan skor self-
directed learning yang rendah memiliki karakteristik yaitu siswa yang menyukai proses
belajar terstruktur atau tradisional, seperti peran aktif guru dalam ruangan. Tingkat kedua,
yaitu self-directed learning dengan kategori sedang adalah individu dengan skor self-directed
learning sedang memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi yang mandiri, tetapi tidak
sepenuhnya dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan belajar dan dalam
melaksanakan rencana belajar. Tingkat ketiga, yaitu dengan self-directed learning dengan
kategori tinggi yaitu individu dengan skor self-directed learning yang tinggi memiliki
karakteristik yaitu siswa yang biasanya mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka,
mampu membuat perencanaan belajar serta mampu melaksanakan rencana belajar tersebut.
6. Prinsip dasar Model Grow (1991)
Prinsip ini terbagi menjadi 2. Yang pertama, desain instruksional seharusnya secara
intelektual menantang, tetapi dalam zona pelajar perkembangannya proksimal. Yang kedua
adalah pendidik bertanggung jawab untuk menyesuaikan desain instruksional dengan peserta
didik pada tahap pengarahan sambil mempersiapkan pelajar menuju ke tingkat pengarahan
diri yang lebih tinggi. Pendidik 17 bertanggung jawab untuk memimpin peserta didik dari
gaya belajar yang nyaman dan mereka sukai menuju gaya belajar mandiri yang lebih baik.
7. Penerapan Self-Directed Learning
Proses penerapan SDL terjadi dimana mahasiswa dengan karakteristiknya, motivasinya,
kemandiriannya, rasa ingin tahunya, rasa tanggung jawabnya dan keinginannya untuk sukses.
Mahasiswa yang bisa melakukan refleksi terhadap kemampuan self- directed learning nya,
cenderung memodifikasinya dan akhirnya menerapkan strategi SDL yang lebih baik serta
cocok untuk dirinya. Masalah latar belakang pendidikan yang tidak terpapar dengan SDL
sebenarnya bisa di atasi dengan pengenalan dan papaparan berkelanjutan mengenai SDL
kepada mahasiswa akan tetapi hal ini membutuhkan SDM dan sarana serta prasarana yang
menunjang.
8. Penerapan Self-Directed E-Learning
Tahapan dalam penerapan metode ini dimulai dari persiapan bahan pembelajaran serta
akun proses pembelajaran, pada tahap proses belajar, mahasiswa dapat melakukan
pembelajaran mandiri dimanapun dan kapanpun serta langsung medapatkan hasil belajar
yang telah dilakukan, dan evaluasi sebagai tahap monitoring dari instruktur kepada
pembelajar sebagai tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
9. Proses Pembelajaran Self-Directed Learning
Menurut Song & Hill (2007), secara garis besar proses pembelajaran dalam self-directed
learning dibagi menjadi empat, yaitu planning, implementing, monitoring, dan evaluating.
Menurut Saha (2006), proses pembelajaran dalam self-directed learning dibagi menjadi
enam, yaitu setting suasana belajar, diagnosis kebutuhan dalam pembelajaran, perumusan
tujuan pembelajaran, identifikasi kemampuan pembelajar dan sumber belajar di dalam
pembelajaran, implementasi dan pemilihan strategi belajar yang tepat, dan evaluasi hasil
belajar. Sedangkan menurut Gibbons (2002), Self-directed learning dapat terbentuk melalui
empat tahap, yaitu peserta didik berfikir secara mandiri, belajar memahami sendiri, belajar
perencanaan diri, dan menentukan sendiri apa yang ingin dipelajarinya.
10. Kelebihan dan Kekurangan Self-Directed Learning
Self-Directed Learning memiliki beberapa kelebihan seperti siswa bebas untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri, menekankan sumber belajar secara lebih luas
baik dari guru maupun sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukasi, mahasiswa dapat
mengembangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki secara menyeluruh,
memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan
lingkungan mereka, dan mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih materi yang sesuai
dengan minat dan kebutuhan.
Disamping itu, Self-Directed Learning juga memiliki kekurangan yaitu siswa bodoh akan
semakin bodoh dan siswa pintar akan semakin pintar karena jarang terjadi interaksi satu
sama lainnya, bagi siswa yang malas, maka siswa tersebut untuk mengembangkan
kemampuannya atau pengetahuannya, ada beberapa siswa yang membutuhkan saran dari
seseorang untuk memilih materi cocok untuknya atau karena siswa yang bersangkutan tidak
mengetahui sampai seberapa kemampuannya.
Resume PPT Bab 10
“Collaborative Learning”
1. Pengertian Belajar
Menurut Gagne dan Beliner dalam Anni (2006:2), belajar didefinisikan sebagai suatu
proses perubahan perilaku suatu organisme sebagai pengaruh atau akibat dari adanya
pengalaman. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), belajar dapat diartikan sebagai usaha
oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan dalam hal perilaku sebagai hasil atau
akibat dari interaksi nya dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dari dirinya sendiri.
Menurut Slamento (2003:2), perubahan tingkah laku dalam belajar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bersifat bertujuan atau terarah
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Choy dalam Artikel Teori Belajar (2009) meyatakan bahwa penganut aliran
konstruktivisme menganggap bahwa peserta didik membagun pengetahuannya dari
pengalaman belajarnya sendiri. Teori belajar konstruktivisme sangat mendukung penerapan
model belajar kolaboratif (Collaborative Learning). Dalam model pembelajaran kolaboratif,
peserta didik belajar secara individu akan dibagi dalam kelompok yang masing-masing
anggota kelompok didasarkan pada level kemampuan.
3. Pengertian Collaborative Learning
Menurut Sudarman (2008), Model pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning)
dapat didefinisikan sebagai proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan
informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemauan, dan kemampuan yang dimilikinya,
untuk secara bersama-sama meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Briton dalam Hisan (2008:5) mendefinisikan Collaborative Learning sebagai
pembelajaran dimana para pesertanya saling berbicara untuk bertukar pikiran, melalui
pembicaraan tersebut terjadi diskusi dimana para peserta dalam kelompok saling
beresksplorasi, mendapatkan penjelasan, berbagi interpretasi, mendapat wawasan dan opini-
opini yang berbeda keterangan, dan jika terdapat sesuatu yang tidak jelas dapat langsung
ditanyakan.
Menurut Mahendra, Jayantika, & Mintarti (2018), Model pembelajaran kolaboratif
adalah model pembelajaran dimana siswa belajar bersamadan berbagi beban secara setara
serta perlahan mewujudkan hasil pembelajaran yang diinginkan serta memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk berkreasi.
4. Peran Guru dalam Collaborative Learning
Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator. Guru
menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan proses belajar di bidang
lain, membantu siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa mengalami kesulitan,
dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar (Baki, 2018). Menurut
Sulhan (2006:70-71), dalam rangka menjalankan peran ini, ada tiga hal pula yang harus
dikerjakan:

 Pertama, mengatur lingkungan fisik, termasuk pengaturan tata letak perabot dalam
ruangan serta persediaan berbagai sumber daya dan peralatan yang dapat membantu
proses belajar mengajar siswa. 
 Kedua, menyediakan lingkungan sosial yang mendukung proses belajar siswa. 
 Ketiga, guru memberikan tugas memancing munculnya interaksi antarsiswa dengan
lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Kolaboratif
Menurut (Lasidos & Matondang, 2015):
 Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-
sendiri.
 Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.
 Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi untuk mengidentifikasi,
mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban
tugas atau masalah dalam materi atau masalah yang ditemukan sendiri.
 Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing
siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
 Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua
kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok
kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.
 Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi,
dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.

Anda mungkin juga menyukai