Anda di halaman 1dari 6

Risky Arbangi Nopi

0202522031
Pascasarjana, Pendidikan Bahasa Indonesia S2. Rombel B

2. Penggunaan bahan ajar merupakan suatu komponen yang tidak terlepas dalam suatu proses pembelajaran, dimana sangat
diperlukan untuk target pencapaian kompetensi siswa. Pengembangan bahan ajar adalah semua bahan yang ada dibutuhkan
oleh pendidik dalam merencanakan serta mengevaluasi kegiatan belajar. Semua bahan yang terkandung dalam bahan ajar
yang meliputi dari pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap merupakan suatu acuan bagi para peserta didik Pendidik menjadi
lebih mudah dengan adanya bahan ajar untuk memahami materi dalam pembelajaran secara mendalam, serta memudahkan
dalam melakukan pengajaran. Pengembangan bahan ajar juga memungkinkan menghilangkan rasa bosan pada pelajar dalam
mempelajari materi yang telah disediakan, serta manfaat bahan ajar oleh pendidik maupun peserta didik. Pengembangan
bahan ajar tersebut sangat membantu pendidik dan peserta didik pada proses tercapainya kegiatan belajar mengajar.
Di dalam bahan ajar terdapat susunan meliputi pesan yang ada harus tersampaikan kepada siswa yang terkandung di dalam
kurikulum. Susunan yang berbentuk pesan sangat beragam, yaitu berupa fakta, konsep, langkah-langkah, masalah, kaidah dan
lainnya. Susunan inilah yang berkedudukan dalam materi yang harus dikuasai oleh para siswa di dalam kegiatan belajar
mengajar. Bahan ajar dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan bagaimana tingkat kreativitasnya dalam mengelola
bahan ajar. Adapun bahan ajar yang dibuat oleh penulis adalah dengan membuat sebuah modul Bahasa Indonesia yang di
khususkan untuk peserta didik kelas VII pada jenjang SMP/MTs. Metode dalam penulisan modul yaitu dengan menggunakan
penulisan yang bersumber dari studi pustaka (library research). Metode ini biasa digunakan dalam penyusunan artikel dimana
bahan materi yang diambil dan dikumpulkan melalui buku, jurnal, artikel, surat kabar, media cetak, atau sumber-sumber lain
yang berbentuk dokumen yang tersedia.
3. Pengertian Modul
Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang modul, salah satunya pengertian modul yang dirumuskan oleh Mudlofir
(2011 : 149) modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis, dan menarik yang meliputi materi ajar, metode
dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar secara individual. Menurut Kunandar (2009 : 236) modul merupakan sebuah perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisi materi,
lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan juga lembar jawaban siswa. Istilah modul dapat menunjuk pada suatu paket
pengajaran yang memuat pedoman bagi guru dan bahan pembelajaran untuk siswa (Winkel, 2004 : 472). Modul merupakan
satuan program belajar-mengajar bagi siswa, yang dipelajari oleh siswa sendiri (self-instructional). Berkaitan dengan
pengertian modul menurut Sabri (2007: 143), modul adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar
disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang
disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar secara mandiri.
Menurut pendapat para ahli di atas, maka modul dalam penelitian ini dapat diartikan sesuai dengan pendapat Sabri (2007 :
205) yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai
tujuan yang telah dirumuskan. Modul sebagai sebuah bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis, dan menarik yang
berisi materi, lembar kerja siswa, dan lembar kegiatan siswa sehingga dapat digunakan mandiri dan sesuai dengan tujuan yang
disusun secara khusus.
a. Tujuan Pengajaran Modul
Sistem pembelajaran modul dipandang lebih efektif karena pembelajaran modul merupakan salah satu bentuk pembelajaran
mandiri yang dapat membimbing siswa untuk belajar sendiri mengenai materi pembelajaran tanpa adanya campur tangan guru
atau dosen. Tujuan dari pembelajaran modul adalah sebagai berikut: Siswa dapat belajar sesuai dengan cara mereka masing-
masing; Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing; Siswa dapat memilih topik
pembelajaran yang diminati, karena siswa tidak mempunyai pola minat yang sama untuk mencapai tujuan yang sama; Siswa
diberi kesempatan untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui program remedial.
Menurut pendapat Nasution (2010 : 205) tujuan dari pengajaran melalui modul yang pertama adalah dapat membuka
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing – masing. Yang kedua pengajaran melalui modul juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sesuai dengan caranya sendiri – sendiri, karena mereka bisa
menggunakan berbagai teknik yang berbeda untuk menyelesaikan masalah.
Menyelesaikan masalah tertentu mereka dapat bekerja berdasarkan latar belakang pengetahuan yang siswa miliki. Tujuan
yang ketiga adalah memberikan pilihan kepada siswa dari sejumlah topik dalam mata pelajaran apabila dianggap bahwa siswa
tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi dalam mencapai tujuan. Tujuan terakhir dari pengajaran modul adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta memperbaiki kelemahannya
melalui remedial, ulangan – ulangan ataupun variasi dalam cara belajarnya. Modul biasanya memberikan evaluasi untuk
mendiagnosis kelemahan siswa agar segera dapat diperbaiki dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai
prestasi yang setinggi – tingginya (Sabri, 2007: 144).
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Modul
Prinsip pembelajaran menggunakan modul dipaparkan oleh Sabri (2007:145) pembelajaran modul memiliki karakteristik
tersendiri yang luas dan berbeda dengan pembelajaran individual lainnya, yaitu: Prinsip fleksibilitas, yakni prinsip menyesuaikan
perbedaan siswa; Prinsip feed-back; Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), artinya siswa belajar tuntas; Prinsip
remedial, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangannya; Prinsip motivasi dan
kerjasama; Prinsip pengayaan.

A. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sebuah hasil dari penilaian pembelajaran, dari sudut bahasanya penilaian merupakan proses
menentukan nilai suatu objek. Menentukan suatu nilai diperlukan adanya ukuran ataupun kriteria. Hal tersebut dapat dikatakan
bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai serta adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan
antara kenyataan dengan apa yang seharusnya. Penilaian hasil belajar berjalan dari sebuah penilaian yaitu proses pemberian
nilai terhadap hasil – hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti serta sikap. Senada dengan
Hamalik (2004: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Penjelasan tersebut didukung oleh Sudjana (2010 : 22) hasil
belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita – cita.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap
dan keterampilan motoris. Beberapa ahli yang membagi hasil belajar kedalam beberapa macam, masih terdapat seorang ahli
yang membagi hasil belajar menjadi tiga yaitu Bloom. Secara garis besar Bloom membagi hasil belajar kedalam ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan atau ingatan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat
rendah, sedangkan yang termasuk kognitif tingkat tinggi yaitu aplikasi, analisis, sintesis dan juga evaluasi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap siswa yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
Ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah psikomotorik
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah hasil belajar yang menjadi objek penilaian, ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah.
Hal tersebut dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi dari pembelajaran
menurut Tu’u (2004 : 76). Menurut pendapat Abdurrahman (2003 : 37) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah mereka melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar yang terprogram, tujuan belajar sudah ditetapkan oleh guru.
Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang memiliki hasil belajar yang baik. Terkait dengan pengertian hasil belajar
oleh Yamin (2003: 87) bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
tentunya perubahan tersebut merupakan perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Berdasarkan pendapat-
pendapat di atas, penelitian ini sejalan dengan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil
belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang dilihat
dalam penelitian ini dapat berupa tes formatif, menurut Purwanto (2004) yang terpenting dalam penilaian tes formatif adalah
bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan dalam program
satuan pelajaran. menurut Tu’u (2004 : 76) bahwa penilaian hasil belajar yang biasa dilakukan oleh guru adalah menilai dari
ranah kognitif saja yang berupa nilai.
B. Bahan ajar dalam pemanfaatan dan kegunaannya
Manfaat atau kegunaan adanya bahan ajar dalam perolehannya bagi pendidik dan siswa. Pendidik memiliki manfaat dalam
pengembangan bahan ajar sebagai berikut: (1) peserta didik memperoleh kebutuhan sesuai tuntutan yang telah ditentukan
kurikulum; (2) berkurangnya ketergantungan terhadap buku teks, yang tidak tentu perolehannya; (3) peserta didik memperoleh
pengetahuan yang didapat dari berbagai sumber referensi yang terdapat di bahan ajar; (4) guru mempero tambahan ilmu dan
pengalaman serta pengetahuan setelah membuat bahan ajar; (5) guru bersama peserta didik lebih mengembangkan
komunikasi dan membangun keefektifan pembelajaran; (6) pelaksanaan pembelajaran yang dibantu oleh bahan ajar menjadi
lebih efisien. Pengembangan bahan ajar memiliki manfaat untuk para peserta didik, diantaranya yaitu: (1) kegiatan belajar lebih
menjadi menarik dan menjadikan siswa bersemangat; (2) peserta menjadi lebih kreatif dan memiliki kesempatan belajar
mandiri yang diarahkan dan dibimbing oleh guru; (3) memberikan kemudahan untuk peserta didik dalam memahami materi
dari pelajaran yang belum ia kuasai.
Bahan ajar adalah semua bahan yang meliputi materi dan isi yang digunakan acuan oleh para pendidik dan peserta didik dalam
melakukan belajar mengajar, pada teknologi cetak, audio visual, yang berbasis komputer, dan teknologi terpadu.
Pengembangan bahan ajar perlu merujuk pada bagaimana proses pengembangan dengan model yang telah ditetapkan guna
memastikan kualitas bahan ajar dalam menunjang efektivitas pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat
ditentukan dengan penggunaan bahan ajar yang dibuat oleh guru, seperti yang mencakup pada pengetahuan, wawasan,
pemahaman serta bagaimana kreativitasnya dalam membuat bahan ajar menjadi lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Bahan ajar dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Pendidik dalam pengelolaan
pembelajaran lebih memiliki waktu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan diskusi atau tanya jawab dimana materi yang
belum dipahami oleh peserta didik, sehingga pembelajaran lebih berjalan secara efektif dan juga efisien.

Anda mungkin juga menyukai