Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Model Pembelajaran Artikulasi
2.1.1.1. Pengertian Model Artikulasi
Model Artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya berlangsung
layaknya pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru wajib diteruskan siswa
dengan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Siswa dituntut untuk bisa
berperan sebagai penerima pesan sekaliagus berperan sebagai penyampai pesan.
Menurut Miftahul Huda ( 2014 : 269 ) Model pembelajaran Artikulasi adalah
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa
dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas
mewawancarai teman kelompoknya tetntang materi yang baru dibahas. Skill pemahaman
sangat diperluakan dalam metode pembelajaran ini.
Adapun menurut Imas Kurnianingsih ( 2015 : 66 ) Mengatakan model pembelajaran
Artikulasi adalah pembelajaran dengan system pesan berantai, pesan yang akan dibawa
merupakan materi pelajaran yang sedang dipelajarai ketika itu. Secara teknis, setiap siswa
wajib meneruskan pesan dan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya)”.
Selanjutnya, menurut Istarani (2011 : 61) mengatakan model pembelajaran Artikulasi adalah
pengulangan kembali makna pembelajaran yang disampaikan kepada siswa oleh siswa itu
sendiri, model pembelajaran ini baik digunakan dalam memahami materi yang diajarkan
kepadanya.

2.1.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Artikulasi


Kelebihan Model Pembelajaran Artikulasi ini adalah :
1. Semua siswa terlibat ( mendapat peran ).
2. Melatih kesiapan siswa.
3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain.
4. Dapat lebih mempertajam daya ingat siswa tentang pelajaran tersebut.
5. Dapat menyalurkan aspirasi siswa ketika menerangkan Kembali materi yang diajarkan oleh
guru kepadanya.
6. Melibatkan siswa secara langsung dalam menggali materi ajar yang telah disampaikan oleh
guru.

Kelemahan Model Pembelajaran Artikulasi adalah :


1. Sulit dipandu apakah siswa mengulangi yang dijelaskan sebelumnya sesuai dengan yang
diinginkan.
2. Pembelajaran menjadi gaduh, karena banyak peserta yang berbicara sekaligus.
3. Bagi siswa pendiam, sulit rasanya mengikuti model pembelajaran seperti ini.

2.1.1.3. Langkah - langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Artikulasi


Langkah - langkah penerapan strategi pembelajaran Artikulasi adalah, sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasanya.
3. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan peserta didik sacara bergiliran/ diacak menyampaikan penjelasan teman
pasangannya. Sampai sebagian peserta didik menyampaikan penjelasannya. 6. Guru
mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik.
7. Kesimpulan/penutup.

2.1.2. Belajar dan Pembelajaran


Menurut Ali (2014: 14), belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2012: 21).
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Komara (2014: 1) bahwa belajar adalah suatu
aktivitas berusaha dan berlatih supaya mendapat kepandaian.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia secara sadar untuk memperoleh
pengetahuan baru.
Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
mengajar, proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan, kemahiran, tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa.
Istilah pembelajaran juga dikemukakan oleh Siddiq, dkk. (2018: 1-9) bahwa pembelajaran
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk membelajarkan siswa yang belajar.
Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Komara (2014: 29) bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.

2.1.3. Pembelajaran Tematik


2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatam ini berangkat
dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.

2.1.3.2. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik
3. Pemisahan muatan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai muatan mata pelajaran
5. Bersifat luwes atau fleksibel

2.1.3.3. Tujuan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan mata
pelajaran dalam tema yang sama.
2. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
3. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai
muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
4. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks tema atau subtema yang jelas.
5. Guru dapat menghemat waktu karena muatan mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan
dan atau pengayaan.
6. Budi pekerti dan miral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat
sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.3.4. Manfaat Pembelajaran Tematik


Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran tematik adalah:
1. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
2. Pembelajaran menjadi utuh, sehingga siswa akan mendapatkan pengertian mengenai
proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
3. Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat.

2.1.4. Hasil Belajar


2.1.4.1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah perubahan perubahan yang terjadi diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar.
Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan
tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli dia atas, secara sederhana yang dimaksud dengan
hasil belajar siswa adalah pencapaian individu melakukan kegiatan belajar berupa perubahan-
perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa
merupakan suatu bentuk perubahan yang ia peroleh selama kegiatan belajar.

2.1.4.2. Macam-macam Hasil Belajar


Menurut Bloom seperti yang dikutip Susanto (2013: 6) hasil belajar meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan keterampilan proses
(aspek psikomotor). Berikut akan diuraikan tentang macam-macam hasil belajar.
a. Pemahaman konsep (aspek kognitif)
Menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) pemahaman konsep diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut
Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti
apa yang dibaca, dilihat, dialami, dirasakan dari hasil penelitian atau observasi yang
dilakukannya.
b. Sikap siswa (aspek afektif)
Menurut Kunandar (2013: 103) sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku
seseorang, tetapi tidak semua perbuatan identik dengan sikap. Ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

c. Keterampilan proses (aspek psikomotor)


Menurut Kunandar (2013: 255) ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar. Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari siswa yang meliputi aspek
imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

2.1.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Susanto (2013:
12) factor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai
berikut :
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dan
mempengaruhi belajarnya
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa dan
mempengaruhi hasil belajarnya

2.1.5. Materi Subtema Sumber Energi


Pada pembelajaran tematik di kelas IV Subtema sumber energi pada Pembelajaran 1
mengaitkan tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha. Sumber energi terbesar yang
digunakan dalam kehidupan adalah matahari. Matahari memberikan energi panas pada
berbagai benda di bumi. Pada gejala pancaran radiasi, panas matahari dapat merambat ke
bumi yang dapat berlangsung baik melalui media perantara ataupun tanpa media perantara.
Sumber energi lain yang tersedia di alam adalah energi air dan angin. Energi air dan
energy angin ini dapat menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik adalah gabungan
antara energi potensial dengan energi kinetik. Gerakan aliran air dapat terjadi dari tempat
yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Air ditampung dalam bendungan sehingga
terkumpul dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya melalui saluran air yang berada pada
bendungan pada ketinggian tertentu memiliki energi potensial, atau sering disebut energi
tempat. Pada saat air dialirkan dari bendungan, energi potensial berkurang dan berubah
menjadi energi kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit
listrik yang posisinya lebih rendah.
Selain sumber energi matahari, air, dan angin yang selalu tersedia di alam dalam
jumlah yang banyak, ada juga sumber energi yang akan habis bila dipakai terus menerus,
yaitu sumber energi yang tersimpan di bumi dalam bentuk fosil energi. Energi ini dapat
digolongkan ke dalam energi kimia yang harus dieksplorasi, seperti minyak bumi, batu bara,
dan bahan tambang lainnya.
Ada sumber energi lain yang dihasilkan dari proses kimia tertentu, yang menghasilkan
bahan yang dapat dimanfaatkan oleh kita semua dengan mudah antara lain biogas yang diolah
dari kotoran hewan dan manusia; alkohol dan spirtus yang didapat dari proses fermentasi,
umumnya dihasilkan oleh pabrik.
Energi Nuklir adalah energi yang terjadi akibat pemecahan inti atom yang disebut
gejala reaksi fisi atau penggabungan inti atom yang disebut reaksi fusi yang selanjutnya
dikendalikan dalam reaktor nuklir. Dengan pengendalian yang baik energi nuklir ini dapat
diubah menjadi energi listrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan dapat
dihasilkan energi yang sangat besar dan dapat kita manfaatkan bagi keperluan hidup sehari-
hari.
Pemakaian energi listrik di rumah-rumah dihitung berdasarkan banyaknya daya yang
dipakai dalam selang waktu tertentu, yang pada umumnya dihitung tiap bulan melalui
rekening listrik yang dikeluarkan PLN. Dalam hal ini PLN menggunakan ukuran kilo watt
jam atau disingkat KWH. Besarnya : 1 KWH = 1000 watt jam. Pemakaian energi listrik ini
dihitung berdasarkan pemakaian daya, misalnya lampu, televisi, radio, mesin cuci dan
sebagainya dalam selang waktu satu bulan. Andaikan kita menggunakan daya tiap hari untuk
lampu setara 50 watt, televisi, 150 watt, mesin cuci 300 watt, maka dalam satu hari kita
menggunakan daya tiap hari 500 watt, dalam 30 hari kita menggunakan energi listrik
sebanyak 500 watt x 30 hari = 15000 watthari = 15 KWH. Apabila tarif energi listrik
pemakaian tiap KWH Rp2000,- Jumlah dana yang dibayarkan adalah 15 x Rp2000,- =
Rp30.000,-
Energi Mekanik merupakan energi yang dihasilkan dari peristiwa mekanis,
merupakan gabungan antara energi potensial dan energi kinetik. Pada benda yang dijatuhkan
dari ketinggian tertentu, maka saat benda jatuh energi potensial menjadi semakin kecil dan
energi kinetic semakin besar dan akhirnya benda berhenti. Pada pegas yang diregangkan
merupakan contoh energi mekanik yang tersimpan sebagai energi potensial.

2.1.6. Implementasi Model Artikulasi Pada Pembelajaran Subtema Sumber Energi


Tabel 2.3 Implementasi Model Artikulasi
Langkah-langkah model Keterampilan Guru Aktivitas Siswa
Artikulasi menggunakan Model menggunakan Model
Artikulasi Artikulasi

1.Menyampaikan tujuan 1.Guru memberikan 1.Memperhatikan


pembelajaran yang ingin apersepsi, menyampaikan apersepsi dan tujuan
dicapai. tujuan pelajaran. pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
2.Penyajian materi 2.Guru menyampaikan 2.Siswa mengamati dan
pelajaran materi ”Sumber Energi” mendengarkan materi yang
kepada siswa disampaikan guru.
3.Membentuk kelompok 3.Membentuk siswa 3.Menerima pembagian
berkelompok secara kelompok, dan
berpasangan dan mendengarkan instruksi
menyampaikan aturan- guru
aturan bermain peran.
4.Melakukan wawancara 4.Guru membimbing 4.Siswa berperan sebagai
dengan teman kelompok kelompok-kelompok pemberi pesan dengan
belajar pada saat siswa menyampaikan materi apa
berdiskusi. saja yang telah didapatnya
dan penerima pesan,
melakukan wawancara
terhadap pasangan dengan
membuat catatan. Lalu
berperan sebaliknya.

5.Menyampaikan hasil 5.Guru memanggil siswa 5.Menyampaikan hasil


wawancara secara acak untuk wawancara dengan
menyampaikan hasil pasangan kelompoknya.
wawancara.
6.Mengulang Kembali 6.Guru melakukan tanya 6.Siswa melakukan tanya
materi yang belum jawab kepada siswa jawab dengan guru
dipahami mengenai materi yang mengenai materi yang
belum dipahami belum dipahami.
7.Membuat kesimpulan 7.Membimbing siswa 7.Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan. materi yang telah
dipelajari.

2.2. Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap model
artikulasi. Hasil penelitian tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Utari (2019) dengan judul “Pengaruh Model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi terhadap hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa sebesar 10,7. Berdasarkan nilai tersebut dapat dibandingkan dengan
nilai db = N-1, 30 – 1 = 29. Jadi, db = 30 – 1 = 29 dan t = 0,05 (table terlampir).
Sementara, = 10,7 dan = 1,699. Dengan demikian > . Perbandingan hasil kemampuan
pretest dan posttest menunjukkan bahwa nilai sebanyak 10,7 > nilai 1,699. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Hipotesis diuji dengan
statistik uji t, yaitu penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi berpengaruh terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kecamatan Kabupaten Gowa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Agustini, dkk (2014) dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Artikulasi Berbantuan Media Kartu Gambar untuk Meningkatkan
Kemampuan Bahasa”, dalam analisa data menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan
menirukan kalimat sederhana. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
artikulasi pada pertemuan I sebesar 50,7% yang berada pada kategori sangat rendah
ternyata mengalami peningkatan pada pertemuan II menjadi 93,83% dengan kategori
sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 46,26%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hening Indreswara Hidayaningrum (2016) dengan judul
“Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar IPS
Materi Materi Kenampakan Alam dan Sosial Budaya Pada Siswa Kelas IV SD”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas di kelas eksperimen memperoleh 82,1% (sangat
tinggi) dan aktivitas siswa dikelas kontrol 75% (tinggi). Rata-rata posttest kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, dengan mean kelas eksperimen
74,77, sedangkan mean kelas kontrol adalah 69,8. Selain itu, uji gain di kelas eksperimen
secara klasikal diperoleh (g) = 0,40 (sedang), sedangkan pada kelas kontrol (g) = 0,28
(rendah). Hasil uji t diperoleh thitung 2,159 dan 2,186 (>ttabel (2,014), dengan nilai Sig.
(2- tailed)<0,05 yaitu 0,036 dan 0,034, berarti ada perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai korelasi (r) menunjukkan nilai
0,828 (68%), sehinga model cooperative learning tipe artikulasi terbukti berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS materi kenampakan alam dan sosial budaya pada siswa kelas
IV SDN Sampangan 01 Semarang.

2.3. Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual bertujuan memberikan gambaran tentang konsep dasar yang
digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menunjukkan alur pikir secara tepat sekaligus
mampu mengakomodasi semua permasalahan yang ada dengan cara memecahkan
permasalahannya.

2.4. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : “Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan penggunaan Model Artikulasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Pembelajaran Subtema Sumber Energi di SD Negeri
121309 Pematangsiantar”.

Anda mungkin juga menyukai