0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan10 halaman
Bab ini membahas tentang kajian pustaka terkait model pembelajaran artikulasi, belajar dan pembelajaran, pembelajaran tematik, hasil belajar, dan materi subtema sumber energi. Dijelaskan pengertian, karakteristik, tujuan, dan manfaat dari pembelajaran tematik serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Bab ini membahas tentang kajian pustaka terkait model pembelajaran artikulasi, belajar dan pembelajaran, pembelajaran tematik, hasil belajar, dan materi subtema sumber energi. Dijelaskan pengertian, karakteristik, tujuan, dan manfaat dari pembelajaran tematik serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Bab ini membahas tentang kajian pustaka terkait model pembelajaran artikulasi, belajar dan pembelajaran, pembelajaran tematik, hasil belajar, dan materi subtema sumber energi. Dijelaskan pengertian, karakteristik, tujuan, dan manfaat dari pembelajaran tematik serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.1.1. Model Pembelajaran Artikulasi 2.1.1.1. Pengertian Model Artikulasi Model Artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya berlangsung layaknya pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru wajib diteruskan siswa dengan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaliagus berperan sebagai penyampai pesan. Menurut Miftahul Huda ( 2014 : 269 ) Model pembelajaran Artikulasi adalah pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai teman kelompoknya tetntang materi yang baru dibahas. Skill pemahaman sangat diperluakan dalam metode pembelajaran ini. Adapun menurut Imas Kurnianingsih ( 2015 : 66 ) Mengatakan model pembelajaran Artikulasi adalah pembelajaran dengan system pesan berantai, pesan yang akan dibawa merupakan materi pelajaran yang sedang dipelajarai ketika itu. Secara teknis, setiap siswa wajib meneruskan pesan dan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya)”. Selanjutnya, menurut Istarani (2011 : 61) mengatakan model pembelajaran Artikulasi adalah pengulangan kembali makna pembelajaran yang disampaikan kepada siswa oleh siswa itu sendiri, model pembelajaran ini baik digunakan dalam memahami materi yang diajarkan kepadanya.
2.1.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Artikulasi
Kelebihan Model Pembelajaran Artikulasi ini adalah : 1. Semua siswa terlibat ( mendapat peran ). 2. Melatih kesiapan siswa. 3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain. 4. Dapat lebih mempertajam daya ingat siswa tentang pelajaran tersebut. 5. Dapat menyalurkan aspirasi siswa ketika menerangkan Kembali materi yang diajarkan oleh guru kepadanya. 6. Melibatkan siswa secara langsung dalam menggali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru.
Kelemahan Model Pembelajaran Artikulasi adalah :
1. Sulit dipandu apakah siswa mengulangi yang dijelaskan sebelumnya sesuai dengan yang diinginkan. 2. Pembelajaran menjadi gaduh, karena banyak peserta yang berbicara sekaligus. 3. Bagi siswa pendiam, sulit rasanya mengikuti model pembelajaran seperti ini.
Langkah - langkah penerapan strategi pembelajaran Artikulasi adalah, sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasanya. 3. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang. 4. Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. 5. Menugaskan peserta didik sacara bergiliran/ diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik menyampaikan penjelasannya. 6. Guru mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik. 7. Kesimpulan/penutup.
2.1.2. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Ali (2014: 14), belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2012: 21). Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Komara (2014: 1) bahwa belajar adalah suatu aktivitas berusaha dan berlatih supaya mendapat kepandaian. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia secara sadar untuk memperoleh pengetahuan baru. Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa. Istilah pembelajaran juga dikemukakan oleh Siddiq, dkk. (2018: 1-9) bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Komara (2014: 29) bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2.1.3. Pembelajaran Tematik
2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatam ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
2.1.3.2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik 3. Pemisahan muatan mata pelajaran tidak begitu jelas 4. Menyajikan konsep dari berbagai muatan mata pelajaran 5. Bersifat luwes atau fleksibel
2.1.3.3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan mata pelajaran dalam tema yang sama. 2. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 3. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. 4. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema atau subtema yang jelas. 5. Guru dapat menghemat waktu karena muatan mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan dan atau pengayaan. 6. Budi pekerti dan miral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.1.3.4. Manfaat Pembelajaran Tematik
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran tematik adalah: 1. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. 2. Pembelajaran menjadi utuh, sehingga siswa akan mendapatkan pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 3. Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
2.1.4. Hasil Belajar
2.1.4.1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah perubahan perubahan yang terjadi diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dia atas, secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah pencapaian individu melakukan kegiatan belajar berupa perubahan- perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa merupakan suatu bentuk perubahan yang ia peroleh selama kegiatan belajar.
2.1.4.2. Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Bloom seperti yang dikutip Susanto (2013: 6) hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan keterampilan proses (aspek psikomotor). Berikut akan diuraikan tentang macam-macam hasil belajar. a. Pemahaman konsep (aspek kognitif) Menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat, dialami, dirasakan dari hasil penelitian atau observasi yang dilakukannya. b. Sikap siswa (aspek afektif) Menurut Kunandar (2013: 103) sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak semua perbuatan identik dengan sikap. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
c. Keterampilan proses (aspek psikomotor)
Menurut Kunandar (2013: 255) ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari siswa yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
2.1.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Susanto (2013: 12) factor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut : a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dan mempengaruhi belajarnya b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa dan mempengaruhi hasil belajarnya
2.1.5. Materi Subtema Sumber Energi
Pada pembelajaran tematik di kelas IV Subtema sumber energi pada Pembelajaran 1 mengaitkan tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha. Sumber energi terbesar yang digunakan dalam kehidupan adalah matahari. Matahari memberikan energi panas pada berbagai benda di bumi. Pada gejala pancaran radiasi, panas matahari dapat merambat ke bumi yang dapat berlangsung baik melalui media perantara ataupun tanpa media perantara. Sumber energi lain yang tersedia di alam adalah energi air dan angin. Energi air dan energy angin ini dapat menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik adalah gabungan antara energi potensial dengan energi kinetik. Gerakan aliran air dapat terjadi dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Air ditampung dalam bendungan sehingga terkumpul dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya melalui saluran air yang berada pada bendungan pada ketinggian tertentu memiliki energi potensial, atau sering disebut energi tempat. Pada saat air dialirkan dari bendungan, energi potensial berkurang dan berubah menjadi energi kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik yang posisinya lebih rendah. Selain sumber energi matahari, air, dan angin yang selalu tersedia di alam dalam jumlah yang banyak, ada juga sumber energi yang akan habis bila dipakai terus menerus, yaitu sumber energi yang tersimpan di bumi dalam bentuk fosil energi. Energi ini dapat digolongkan ke dalam energi kimia yang harus dieksplorasi, seperti minyak bumi, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Ada sumber energi lain yang dihasilkan dari proses kimia tertentu, yang menghasilkan bahan yang dapat dimanfaatkan oleh kita semua dengan mudah antara lain biogas yang diolah dari kotoran hewan dan manusia; alkohol dan spirtus yang didapat dari proses fermentasi, umumnya dihasilkan oleh pabrik. Energi Nuklir adalah energi yang terjadi akibat pemecahan inti atom yang disebut gejala reaksi fisi atau penggabungan inti atom yang disebut reaksi fusi yang selanjutnya dikendalikan dalam reaktor nuklir. Dengan pengendalian yang baik energi nuklir ini dapat diubah menjadi energi listrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan dapat dihasilkan energi yang sangat besar dan dapat kita manfaatkan bagi keperluan hidup sehari- hari. Pemakaian energi listrik di rumah-rumah dihitung berdasarkan banyaknya daya yang dipakai dalam selang waktu tertentu, yang pada umumnya dihitung tiap bulan melalui rekening listrik yang dikeluarkan PLN. Dalam hal ini PLN menggunakan ukuran kilo watt jam atau disingkat KWH. Besarnya : 1 KWH = 1000 watt jam. Pemakaian energi listrik ini dihitung berdasarkan pemakaian daya, misalnya lampu, televisi, radio, mesin cuci dan sebagainya dalam selang waktu satu bulan. Andaikan kita menggunakan daya tiap hari untuk lampu setara 50 watt, televisi, 150 watt, mesin cuci 300 watt, maka dalam satu hari kita menggunakan daya tiap hari 500 watt, dalam 30 hari kita menggunakan energi listrik sebanyak 500 watt x 30 hari = 15000 watthari = 15 KWH. Apabila tarif energi listrik pemakaian tiap KWH Rp2000,- Jumlah dana yang dibayarkan adalah 15 x Rp2000,- = Rp30.000,- Energi Mekanik merupakan energi yang dihasilkan dari peristiwa mekanis, merupakan gabungan antara energi potensial dan energi kinetik. Pada benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu, maka saat benda jatuh energi potensial menjadi semakin kecil dan energi kinetic semakin besar dan akhirnya benda berhenti. Pada pegas yang diregangkan merupakan contoh energi mekanik yang tersimpan sebagai energi potensial.
2.1.6. Implementasi Model Artikulasi Pada Pembelajaran Subtema Sumber Energi
Tabel 2.3 Implementasi Model Artikulasi Langkah-langkah model Keterampilan Guru Aktivitas Siswa Artikulasi menggunakan Model menggunakan Model Artikulasi Artikulasi
1.Menyampaikan tujuan 1.Guru memberikan 1.Memperhatikan
pembelajaran yang ingin apersepsi, menyampaikan apersepsi dan tujuan dicapai. tujuan pelajaran. pembelajaran yang disampaikan oleh guru. 2.Penyajian materi 2.Guru menyampaikan 2.Siswa mengamati dan pelajaran materi ”Sumber Energi” mendengarkan materi yang kepada siswa disampaikan guru. 3.Membentuk kelompok 3.Membentuk siswa 3.Menerima pembagian berkelompok secara kelompok, dan berpasangan dan mendengarkan instruksi menyampaikan aturan- guru aturan bermain peran. 4.Melakukan wawancara 4.Guru membimbing 4.Siswa berperan sebagai dengan teman kelompok kelompok-kelompok pemberi pesan dengan belajar pada saat siswa menyampaikan materi apa berdiskusi. saja yang telah didapatnya dan penerima pesan, melakukan wawancara terhadap pasangan dengan membuat catatan. Lalu berperan sebaliknya.
5.Menyampaikan hasil 5.Guru memanggil siswa 5.Menyampaikan hasil
wawancara secara acak untuk wawancara dengan menyampaikan hasil pasangan kelompoknya. wawancara. 6.Mengulang Kembali 6.Guru melakukan tanya 6.Siswa melakukan tanya materi yang belum jawab kepada siswa jawab dengan guru dipahami mengenai materi yang mengenai materi yang belum dipahami belum dipahami. 7.Membuat kesimpulan 7.Membimbing siswa 7.Membuat kesimpulan membuat kesimpulan. materi yang telah dipelajari.
2.2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap model artikulasi. Hasil penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Utari (2019) dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sebesar 10,7. Berdasarkan nilai tersebut dapat dibandingkan dengan nilai db = N-1, 30 – 1 = 29. Jadi, db = 30 – 1 = 29 dan t = 0,05 (table terlampir). Sementara, = 10,7 dan = 1,699. Dengan demikian > . Perbandingan hasil kemampuan pretest dan posttest menunjukkan bahwa nilai sebanyak 10,7 > nilai 1,699. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Hipotesis diuji dengan statistik uji t, yaitu penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kecamatan Kabupaten Gowa. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Agustini, dkk (2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Berbantuan Media Kartu Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa”, dalam analisa data menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menirukan kalimat sederhana. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi pada pertemuan I sebesar 50,7% yang berada pada kategori sangat rendah ternyata mengalami peningkatan pada pertemuan II menjadi 93,83% dengan kategori sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 46,26%. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Hening Indreswara Hidayaningrum (2016) dengan judul “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar IPS Materi Materi Kenampakan Alam dan Sosial Budaya Pada Siswa Kelas IV SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas di kelas eksperimen memperoleh 82,1% (sangat tinggi) dan aktivitas siswa dikelas kontrol 75% (tinggi). Rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, dengan mean kelas eksperimen 74,77, sedangkan mean kelas kontrol adalah 69,8. Selain itu, uji gain di kelas eksperimen secara klasikal diperoleh (g) = 0,40 (sedang), sedangkan pada kelas kontrol (g) = 0,28 (rendah). Hasil uji t diperoleh thitung 2,159 dan 2,186 (>ttabel (2,014), dengan nilai Sig. (2- tailed)<0,05 yaitu 0,036 dan 0,034, berarti ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai korelasi (r) menunjukkan nilai 0,828 (68%), sehinga model cooperative learning tipe artikulasi terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi kenampakan alam dan sosial budaya pada siswa kelas IV SDN Sampangan 01 Semarang.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan memberikan gambaran tentang konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menunjukkan alur pikir secara tepat sekaligus mampu mengakomodasi semua permasalahan yang ada dengan cara memecahkan permasalahannya.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : “Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan penggunaan Model Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Pembelajaran Subtema Sumber Energi di SD Negeri 121309 Pematangsiantar”.