Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KURIKULUM

PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Dr. Fauzan M.A

Disusun oleh :

Azwiyatul Arofah (11220183000011)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS


ILMU KEGUARUAN DAN PENDIDIKAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2023
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Berbagai teori tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli yang
memiliki persamaan dan perbedaan. Dari prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pembelajaran, baik pendidik maupun
peserta didik dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan serta
perbedaan individu. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, tanpa adanya perhatian
maka pelajaran yang diterima dari pendidik adalah sia-sia. Bahkan dalam kajian teori belajar
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada peserta didik apabila bahan pelajaran itu sesuai kebutuhannya, sehingga
termotivasi untuk mempelajari secara serius.
2. Keaktifan Belajar
Merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut
dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari peserta didik dan pendidik. Dari segi pesera didik,
belajar dialami sebagai suatu proses, mereka mengalami proses mental dalam menghadapi bahan
ajar. Dari segi pendidik proses pembelajaran tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang
sesuatu hal. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah mahluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Dimiyati dan Mudjiono mengatakan bahwa ”belajar hanya dialami oleh peserta didik
sendiri, peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi proses belajar.”Hal ini
menunjukkan bahwa belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri.
3. Pengulangan
Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu tindakan atau perbuatan
berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik yang bertujuan untuk lebih
memantapkan hasil pembelajarannya. Pemantapan diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai
usaha perluasan yang dilakukan melalui pengulangan– pengulangan.
Pembelajaran yang efektif dilakukan dengan berulang kali sehingga peserta didik menjadi
mengerti. Bahan ajar bagaimanapun sulitnya yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik,
jika mereka sering mengulangi bahan tersebut niscaya akan mudah dikuasai dan dihafalnya.
Salah satu teori pembelajaran yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi
asosiasi atau koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike mengemukakan ada tiga
prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:
a. Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan
perbuatan tersebut.
b. Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.
c. Law of effect, yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahuai dan mendapatkan hasil yang
baik.11 Belajar akan berhasil apabila peserta didik itu memiliki kesiapan untuk belajar, pelajaran
itu selalu dilatihkan/diulangi serta peserta didik lebih bersemangat apabila mendapatkan hasil
yang memuaskan.
4. Tantangan
Apabila pendidik menginginkan peserta didiknya berkembang dan selalu berusaha mencapai
tujuan, maka pendidik harus memberikan tantangan dalam kegiatan pembelajaran. Tantangan
dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat
pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan tersebut.
5. Perbedaan Individual
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Tidak ada yang sama baik dari aspek fisik maupun psikis. Dimiyati dan Mudiyono
berpendapat bahwa “peserta didik merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang
peserta didik yang sama persis, tiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan
itu terdapat pula pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.”
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena
itu perbedaan individu ini perlu menjadi perhatian pendidik dalam aktivitas pembelajaran dengan
memperhatikan tipe-tipe belajar setiap individu. Para ahli didik mengklasifikasi tipe belajar
peserta didik atas 4 macam yaitu:
a. Tipe auditif, yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
pendengaran.
b. Tipe visual, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui penglihatan.
c. Tipe motorik, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui Gerakan
d. Tipe campuran yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran.
Mengetahui perbedaan individu dalam belajar, memudahkan bagi pendidik dalam
menentukan media yang akan digunakan, hal tersebut sangat urgen dalam pencapaian hasil
pembelajaran yang optimal.
Prinsip-Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanaan atas dasar prinsip-prinsip yang jelas
sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini berarti rambu atau pedoman yang perlu dipegangi dalam
melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar.Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Valid
Penilaian hasil belajar harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan
jenis tes yang terpercaya atau sahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur, fungsi pengukuran, dan
sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk juga salah dan kesimpulan yang ditarik juga
menjadi salah.
2. Mendidik
Penilaian hasil belajar harus memberikan su mbangan positif pada pencapaian hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, PBK harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan untuk
memotivasi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar
bagi yang kurang berhasil, sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi
dalam penilaian.
3. Berorientasi pada Kompetensi
Penilaian hasil belajar harus menilai penca paiankompetensi meliputi siswa yang
seperangkatpengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan
pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
4. Adil dan Objektif
Penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan rasa keadilan. dan objektivitas siswa, tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan
kontribusi pada pembelajaran. Sebab, ketidakadilan dalam penilaian. dapat menyebabkan
menurunnya motivasi belajar siswa, karena mereka merasa dianaktirikan.
5. Terbuka
Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan, sehingga
keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada
rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
Pola Pembelajaran dan Penilaian
Pola pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan penggunaan Pola pembelajaran sebagai strategi
bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya
baik berupa informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan
kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta komitmen
(Joice& Wells). Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Pola
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau
pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai). Pola pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai,
termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan
suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil. Pola pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa
yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Pola
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana
belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran. (Trianto, 2010).
Memilih atau menentukan model/pola pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi
Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan
diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan pada kurikulum 2013,
sebaiknya dipadukan secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja (syntax) model pembelajaran.
Sedangkan Pola penilaian dalam kurikulum. baru mensyaRata-ratakan dengan penilaian
"autentik" Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan penilaian peserta
didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai
dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel,
dan informatif. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013.
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran (learning outcomes) adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang
merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan
oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar. Capaian pembelajaran adalah
kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja.
Istilah capaian pembelajaran kerapkali digunakan bergantian dengan kompetensi, meskipun
memiliki pengertian yang berbeda dari segi ruang lingkup pendekatannya. Allan dalam Butcher
(2006) menjelaskan bahwa banyak terminologi digunakan untuk menjelaskan educational intent, di
antaranya adalah; learning outcomes; teaching objectives; competencies; behavioural objectives;
goals; dan aims.
Menurut Butcher (2006), “aims” merupakan ungkapan tujuan pendidikan yang bersifat luas
dan umum, yang menjelaskan informasi kepada siswa tentang tujuan suatu pelajaran, program atau
modul dan umumnya ditulis untuk pengajar bukan untuk siswa. Sebaliknya capaian pembelajaran
(learning outcomes) lebih difokuskan pada apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa selama
atau pada akhir suatu proses belajar. Sedangkan “objectives” cakupannya meliputi belajar dan
mengajar, dan kerapkali digunakan dalam proses asesmen.
Kompetensi adalah suatu bentuk capaian pembelajaran, bersifat lebih terbatas.
Ketercapaiannya biasanya dinyatakan dengan kompeten atau tidak kompeten, lulus atau tidak lulus,
dan bukan dalam bentuk peringkat (grade). Capaian pembelajaran dapat dicapai dalam bentuk
berbagai tingkatan, bahkan dengan berbagai cara, dan hasilnya dapat diukur dengan berbagai cara
pula, tidak hanya dengan observasi langsung. Bentuk lain dari capaian pembelajaran adalah
“behavioural objectives”, dimana pencapaiannya dapat diamati secara langsung.
Capaian pembelajaran menunjukkan kemajuan belajar yang digambarkan secara vertikal dari
satu tingkat ke tingkat yang lain serta didokumentasikan dalam suatu kerangka kualifikasi. Capaian
pembelajaran harus disertai dengan kriteria penilaian yang tepat yang dapat digunakan untuk menilai
bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan telah dicapai.
Capaian pembelajaran, bersama dengan kriteria penilaian, dapat menentukan persyaratan
untuk pemberian kredit (Butcher dan Highton, 2006). Akumulasi dan transfer kredit dapat dilakukan
apabila terdapat capaian pembelajaran yang jelas untuk menunjukkan secara tepat atas kredit yang
diberikan (Gonzale'z dan Wagenaar, 2005). Hal ini mengidentifikasi capaian pembelajaran sebagai
tujuan belajar yang terukur.
Asesmen Nasional, Asesmen Kompetensi Minimal dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu ku- rikulum (what to learn),
pembelajaran (how to learn), dan asesmen (what is achieved in learning). Pembahasan kurikulum
selalu identik dengan aturan yang berisi tentang tujuan pembelajaran, konten ma- teri ajar, proses
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Ibarat sisi mata uang, kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua sisi yang saling terkait terkait. Dalam tradisi implementasi kurikulum semua aturan
tersebut diatur dalam sebuah standar minimal yang berlaku secara nasional. Tingkat ketercapaian
tujuan kurikulum dapat dike- tahui melalui evaluasi pembelajaran yang dilakukan untuk melihat
proses dan hasil dari pembelajaran yang sudah dilakukan.
Ada dua bentuk kurikulum yang dijadikan aturan, yaitu: (1) ku- rikulum nasional yang
dijadikan sebagai acuan standar secara nasi- onal: dan (2) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
disiapkan sekolah/madrasah berdasar tingkat kesesuaian dan kebutuhan ma- syarakat sekitar, dengan
tetap mengacu pada standar minimal yang ditetapkan secara nasional.
Kurikulum kedua ini disinyalir sebagai bentuk kurikulum yang bisa didesain dan dimodifikasi
pihak sekokah/madrasah atau bah- kan oleh guru pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. Guru
dapat mengembangkan atau menambah materi sesuai kebutuhan intaks peserta didik berdasarkan
Kompetensi Dasar yang sudah di- tetapkan. Kreativitas guru dalam mengembangkan indikator pen-
capain kompetensi (IPK) menjadi hal paling signifikan dalam tradisi pembelajaran.
Efektivitas pemberlakuan kurikulum sangat ditentukan oleh kesiapan seorang guru yang
secara merdeka mampu mengembang- kan kegiatan pembelajaran bermakna. Sekolah/madrasah dan
guru harus dapat menciptakan dokumen kurikulum yang adaptif dengan kebutuhan peserta didik dan
mampu mengembangkan bahan ajar yang didesain secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Fauzan , M.A., Fatkhul Arifin, M.pd. Desain KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN ABAD 21.
2022.Kencana.
St. Hasniyati Gani Ali, (2013), PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
Oleh Administrator, (2018), Mengenal Metode dan Model Pembelajaran Pada Kurikulum 2013
Ina Magdalena, Kombinasi ragam design pembelajaran SD (tips and trick), (Sukabumi: CV Jejak,
Anggota IKPI, 2021)
Dr. H. A. Rusdiana, MM Drs. Nasihudin, M.Pd., PERAN PIMPINAN PTKIS Dalam Implementasi
Kebijakan Kurikulum Berbasis KKNI Menuju Akuntabilitas Perguruan
Tinggi, (Bandung, 2017)

Anda mungkin juga menyukai