NIM : 11220183000011
Kelas : 2A PGMI
3. Sebutkan Pengertian Hadits Shohih, Hadits Hasan dan Dho'if jelaskan perbedaan
ketiganya serta sebutkan jenis-jenis hadits dhoif dan bagaimana hukum menggunakan
Hadits Dhoif menurut para Ulama?
Jawab :
Pengertian Hadits
➢ Hadits Shahih
Hadits Shahih adalah hadits yang memiliki sanad (rantai perawi) yang kuat dan tidak
memiliki cacat dalam perawinya. Hadits Shahih merupakan hadits yang dapat
diterima keabsahannya dan dapat dijadikan landasan hukum dalam agama Islam.
➢ Hadits Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang memiliki sanad yang baik, tetapi tidak mencapai
tingkat kekuatan sanad yang dimiliki oleh hadits shahih. Meskipun demikian, hadits
ini juga dianggap dapat diterima dan dapat digunakan sebagai sumber hukum dalam
Islam.
➢ Hadits Dha'if
Hadits Dha'if adalah hadits yang memiliki kelemahan dalam sanadnya, baik karena
kelemahan dalam periwayatannya, kesalahan dalam ingatan perawinya, atau adanya
kecacatan lain yang membuat hadits tersebut tidak mencapai tingkat kekuatan yang
cukup. Hadits Dha'if tidak digunakan sebagai sumber hukum utama dalam Islam,
tetapi masih bisa digunakan dalam hal-hal yang tidak bersifat penting atau tidak
memiliki dampak besar.
Perbedaan antara hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha'if terletak pada tingkat
keotentikannya, yaitu kekuatan dan kelemahan sanad (rantai perawi) hadits tersebut. Berikut
ini adalah perbedaan antara ketiga hadits tersebut:
Hadits Shahih
1. Memiliki sanad yang kuat dan dapat ditelusuri dengan jelas hingga kepada Nabi
Muhammad SAW.
2. Perawinya terpercaya dan memiliki integritas yang tinggi.
3. Tidak ada cacat atau kelemahan dalam sanad atau matan (teks) hadits.
4. Hadits ini dianggap memiliki tingkat kekuatan tertinggi dalam keotentikannya.
Hadits Hasan
1. Memiliki sanad yang baik, tetapi tidak sekuat dan seketat hadits shahih.
2. Perawinya dapat dipercaya, meskipun mungkin ada beberapa perawi yang kurang
dikenal atau terdapat perbedaan pendapat tentang mereka.
3. Tidak ada cacat serius dalam sanad atau matan hadits, tetapi mungkin ada beberapa
kelemahan minor yang tidak signifikan.
4. Hadits ini dianggap diterima dan dapat digunakan sebagai sumber hukum dalam
Islam, meskipun tidak memiliki kekuatan sebesar hadits shahih.
Hadits Dha'if
1. Memiliki kelemahan dalam sanadnya, seperti adanya perawi yang tidak terpercaya,
perawi yang tidak diketahui identitasnya, atau adanya cacat lain dalam rantai perawi.
2. Ada kelemahan dalam matan hadits, seperti adanya inkonsistensi dengan hadits yang
lebih kuat, kejanggalan logika, atau keanehan lain yang menunjukkan
ketidakreliabilitasan hadits tersebut.
3. Hadits ini dianggap memiliki tingkat keotentikan yang rendah dan tidak dapat
digunakan sebagai dasar hukum utama dalam agama Islam. Namun, masih dapat
digunakan dalam hal-hal yang tidak bersifat penting atau tidak memiliki dampak
besar.
Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang penggunaan hadits dha'if sebagai
sumber hukum dalam agama Islam. Berikut ini adalah beberapa pandangan yang umum di
kalangan ulama:
➢ Kelompok yang Menerima Penggunaan Terbatas
Beberapa ulama memperbolehkan penggunaan hadits dha'if dalam beberapa konteks
terbatas, seperti dalam masalah fadhail (keutamaan) atau anjuran-amalan yang tidak
bersifat penting. Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati, dengan
memperhatikan kaidah-kaidah ilmu hadits dan menjelaskan status hadits dha'if saat
mengutipnya.
➢ Pendekatan Kombinasi
Sebagian ulama menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel dalam penggunaan
hadits dha'if. Mereka memperbolehkan penggunaan hadits dha'if sebagai tambahan
atau pelengkap dalam memahami suatu masalah, tetapi tidak menjadi dasar tunggal
untuk mengambil keputusan hukum. Dalam hal ini, hadits dha'if dapat memberikan
pandangan tambahan, tetapi keputusan akhir masih harus didasarkan pada hadits
shahih atau hasan.
Nah dalam semua pendekatan tersebut, penting bagi kita untuk memperhatikan bahwa hadits
dha'if tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Al-Qur'an atau hadits yang
shahih. Penggunaan hadits dha'if harus dilakukan dengan pengetahuan yang cukup dan
dengan memahami kriteria-kriteria penilaian hadits yang ditetapkan oleh para ulama.
4. Jelaskan 4 Rukun Pendidikan Islam dan 4 rukun kurikulum Pendidikan islam yang
anda ketahui dilengkapi ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits
Jawab :
4 rukun pendidikan islam yaitu
1. Guru
2. Murid
3. Kurikulum
4. Lingkungan
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang rukun prndidikan islam yaitu
ول ِمن أنفه ِس ِهم يتلهوا علي ِهم ء َٰايتِ ِۦه ويهز ِكي ِهم ويهع ِل هم هه هم ٱل ِك َٰتب
ً س
لقد من ٱّلله على ٱل همؤ ِمنِين إِذ بعث فِي ِهم ر ه
وٱل ِحكمة وإِن كانهوا ِمن قب هل ل ِفى ض َٰلل ُّمبِين
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali Imran ayat 164)
4 rukun kurikulum pendidikan islam yaitu:
1. Tujuan
2. Isi (Mata pelajaran/ilmu)
3. Metode (Strategi/Pendidikan/Metode)
4. Evaluasi (Penilaian/Pengukuran)
Ayat Al-qur’an atau Hadist yang menjelaskan tentang rukun kurikulum yaitu
َللا صلى َللاه علي ِه وسلم كافِ هل اليتِي ِم لهه أو ِلغي ِر ِه أنا وههو كهاتي ِن فِي
ِ سو هل عن أ ِبي ههريرة قال قال ر ه
الوسطى الجن ِة وأشار ما ِلك بِالسباب ِة و ه
()رواه مسلم
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung
hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga
dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika
seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia
menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur).
Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat
haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur
lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit
sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita
menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada
pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
3. Metode tanya jawab
اس ِب ُحس ِْن الصُّحْ بَ ِة ؟ قَا َل أ ُ ُّمكَ ث ُ هم أ ُ ُّمكَ ث ُ هم أ ُ ُّمكَ ث ُ هم
ِ َّللا َم ْن أَ َح ُّق النه
ِ س ْو ُل ه َ َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل قَا َل َر ُج ٌل ي
ُ ار َ
)أَب ُْوكَ ث ُ هم أَ ْدنَاكَ أَ ْدنَاكَ (رواه مسلم
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat
dengan kamu (HR. Muslim)
4. Metode diskusi
ْ ظا ِل ًما أَ ْو َم
ظلُ ْو ًما فَقَا َل َر ُج ٌل َيا َ َص ْر أَخَاك ُ سله َم ا ْن َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللا صلهى ه َ َّللا ِ س ْو ُل ه ُ ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر ي ه
َ َُّللا ِ ع ْن أَن ٍَس َر
َ ض َ
الظ ْل ِم فَإِ هن
ُّ َص ُرهُ قَا َل تَحْ ُج ُزهُ أَ ْو ت َْمنَعُهٌ ِمن
ُ ْ
ن َ أ ْف
َ ي َ
ك ا مً ل
ِ ا َ
ظ َان َ
ك اَ ذ إ
ِ ي
َْت َ أر َ فَ
َ ً ْ َأ ا موُ لظْ م َان َ
ك اَ ذ إ ه ر ص
ِ ُ ُُ ِ ْ
ن َ أ ه
َّللا ُ
ل و
ْ َر
س
ُ
ُص ُرهْ َذَلِكَ ن
)(رواه البخارى
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu
yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika
menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan
dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam
Bukhari)
5. Metode ceramah
سلَ َم َ ُصلهى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ س ْو ُل هللا ُ ار
َ ع َ َ د،)125:ع ِشي َْر نَكَ اْأل َ ْق َر ِبيْنَ " (الشعراء َ ت َه ِذ ِه األ َ َي ِة " َوأَ ْنذِرْ َل هماأَ ْنزَ َل،ََقال
،ب ِ َ يَابَنِ ْي ُم َرةْ بْن َكع.ار ِ أَ ْن ِقذُوا أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِمنَ النه،يْ "يَابَنِ ْي َكعَبْ بِ ْن لُ َؤ،َ فَقَال.َص ُّ فَعَ ُّم َوخ، فَاجْ تَ َمعُ ْوا،قُ َر ْي ِسيها
يَا.ار ِ ا ُ ْن ِقذُوا أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِمنَ النه، ْطلِب
َ ع ْبدُ اْل ُم
َ يَابَنِ ْي.ارِ أَ ْن ِقذُوا أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِمنَ النه، يَابَنِ ْي هَا ِش َم.ار ِ أَ ْن ِقذُوااَ ْنفَ ِس ُك ْم ِمنَ النه
" )رواه.سا ِبلُ َها ِب ِب َال ِل َها َ غي َْر أَ هن لَ ُك ْم َر ِح ًما
َ .ش ْيئَاَ ِ فَإِنِّ ْي َل أَ ْملَكَ لَ ُك ْم ِمنَ هللا،ار ِ ِك ِمنَ النه ِ ِي أَ ْنفُس
ْ أَ ْن ِقذ،ُفَا ِط َمة
(مسلم
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan
kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah,
ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang
terdekat(Q.S. Al-Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy.
Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau
bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani
‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah
diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai
Fatimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun
siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang
akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim )
ِ و يهن، هك ُّل مولهود يهولده على ال ِفطرةِ فأبواهه يهه ِودانِ ِه
أو يهم ِجسانِه، صرانِ ِه
Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci bersih (Fitrah dan Islam), maka
kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia yahudi, Majusi dan Nashrani” (HR: Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll).
Mendidikan dengan kasih sayang dan kebaikan