Anda di halaman 1dari 28

Sumber Hukum Islam

(yang telah disepakati)

Anggota Kelompok:
• Nawar Fikri
• Reyhan Ammar
• Rifqi Nurillah A.
Pengertian Sumber Hukum
Islam
• Adalah tempat pengambilan atau rujukan hukum
islam.
• Dalam ilmu usulfikih disebut pula dengan istilah
‘masadirul ahkam’, ‘usulul ahkam’, dan juga bisa
disandingkan dengan kata ‘adillatul ahkam.’
• Ahli usulfikih menyimpulkannya: ‘Sesuatu yang
dijadikan landasan oleh pemikiran yang sehat
untuk menunjukkan hukum syarak yang amali
(bukan akidah), baik dengan jalan pasti (yakin)
maupun jalan dugaan kuat.
Macam-macam Sumber Hukum Islam:
PENGGUNAANNYA
 Ulama menyepakati bahwa Al Quran dan Hadis adalah sumber utama
hokum islam. Ulama klasik memasukkan ijmak dan qiyas ke dalam
sumber utama hokum islam, tetapi ulama kontomporer tidak.
 Masing-masing Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan
Imam Ahmad bin Hambal memiliki pendapat masing-masing dalam
menggolongkan sumber hokum islam. Tetapi yang pasti ada dalam
penggolongan tersebut adalah Al Quran, Sunnah, Ijmak, dan Qiyas.
 Muhammad Syaltut menyebutkan tiga sumber hokum: Al Quran,
Sunnah, dan Ar Ra;yu (Ijtihad).

Macam-macam Sumber Hukum Islam:


ASAL SUMBERNYA
 Naqli : nas langsung yang diambil dari Al Quran dan Hadis
 Aqli : akal pikiran melalui ijtihad.
Macam-macam Sumber Hukum Islam:
CAKUPAN HUKUMNYA
 Kully : Jika kandungan hukumnya menyeluruh (global), misalnya
QS Al Bsaqarah 29 yang menjelaskan semua yang ada di bumi
adalah untuk manusia.
 Juz’iy : Jika kandungan hukumnya terbatas, misalnya QS Al
Baqarah 43, menjelaskan tentang kewajiban umat islam.

Macam-macam Sumber Hukum Islam:


KEKUATAN ISINYA
 Qat’iy : apabila sumber hokum itu meyakinkan/pasti
 Zanny: apabila sumber hokum itu masih belum dapat diyakini/masih
diduga-duga keberadannya, misalnya hadis yang tidak mencapai
mutawatir.
Al Quran
Pengertian Al Quran
 Secara Bahasa qara’a artinya ‘bacaan’. Secara istilah, Muhammad Abd.
Azim Az Zarqani mendefinisikannya: Al Quran adalah kitab yang menjadi
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, tertulis dalam mushaf,
disampaikan secara mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah.’
 Nama lainnya antara lain Al Furqaan, Ad Dzikr, At Tanzil, Al Bayan,
Al Huda, Asy-Syifa’, dan lain sebagainya.
 Al Quran saat ini disebut mushaf utsmani karena dibukukan pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan
Fungsi Al Quran

• Fungsi Al Quran pada intinya adalah sebagai


Petunjuk bagi umat manusia dan sebagai
Sumber pokok ajaran islam.
• Ajaran yang ada di dalamnya:
Akidah Hukum Sains
Ibadah Akhlak
Muamalah Sejarah
Kehujahan Al Quran dan Cara dalam
Menetapkan Hukum
Alasan mengapa kita harus berhujjah dengan Al Quran:
 Al Quran satu-satunya wahyu Allah yang diturunkan secara mutawattir sehingga
keasliannya sangat terjamin
 Banyak ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan, bahwa Al Quran adalah wahyu Allah
swt. yang harus dijadikan pedoman hidup manusia
 Kemukjizatan Al Quran menunjukkan bahwa kebenaran dan kedudukannya sangat
tinggi.
Dalam menetapkan hokum, Al Quran mendasarkannya pada prinsip:
 Tidak memberatkan / menyusahkan, misalnya ayat Al Quran yang mengizinkan
untuk meringkas/qasar salat, dan toleransi untuk tidak berpuasa Ramadhan bagi
musafir, ibu hamil dan menyusui, dll
 Menyedikitkan beban, misalkan zakat untuk yang mampu saja dan haji cukup
dilakukan sebanyak satu kali
 Berangsur-angsur/bertahap-tahap, misalnya perintah Allah yang mengharamkan
khamr dilakukan sampai tiga tahapan.
Sunnah
Pengertian Sunnah
◦ Secara Bahasa artinya ‘jalan’, ‘cara’, atau ‘kebiasaan’ yang sering dilakukan
(baik yang terpuji ataupun tidak). Sunnah juga bisa diartikan sebagai lawan
dari bid’ah.
◦ Menurut ulama ahli hadist, Sunnah adalah identik dengan hadist, yaitu apa saja
yang disandarkan kepada Nabi saw. Baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya,
termasuk akhlaknya, baik sebelum diangkat sebagai Rasul maupun sesudahnya.
◦ Menurut ulama ahli fikih, Sunnah mengandung makna pula sebagai sesuatu
yang lebih utama dikerjakan karena berpahala, dan apabila tidak dikerjakan tidak
mendapatkan pahala maupun dosa.
◦ Menurut ulama ahli ushul fikih, Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi saw. Baik perkataan, perbuatan, atau pengukuhan beliau yang patut
dijadikan dalil bagi hokum syarak.
Pembagian Sunnah
◦ Sunah Qauliyah, yaitu perkataan yang bersumber dari Rasulullah saw.
◦ Sunah Fi’liyah, yaitu perbuatan yang bersumber dari Rasulullah saw, seperti
pelaksanaan salat, haji, dan lain sebagainya.
◦ Sunah Taqririyah, yaitu pengakuan atau penetapan Rasulullah saw. Terhadap
pekerjaan orang lain. Seperti sikap diam Rasulullah saat melihat sahabatnya
memakan daging biawak.
◦ Sunah Hammiyah, yaitu amalan yang dikehendaki dan telah direncanakan
oleh Rasulullah saw. Tetapi belum terlaksana, misalkan puasa 9 Muharram.
Tingkatan-tingkatan Sunnah:
MUTAWATIR
Adalah Sunah/hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang mustahil
berbohong. Kualitas mereka semua dari sanad pertama sampai terakhir berimbang dan
tidak ada yang cacat. Ciri-ciri sunah/hadis mutawatir adalah:
 Jumlah perawinya banyak, sehingga tidak mungkin berbohong
 Jumlah rawinya seimbang dalam semua tingkatan
 Berdasarkan tangkapan pancaindra.
Mutawatir dibagi menjadi 2:
 Mutawatir Lafzy ialah Sunah yang diriwayatkan oleh orang banyak dan susunan
redaksi serta maknanya benar-benar sama antara riwayat satu dengan yang lainnya.
 Mutawatir Ma’nawy ialah sunah yang rawinya banyak, tetapi redaksi pemberitannya
berbeda-beda, hanya prinsip dan maknanya saja yang ada kesamaan.
Tingkatan-tingkatan Sunnah:
AHAD
Adalah sunah/hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa sunah Ahad dapat diterima sebagai dasar hokum islam, tetapi
sebatas masalah ibadah bukan keyakinan (akidah).
 Sunah masyhur (terkenal/populer) ialah sunah yang diriwayatkan oleh 3 orang atau
lebih , tetapi belum mencapai mutawatir. Jumlah rawi dalam tiap tingkatan tidak
harus sama. Apabila sama menjadi sunah mustafid.
 Sunah ‘Aziz (jarang/langka) ialah sunah/hadis yang diriwayatkan oleh 2 orang ,
walaupun 2 orang rawi tersebut terdapat pada 1 tingkat saja, kemudian banyak yang
meriwayatkannya.
 Sunah Garib, yaitu sunah/hadis yang dalam sanadnya terdapat seseorang yang
menyendiri dalam meriwayatkan, baik individunya maupun sifat-sifatnya.’ Jika
penyendirian itu untuk individunya disebut garib mutlaq, sedangkan jika ditujukan
untuk sifat-sifat atau keadaan tertentu seorang rawi disebut garib nisby.
Kualitas Hadis Ahad
Sahih yaitu diriwayatkan oleh rawi yang adil,
sempurna ingatannya (dabit), bersambung
sanadnya, tidak ber-illat (penyakit yang
menodai kesahihan hadis), dan tidak
janggal/bertentangan dengan hadis yang lebih
rajah/kuat.
Kesahihan hadis dapat dinilai dari dua bentuk:
 Sahih lizatihi : kriterianya telah terpenuhi
secara sempurna
 Sahih ligairihi: rawinya kurang hafiz dan dabit.
Sederajat dengan hadis hasan lizatihi.
Kualitas Hadis Ahad
Hasan yaitu hadis yang memenuhi semua
syarat hadis Sahih, hanya saja semua /
sebagian perawinya kurang dabit.
Hadis hasan dibagi dua:
 Hasan lizatihi: telah sempurna persyaratan
untuk hadis hasan. Sederajat dengan sahih
ligairihi.
 Hasan ligairihi: dalam hadis itu sanadnya ada
yang dirahasiakan (mastur). Pada mulanya
tergolong hadis dhaif, tetapi ada sanad lain
yang menguatkannya sehingga tingkatannya
naik menjadi hadis hasan.
Kualitas Hadis Ahad
Dhaif yaitu hadis yang kehilangan satu/lebih
syarat-syarat hadis sahih/hasan. Ulama berbeda
pendapat. Pertama, menolak sama sekali hadis
dhaif untuk dijadikan sumber hokum. Kedua,
menerima secara utuh. Ketiga, menolak
sebagai hujah (dasar hokum) dan menerima
untuk sekadar memotivasi kebaikan.
Faktor hadis ini tertolak:
 Faktor sanad: rawinya cacat baik dari segi
keadilan dan kedabitannya, serta sanadnya
tidak bersambung
 Faktor matan: Adakalanya karena berupa
hadis maufuq (disandarkan pada sahabat)
dan hadis maqtu’ (disandarkan para tabiin.)
Kehujahan Hadis sebagai sumber hukum

 Berdasarkan akal: agama islam dibawa oleh utusan Allah yaitu Rasulullah
saw., sehingga jika kita percaya kepada beliau maka tentunya kita wajib
menaati segala peraturan yang dibawanya.
 Berdasarkan nas Al Quran: Banyak ayat Al Quran yang mewajibkan kita
untuk mengikuti hokum-hokum yang datang dari Rasulullah, misakbta QS
Al Hasyr ayat 7.
 Berdasarkan ijmak sahabat: Sahabat tidak pernah mengingkari
hadis/sunah nabi, apabila mereka tidak menjumpai ketentuan tentang
sesuatu dalam Al Quran, maka mereka akan mencari ke hadis nabi.
 Berdasarkan hadis Nabi: ‘Aku telah tinggalkan untuk kamu dua perkara
yang kamu semua tidak akan sesat selamanya, jika kamu semua
berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al Quran) dan sunah
Rasulullah.)
Fungsi Hadis terhadap Al Quran

 Menjelaskan isi kandungan Al Quran (bayanut-Tafsir), karena di dalam Al


Quran masih banyak ayat yang bersifat mujmal (global). Misalnya perintah
untuk salat, tidak dijelaskan secara rinci dalam Al Quran, sehingga perlu
dijelaskan oleh hadis.
 Menetapkan dan Memperkuat Isi Kandungan Al Quran (bayanut taqrir),
dalam hal ini Al Quran maupun hadis keduanya bersama-sama menjadi
sumber hokum yang setara dalam menjelaskannya, bukan untuk
memberikan tambahan atau penjelasan, tetapi sekadar menetapkan,
memperkokokoh, dan mengungkapkan kembali.
 Berdiri sendiri dalam menetapkan hokum (bayanut tasyri’) contohnya
hadis yang memakan binatang yang bertaring.
Ijmak
Pengertian Ijmak
 Secara Bahasa ijmak artinya ‘sepakat’, ‘setuju’, ‘sependapat’,atau disebut
dengan ‘consensus’ dan ‘tekad atau niat’.
 Ulama usulfikih menyimpulkan definisi ijmak yaitu ‘Kebulatan pendapat
seluruh ahli ijtihad umat islam, pada suatu masa tertentu, setelah Rasulullah
saw. Wafat, tentang suatu hokum syariat amaly.’
Syarat-syarat Ijmak
Ijmak dapat dijadikan sebagai sumber hokum islam apabila:
 Adanya para mujtahid pada saat munculnya suatu kejadian.
 Terjadi kesepakatan atas suatu hokum syarak oleh semua mujtahid
yang ada pada masa tersebut, apabila satu saja tidak sependapat,
maka tidak dapat disebut sebagai ijmak.
 Kesepakatan pendapat dari semua mujtahid memang nyata terjadi,
baik dalam bentuk tulisan, lisan, atau sikap diam.

Sebab Munculnya Ijmak dan Contohnya


 Munculnya suatu masalah yang harus ditemukan status hukumnya,
tetapi tidak dijumpai dalam Al Quran dan hadis
 Al Quran dan sunah tidak akan turun lagi untuk menjelaskan masalah
tersebut (terjadi setelah Rasul wafat)
 Jumlah ulama mujtahid masih sedikit sehingga mudah
dikoordinasikan
 Perbedaan pendapat belum banyak sehingga mudah untuk disatukan
Macam-macam Ijmak
Dari segi penyampaian:
 Ijmak qauli (ucapan), yaitu apabila para mujtahid menetapkan
pendapatnya secara lisan/tulisan yang menyatakan persetujuannya
atas pendapat mujtahid lainnya. Disebut pula sebagai ijmak qat’iy.
 Ijmak Sukuti (diam), yaitu apabila para mujtahid menetapkan
pendapat dengan sikap diamnya, tidak mengemukakan
pendapat/komentar. Namun diam yang dimaksud di sini bukan diam
karena malu/takut. Disebut pula sebagai ijmak zanniy.
Dari segi waktu dan tempat pelaksanaan:
 Ijmak Sahaby : ijmak dilakukan pada masa sahabat
 Ijmak Ulama Madinah : ijmak oleh para ulama di kota Madinah
 Ijmak Ulama Kufah : ijmak oleh para ulama di kota Kufah
 Ijmak Khulafa’ul Arbaah : ijmak yang dilakukan oleh
khulafaurrasyidin
 Ijmak Ahlul Bait : ijmak yang dilakukan oleh keluarga
Nabi.
Kedudukan Ijmak sebagai Sumber Hukum
Mayoritas ulama usulfikih berpendapat bahwa ijmak yang
dapat dijadikan hujah (sumber hokum) adalah yang telah
memenuhi ketiga syarat tadi.
Sebagian ulama mengatakan bahwa nilai kehujahan ijmak
bersifat qat’iy (hokum yang ada dalam ijmak itu harus
diamalkan dan tidak boleh dilanggar).
Ulama lain berpendapat bahwa kehujahan ijmak bersifat
zanniy (ijmak itu dapat dijadikan hujah dalam urusan
ibadah, bukan dalam urusan akidah, sebab urusan akidah
hanya bisa diselesaikan menggunakan dalil yang qat’iy).
Ulama Hanafiyah menerima ijmak sebagai dasar hokum baik
yang bersifat qat’iy dan zanniy, sedangkan ulama syafi’iyyah
hanya menggunakan ijmak yang bersifat qat’iy.
Qiyas
Pengertian Qiyas
 Secara Bahasa qiyas artinya ‘mengukur’, ‘menyamakan’, atau
membandingkan sesuatu dengan lainnya.
 Qiyas adalah menetapkan suatu perbuatan yang belum ada ketentuan
hukumnya, berdasarkan hokum yang sudah ditentukan oleh nas,
karena adanya persamaan illat (sebab/alasan) di antara keduanya.
Rukun Qiyas dan Contohnya
 Asal artinya pangkal/pokok, yaitu sesuatu yang hukumnya telah
ditetapkan oleh Al Quran, Hadis, atau Ijmak.
 Far’un artinya cabang, yaitu objek yang akan ditentukan hukumnya.
 ‘Illat, artinya sebab/alasan, yaiu sifat yang melekat pada asal, dan akan
menjadi penghubung antara asal dan far’un/cabang.
 Hukum Asal, yaitu hokum yang melekat pada asal dan akan
diberlakukan pada far’un.
CONTOH:
 Asal: Khamr
 Far’un: Narkoba
 Illat: Memabukkan/merusak akal sehat
 Hukum asal: haram
Maka hokum narkoba juga haram
Sebab-sebab Qiyas
 Munculnya masalah yang tidak ditemukan hukumnya dalam nas (Al
Quran, hadis, dan ijmak)
 Adanya kesamaan illat (alasan) antara masalah yang belum ada
hukumnya dengan masalah yang telah disebutkan hukumnya dalam nas
 Nas tidak akan turun lagi untuk menjelaskan masalah itu.

Macam-macam Qiyas
 Qiyas Aulawi (lebih-lebih): illat yang ada pada asal lebih pantas diterapkan pada far’un.
Contoh: haramnya memukul ibu-bapak yang diqiyaskan dengan haramnya memaki-maki
mereka.
 Qiyas Musawi (kesamaan tingkat): illat pada far;un setingkat dengan asal. Mislanya,
mengqiyaskan membakar harta anak yatim dengan keharaman memakannya
 Qiyas Dilalah (menunjukkan), yaitu jika illat pada far’un menunjukkan adanya hokum tetapi
tidak mewajbkan hokum kepadanya. Misalnya, mengqiyaskan kewajiban berzakat untuk
anak yatim dengan kewajiban berzakat untuk orang dewasa.
 Qiyas Syibhi (menyerupakan), yaitu mengqiyaskan farun dengan adanya 2 illat, maka
menggunakan illat yang paling banyak persamaannya kepada asal. Contohnya adalah
pembunuhan budak yang diqiyaskan sebagai manusia atau sebagai harta benda.
Kedudukan Qiyas sebagai
Dasar Hukum
Bukti bahwa qiyas sebagai dasar hokum:
• Al Quran, QS Al Hasyr ayat 2
• Hadis nabi: Nabi memerintahkan kepada Muaz bin
Jabal untuk mengambil keputusan dengan
pemikiran (ar ra’yu) apabila tidak ada penjelasan
dalam nas Al Quran/hadis
• Ijmak: Khalifah Umar memerintahkan kepada Abu
Musa Al Asy’ari untuk menggunakan qiyas
• Akal: hokum Allah itu untuk kemaslahatan
manusia. Jika ada kemaslahatan yang tidak ada
dalam nas, maka menggunakan qiyas
PERTANYAAN

• Ashlah: Ijmak sukuti, tahu dari mana ijmak itu


disetujui atau tidak?
• Nabil: Bagaimana peran ijmak dan qiyas dalam
praktik kehidupan sehari-hari (politik,dll)
• Rendya: Sunnah mustafid??
• Yolanda: Penyakit yang dapat menodai keshahihan
hadis?
• Putri: Sunnah gharib..
• Tazakka: Kesepakatan untuk rokok dan penetapan
hari raya apakah tergolong ijmak?
PERTANYAAN SESI II

• Putri: Ttolong dijelaskan ulang Sunnah gharib..


• Tazakka: Kesepakatan untuk rokok dan penetapan
hari raya apakah tergolong ijmak?
• Sus: Perawi dan sanad itu apa, dan apa yg dimaksud
dgn perawi setingkat?
• Safinatun: Perbedaan ijtihad dan ijmak?
PERTANYAAN SESI III
• Mutawif: Apa penyebab semua hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim adalah hadis shahih?
• Yang Saada: Dasar hukum apa yang paling tepat untuk dijadikan
hukum merokok?
• Tazakka: Sumber hokum islam yang paling sering digunakan di
Indonesia?
• Nauval: Apabila ada peraturan pemerintah yang bertentnagan
dengan sumber hokum islam, mana yang harus diikuti?
• Wahyu Andri: Hukum islam ada yang disepakati dan
tidak disepakati, apakah itu juga ijmak?
• Wildan Ashlah: Apakah fatwa MUI tergolong sebagai
ijmak?

Anda mungkin juga menyukai