Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN Dari dulu sampai sekarang orang tak henti-hetninya membicarakan tentang tasawuf.

Ada sebagian ulama yang membolehkan bahkan menganjurkan untuk mengamalkan ajara n tasawuf dan tidak sedikit pula ulama yang mengharamkan mengamalkannya. Terjadi nya perbedaan pendapat di kalangan ulama tidak hanya tentang hukum mengamalkan t entang ajaran tasawuf itu sendiri, namun mereka juga berbeda pendapat tentang se jarah mulai munculnya ajaran tasawuf dan asal mula kata Tasawuf itu sendiri. PEMBAHASAN 1. ASAL-USUL TASAWUF Lafal tasawuf merupakan masdar (kata jadian) bahasa arab dari fi'il (kata kerja) "tashawwafa-yatashawwafu" menjadi "tashawwufan" kata "tashawwafa-yatashawwafu" merupakan fi'lun maziid biharfaini" (kata kerja tambahan dua huruf);yaitu huruf "Ta" dan "Tasydid", yang sebenarnya berasal dari (kata kerja asli dari tiga huru f), yang berbunyi "shaafa-yashuufu" menjadi "shaufan" (mashdar); yang artinya me mpunyai bulu yang banyak. Perubahan kata dari kata "shaufa-yashuufu-shaufan" men jadi kata "tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan" yang diistilahkan dalam kaidah b ahasa arab;yang artinya menjadi atau berpindah. Jadi lafal "attashawwafu" yang a rtinya (menjadi) berbulu yang banyak; dengan arti sebenarnya adalah menjadi sufi , yang ciri khas pakaiannya selalu tebuat dari bulu domba (wol). Akan tetapi pemakaian kata inipun menjadi perbedaan pendapat dikalangan Ulama Ta sawuf. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahlinya antara lain: a. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi mengatakan "Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisin ya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keri dhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya)." b. Abu Bakar Al-Katany menekankan bahwa akhlak sebagai titik awal amalan taawuf. Karena itu, bila seseorang hendak mengamalkan ajaran tasawuf, ia harus lebih da hulu memperbaiki akhlaknya. c. As-Suhrawardi mengemukakan pendapat Ma'ruf Al-Kharakhy yang mengatakan: "Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada ditangan makhl uk (kesenangan duniawi)." d. Al-Junaid Al-Baghdadi, menekankan bahwa menggunakan waktu dalam mengamalkan t asawuf penting artinya. Karena itu, seorang sufi selalu menggunakan semua waktu untuk mengingat Allah SWT. Dengan berbagai macam ibadah sunnat dan dzikir. Dari beberapa definisi diatas, dikemukakan definisi lain bahwa tasawuf adalah me lakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yag telah dirintis oleh Ulama Sufi, yang disebutnya sebagai suluk untuk mencapai suatu tujuan; yaitu ma'rifat kepad a alam yang ghaib, mendapat keridhaan Allah serta kebahagaan diakhirat. 2. ESENSI TASAWUF Tasawuf adalah nama lain dari "Mistisisme dalam islam". Dikalangan orientalis ba rat dikenal dengan sebutan "Sufisme". Kata "Sufisme" merupakan istilah khusus mi stisime islam. Sehingga kata "Sufisme" tidak ada pada mistisime agama-agama lain . Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujua n untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan A llah dengan jalan mensucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari kungkungan jasadnya yang menyadarkan hanya pada kehidupan kebendaan, disamping juga melepas kan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan yang tercela. Selanjutnya Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshari menyebutkan, tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara mensuci-bersihkan jiwa, tentang cara pembi naan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Dengan demikian nampak jelas, bahwa tasawuf sebagai ilmu agama, khusus berkaitan denga n aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan substansi islam. Hakikat t asawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada k eadaan yang lain yang lebih baik, lebih tinggi dan lebih sempurna. 3. BERBAGAI PENDAPAT TENTANG MUNCUL DAN BERKEMBANG NYA TASAWUF

A. Pada Abad Pertama dan Kedua Hjriyah 1. Perkembangan Tasawuf pada Masa Sahabat Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai Maha guru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan sufi. Sahabat-sahabat yang dimaksud antara lain : a. Abu Bakar As-Siddiq; wafat tahun 13 H b. Umar bin Khattab; wafat tahun 23 H c. Usman bin Affan, wafat tahun 35 H d. Ali bin Abi Thalib; wafat tahun 40 H e. Salman Al-Farisy 2. Perkembngan Tasawuf Pada Masa Tabiin Ulama-ulama sufi dari kalangan tabiin, adalah murid dari ulama-ulama sufi dari k alangan sahabat. Perkembangan tasawuf pada abad kedua ini, dengan mengemukakan t okoh-tokohnya dari kalangan tabiin, meskipun sebenarnya masih ada beberapa Ulama Sufi Tabiin yang masih hidup pada masa abad pertama, namun waktu meninggalnya b erada dipermulaan abad ke dua Hijriyah. Tokoh-tokoh Ulama Sufi Tabiin; antara lain: a. Al-Hasan Al-Bashry; hidup tahun 22 H-110 H b. Rabi'ah Al-Adawiyah, wafat tahun 185 H c. Sufyan bin Said Ats-Tsauriy; hidup tahun 97-161 H d. Daud Ath-Thaiy; wafat tahun 165 H e. Syaqiq Al-Balkhiy; wafat tahun 194 H B. Pada Abad ketiga dan Keempat Hijriyah 1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga Hijriyah Pada abad ini, terlihat perkembangan Tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya segolongan Ahli Tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran Tasawuf yang bekemb ang masa itu, sehingga mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu : a. Tasawuf yang berintikan Ilmu Jiwa; yaitu tasawuf yang berisi suatu metode yng lengkap tentang pengobatan jiwa, yang mengonsentrasikan kejiwaan manusia kepada Khaliknya. b. Tasawuf ang berintikan Ilmu Akhlak; yaitu didalamnya terkandung petunjuk-petu njuk tentang cara-cara menghindarkan keburukan: yang dilengkapi dengan riwayat d ari kasus yang pernah dialami oleh para sahabat Nabi. c. Tasawuf yang berintikan Metafisika; yaitu yang didalamnya terkandung ajaran y ang melukiskan hakikat Ilahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengert ian yang mutlak, serta melukiskan sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi or ang-orang yang akan tajalli kepada-Nya. Sedangkan tokoh-tokoh sufi yang terkenal abad ini; antara lain : a. Abu Sulaiman Ad-Durany; wafat tahun 215 H b. Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy; wafat tahun 230 H c. Abul Faidh Dzun Nun Ibrahim Al-Mishry; wafat tahun 245 H d. Abu Yazid Al-Bushthamy; wafat tahun 261 H/ 874 M e. Junaid Al-Baghdady; wafat tahun 298 H f. Al-Hallaj; lahir tahun 244 H/ 858 M 2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keempat Hijriyah Pada abad ini, ditandai dengan kemajuan Ilmu Tasawuf yang lebih pesat dibandingk an dengan kemajuannya diabad ketiga Hijriyah, karena usaha maksimal para Ulama T asawuf untuk mengembangkan ajaran Tasawufnya masing-masing. Upaya untuk mengemba ngkan ajaran Tasawuf diluar kota Baghdad dipelopori oleh beberapa Ulama Tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain : a) Musa Al-Anshary; mengajarkan ilmu Tasauf di Khurasan (Persia atau Iran), dan wafat pada tahun 320 H b) Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; mengajarkannya disalah satu kota Mesir, dan wafat disana tahun 322 H c) Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah, dan wafat disana t ahun 314 H d) Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahab As-Saqafi; mengajarkannya di Naisabur dan ko

ta Syaraz, hingga ia wafat tahun 328 H C. Perkembangan Pada Abad Kelima Hijriyah Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara Ulama Sufi dengan Ulama Fiqh, maka pada abad kelima ini keadaan semakin rawan ketika berkembangnya madzh ab (faham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya dunia ini harus diatur oleh Imam, karena d ialah yang langsung menerima petunjuk dari Rasulallah Saw. Menurut mereka, ada 1 2 Imam yang berhak mengatur dunia ini, yang disebutnya sebagai Imam Mahdi, yang akan menjelma ke dunia dengan membawa keadilan dan memurnikan agama Islam. Merek a adalah : 1) Ali Bin Abi Thalib 2) Hasan bin Ali 3) Husein bin Ali 4) Ali bin Husein (Zainul Abidin) 5) Muhammad Al-Bakir bin Ali bin Husein 6) Ja'far Shidiq bin Muhammad Al-Bakir 7) Musa Al-Kazim bin Ja'far Shadiq 8) Ali Ridha bin Kazhim 9) Muhammad Jawwad bin Ali Ridha 10) Ali Hadi bin Jawwad 11) Hasan Asykari bin Al-Had 12) Muhammad bin Hasan Al-Mahdi D. Pada Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan Hijriyah 1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriyah Pada abad keenam Hijriyah ini, suasana kemelut antara Ulama Syari'at dan Ulama T asawuf kembali memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran yang data ngnya (timbulnya) dari Ulama Tasawuf. Sehingga timbul berbagi protes dari Ulama Syari'at dan mengajukan keberatannya kepada pengusa ketika itu. Beberapa Ulama Tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Tasawuf abad i ni antara lain: a. Syihabudin Abu Futu As-Suhrawardi; wafat tahun 587 H/1191 M b. Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H/1151 M 2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriyah Pada abad ini, tercatat dala sejarah bahwa masa menurunnya gairah masyarakat Isl am untuk mempelajari Tasawuf karena berbagai faktor, antara lain: 1) Semakin gencarnya serangan Ulama Syari'at memerangi ahli Tasawuf, yang diirin gi dengan serangan golongan Syi'ah yang menekuni Ilmu Kalam dan Ilmu Fiqh. 2) Adanya tekad penguasa (pemerintah) pada masa itu, untuk melenyapkan ajaran Ta sawuf didunia Islam, karena dianggapnya bahwa kegiatan itulah yang menjadi sumba r perpecahan umat Islam. Beberapa Ulama Tasawuf yang berpangaruh diabad ini antara lain: a. Umar Ibnul Faridh; lahir di Homat (Siria) tahun 576 H/1181 M, dan wafat di Me sir tahun 632 H/1233 M. b. Ibnu Sabi'in; lahir di Mercial (Spanyol) tahun 613 H/1215 M dan wafat di Mekk ah tahun 667 H/1215 M. c. Jalaludin Ar-Rumy; lahir di kota Balkh tahun 604 H/1217 M, dan wafat tahun 67 2 H/1273 M 3. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah Dengan terlampauinya abad ketujuh Hijriyah, hingga dimasukinya abad kedelapan Hi jriyah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam Tasawuf, mesk ipun banyak pengarang kaum Sufi yang mengemukakan pemikirannya tentang Ilmu Tasa wuf, namun kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam. Se hingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran Tasawuf ketika itu,hamper sama dengan nasibnya pada abad ketujuh Hijriyah. Pengarang-pengarang kitab Tasawuf pada abad ini antara lain: a) Al-Kisany; wafat tahun 739 H/1321 M

b) Abdul Karim Al-Jily; pengarng kitab "Al-Insanul Kamil". E. Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh dan Sesudahnya Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran Tasawuf sangat sunyi didunia Islam. Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyah. Peneliti Muslim menarik kesimpulan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran Tasawuf didunia Islam, yaitu: 1) Karena memang ahli Tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat Islam, sebab banyak dari mereka yang menyimpang dari ajara Islam yang sebenarny a. 2) Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama nasrani udah menguasai seluruh negeri Islam. Meskipun nasib ajaran Tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad tersebut diata s, tetapi tidaklah berarti bahwa ajaran Tasawuf sama sekali hilang diatas bumi d itelan masa. Akan tetapi sampai saat inipun ajaran tersebut tetap hidup, karena merupakan suatu unsur dari ajaran Islam. Hanya saja kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertetu untuk mencapai tujuaannya. Sehingga citra Tasawuf dima ta masyarakat Muslim menjadi rusak, karena dikotori oleh motif-motif tertentu ya ng mengakibatkan ajaran Tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini. KESIMPULAN Tasawuf merupakan masdar dari fi'il "tashawafa" yang berarti berbulu yang banyak , dan denganarti yang sebenarnya adalah menjadi sufi, yang cirri khas pakaiannya selalu terbuat dari bulu domba (wol). Sedangkan menurut istilah adalah melakuka n ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang dirintis oleh Ulama Sufi, yang diseb utnya sebagai suluk untuk mencapai suatu tujuan; yaitu ma'rifat kepada ala yang ghaib, mendapatkan keridhaan Allah serta kebahagiaan di akhirat. B. Makna tasawuf masa sekarang Salah satu tokoh yang begitu sungguh-sungguh memperjuangkan akhlak tasawuf bagi mengatasi masalah tersebut adalah Husein Nashr.Menurutnya, faham sufisme ini mul ai mendapat tempat di kalangan masayarakat (termasuk masyarakat barat) karena me reka mulai mencari-cari dimana sufisme yang dapat menjawab sejumlah masalah ters ebut. Sufisme perlu dimasyarakatkan pada kehidupan modern yang sekarang karena terdapa t 3 tujuan yang penting yaitu : a. Turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusi aan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual. b. Memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoterik (kebatin an) Islam, baik terhadap masyarakat islam yang mulai melupakannya maupun non isl am, khususnya terhadap masyarakat barat c. Untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoterik I slam, yakni sufisme, yaitu jantung dari ajaran islam sehingga bila wilayah ini k ering dan tidak berdenyut , maka keringlah aspek-aspek lain ajaran islam. Releva nsi Tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena Tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syari ah sekaligus. Ia bisa difahami sebag ai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan Tasawuf suluky, dan bisa memuaskan dahaga intelektuil melalui pendekatan Tasawuf falsafy. Ia bisa diamalkan oleh se tiap muslim, dari lapisan sosial manapun dan di tempat manapun. Secara fisik mer eka menghadap satu arah, yatiu Ka bah, dan secara rohaniah mereka berlomba lomba m enempuh jalan (tarekat) melewati ahwal dan maqam menuju kepada Tuhan yang Satu, Allah SWT. Tasawuf adalah kebudayaan Islam, oleh karena itu budaya setempat juga mewarnai corak Tasawuf sehingga dikenal banyak aliran dan tarekat.Telah disebut di muka bahwa berTasawuf artinya mematikan nafsu dirinya untuk menjadi Diri yan g sebenarnya. Jadi dalam kajian Tasawuf, nafs difahami sebagai nafsu, yakni tempat pada diri s eseorang dimana sifat-sifat tercela berkumpul, Al Ashlu Al Jami` Li As Sifat Al Mazmumah Min Al Insan. Nafs juga dibahas dalam kajian Psikologi dan juga filsafa t.Dalam upaya memelihara agar tidak keluar dari koridor Al-Qur an maka baik Tasawu f maupun Psikologi (Islam) perlu selalu menggali konsep nafs (dan manusia) menur

ut Al-Qur an dan hadis. Tasawuf dan modernitas pada dasarnya sejak awal perkembangan isalam gerakan tasa wuf mendapat sambutan luas di kalangan umat islam. Bahkan penyebaran islam di Id onesa lebih mudah berkat dakwah menggunakan pendekaatan tasawuf.Saat ini, tasawu f di Indonesia sudah menjamur. Kesuksesan ini diraih para sufi dengan penuh perj uangan. Dan perjuangan itu sebenarnya belum berakhir.[4]Penekanan pada sisi esot eric agama (hal-hal yang bersifat batiniah dari agama) lebih mengundang daya tar ik ketimbang eksoteriknya (Formalitas ritual agama).Saat ini, tasawuf di Indones ia sudah berkembang pesat. Ini tak lepas dari perjuangan para sufi dan perjuanga n ini sebenarnya belum berakhir. Diperlukan sosialisasi secara terus menerus ag ar paham ini terus menyentuh masyarakat awam. Salah satunya disebabkan oleh adanya persinggungan antara sisi esoteric dengan p ergulatan eksistensi manusia.Kecenderungan aniomisme dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mengandung keramat dan ruh-ruh leluhur yang bisa menja di perantara kepada Tuhan) misalnya menyiratkan ketertarikan yang besar terhadap sisi esoteric itu. Factor seperti inilah yang mendorong Hamka meneliti Tasawuf sebagaimana ia jelaskan dalam bukunya : Tidaklah dapat diragui lagi bahwasana tas awuf adalah salah satu pusaka keagamaan terpenting yang mempengaruhi perasaan da n pikiran kaum muslimin. Luasnya pengaruh tasawuf dalam hampir seluruh episode p eradaban islam menandakan tasawuf relevan dengan kebutuhan umat islam. Menurut H amka tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan meruoakan jantung dari keis laman.[5]

Anda mungkin juga menyukai