O
L
E
H
Drs. H. Abdul Wahab, SH., MH.
2 Kedudukan para Pihak para pihak sesama individu, sesama Dalam TUN menempatkan seseorang atau badan
badan hukum perdata, atau antara hukum perdata sebagai pihak penggugat dan badan
individu dengan suatu badan hukum atau pejabat TUN sebagai pihak tergugat
perdata
No Tinjauan dari Hukum Acara Perdata Hukum Acara TUN
. Sisi
3 Gugat Rekonvensi Dalam hukum acara perdata dikenal Di dalam hukum acara PTUN tidak mungkin dikenal adanya gugat
dengan istilah gugat rekonvensi (gugat rekonvensi, karena dalam gugat rekonvensi berarti kedudukan para
balik) yaitu gugatan yang diajukan oleh pihak semula menjadi balik. Kedudukan para pihak dalam hukum
tergugat terhadap penggugat dalam acara PTUN tidak berubah-ubah. Penggugat tetap merupakan
sengketa yang sedang berjalan antara individu atau badan hukum perdata, sedangkan tergugat tetap
mereka merupakan badan atau pejabat TUN. Dan yang menjadi obyek
gugatan dalam hukum acara PTUN juga tidak berubah,tetap KTUN,
tidak boleh yang lain
4 Tenggang waktu pengajuan tenggang waktu mengajukan gugatan, Dalam hukum acara TUN pengajuan gugatan dapat di lakukan hanya
gugatan yang mengakibatkan gugatan daluwarsa dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari, yang dihitung sejak
tidak begitu tegas dibanding dengan saat diterimanya atau diumumkannya keputusan TUN. Apabila
hukum acara PTUN. Dalam gugatan tersebut diajukan setelah lewat 90 hari, maka pengadilan
hukum acara perdata, memang dapat tidak akan menerima gugatan
saja terjadi gugatan dianggap daluwarsa,
tetapi daluwarsa gugatan itu dikarenakan
kelalaian penggugat. Dalam acara
perdata relative lebih lama dan setiap
masalah berbeda tenggang waktunya
N Tinjauan dari Hukum Acara Perdata Hukum Acara TUN
o. Sisi
5 Tuntutan dalam gugatan Dalam hukum acara perdata tuntutan hanya dikenal satu macam tuntutan pokok yang berupa tuntutan agar
pokok selalu disertai tuntutan pengganti KTUN yang di gugat itu dinyatakan batal atau tidak sah atau tuntutan
KTUN yang dimohonkan oleh penggugat dikeluarkan oleh tergugat.
Sedangkan tuntutan tambahan yang diperbolehkan hanya berupa ganti
kerugian atau rehabilitasi
6 Rapat permusyawaratan prosedur ini tidak dikenal dalam Prosedur ini pada dasarnya memberikan wewenang kepada kepala
hukum acara perdata ketua pengadilan sebelum pokok sengketanya diperiksa memutuskan
dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-
pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan oleh penggugat tidak
diterima atau tidak berdasar
7 Pemeriksaan persiapan tidak dikenal dalam Hukum PTUN mengenal pemeriksaan persiapan. Pemeriksaan
hukum acara perdata persiapan juga dilakukan oleh hakim sebelum pemerisaan pokok
sengketa dimulai
No Tinjauan dari Sisi Hukum Acara Perdata Hukum Acara TUN
.
8 Putusan verstek Putusan verstek di kenal dalm di dalam hukum acara PTUN tidak dikenal dengan
hukum acara perdata dan boleh dijatuhkan putusan verstek, karena badan atau pejabat TUN yang
pada hari sidang pertama, apabila tergugat digugat itu tidak mungkin tidak diketahui
tidak datang setelah dipanggil dengan patut kedudukannya
9 Pemeriksaan acara cepat tidak acara PTUN dikenal dengan pemeriksaan acara cepat
dikenal dalam hukum acara perdata apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup
mendesak
10 Sistem hukum pembuktian Dalam hukum acara perdata dilakukan dalam Dalam hukum acara PTUN dilakukan dalam rangka
rangka memperoleh kebenaran formal memperoleh kebenaran materiil
N Tinjauan dari Sisi Hukum Acara Hukum Acxara TUN
o. Perdata
11 Sifat Erga Omnesnya putusan pengadilan Hukum acara perdata putusannya hukum acara PTUN, putusan pengadilan yang telah
berlaku bagi pihak yang berpekara saja berkukuatan hukum tetap mengandung sifat erga
yang terkait dalam perkara tersebut omne, artinya berlaku untuk siapa saja dan tidak
hanya terbatas berlakunya bagi pihak-pihak yang
berperkara
12 Hakim Ad Hoc Hakim Ad Hoc tidak dikenal dalam Hakim Ad Hoc diatur dalam pasal 135 UU PTUN.
hukum acara perdata Apabila memerlukan keahlian khusus, maka ketua
pengadilan dapat menunjuk seseorang hakim ad Hoc
sebagai anggota majelis
Persamaan antara Hukum Acara
Perdata dengan Hukum Acara TUN
1. Pengajuan gugatan
⮚ Pengajuan gugatan menurut hukum acara PTUN
diatur dalam apasal 54 UU PTUN, sedangkan
menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal
118 HIR.
⮚ Hukum acara TUN maupun Hukum acara perdata
sama-sama menganut asas bahwa gugatan
diajukan ke pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan atau tempat tinggal
tergugat.
2. Isi Gugatan
⮚ Isi gugatan pada pokoknya harus memuat, pertama,
identitas para pihak (penggugat dan tergugat), kedua
dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum
yang merupakan dasar serta alasan-alasan dari pada
tuntutan atau yang lebih dikenal dengan sebutan
fundamentum petendi atau posita (atau dasar
tuntutan yag biasanya terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian yang menguraikan tentang kejadian-kejadian
atau peristiwanya dan bagian yang menguraikan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwanya dan
bagian yang menguraikan tentang hukumnya), ketiga,
petitum atau tuntutan ialah apa yang oleh penggugat
diminta atau diharapkan agar diputuskan oleh hakim.
3. Pendaftaran perkara
⮚ Gugatan diajukan ke pengadilan yang berwenang baik
secara kompetensi absolut maupun relatif. Dalam
mengajukan gugatan, penggugat diwajibkan
membayar uang muka biaya perkara. Uang muka biaya
perkara ini meliputi biaya pemanggilan dan
pemberitahuan kepada para pihak, biaya taksi, biaya
administrasi kepaniteraan, yang semuanya akan di
perhitungkan kemudian setelah perkara diputus.
⮚ Selain itu kepada penggugat yang tidak mampu
membayar biaya perkara, dibuka kemungkinan untuk
mengajuakan permohonan berperkara tanpa biaya.
Permohonan tersebut diajukan bersamaan pada saat
mengajukan gugatan yang di sertai dengan surat
keterngan tidak mampu dari kepala desa atau lurah
setempat.
4. Penetapan Hari Sidang
⮚ Setelah surat gugatan di daftarkan dalam buku
daftar perkara dan telah dianggap cukup
lengkap, pengadilan menentukan hari dan jam
siding di pengadilan. Dalam menentukan hari
sidang ini, hakim harus mempertimbangkan
jarak antara tempat tinggal para pihak yang
berperkara dengan pengadilan tempat
persidangan.
5. Pemanggilan Para Pihak
⮚ Pemanggilan para pihak dilakukan setelah
gugatan dianggap sempurna dan sudah di
catat.
⮚ Dalam hukum acara TUN, jangka waktu antara
pemanggilan dan hari sidang tidak boleh
kurang dari 6 (enam) hari, kecuali dalam hal
sengketa tersebut harus di periksa dengan
acara cepat.
6. Pemberian Kuasa
⮚ Apabila di kehendaki, para pihak dapat diwakili
atau didampingi oleh seorang kuasa atau
beberapa orang kuasa. Pemberian kuasa ini dapat
dilakukan sebelum atau selama perkara diperiksa.
Pemberian surat kuasa yang dilakukan sebelum
perkara diperiksa harus secara tertulis dengan
membuat surat kuasa khusus. Dengan pemberian
suarat kuasa ini, si penerima kuasa bisa
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan jalannya pemeriksaan perkara untuk dan
atas nama si pemberi kuasa. Sedangkan
pemberian kuasa yang dilakukan di persidangan
bisa dilakukan secara lisan.
7. Hakim Majelis
Pemeriksaan perkara dalam hukum acara
PTUN dan hukum acara perdata dilakukan
dengan hakim majelis (tiga orang hakim), yang
terdiri atas satu orang bertindak selaku hakim
ketua dan dua orang lagi bertindak selaku
hakim anggota. Namun dalam hal-hal tertentu
dimungkinkan untuk menempuh prosedur
pemeriksaan dengan hakim tunggal (unus
judex). Dalam hukum acara TUN hal ini dapat
dilakukan dalam hal pemeriksaan dengan
acara cepat (pasal 99 ayat 1).
8. Persidangan terbuka untuk umum
Dengan demikian setiap orang dapat untuk
hadir dan mendengarkan jalannya
pemeriksaan perkara tersebut. Apabila
putusan diucapkan dalam sidang yang tidak
dinyatakan terbuka untuk umum berarti
putusan itu tidak sah dan tidak mempunyai
kekuatan hukum serta mengakibatkan
batalnya putusan itu menurut hukum.
9. Mendengar Kedua Belah Pihak
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan
tidak membedakan orang. Dengan demikian
ketentuan pasal ini mengandung asas kedua
belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak
memihak, dan kedua belah pihak didengar
dengan adil. Hakim tidak diperkenankan hanya
mendengarkan atau memperhatikan
keterangan salah satu pihak saja.
10. Pencabutan dan perubahan Guagatan.
Penggugat sewaktu-waktu dapat mencabut
gugatannya, sebelum tergugat memberikan
jawaban. Apabila tergugat sudah memberikan
jawaban atas gugatan yang diajukan, maka
akan dikabulkan oleh hakim, apabila
mendapat persetujuan tergugat.
11. Hak Ingkar
Untuk menjaga obyektivitas dan keadilan dari
putusan hakim, maka hakim atau panitera
wajib mengundurkan diri, apabila diantara
para hakim, antara hakim dan panitera, antara
hakim atau panitera dengan salah satu pihak
yang berperkara mempunyai hubungan
sedarah atau semenda sampai derajat ketiga,
atau hubungan suami isteri meskipun telah
bercerai, atau juga hakim atu panitera
mempunyai kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan sengketanya.
12. Pengikut sertaan pihak ketiga.
Pada dasarnya di dalam suatu sengketa
sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yaitu
penggugat sebagai pihak yang mengatakan
gugatan dan pihak tergugat sebagai pihak yang
digugat oleh penggugat. Namun, ada
kemungkinan selama pemeriksaan perkara
berjalan, baik atas prakarsa sendiri dengan
mengajukan permohonan maupun atas
prakarsa hakim dapat masuk sebagai pihak
ketiga yang membela kepentingannya.
13. Pembuktian
Beban pembuktian ada pada kedua belah
pihak, hanya Karena yang mengajukan
gugatan adalah penggugat, maka
penggugatlah yang mendapat kesempatan
pertama untuk membuktikanya. Sedangkan
kewajiban tergugat untuk membuktikan
adalah dalam rangka membantah bukti yang
diajukan oleh penggugat dengan mengajukan
bukti yang lebih kuat. Yang di buktikan pada
dasarnya dalah peristiwanya bukanhukumnya,
karena hakim dianggap tahu tentang
hukumnya.
14. Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
Pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan
setelah adanya putusan. Dan putusan
pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah
terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, yang
pelaksanaanya dilakukan atas perintah ketua
pengadilan yang mengadilinya dalam tingkat
pertama.
Terima Kasih