Anda di halaman 1dari 11

Nama: Valerio Thomas Benu

NIM: 010002100402

BAB III
PENDAHULUAN
A. Acara pidana sebelum zaman colonial
Untuk mempelajarin dan mengetahui sesuatu perlu di pelajari latar belakang dan
sejarahnya pada waktu penjajah Belanda pertama kali menginjakan `atau sejarahnya
kakinya di bumi nusantara negri ini tidaklah gersang dari Lembaga tata negara dan tata
hukum telah tercipta hukum yang lahir dari masyarakat tradisional sendiri yang
kemudian disebut hukum adat. Di samping itu, hendaklah diperhatikan bahwa di dunia
yang makin sempit ini dari dahulu ada hal-hal yang universal sifatnya pada makhluk
manusia di mana pun ia berada. Pada umumnya pada masyarakat primitif pertumbuhan
hukum yang kemudian dipisahkan dalam hukum privat dan hukum publik dalam dunia
modern, tidak membedakan kedua bidang hukum itu. Supomo menunjukkan bahwa
pandangan rakyat Indonesia terhadap alam semesta merupakan suatu totalitas.
Manusia beserta makhluk yang lain dengan lingkungannya merupakan kesatuan. Alam
gaib dan alam nyata tidak dipisahkan. Suatu bagian dirusak atau menjadi tidak
seimbang, maka yang lain turut merasakan. Menurut alam pikiran itu, yang paling utama
ialah keseimbangan atau hubungan harmonis yang satu dari yang lain. Segala perbuatan
yang mengganggu keseimbangan tersebut meru- pakan pelanggaran hukum (adat). Pada
tiap pelanggaran hukum para penegak hukum mencari bagaimana mengembalikan
keseimbangan yang terganggu itu. Mungkin hanya berupa pembayaran sejumlah uang
yang sama dengan pelunasan utang atau ganti kerugian
Pandecten van het Adatrecht bagian X yang disebut juga dalam buku Supomo tersebut,
yaitu sebagai berikut:
1. Pengganti kerugian "immateriil" dalam pelbagai rupa seperti paksaan menikahi
gadis yang telah dicemarkan.
2. Bayaran "uang adat" kepada orang yang terkena, yang berupa benda yang sakti
sebagai pengganti kerugian rohani.
3. Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dari segala kotoran gaib.
4. Penutup malu, permintaan maaf.
5. Pelbagai rupa hukuman badan, hingga hukuman mati.
6. Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang di luar tata hukum

B. Perubahan perundang-undangan di negri Belanda yang dengan asas konkordansi di


berlakukan pula di Indonesia
Yang sekarang berlaku tidak dapat dilepaskan dari sejarah msa lampau. Apakah itu
merupakan penerusan atau pembaruan ataukah koreksi terhadap aturan masa lampau
itu. KUHAP yang dipandang produk nasional, bahkan ada orang yang menyebutnya suatu
karya agung, merupakan penerusan pula asas-asas hukum acara pidana yang ada dalam
HIR ataupun Ned strafvordering 1926 yang lebih modern itu. Perbedaan antara asas-
asas hukum acara pidana Eropa Kontinenal dan Anglo Amerika masih tetap nyata dalam
KUHAP yang mengikuti yang tersebut pertama, terutama Belanda. Pada Bab 1
dikemukakan asas-asas hukum acara pidana yang terdapat dalam KUHAP yang selu-
ruhnya terdapat pula pada Ned. Sv. tersebut. Misalnya sistem juri yang ada pada sistem
Anglo Amerika, tetapi tidak dikenal oleh Ned. Sv. Juga demikian dengan KUHAP. Pada
waktu itu, golongan legis yaitu yang memandang bahwa semua peraturan hukum
seharusnya dalam bentuk undang-undang sangat kuat Berlaku ketentuan pada waktu itu
bahwa kelaziman-kelaziman tidak merupakan hukum, kecuali bilamana kelaziman
tersebut ditunjuk dalam undang-undang (aturan hukum yang tertulis dan terbuat
dengan sengaja). Sebenarnya, sebelum itu VOC pada tahun 1747 telah mengatur
organisasi peradilan pribumi di pedalaman, yang langsung memikirkan tentang Javasche
wetten (undang-undang Jawa). Hal itu diteruskan pula oleh Daendels dan Raffles untuk
menyelami hukum adat sepanjang pengetahuannya." Akan tetapi, dengan kejadian di
negeri Belanda tersebut maka usaha ini ditangguhkan. Sebelum berlakunya perundang-
undangan baru di negeri Belanda, yaitu dalam tahun 1836, Scholten van Oud-Haarlem
telah menyatakan kesediaannya untuk mempersiapkan perundang-undangan baru di
Hindia Belanda di samping jabatannya sebagai Presiden Hooggerechtshof. la memangku
jabatannya itu pada tahun 1837 dan bersama dengan Mr. van Vloten dan Mr. P. Mijer, ia
diangkat oleh Gubernur Jenderal de Eerens sebagai panitia untuk mempersiapkan
perundang-undangan baru itu di Hindia Belanda. Tiga pekerjaan utama yang diselesaikan
selama satu setengah tahun, yaitu pertama peraturan mengenai peradilan, kedua
mengenai perbaikan kitab undang-undang yang telah ditetapkan itu, dan ketiga
pertimbangan tentang berlakunya hukum Eropa untuk orang Timur. Isi dari firman Raja
tanggal 16 Mei 1846 Nomor 1 yang diumumkannya di Indonesia dengan Sbld 1847
Nomor 23 yang terpenting ialah yang tersebut Pasal 1 dan Pasal 4. Peraturan tata usaha
kepolisian, beserta pengadilan sipil dan penun- tutan tata usaha kepolisian, beserta
pengadilan sipil dan penuntutan perkara kriminal mengenai golongan Bumiputera dan
orang-orang yang dipersama- kan (Pasal 4).

C. INLAND REGLEMENT KEMUDIAN HERZIENE INLANDS REGLEMENTS

Seperti telah disebut di Subbab 2.2, salah satu peraturan yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Mei 1848 berdasarkan pengumuman Gubernur Jenderal tanggal 3
Desember 1847 Sbld Nomor 57 ialah Inlands Reglement atau disingkat IR. Nama
lengkap IR itu ialah Reglement op de uitoefening van de politie, de Burgerlijke
Rechtspleging en de Strafvordering onder de Inlanders en de Vreemde Oosterlingen
op Java en Madoera. Sebagai diketahui, reglemen tersebut berisi acara perdata dan
acara pidana. Mr. H.L. Wichers tidak mengalami kesulitan dalam hal penyu- sunan
bagian acara pidana, karena ia mengambil sebagian besar dari reglement op de
Strafvordering untuk Raad van Justitie. Ia mengalami kesulitan di bagian acara
perdata, yang di luar maksud tulisan ini untuk diutarakan. Gubernur Jenderal
Rochussen sendiri masih khawatir tentang diberlakukannya reglemen tersebut bagi
orang Bumiputra, jangan-jangan terlampau jauh memasuki kehidupan mereka,
sehingga reglemen tersebut masih dipandang sebagai percobaan. Manakala kata
beliau dijumpai kesulitan-kesulitan yang besar, atau terjadi penyimpangan yang
terlampau Juas dalam rencana ini dari pengertian dan kebutuhan yang sebenarnya,
maka bukan kenyataan-kenyataan itu yang harus menyingkir, melainkan reglemen
itu yang harus tunduk kepada kenyataan-kenyataan itu. Menurut Supomo, Mr.
Wichers ini penganjur politik pendesakan hukum adat secara sistematis serta
berangsur-angsur oleh hukum Eropa. Akan tetapi, Gubernur Jenderal tidak
menyetujuinya. Ia berpendapat bahwa perombakan atau pemecahan masyarakat
Jawa itu berbahaya dan tidak politis, selama belum dapat dibentuk masyarakat lain
yang tetap sentosa sebagai penggantinya dan yang terakhir ini tidak dapat dikira-
kirakan selama orang Bumiputra itu tetap beragama Islam dan bukan Kristen Di
samping itu, masih ada Landgerechtsreglement Sbld 1914 Nomor 137 sebagai hukum
acara untuk pengadilan landgerecht, yaitu pengadilan untuk semua golongan
penduduk yang memutus perkara yang kecil-kecil. Pengadilan ini ada di Jawa dan
Madura dan di luarnya, seperti Makassar, Medan, Padang, Hollandia, dan lain-lain.
Karena hukum acara itu berkaitan dengan susunan pengadilan, maka perlu disebut di
sini bahwa di samping pengadilan-pengadilan tersebut di atas, masih ada
pengadilan-pengadilan lain seperti Residentiegerecht untuk golongan Eropa yang
memutus perkara perdata yang kecil-kecil. Pengadilan ini ada pada setiap landraad.
imut tah um nya Untuk golongan Bumiputra, selain yang telah disebut di muka,
masih ada pengadilan lain seperti districtsgerecht, regentschapsgerecht, dan luar
Jawa dan Madura terdapat magistraatsgerecht menurut ketentuan Reglement
Buitengewesten yang memutus perkara perdata yang kecil- kecil. aya stoples aja
sebuah Sebagai pengadilan yang tertinggi meliputi seluruh Hindia Belanda, ialah
Hooggerechtshof yang putusan-putusannya disebut arrest. Tugasnya diatur dalam
Pasal 158 Indische Staatsregeling dan RO.

D. Acara pidana pada zaman pendudukan Jepang dan sesudah proklamasi


kemrdekaan
Pada zaman pendudukan Jepang, pada umumnya tidak terjadi perubahan asasi kecuali
hapusnya Raad van justitie sebagai pengadilan untuk golongan Eropa. Dengan undang-
undang (Osamu Serei) Nomor 1 Tahun 1942 yang mulai berlaku pada tanggal 7 Maret
1942, dikeluarkan aturan peralihan di Jawa dan Madura yang berbunyi: "Semua badan-
badan peme rintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintah
yang dulu, tetap diakui sah buat sementara waktu asal saja tidak berten tangan dengan
aturan pemerintah militer." (Pasal 3). selama berlak Pasal Di luar Jawa dan Madura pun
pemerintah militer Jepang mengeluar kan peraturan yang senada. P A Dengan demikian,
acara pidana pun pada umumnya tidak berubah, HIR dan Reglement voor de
Buitengewesten serta Landgerech reglement berlaku untuk Pengadilan Negeri (Tihoo
Hooin). Pengadilan Tinggi (Kootoo Hooin) dan Pengadilan Agung (Saiko Hooin). Susunan
pengadilan ini diatur dengan Osamu Serei Nomor 3 Tahun 1942 tanggal 20 September
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada undang-undang yang
dikeluarkan oleh pemerintah RI Yogyakarta yang mengatur bagian acara pidana, yaitu
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1947 tentang susunan dan kekuasaan Mahkamah
Agung dan Kejaksaan Agung serta kekuasaan Jaksa Agung melakukan pengawasan para
jaksa dan polisi dalam menjalankan pengusutan terhadap kejahatan dan pelanggaran.
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 1947. Undang-undang ini
dicabut dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1948, tetapi yang disebut terakhir ini
tidak pernah berlaku karena tidak pernah diumumkan oleh Menteri Kehakiman. erubah
rechts gadila usuna anggal Saiko Kyah Pada umumnya dapat dikatakan bahwa hukum
acara pidana dan susunan pengadilan pada masa pendudukan Jepang masih tetap
berke- lanjutan pada masa republik, kecuali tentu karena keadaan memaksa maka
dibentuk Mahkamah Agung di Yogyakarta serta pemindahan Pengadilan Tinggi di
Sumatra dan Jawa, masing-masing ke Bukittinggi dan Yogyakarta.1942. yang Tahur Kejak
paraj dan p 1947 Pada tiap macam pengadilan itu ada kejaksaan, yaitu Saikoo Kensatsu
Kyoku pada Pengadilan Agung, Kootoo Kensatsu Kyaks pada Pengadilan Tinggi, dan
Tihoo Kensatsu Kyoku pada Pengadilan Negeri. Setelah dibentuk RIS, maka segera
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1950 LN 1950 Nomor 30 dibentuk Mahkamah
Agung di Jakarta menggantikan Hooggerechtshof di Jakarta dan Mahkamah Agung di
Yogyakarta. Dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 LN 1950 Nomor 27,
Landrechter (gaya baru) di Jakarta diganti menjadi Pengadilan Negeri, dan appeiraad di
Jakarta diubah menjadi Pengadilan Tinggi.

E. Hukum acara pidana menurut undang-undang nomor 1 (DRT) tahun 1951


Dengan undang-undang tersebut dapat dikatakan telah diadakan unifike hukum d
hukum acara pidana dan susunan pengadilan yang beraneka sebelumnya. Menurut Pasal
1 undang-undang tersebut dihapus, ya desa itu j sebagai berikut. ragan hukum Dalam
1. Mahkamah yustisi di Makassar dan alat penuntut umum padanya dimaksu
2. Appelraad di Makassar.
3. Appelraad di Medan. t
4. Segala pengadilan negara dan segala landgerecht (cara baru) 1951 dite alat penuntut
umum padanya. dan alat
5. Segala pengadilan kepolisian dan alat penuntut umum padanya. mungkin
6. Segala pengadilan magistraad (pengadilan renda
7. Segala pengadilan kabupaten.
8. Segala raad distrik. aturan banding
9. Segala pengadilan negeri. tersebut.
10. Pengadilan swapraja.
11. Pengadilan adat.
Namun demikian, hakim perdamaian desa yang berdasar atas Pa 3a RO itu masih
diakui. Hakim perdamaian desa ini juga tidak dihapus Setelah oleh Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Bahkan dalam Pasal 27 ayat (1) dikatakan:
"Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Dalam hal ini hakim
perdamaian desa itu justru menjadi salah satu sumber hukum adat yang dapat digali.
Dalam Pasal 3a RO pada butir 3 dikatakan bahwa hakim-hakim yang adanya dimaksud
dalam ayat (1) mengadili perkara menurut hukum adat, mereka tidak boleh
menjatuhkan pidana. unifika ca ragan ous, yait Kemudian, dalam Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 1 (drt) Tahun aru) da 1951 ditetapkan bahwa acara pidana sipil untuk
segala Pengadilan Negeri dan alat Penuntut Umum padanya, segala Pengadilan Tinggi
seberapa mungkin HIR diambil sebagai pedoman. nya. Sedangkan acara perkara ringan
(rol) berlaku Landsgerechts- reglement Sbld 1914 Nomor 317 jo. Sbld 1917 Nomor 323.
Acara untuk banding diatur dalam Pasal 7 sampai Pasal 20 undang-undang
(darurat) tersebut.

F. Lahirnya kitab undang-undang acara pidana


Setelah lahirnya Orde Baru, terbukalah kesempatan yang lapang untuk tuan
membangun di segala segi kehidupan. Tidak ketinggalan pula pembungan Demikianlah,
sehingga sejak Oemar Seno Adji menjabat Mente Kehakiman, telah dirintis jalan menuju
kepada terciptanya perundang undangan baru terutama tentang hukum acara pidana.
Pada waktu in dibentuk suatu panitia di Departemen kehakiman yang bertugas menyusa
suatu rencana undang-undang hukum acara pidana. 1979. Ruper pada masa makan. Pria
Panitia tersebut telah berhasil menyusun Rencana Undang-Undang Hukum Acara Pidana
yang bercermin kepada hasil Seminar Hukum Nasional mengenai Hukum Acara Pidana
dan Hak-Hak Asasi Manusia yang diadakan di Semarang pada tahun 1968. keterang
Acara Pi fraksi da jawaba Pada waktu Mochtar Kusumaatmadja menggantikan Oemar
Seno Adji menjadi Menteri Kehakiman pada tahun 1974, penyempurnaan rencana
tersebut diteruskan. Pada tahun 1974 rencana tersebut dilimpahkan kepada Sekretariat
Negara dan kemudian dibahas oleh empat instansi, yaitu Mahkamah Agung, Kejaksaan
Agung, Hankam termasuk di dalamnya Polri dan Departemen Kehakiman. Menteri
Kehakiman Moedjono atas nama pemerintah memberikan keterangan di depan Sidang
Paripurna DPR tentang Rancangan Hukum Acara Pidana tersebut pada tanggal 9 Oktober
1979. Kemudian fraksi- fraksi dalam DPR memberikan pemandangan umum yang disusul
dengan jawaban pemerintah. Badan musyawarah DPR memutuskan bahwa pembicaraan
selanjutnya rancangan itu dilakukan oleh Gabungan Komisi III dan Komisi I DPR. Juke
anusi Laut maz Sidang gabungan tersebut yang dipimpin oleh Ketua Komisi III (hukum)
Andi Mochtar seorang hakim, sarjana hukum lulusan Universitas Hasanuddin tahun
1966, yang terkenal jujur dan pandai, mulai bersidang dari tanggal 24 November 1979
sampai tanggal 22 Mei 1980 di gedung DPR di Senayan Jakarta. Sidang-sidang ini diikuti
pula oleh wakil pemerintah. Yang terakhir menjadi masalah dalam pembicaraan Tim
Sinkronisa dengan wakil pemerintah, ialah pasal peralihan yang kemudian dikenal
dengan Pasal 284. Perumusan yang terdapat dalam Pasal 284 tersebut rupanya
merupakan hasil kompromi yang dengan demikian, sulit untuk dipahami jika dibaca
teksnya secara harfiah. Pasal 284 ayat (2) menjanjikan bahwa dalam 2 tahun akan
diadakan perubahan peninjauan kembali terhadap hukum acara pidana khusus seperti
misalnya yang terdapat dalam Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi dan Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Akan tetapi, kenyataannya setelah 19
tahun berlakunya KUHAP, tidak ada tanda-tanda adanya usaha untuk meninjau kembali
acara khusus tersebut, bahkan dengan PP Nomor 27 Tahun 1983 telah ditegaskan oleh
Pemerintah bahwa penyidikan delik-delik dalam perundang-undangan pidana khusus
tersebut, dilakukan oleh berikut ini.
a. Penyidik. sebagai,
B. Jaksa.
C. Pejabat Penyidik yang berwenang yang lain, berdasarkan peraturan perundang-
undangan (Pasal 17 PP Nomor 27 Tahun 1983) Menurut pendapat penulis, pejabat
penyidik yang berwenang yang lain itu misalnya pejabat pajak untuk delik perpajakan,
Angkatan Laut 1 untuk delik Zona Ekonomi Eksklusif, dan Undang-Undang Perikanan
yang baru (1985)
Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana disahkan oleh sidang paripurna DPR
pada tanggal 23 September 1981 kemudian Presiden mensahkan menjadi undang-
undang pada tanggal 31 Desember 1981 dengan nama Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, LN 1981 Nomor 76,
TLN Nomor 3209).

BAB IV
Pihak yang terlibat dalam hukum acara pidana
A. Tersangka atau terdakwa dan hak-haknya
Ada usaha KUHAP untuk memberi definisi "tersangka" dan "terdakwa". Tersangka diberi
definisi sebagai berikut. "Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau
keada- annya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana"
(butir 14). "Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di
sidang pengadilan" (butir 15). Wetboek van Strafvordering Belanda tidak membedakan
istilah tersangka dan terdakwa (tidak lagi memakai dua istilah beklaagde dan verdachte,
tetapi hanya memakai satu istilah untuk kedua macam pengertian itu, yaitu istilah
verdachte. Namun demikian, dibedakan pengertian verdachte sebelum penuntutan dan
sesudah penuntutan, dan pengertian verdachte sebelum penuntutan paralel dengan
pengertian tersangka dalam KUHAP kita. Adapun pengertian verdachte sesudah
penuntutan paralel dengan pengertian terdakwa seperti tersebut pada butir 15 di muka.
Yang sama dengan istilah KUHAP ialah Inggris dibedakan pengertian the suspect
(sebelum penuntutan) dan the accused (sesudah penuntutan). ra ak sebuah ng sebuah
ak Dalam definisi tersebut terdapat kata-kata "... karena perbuatan- nya atau
keadaannya...", penulis berpendapat bahwa itu kurang tepat, karena kalau demikian,
penyidik sudah mengetahui perbuatan tersangka sebelumnya, padahal inilah yang akan
disidik. T Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa kata yang dipakai oleh Ned. Sv.
untuk itu, yang tersebut pada Pasal 27 ayat (2) "... feilen of omstandigheden" (fakta-
fakta atau keadaan-keadaan) lebih tepat karena lebih objektif. Di Inggris ada
keseimbangan antara kebebasan penyidik (polisi) untuk bertanya kepada siapa saja
tersangka atau bukan yang dapat memberi keterangan yang berguna dan hak tersangka
untuk tidak menjawab, namun demikian, menurut Patrick Devlin, di Inggris dewasa ini
tetap ada anggapan umum bahwa lebih baik menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
polisi daripada tidak menjawab, karena hal itu akan merugikan diri sendiri.") kay dan KU
mo 1. Duisterwinkel, ed. mengatakan ketentuan seperti itu (Pasal 29 Ned. Sv.).
Pentingnya ialah untuk menunjukkan bahwa tersangka dipandang sebagai pihak dalam
acara pidana." 2. Bagaimanapun baiknya suatu peraturan, ia masih akan diuji dalan
praktik. Kebiasaan memaksa bahkan menyiksa tersangka agar mengaku, menurut
Wirjono Prodjodikoro tetap ada dan sukar sekali dihilangkan Contoh lain yang diberikan
beliau ialah cara pemeriksaan tersangka berjam-jam, terus-menerus, sehingga tersangka
sangat payah, akhirnya mengaku. Pemeriksaan dengan paksaan sebenarnya merupakan
tindak pidana (Pasal 422 KUHP). sebuah Saya Menurut pendapat penulis, kebebasan
tersangka atau terdakwa dalam hal memberikan keterangan menurut KUHAP seperti
tersebut di muka, masih perlu dihayati oleh para penegak hukum. Bukan saja pemeriksa
atau penyidik yang harus menyadari tugas yang dipikulkan ke pundaknya, yaitu mencari
kebenaran materiil demi untuk kepentingan umum yang selaras dengan kepentingan
individu, tetapi juga tersangka itu sendiri harus telah dapat mengetahui dan menyadari
hak-hak dan kewajibannya yang dijamin oleh undang-undang. melarang) belum iksa
satoir tahuka anyan Hali Kemiskinan dan kebodohan merupakan hambatan utama dalam
menerapkan hukum yang telah tersusun rapi dan lengkap. encar diant Misalnya
kebebasan tersangka atau terdakwa untuk menunjuk penasihat hukumnya, baru dapat
dinikmati sepenuhnya oleh golongan kaya dan berada dalam masyarakat, sedangkan
bagi golongan miskin dan bodoh masih merupakan jaminan di atas kertas.

B. Penuntut umum
Telah disebut di Bab 2, bahwa dahulu baik di Eropa (Belanda, Jerman, dan lain-lain)
maupun di Indonesia, tidak dikenal adanya suatu lembaga Penuntut Umum (Jaksa) yang
tugasnya khusus untuk atas nama negara atau masyarakat yang mengadakan tuntutan
pidana terhadap pelaku delik. Pada masa itu, tidak ada perbedaan antara acara perdata
dan pidana. Pihak yang dirugikanlah yang melakukan tuntutan pidana kepada hakim. Di
Indonesia (Jawa), dahulu dikenal pejabat negara yang disebut adhyaksa, tetapi fungsinya
sama dengan hakim." Orang Bugis pun dahulu tidak mengenal adanya lembaga penuntut
umum itu. Penuntut umum dengan kekuasaan dan organisasinya seperti dikenal
sekarang ini berasal dari Prancis. Belandalah yang bercermin kepada sistem Prancis dan
melalui asas konkordansi membawanya pula ke Indonesia, terutama dengan paket
perundang-undangan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Sesudah Inlands
Reglement diubah menjadi HIR pada tahun 1941, barulah dikenal lembaga penuntut
umum yang berdiri sendiri di bawah Procureur Generaal, bagi orang Bumiputra. Itu pun
dalam praktiknya, neja karena masih kurangnya sarjana hukum pada masa itu, maka di
kota- muka kota kecil jabatan magistraat itu masih dirangkap oleh asisten residen. CECE
racl Nomo Bersa Di negeri Belanda sebelum penjajahan Prancis, bukannya tidak dikenal
adanya suatu penuntut umum, tetapi belum berdiri sendiri seperti 19 Ag di Prancis. Di
Prancis sejak abad ke-14 telah dikenal suatu lembaga yang bernama procuratores dan
advocati pada sistem peradilannya denga dan sejak dikenalnya acara extra ordinaires
(asas inkisitor) telah dikenal lembaga penuntut umum yang mempunyai posisi dan
organisasi yang diber berdiri sendiri. Fungsi dan wewenang Jaksa Agung dan Kejaksaan
kemudian diatur dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1947 yang kemudian dicabut
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1948 yang tidak pernah diberlakukan itu. Baru
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kejaksaan, wewenang Jaksa Agung dan kejaksaan telah diatur dengan tegas. Undang-
undang ini dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang
Kejaksaan. Sekarang diganti lagi dengan UU No. 16 Tahun 2004. Dalam undang-undang
baru tersebut tidak lagi seperti RO menyebut- kan Jaksa Agung sebagai Kepala Kepolisian
preventif secara umum. Akan tetapi, dalam hal pengawasan terhadap aliran
kepercayaan secara khusus disebut dalam Pasal 2 ayat (3). Dalam beberapa undang-
undang tersebut, wewenang di bidang kepolisian preventif masih ada di tangan Jaksa
Agung, misalnya Undang-Undang Nomor 4 (pnps) Tahun 1963 tentang pengawasan
terhadap barang cetakan. Undang-Undang Nomor 3 (pnps) 1962 tentang wewenang
penawanan dan pengusiran orang asing. Film Ordonantie Tahun 1940 tentang
pengawasan film dan lain-lain undang-undang. Organisasi kejaksaan yang terbaru diatur
di dalam Undang-U Nomor 5 Tahun 1991 dan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 19
tertanggal 20 November 1991. Dalam keputusan ditentukan bahwa Ja Agung dibantu
oleh seorang wakil Jaksa Agung dan 6 orang Jaksa Ag Muda. Keenam Jaksa Agung Muda
tersebut ialah sebagai berikut. kesi seda
1. Jaksa Agung Muda Pembinaan (yang selaras dengan Sekretar Jenderal pada
departemen) yang membawahi biro-biro.
2. Jaksa Agung Muda Pengawasan Umum (yang selaras denga Inspektur Jenderal pada
departemen) yang membawahi inspektora Kami pas ters inspektorat.
3. Jaksa Agung Muda Intelijen yang membawahi direktorat, berfungsi sebagai kepolisian
preventif dan law intelligence.
4. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, yang membawahi direktorat, berfungsi
sebagai pemimpin dan koordinator penunt pidana umum di bawah Jaksa Agung.
5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus yang membawahi direktorat, berfungsi
sebagai pemimpin dan koordinator penyidikan, dan penuntutan pidana khusus di bawah
Jaksa Agung.
6. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara.
Pemecahan bidang operasi yustisial menjadi dua bidang seperti tersebut pada butir 4 dan 5
sebagai akibat berlakunya KUHAP, khususnya ketentuan Pasal 284 yang telah
disebut di Bab 3 Menurut KUHAP seperti yang telah dikemukakan di muka, tertutup
kemungkinan bagi penuntut umum Indonesia melakukan penyidikan sendiri dan mengambil
alih pemeriksaan yang telah dimulai oleh polisi. Dalam hal pengawasan, masih tersirat
secara samar-samar peranan penuntut umum dalam penyidikan. Hal ini dapat disimpulkan
dari bunyi beberapa pasal, antara lain Pasal 110.

C. Penyidik dan penyelidik


Menurut Pasal 1 butir 1, penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyelidikan. Sedangkan pada bu 4 pasal itu mengatakan bahwa penyelidik
adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penyelidikan. Jaba lisia kep de ka Jadi, perbedaannya ialah
penyidik itu terdiri dari polisi negara dan pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang. undang, sedangkan penyelidik itu hanya terdiri dari
polisi negara saja pe ba Dalam Pasal 6 KUHAP ditentukan dua macam badan yang
dibebani wewenang penyidikan, yaitu sebagai berikut. P anak laki-laki a. Pejabat polisi
negara Republik Indonesia. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang. akuk Dalam ayat (2) ditentukan bahwa syarat kepangkatan
pejabat polisi negara Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah. Kemudian dalam penjelasan itu dikatakan bahwa
kepangkatan yang ditentukan dengan peraturan pemerintah itu, diselaraskan dengan
kepangkatan penuntut umum dan hakim pengadilan umum. pada (1) hal ada penyi
anggota sebuah ketentu Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelak- sanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, selanjutnya penulis
singkatkan menjadi PP 1983. Pada Pasal 2 telah ditetapkan kepangkatan pejabat polisi
menjadi penyidik, yaitu sekurang-kurangnya pembantu Letnan Dua Polisi, sedangkan
bagi pegawai sipil yang dibebani wewenang penyidikan ialah yang berpangkat sekurang-
kurangnya Pengatur Muda Tingkat I (Golongan IIb) atau yang disamakan dengan itu.
erintahk Begitu pu ai petunj tut umu tidak ad kan ole Suatu kekecualian, jika di suatu
tempat tidak ada pejabat penyidik berpangkat Pembantu Letnan ke atas, maka
Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Letnan ke atas, maka Komandan Sektor
Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi karena lah ini.
jabatannya adalah penyidik. Penyidik pejabat polisi negara tersebut diangkat oleh Kepala
Kepo- lisian Republik Indonesia yang dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada
pejabat polisi lain. Setelah berlakunya Undang-Undang Pokok Kepolisian pun menurut
pendapat penulis, hal itu belum diatur secara terperinci. Menurut Penetapan
Pemerintah tanggal 25 Juni 1946 Nomor 11 SD yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 1946
Jawatan Kepolisian dikeluarkan dari ling- kungan Kementerian Dalam Negeri dijadikan
jawatan tersendiri di bawah pimpinan Perdana Menteri. ureur Ge acara dan Und nya
meng JHAP Dengan demikian, perdana menterilah yang memimpin dan bertang gung
jawab tentang segala hal yang berhubungan dengan ketertiban dan keamanan pada
waktu itu. Di daerah, menurut Penetapan Pemerintah tanggal 25 September 1946
Nomor 19 A/SD Gubernur dan Residen bertanggung jawab atas ketenteraman dan
keamanan, dan memimpin kepolisian di daerah masing-masing. Khusus untuk
Yogyakarta, Sultan Yogyakarta memegang pimpinan kepolisian negara menurut
Penetapan Pemerintah tanggal 19 Agustus 1946 No. 17/SD.

D. Penasihat hukum dan bantuan hukum


Istilah penasihat hukum dan bantuan hukum adalah istilah baru. Sebelumnya dikenal
istilah pembela, advokat, procureur (pokrol), dan Ketentuan yang tercantum dalam
UUPKK tersebut sebenarnya merupakan ketentuan dasar, dan telah merupakan
ketentuan yang universal. Sebagaimana telah disebut di dalam Bab 1, dalam The
International Covenant on Civil and Political Rights article 14 sub 3d. Kepada
tersangka/terdakwa diberikan jaminan "diadili dengan kehadiran terdakwa, membela
diri sendiri secara pribadi atau dengan bantuan penasihat hukum menurut pilihannya
sendiri, diberitahu tentang hak-haknya ini jika ia tidak mempunyai penasihat hukum dan
ditunjuk penasihat hukum untuk dia jika untuk kepentingan peradilan perlu untuk itu,
dan jika ia tidak mampu membayar penasihat hukum ia dibebaskan dari pembayaran".
sebuah itu. hakim k dari angka asih capan ngkal pula, ber- ektif. olak Penjabaran
ketentuan yang universal dan termuat pula dalam UUPKK itu, tercantum dalam KUHAP,
terutama Pasal 54 sampai dengan Pasal 57 (yang mengatur hak-hak tersangka atau
terdakwa untuk mendapatkan penasihat hukum) dan Pasal 69 sampai dengan Pasal 74
(mengenai tata cara penasihat hukum berhubungan dengan tersangka atau terdakwa).
ngka ian, ika, dian hun Yang sangat penting dan merupakan penjabaran ketentuan yang
bersifat inovatif UUPKK ialah Pasal 69 yang menentukan bahwa penasihat hukum berhak
menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat
pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan oleh KUHAP. Selanjutnya, dalam pasal
berikutnya yaitu Pasal 70 ayat (1) KUHAP, penasihat hukum itu berhak berbicara dengan
tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan
pembelaan perkaranya. Akan tetapi, ini masih perlu dijabarkan dalam peraturan tentang
bantuan hukum terutama bagi si miskin, jangan sampai yang menikmati fasilitas itu
hanya penjahat golongan mampu belaka. Sehubungan dengan ini perlu diperhatikan
ketentuan dalam Pasal 114 yang menentukan bahwa sebelum dimulainya pemeriksaan,
penyidik wajib memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mendapat
bantuan hukum dan dalam hal yang ditentukan dalam Pasal 56 (yang diancam pidana
mati atau 15 tahun penjara atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
wajib menunjukkan penasihat hukum bagi mereka), wajib didampingi oleh penasihat
hukum. hukum Pasal ka hubunga 3) KUHAP gan tersebut P), dan jika ka mengawasi aan,
kecual yat (1) dan Perlu diketahui pula siapa-siapa yang melakukan bantuan hukum di
Indonesia dewasa ini. Di muka telah disebut bahwa sering dipakai istilah pembela,
advokat, procureur, dan pengacara. muda-muda. Para sarjana hukum tersebut sudah
mulai muncul di pengadilan-pengadilan negeri di ibukota kabupaten, yang mutu pembe-
laannya makin meningkat dari hari ke hari. kum yang Di fakultas-fakultas hukum pun
telah didirikan Biro Bantuan Hukum yang dipelopori oleh fakultas hukum Universitas
Padjajaran pada tahun 1969. Biro bantuan hukum di fakultas-fakultas hukum terutama
dimak- sudkan sebagai bantuan hukum bagi golongan rakyat yang miskin, kadang-
kadang juga dalam praktiknya sampai golongan menengah. sebuah pend bada orang b
Di beberapa fakultas hukum, dosen-dosen atas izin rektor masing- masing melakukan
bantuan hukum atau pengacara sebagai pekerjaan sambilan guna menambah gaji
mereka yang kurang mencukupi itu. mannya, dian ber Kegiatan tersebut mempunyai
dampak positif, karena selain meru- pakan jalan untuk menambah penghasilan, juga
merupakan latihan praktik hukum yang pada gilirannya mengalihkannya pula sebagai
bahan teori praktik hukum kepada para mahasiswa melalui kuliah-kuliah mereka. arkan s
170 Namun demikian, kegiatan sambilan ini perlu dibatasi, agar tidak atau 1T menjurus
menjadi pekerjaan pokok dan kegiatan perkuliahan dan ilmiah atau 1T berubah menjadi
pekerjaan sambilan. nasihat Dalam kongres Persatuan Advokat Indonesia tahun 1969 di
Jakarta, telah disahkan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum bagi kaum miskin di
Indonesia. Menurut Adnan Buyung Nasution, tujuan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta
(sebagai pilot project PERADIN) ada tiga hal sebagai berikut. encara per ingka
1. Memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin yang buta hukum. ak ya kurs
2. Menumbuhkan dan membina kesadaran warga masyarakat akan hak-haknya sebagai
subjek hukum.
3. Mengadakan pembaruan hukum (modernisasi) sesuai dengan Sa-de tuntutan zaman.
Sampai tahun 1981 sudah ada kira-kira 60 organisasi bantuan hukum bagi kaum miskin
yang tersebar di kota-kota besar maupun kecil pada wilayah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai