Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Akbar Fadlullah

Kelas : A10
Nim : 04020200559

Tugas mata kuliah Hukum Perdata

Sejarah singkat perkembangan hukum perdata di Indonesia


Sebelum mengenal terlebih dahulu tentang sejarah hukum perdata, alangkah baiknya
mengenal terlebih dahulu apa itu hukum perdata. Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum
yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Menurut
seorang pakar hukum Internasional yaitu H. F. A Vollmar mengatakan bahwa hukum perdata
adalah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya
memberikan perlindungan pada kepentingan - kepentingan perseorangan dalam perbandingan
yang tepat antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang - orang
dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan
lalu lintas.
Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum
perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap
subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan
haknya apabila dilanggar oleh orang lain. Secara Umum, kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) yang dikenal dengan istilah Bugerlijk Wetboek (BW) adalah
kodifikasi hukum perdata yang disusun di negeri Belanda. Penyusunan tersebut sangat
dipengaruhi oleh Hukum Perdata Prancis (Code Napoleon). Code Napoleon sendiri disusun
berdasarkan hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada waktu itu dianggap sebagai
hukum yang paling sempurna.
KUH Perdata (BW) berhasil disusun oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Mr. J.M.
Kemper dan sebagian besar bersumber dari Code Napoleon dan bagian yang lain serta
kodifikasi KUH Perdata selesai pada 5 Juli 1830, namun diberlakukan di negeri Belanda pada
1 Oktober 1838. pada tahun itu diberlakukan juga KUH Dagang (WVK).
Pada tanggal 31 Oktober 1837 Scholten van Oud Haarlem diangkat menjadi ketua panitia
kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai anggota.
Panitia tersebut juga belum berhasil. Akhirnya dibentuk panitia baru yang diketuai Mr. C.J.
scholten van Oud Haarlem lagi, tatapi anggotanya diganti, yaitu Mr. J. Schneither dan Mr. J.
Van Nes. Akhirnya panitia inilah yang berhasil mengkodifikasi KUH Perdata Indonesia
berdasarkan asas konkordasi yang sempit. Artinya KUH Perdata Belanda banyak menjiwai
KUH Perdata Indonesia karena KUH Perdata Belanda dicontoh dalam kodifikasi KUH
Perdata Indonesia.
Kodifikasi KUH Perdata (BW) Indonesia diumumkan pada 30 April 1847 melalui
Statsblad No. 23, dan mulai berlaku pada 1 Januari 1848. kiranya perlu dicatat bahwa dalam
menghasilkan kodifikasi KUH Perdata (BW) Indonesia ini Scholten dan kawan-kawannya
berkonsultasi dengan J. Van de Vinne, Directueur Lands Middelen en Nomein. Oleh
karenanya, ia juga turut berbahasa dalam kodifikasi tersebut.
Di samping itu, sejarah mengenai perkembangan hukum perdata yang berkembang di
Indonesia bahwa hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia merupakan produk hukum
perdata Belanda yang di berlakukan asas Konkordansi yaitu hukum yang berlaku di negeri
jajahan (Belanda) yang sama dengan ketentuan yang berlaku di negeri penjajah.
Secara makrosubtansial, perubahan – perubahan yang terjadi pada hukum perdata
Indonesia: Pertama, pada mulanya hukum perdata Indonesia merupakan ketentuan- ketentuan
pemerintahan Hindia-Belanda yang di berlakukan di Indonesia (Algemene Bepalingen van
Wetgeving/AB).Sesuai dengan stbll.No.23 tanggal 30 April 1847 yang terdiri dari 36 pasal.
Kedua, dengan konkordansi pada tahun 1848 di undangkan KUH perdata (BW) oleh
pemerintah Belanda. Di samping BW berlaku juga KUHD (WvK) yang di atur dalam
stbl.1847 No.23.
Dalam Perspektif sejarah,hukum perdata yang berlaku di Indonesia terbagi dalam dua
periode, yaitu periode sebelum Indonesia merdeka dan periode setelah Indonesia Merdeka.
Pertama, Sebelum Indonesia merdeka sebagaimana negara jajahan, maka hukum yang
berlaku di Indonesia adalah hukum bangsa penjajah. Hal yang sama dengan hukum perdata.
Hukum perdata yang di berlakukan bangsa belanda untuk Indonesia mengalami adopsi dan
penjalanan sejarah yang sangat panjang.
Pada mulanya hukum perdata belanda di rancang oleh suatu panitia yang di bentuk tahun
1814 yang di ketuai oleh Mr.J.M Kempers (1776 – 1824).Tahun 1816,Kempers
menyampaikan rencana kode hukum tersebut pada pemerintah Belanda di dasarkan pada
hukum Belanda kuno dan di beri nama Ontwerp Kempers. Ontwerp Kempers ini di tantang
keras oleh P.Th.Nicolai,yaitu anggota parlemen berkebangsaan Belgia dan sekaligus menjadi
Presiden Pengadilan Belgia. Tahun 1824 Kempers meninggal,selanjutnya penyusunan
kodifikasi code hukum di serahkan Nicolai.Akibat perubahan tersebut,dasar pembentukan
hukum perdata Belanda sebagian besar berorientasikan pada code civil Perancis.Code civil
Perancis sendiri meresepsi hukum romawi,Corpus Civilis dari Justinianus.Dengan demikian
hukum perdata belanda merupakan kombinasi dari hukum Kebiasaan/hukum Belanda kuno
dan Code Civil Perancis. Tahun 1838,Kodifikasi hukum perdata Belanda Di tetapkan dengan
stbl.838.
Pada tahun 1848,kodifikasi hukum perdata belanda di berlakukan di Indonesia dengan
stbl.1848.Dan Tujuh tahun kemudian, Hukum perdata di Indonesia kembali di pertegas lagi
dengan stbl.1919.
Kedua, Setelah Indonesia merdeka, hukum Perdata yang berlaku di Indonesia di dasarkan
pada pasal II aturan peralihan UUD 1945, yang pada pokoknya menentukan bahwa segala
peraturan di nyatakan masih berlaku sebelum di adakan peraturan baru menurut UUD
termasuk di dalamnya hukum perdata Belanda yang berlaku di Indonesia. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kekosongan hukum (rechtvacuum) di bidang hukum perdata. Namun,
secara keseluruhan hukum perdata Indonesia dalam perjalanan sejarahnya mengalami
beberapa proses pertumbuhan atau perubahan yang mana perubahan tersebut di sesuaikan
dengan kondisi bangsa Indonesia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai