Anda di halaman 1dari 11

DESKRIPSI MATERI PERTEMUAN KE-4 : RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA

MATA KULIAH : PENGANTAR HUKUM INDONESIA

PENGANTAR :

Hukum perdata dikenal juga sebagai hukum perjanjian atau hukum perikatan, yakni

seperangkat peraturan hukum yang mengatur hubungan antar orang per orang yang

menitikberatkan kepada kepentingan individual, dikenal pula sebagai hukum privat.

TUJUAN PERKULIAHAN :

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahahsiswa diharapkan mampu Menjelaskan Arti

dan Ruang Lingkup Hukum Perdata.

URAIAN MATERI :

A. Arti Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hukum atau ketentuan yang mengatur hak-

hak,kewajiban,serta kepentingan antar individu dalam masyarakat.Hukum perdata

biasa dikenal dengan hukum privat.Hukum perdata biasa menangani kasus yang

bersifat privat atau pribadi seperti hukum keluarga, hukum harta kekayaan, hukum

benda, hukum perikatan dan hukum waris.Dimana tujuannya adalah untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi diantara kedua individu tersebut.

Hukum perdata terjadi ketika seseorang mengalami suatu kasus yang bersifat

tertutup(privat).Hukum perdata terjadi dimana ketika suatu pihak melaporkan pihak

lain yang terkait ke pihak yang berwajib atas suatu kasus yang hanya menyangkut

kedua individu tersebut.

Berikut ini beberapa pengertian hukum perdata menurut para ahli :

1. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan


“Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan warga negara

perseorangan yang satu dengan perseorangan yang lainnya.”

2. Ronald G. Salawane

“Hukum Perdata adalah seperangkat aturan-aturan yang mengatur orang atau

badan hukum yang satu dengan orang atau badan hukum yang lain didalam

masyarakat yang menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan dan

memberikan sanksi yang keras atas pelanggaran yang dilakukan sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.”

3. Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.

“Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang

satu dengan perseorangan yang lainnya.”

4. Sudikno Mertokusumo

“Hukum Perdata adalah hukum antar perseorangan yang mengatur hak dan

kewajiban perseorangan yang satu terhadap yang lain didalam hubungan

berkeluarga dan dalam pergaulan masyarakat.”

5. Prof. R. Soebekti, S.H.

“Hukum Perdata adalah semua hak yang meliputi hukum privat materiil yang

mengatur kepentingan perseorangan.”

B. Sejarah Hukum Perdata

Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu Code

Napoleon yang disusun berdasarkan hukum Romawi Corpus Juris Civilis yang pada

waktu itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku

di Perancis dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut Code Civil (hukum perdata) dan

Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-


1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan

terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813).

Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat

oleh MR.J.M. KEMPER disebut ONTWERP KEMPER namun sayangnya KEMPER

meninggal dunia 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh

NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia. Keinginan Belanda

tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang

baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena telah terjadi

pemberontakan di Belgia yaitu :

1. Burgerlijk Wetboek yang disingkat BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata-Belanda.

2. Wetboek van Koophandel disingkat WvK [atau yang dikenal dengan Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang]

Kodifikasi ini menurut Prof Mr J, Van Kan BW adalah merupakan terjemahan dari

Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional

Belanda.

Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang berlaku bagi seluruh

Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum

perdata barat Belanda yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk

Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W. Sebagian materi B.W. sudah dicabut

berlakunya & sudah diganti dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai UU

Perkawinan, UU Hak Tanggungan, UU Kepailitan.


Pada 31 Oktober 1837, Mr.C.J. Scholten van Oud Haarlem di angkat menjadi ketua

panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai

anggota yang kemudian anggotanya ini diganti dengan Mr. J.Schneither dan Mr. A.J. van

Nes. Kodifikasi KUHPdt. Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April 1847 melalui

Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1948.

Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UUD

1945, KUHPdt. Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan

undang-undang baru berdasarkan Undang – Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda

disebut juga Kitab Undang – Undang Hukun Perdata Indonesia sebagai induk hukum

perdata Indonesia.

Isi KUHPerdata KUHPerdata terdiri dari 4 bagian yaitu :

1. Buku 1 tentang Orang / Personrecht

Mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang

mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara

lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,

kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan.

Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah

dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974

tentang perkawinan.

2. Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht

Mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban

yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak

kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i)

benda berwujud yang tidak bergerak misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan

berat tertentu; (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak

berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian

ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya

UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan

dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU

tentang hak tanggungan.

3. Buku 3 tentang Perikatan /Verbintenessenrecht

Mengatur tentang hukum perikatan (perjanjian) walaupun istilah ini sesunguhnya

mempunyai makna yang berbeda, yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan

kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-

jenis perikatan yang terdiri dari perikatan yang timbul dari undang-undang dan

perikatan yang timbul dari adanya perjanjian, syarat-syarat dan tata cara

pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-

undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan

erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian

khusus dari KUHPer.

4. Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian /Verjaring en Bewijs

Mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat

waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal

yang berkaitan dengan pembuktian. Sistematika yang ada pada KUHP tetap

dipakai sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih diajarkan pada fakultas-

fakultas hukum di Indonesia.

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan

kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum.

Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari
hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara

serta kepentingan umum misalnya politik dan pemilu, hukum tata negara,

kegiatan pemerintahan sehari-hari hukum administrasi atau tata usaha negara,

kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara

penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan

seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan

usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Ada beberapa sistem

hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga

mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon

yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara

persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya

Amerika Serikat, sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem

hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia

didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda

pada masa penjajahan.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) yang berlaku di Indonesia tidak

lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (BW) yang

berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (wilayah jajahan

Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih

bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda

sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa

penyesuaian.

C. Sistimatika Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Perdata(KUH Perdata) adalah hukum perdata yang

berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia
adalah hukum perdata barat (Belanda) yang pada awalnya berinduk pada Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan

Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan BW. Setelah Indonesia Merdeka,

berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945, KUH

Perdata Hindia Belanda dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan Undang-

Undang baru berdasarkan Undang–Undang Dasar. BW Hindia Belanda merupakan

induk hukum perdata Indonesia.

KUH Perdata terdiri atas empat 4 bagian, yaitu:

1. Buku 1 tentang Orang / Van Personnenrecht

Membahas tentang:

Bab I - Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak kewargaan

Bab II - Tentang akta-akta catatan sipil

Bab III - Tentang tempat tinggal atau domisili

Bab IV - Tentang perkawinan

Bab V - Tentang hak dan kewajiban suami-istri

Bab V I - Tentang harta-bersama menurut undang-undang dan pengurusannya

Bab VII - Tentang perjanjian kawin

Bab VIII - Tentang gabungan harta-bersama atau perjanjian kawin pada

perkawinan kedua atau selanjutnya

Bab IX - Tentang pemisahan harta-benda

Bab X - Tentang pembubaran perkawinan

Bab XI -Tentang pisah meja dan ranjang

Bab XII -Tentang keayahan dan asal keturunan anak-anak

Bab XIII -Tentang kekeluargaan sedarah dan semenda

Bab XIV -Tentang kekuasaan orang tua


Bab XIVA -Tentang penentuan, perubaran dan pencabutan tunjangan nafkah

Bab XV - Tentang kebelumdewasaan dan perwalian

Bab XVI - Tentang pendewasaan

Bab XVII - Tentang pengampuan

Bab XVIII - Tentang ketidakhadiran

2. Buku 2 tentang Benda

Membahas tentang :

Bab I - Tentang barang dan pembagiannya

Bab II - Tentang besit dan hak-hak yang timbul karenanya

Bab III - Tentang hak milik

Bab IV - Tentang hak dan kewajiban antara para pemilik pekarangan yang

bertetangga

Bab V - Tentang kerja rodi

Bab VI - Tentang pengabdian pekarangan

Bab VII - Tentang hak numpang karang

Bab VIII - Tentang hak guna usaha (erfpacht)

Bab IX - Tentang bunga tanah dan sepersepuluhan

Bab X - Tentang hak pakai hasil

Bab XI - Tentang hak pakai dan hak mendiami

Bab XII - Tentang pewarisan karena kematian

Bab XIII - Tentang surat wasiat

Bab XIV - Tentang pelaksana surat wasiat dan pengelola harta peninggalan

Bab XV - Tentang hak berpikir dan hak istimewa untuk merinci harta peninggalan

Bab XVI - Tentang hal menerima dan menolak warisan

Bab XVII - Tentang pemisahan harta peninggalan


Bab XVIII - Tentang harta peninggalan yang tak terurus

Bab XIX - Tentang piutang dengan hak didahulukan

Bab XX - Tentang gadai

Bab XXI - Tentang hipotek

3. Buku 3 tentang Perikatan / Verbintenessenrecht

Membahas tentang :

Bab I - Tentang perikatan pada umumnya

Bab II - Tentang perikatan yang lahir dari kontrak atau persetujuan

Bab III - Tentang perikatan yang lahir karena undang-undang

Bab IV - Tentang hapusnya perikatan

Bab V - Tentang jual-beli

Bab VI - Tentang tukar-menukar

Bab VII - Tentang sewa-menyewa

Bab VIIA - Tentang perjanjian kerja

Bab VIII - Tentang perseroan perdata (persekutuan perdata)

Bab IX - Tentang badan hukum

Bab X - Tentang penghibahan

Bab XI - Tentang penitipan barang

Bab XII - Tentang pinjam-pakai

Bab XIII - Tentang pinjam pakai habis (verbruiklening)

Bab XIV - Tentang bunga tetap atau bunga abadi

Bab XV - Tentang persetujuan untung-untungan

Bab XVI - Tentang pemberian kuasa

Bab XVII - Tentang penanggung

Bab XVIII - Tentang perdamaian


4. Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian / Verjaring en Bewijs

Membahas tentang :

Bab I - Tentang pembuktian pada umumnya

Bab II - Tentang pembuktian dengan tulisan

Bab III - Tentang pembuktian dengan saksi-saksi

Bab IV - Tentang persangkaan

Bab V - Tentang pengakuan

Bab VI - Tentang sumpah di hadapan hakim

Bab VII - Tentang kedaluwarsa pada umumnya


UJI PEMAHAMAN PERTEMUAN KE-4 : RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA

MATA KULIAH : PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Petunjuk :
a. Jawab pertanyaan berikut dengan tulisan tangan saudara di atas kertas folio
bergaris, dikumpulkan pada saat perkulihan tatap muka di kelas
b. Jawaban harus urut sesuai nomor soal yang ada
Pertanyaan :

1. Setelah saudara membaca deskripsi materi diatas, uraikanlah secara singkat

tentang sejarah hukum perdata?

2. Coba saudara buat bagan sistematika hukum perdata?

Anda mungkin juga menyukai