Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA

“HUKUM PERDATA”

DOSEN PENGAMPU : DEA LARISSA, SH., MH.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

TITIK JAUHAR FIRDHAIN (10200122083)


NURHIKMA (10200122084)
MUH SALDI AZIZAL ADIYAT S (10200122085)
MUTIARA IVONNE RAMADHANI (10200122086)
NURUL AZIZAH (10200122087)

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITA S ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof.

Djojodiguno sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht

Wetboek (B.W)  pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu,

sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van

Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah,

“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi

kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan.

Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan

pribadi”

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur

hak dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Hukum perdata ada karena

kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, baik

hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Manusia. Hukum

perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga

Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,

kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata

lainnya. Karena hukum perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum yang

mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang lain dengan

menitikberatkan pada kepentingan perseoranagn “. Hukum perdata merupakan

ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam

memenuhi kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang

dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.

1
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar

mereka, orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa

saja yang harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan

wewenang-wewenang di satu pihak dan di lain pihak iamembebankan

kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan

hukum, jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.

Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

1. Hukum  Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-

perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang

dapat dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian,

sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum

materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.

2. Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara

mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam

perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di

muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian

hukum formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/

melaksanakan isi peraturan.

B. Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830

Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.)

KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code

2
Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda, berlaku di

Negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi.

Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam

penyusunanya mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang

bangsa prancis mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada

jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-

unsur hukum kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum kebiasaan

setempat mempengaruhinya.

Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda

dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas

membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan

sebagai sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil

hukum belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang

mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van

Koophandel ( KUH Dagang).

2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848

KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia

kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud

dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum

dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri Belanda. Di

negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di

Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada

waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.

KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei

1848)dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk

menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda.

3
C. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan

yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang

kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber

hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum

perdata di temukan.

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam.

Yaitu KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber

tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis

dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu

tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber

tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak

tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari

sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah

Hindia Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

D. Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat

penting dalam Hukum Perdata adalah:

4
1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat

mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-

undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338

KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)

KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas

ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak

diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua

belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan

pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang

akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan

diantara mereka dibelakang hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa

perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada

perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.

5. Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum

yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban

5
yang sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu

sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan

ras.

6. Asas Keseimbangan,

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah

pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai

kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut

pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula

kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.

7. Asas Kepastian Hukum,

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt

servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga

harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh

melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak.

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan

sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat

prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu

seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang

bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan

menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi

pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan

pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

6
9. Asas Perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan

kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat

perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi

yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak

dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan

hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan

asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi

pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan

dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.

10. Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini

berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh

kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya

11. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk

kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan

Pasal 1340 KUHPdt.

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang

berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini

merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan

yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

7
E. Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

1) Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat

Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

2) Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat

Hukum Benda dan Hukum Waris;

3) Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang

memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan

kewajiban yang berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;

4) Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van

Bewijs en Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan

akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam

KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:

1. Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan

bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

2. Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara

suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-

ouderlijke macht),

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).

8
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang

hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang.

Hukum Harta Kekayaan meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang

atau suatu pihak tertentu saja. Hal 45.

4. Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta

kekayaan seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari

hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang)

F. Hukum yang Berlaku di Indonesia

1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan

Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan

Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan

berlaku Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku

di kalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut

belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.

3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum

msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur

Asing (Cina, Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada

Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa

macam tindakan hukum tertentu saja.

9
Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu

dengan yang lain. Dapat kita lihat :

1. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu

hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang

sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-

tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam

masyarakat. 

2. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan

Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek

van koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan tionghoa

ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari

buku I tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai

penahanan pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa,

karena pada mereka diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan

peraturan mengenai pengangkatan anak (adopsi).

Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan

berasal dari tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya

bagian-bagian yang mengenai Hukum kejayaan Harta Benda

(Vermogensrecht), jadi tidak mengenai Hukum Kepribadian dan Hukum

Kekelurgaan (Personen en Familierecht) maupun yang mengenai Hukum

Warisan.

G. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

10
Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat

majemuk yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara

lain: 

1. Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia

2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang

membagi penduduk Indonesia dalam golongan, yaitu :

 Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang

 Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat

 Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-

masing

11
PENUTUP

KESIMPULAN

Hukum perdata adalah  hukum yang mengatur hubungan antar individu

dalam pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang

mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. Dalam [eradilan hukum perdata

diutamakan perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk

menghukum seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan

perdamaian.

12

Anda mungkin juga menyukai