Anda di halaman 1dari 6

ILMU FIQIH

“Bidang – bidang Pentaqninan”


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Kurniati, S. Ag., M.HI

DISUSUN OLEH

MIFTAH ARIF SETYAWAN


(10200122088)

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
PEMBAHASAN

A. Bidang – Bidang Taqnin

1. Al-Ahwal Al-Syakhsiyah (Hukum Keluarga)

Al-Ahwal Al-Syakhsiyah adalah istilah bagi keseluruhan hukum yang


menyangkut masalah keluarga dan peradilan Islam seperti hukum perkawinan,
kewarisan, wasiat dan Peradilan Agama. Di Indonesia dengan keluarnya
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan dan Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, Mendorong
kebutuhan untuk pentaqninan di dalam hokum keluarga.1

Kompilasi Hukum Islam, yakni kumpulan atau himpunan kaidah- kaidah


hokum islam yang disusun secara sistematis tersebut terdiri dari tiga buku.
Masing-masing buku dibagi ke dalam beberapa bab dan pasal, dengan
sistematika sebagai berikut:
Buku I : Hukum Perkawinan terdiri dari 19 bab dengan 170 pasal ( 1-170) Buku
II: Hukum Kewarisan terdiri dari 6 bab dengan 44 pasal (171 -214)
Buku III: Hukum Perwakafan terdiri dari 5 bab dengan 14 pasal (215 -228)2

2. Pentaqninan di Bidang Mu’amalah

Pen-taqnin-an di Bidang Muamalah dalam arti sempit dimulai sejak


dikeluarkannya Majalah Al-Ahkam al-Adliyah pada zaman kekhalifahan Turki
Usmani, yang dimulai pada tahun 1869 dan selesai tahun 1876. Majalah al-
Ahkam ini terdiri dari 16 buku dengan 1851 pasal, yang dimulai dengan 99
kaidah fiqh yaitu dari mulai pasal 2 sampai dengan pasal 100. Kemudian
bahasan-bahasannya tentang : Kepemilikan benda akad seperti jual beli (al-ba’i),
tanggungan (al-kafalah), perpindahan utang (al- hiwalah), gadai (al-rahn), hak

1
H.A. Djazuli, Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana,
2005), h.169-170.
2
H. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Isam di
Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo,2012), Hal. 297.
membeli kembali (ba’I al wafa), titipan (wadi’ah), pinjaman (I’arah), pemberian
(hibah), pembagian harta campuran (qismah), kerja sama (syirkahd),dll.3

3. Pentaqninan di Bidang Siyasah

Di sini akan diperkenalkan pentaqninan di bidang Siyasah Dusturiyah


yaitu yang berhubungan dengan undang-undang dasar suatu negara. Menurut
Abdul Wahhab Khallaf, prinsip-prinsip yang diletakkan Islam dalam perumusan
undang-undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia, setiap anggota
masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata hukum, tanpa
membeda-bedakan stratifikasi sosial, kekayaan, pendidikan, dan agama.4
Di Indonesia sendiri tidak menjadikan Islam sebagai sebagai agama resmi
negara atau agama kepala negara, tapi di dalam Pancasila, sila pertamanya
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti diketahui dalam sejarah pembentukan
UUD 1945, Ketuhanan Yang Maha Esa asalnya, di dalam Piagam Jakarta 22
Juni 1945 berbunyi: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya. Tujuh kata terakhir dianggap diskriminatif oleh
wakil-wakil Protestan dan Katolik, akhirnya diganti dengan: Ketuhanan Yang
Maha Esa.5

4. Pentaqninan di Bidang Qadla

Pada masa sekarang negara di Dunia Islam telah memiliki lembaga-


lembaga peradilannya masing-masing, meskipun di dalam proses pembentukan
lembaga peradilan, khususnya pembentukan peradilan agama, masing-masing
negara memiliki pengalamannya sendiri-sendiri yang seringkali tidah mudah.
Hal ini sangat tergantung pada kondisi sosial politik di negara masing-masing.
Sebagai contoh kasus di Indonesia, meskipun telah keluar Undang- Undang
No.14 Tahun kekuasaan kehakiman yang di dalam Pasal 10 ayat 1 dinyatakan:
3
H.A. Djazuli, Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana,
2005), h.177-182.
4
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 177
5
H.A. Djazuli, Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana,
2005), h.182-186.
“bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh peradilan umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara”. Setelah 18 tahun lebih,
baru keluar Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.6

5. Pentaqninan di Bidang Jinayah

Hukum pidana Islam, hanya bisa diterapkan untuk kaidah- kaidah dan
asas-asasnya yang memiliki sifat universal, dan kejahatan- kejahatan ta’zir
(selain hudud dan diyat). Di dalam fiqh jinayah (Hukum Pidana Islam),
Menanggulangi kejahatan dilakukan secara lebih komperehensif, dari mulai
memperkokoh keimanan, memperbaiki akhlak masyarakat, sampai
menghilangkan sebab timbulnya kejahatan seperti kemiskinan.7
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berasal dari Wedboek Van
Strafrecht Voor Indonesia (Staatsblad 1915:732) yang berlaku pada zaman
penjajahan Belanda. Pemerintah Indonesia sekitar tahun 2001 telah membuat
rancangan Undang-Undang tentang kitab Undang-Undang Hukum Pidana ini
terdiri dari 647 pasal, dan telah didiskusikan di berbagai lembaga perguruan
tinggi. Seperti kita ketahui, Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ini
sampai sekarang masih tetap merupakan rancangan, artinya Kitab Undang-
Undang hokum pidana yang berlaku di Indonesia sampai sekarang masih tetap
warisan pemerintah colonial Belanda, meskipun ada beberapa pasal yang
dihapus dan diubah.8

6
H.A. Djazuli, Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana,
2005), h.187.
7
Ujang Ruhyat Syamsoni, Taqnin Al-Ahkam : Legislasi Hukum Islam ke dalam Hukum
Nasional, (Nur El-Islam, 2015), h.168-193.
8
H.A. Djazuli, Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana,
2005), h.192-193.
KESIMPULAN

Taqnin merupakan pembuatan undang-undang yang berfungsi membatasi


kebebasan masyarakat dalam bersosial. Adapun bidang-bidang taqnin yaitu :

1. Al-Ahwal Al-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), dalam bidang ini


menyangkut dalam urusan kekeluargaan.
2. Pentaqninan di Bidang Mu’amalah, dalam bidang ini menyangkut dalam
urusan manusia dengan manusia.
3. Pentaqnian di Bidang Siyasah, dalam bidang ini menyangkut dalam
urusan politik negara.
4. Pentaqninan di Bidang Qadla dalam bidang ini menyangkut dalam
urusan suatu lembaga.
5. Pentaqninan di Bidang Jinayah, dalam bidang ini menyangkut dalam
urusan hukum pidana.
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli , H.A. Ilmu Fiqih : Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum


Islam. Jakarta: Kencana, 2005.

Ali, H. Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Isam di Indonesia, Jakarta: PT. Rajagrafindo.2012.

Iqbal, Muhammad. Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Kencana, 2014.

Syamsoni, Ujang Ruhyat. Taqnin Al-Ahkam : Legislasi Hukum Islam Ke Dalam


Hukum Nasional, Nur El-Islam, 2015.

Anda mungkin juga menyukai