Anda di halaman 1dari 8

Politik Hukum Islam di Indonesia

Hasya Rania
hasya@gmail.com

Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Abstrak
Hukum islam menjadi salah satu sistem hukum nasional. Walaupun hukum Islam hanya
berlaku untuk orang Islam, namun pemberlakuan hukum Islam termasuk dalam wawasan
Bhineka Tunggal Ika, yakni pembentukan hukum nasional yang memperhatikan perbedaan
latar belakang sosial budaya dan kebutuhan hukum yang dimiliki oleh kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat, keragaman suku bangsa, budaya dan agama. Namun munculnya
hukum Islam, akan memunculkan rasa toleransi antara hukum yang berlaku di Indonesia,
yakni hukum adat dan perdata, karena ketiga merupakan sistem hukum yang berlaku di
Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini, pertama apa pengertian Politik Hukum
Islam. Kedua, bagaimana Dinamika Politik Hukum Islam di Indonesia. Metode penelitian
yang digunakan yaitu library research, yakni penelitian yang mengambil data dari
kepustakaan, berupa buku, jurnal, web-side yang berhebungan dengan tema. Hasil penelitian
menguraikan, pertama, kedudukan atau eksistensi hukum Islam di Indonesia adalah diakui
sebagai hukum yang hidup di masyarakat. Kedua, kedudukan hukum Islam di Indonesia
sangat kuat dan layak menjadi bahan pertimbangan dalam pembentukan hukum nasional,
karena membantu pembentukan politik hukum nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan
negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI 1945.
Kata Kunci: Politik, Hukum Islam, Indonesia
Abstract
Islamic law is one of the national legal systems. Although Islamic law only applies to
Muslims, the enforcement of Islamic law is included in the concept of Unity in Diversity,
namely the formation of national laws that pay attention to differences in socio-cultural
backgrounds and legal needs of certain groups in society, ethnic, cultural and religious
diversity. However, the emergence of Islamic law will create a sense of tolerance between the
laws that apply in Indonesia, namely customary law and civil law, because all three are legal
systems that apply in Indonesia. The formulation of the problem in this study, first what is the
definition of Political Islamic Law. Second, how the Dynamics of Political Islamic Law in
Indonesia. The research method used is library research, which is research that takes data
from literature, both in the form of books, journals, websites related to the theme. The results
of the study illustrate, first, the position or existence of Islamic law in Indonesia is
recognized as a living law in society. Second, the position of Islamic law in Indonesia is very
strong and should be considered in the formation of national law, because it helps shape
national legal politics to achieve the ideals and goals of the state as stated in the Preamble of
the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia.
Keywords: Politics, Islamic Law, Indonesia
Pendahuluan

Agama dan Negara meruakan fenomena sosial yang telah berkembang sepanjang
peradaban manusia. Keduanya saling mempengaruhi dan berkaitan. Perkembangan
pemahaman dan cara beragama mempengaruhi praktik bernegara. Tetapi sebaliknya
perkembangan pemikiran manusia menangani negara dan praktik bernegara juga berpengaruh
terhadap pemahaman dan beragama. Ketika pola hubungan negara dan agama telah
diformalkan di dalam kerangka konstitusional,hubungan keduanya dinamis1. Penduduk
Indonesia mayoritas memeluk agama islam, hal itu tentu saja membuat sebagian masyarakat
muslim indonesia menginginkan hukum islam mendominasi system hukum nasional. Seperti
sejarahnya, tidah pernah putus oleh kewajiban kausa antara agama dan negara. Hukum Islam
yang mengatur orang Islam dan berdasarkan ajaran Islam, mengalami reformulasi atau
pembaharuan hukum untuk menyesuaikan dengan tipologi hukum masyarakat indonesia.
Hukum islam membuka peluang untuk dilakukan pembaharuan hukum, salkan sesuai dengan
prinsip prinsip ajaran islam. Melaluii pembaharuan, menjadikan hukum islam dapat berlaku
di indonesia. Pemberlakuan hukum islam di Indonesia ada 2 yaitu: 2

1. Hukum Islam normatif, yakni pemberlakuan hukum islam yang berdasarkan pranata
keagamaan, meliputi nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Pemberlakuannya
berdasarkan kesadaran umat islam, atau sejauh manakah ketaatannya kepada Allah,
yang masuk dalam kategori ini adalah ibadah kepada Allah.
2. Hukum Islam positif atau yuridis, yakni pemberlakuan hukum islam berdasarkan
aturan yang terdapat dalam perundang-undangan, bersifat memaksa mengandung
perintah, kewajiban dan sanksi apabila dilanggar. Perundang-undangan tersebut
ditetapkan oleh pemerintah untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum
bagi orang Islam, misalnya : UU No.1/1974 tentang Perkawinan, UU Peradilan
Agama, UU Wakaf, UU zakat, UU Jaminan Produk Halal, UU Pelaksanaan Ibadah
Haji, UU Perbankan Syariah.

Hukum Islam menjadi salah satu sistem hukum nasional. Walaupun hukum Islam hanya
berlaku untuk orang Islam, namun pemberlakuan hukum Islam termasuk dalam wawasan
Bhineka Tunggal Ika, yakni pembentukan hukum nasional yang memperhatikan perbedaan
latar belakang sosial budaya dan kebutuhan hukum yang dimiliki oleh kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat, keragaman suku bangsa, budaya dan agama. Munculnya hukum
1
Natalie Goldstein. Global Issues: Religion and the State. (New York: Facts on File. Inc. 2010. P. 6-7)
2
Mardani, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, hal. 2.
Islam, akan memunculkan rasa toleransi antara hukum yang berlaku di Indonesia, yakni
hukum adat dan perdata, karena ketiga merupakan sistem hukum yang berlaku di Indonesia3.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini yaitu, Pertama, apa
pengertian Politik Hukum Islam. Kedua, bagaimana Dinamika Politik Hukum Islam di
Indonesia?

Metode Penelitian

Jenis penilitian ini library research, yakni penelitian yang mengambil data dari
kepustakaan, berupa buku, jurnal, web-side yang berhebungan dengan tema. Data penelitian
yang digunakan adalah data sekunder karena mengambil data dari kepustakaan, Bahan
hukum primer terdiri dari dasar hukum yang digunakan, bahan hukum sekunder terdiri dari
sumber referensi.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Hukum islam adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah dan manusia dengan sesama manusia yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-
Hadist sebagai kitab.Hukum Islam muncul dari hukum yang berasal dari gejala aktifitas
kehidupan masyarakat yang telah berada, dimana hukum tersebut membuka ide pemikiran
untuk berhubungan dengan norma aturan yang berasal dari wahyu Allah yakni Al-Qur’an dan
Al-Hadist sebagai penjelas dan aturan pelaksanaan Al-Qur’an 4. Hukum Islam telah dianut
oleh orang islam di Indonesia, sejak Indonesia berbentuk kerajaan, kemudian beraptasi
dengan ajaran Hindu Budha sampai hukum Islam betul-betul dilaksanakan oleh umat islam,
seraya berdampingan dengan hukum agama yang lain dan hukum adat. Hukum Islam telah
menjadi landasan hukum bagi umat Islam untuk menjalankan aktifitasnya. Di Indonesia,
hukum Islam disebut hukum agama yang dijalankan oleh pemeluknya, dan negara
memberikan perlindungan hukum bagi pemeluk agama untuk beribadah menurut hukum dan
agamanya. Kedudukan hukum Islam secara yuridis, telah dijamin oleh beberapa penjelasan
yang mengatur hubungan antara negara dan agama, yakni;

3
. Daud Ali, Pengembangan Hukum Material Peradilan Agama, Jurnal Mimbar Hukum: Aktualisasi Hukum
Islam, Nomor 17 Tahun V (Nov- Des 1994), UGM, Yogyakarta. hal. 34
4
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-KaidahHukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998,
hal. 18
a. Pada Pembukaan UUD NRI 1945 Alenia ke III, yang menyebutkan bahwa
kemerdekaan yang diraih oleh negara Indonesia, bukan hanya atas perjuangan bangsa
Indonesia, tapi juga atas berkat Rahmat Allah.
b. Pancasila Sila pertama yang menjelaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan ke-
Tuhanan yang Maha Esa.
c. UUD NKRI 1945 Pasal 29 Ayat (1) dan (2), yang menjelaskan bahwa negara telah
memberikan perlindungan bagi umat beragama untuk beribadahdan melaksanakan
ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan masing- masing, termasuk orang Islam
melaksanakan hukum Islam5.

Secara umum pembentukan hukum islam bertujuan merelisir kemashlahatan dan


menolah kemadharatan serta menegakan keadilan di antara manusia. Menurut Abu Ishaq al-
Syatibi,tujuan hukum Islam ada lima, yang disebut dengan istilah Al-Maqashid Al-Syariah,
yakni; memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Selain itu tujuan hukum Islam
juga untuk menegakkan keadilan, kebenaran, menjamin ketertiban dan kedamaian, serta
menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul di masyarakat.

A. Bentuk Pengembangan Hukum Islam


1) Internalisasi
Pertumbuhan hukum islam di Indonesia direalisasikan dalam wujud internalisasi di
masyarakat. Internalisasi merupakan cara menyampaiakan syariat islam dari satu
generasi ke generasi lainnya melewati pengajaran baik formal maupun non formal,
dan melahirkan keyakinan dan atau kesadaran dalam perbuatan mereka. Masyarakat
menginternalisasi nilai-nilai dan keyakinan yang dipegangnya baik secara individu
maupun kelompok melewati penanamannilai, materi, dan kaidah syariat
islam.Internalisasi hukum yang bisa dikatakan sukses dalam masyarakat Indonesia
adalah dalam bidang hukum keluarga, perkawinan dan perwarisan. Kebanyakan
masyarakat muslim Indonesia menuruti aturan hukum islam dalam lembaga
perkawinan. Dalam bidang kewarisan, masyarakat muslim Indonesia menjadikan
kententuan-ketentuan hukum islam sebagai panduan dalam pembagian harta waris.
2) Fenomena Eklektisme
Fenomena eklektisme terlihat dalam pengembangan hukum islam di Indonesia, yaitu
pemilihan antara dua aturan oleh masyarakat muslim, meraka mengalami benturan
5
Siti Zuraida, Perkembangan Hukum Islam di Indonesia Pada Era Modernisasi, Prosiding Seminar Nasional dan
Call For Paper tentang Perkembangan Hukum Islam dan Permasalahan Penegakannya di Indonesia, 19
September 2012, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 180.
antara memilih fiqih atau hukum. Masyakarat muslim Indonesia bepegang kepada dua
system aturan, yaitu fiqh dan hukum. Alhasil, ada masalah mengenai ketaatan
terhadap aturan di masyarakat muslim. Masyarakat muslim Indonesia lebih taat
kepada aturan fiqih dari pada hukum yang dibuat oleh Negara. Masalah eklektisme
atau ras hukum dan hukum islam dilatarbelakangi oleh keberadaan fiqh yang lebih
dulu berkembangan di Indonesia dibandingakn dengen hukum Negara. Akibat dari
fenomena elektime sampai saat ini tercermin dari aspirasi sebagian masyarakat
muslim Indonesia yang menginginkan hukum islam menjadi system hukum yang
mendominasi dalam system hukum nasional6
B. Politik Hukum

Hukum dianggap sebagai tujuan dari politik adalah agar ide-ide hukum seperti
kebebasan,keadilan kepastian,dan sebagainya ditempatkan dalam hukum positif dan
pelaksanaan sebagian atau secara keseluruhan, dari ide hukum itu merupakan tujuan dari
proses politik dan hukum sekaligus merupakan alat dari politik. Politik mempergunakan
hukum positif(peraturan perundangan-undangan) untuk tercapai tujuannya dalam arti
merelisasikan ide-ide hukum tersebut. Politik dapat mengarahkan dan membenruk
kemsyarakatan dimana politik adalah aspek dinamis dan hukum merupakan aspek yang statis.
Politik dan hukum adalah dasar dari politik hukum dengan ketentuan bahwa pelaksanaan
pengembangan politik hukum tidak bisa dipisahkan dengan pelaksanaan pengembangan
politik secara keseluruhan. Atau dapat dikatakan, prinsip dasar yang dipergunakan sebagai
ketentuan pengembangan politik akan juga berlaku bagi pelaksanaan politik hukum yang
diwujudkan melalui peraturan perundang-undangan.

Padmo Wahjono mendefinisikan politik hukum sebagai kebijakan dasar yang


menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan dibentuk. Definisi ini masih
bersifat abstrak dan kemudian dilengkapi dengan sebuah artikelnya yang berjudul Menyelisik
Proses Terbentuknya Perundang-undangan, yang dikatakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan
sesuatu. Dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan hukum,
penerapan hokum, dan penegakannya sendiri Pembentukan, penerapan, dan penagakan
hukum nampaknya diyakini Wahjono sebagai sesuatu penting dan di antara sebab terkemuka
adalah problem legislasi itu sendiri. Rumusan norma hukum yang eksplisit dalam wujud

6
Ija Suntana, (Dari Internalisasi ke Formalisas; Perkembangan Hukum Islam di Indonesia), The Islamic
Quarterly, Vol. 64 No. 1, Op.Cit, hlm.116-120
perundang-undangan tidak jarang malah terkesan kaku dan limitatif, meski dalam
pengimplementasiannya masih terbuka peluang bagi hakim untuk melakukan interpretasi,
mengingat kodifikasi norma hukum apa pun memang tercipta dengan kondisi yang selalu
tidak lengkap. Oleh karena itu, dalam penerapannya untuk kasus-kasus konkrit di pengadilan,
norma atau kaidah hukum itu tidak jarang memunculkan berbagai persoalan yang bermuara
pada sulitnya mewujudkan keadilan substansial (substansial justice) bagi para pencarinya.

C. Dinamika politik hukum islam di Indonesia

Hukum islam telah dipakai di indonesia selama ratusan tahun lamanya. Secara garis
besar periode perkebangan hukum di Indonesia telah mengalami beberapa tingkatan, yaitu
pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara. Saat masa penjajahan eksistensi hukum islam telah
mengalami naik dan turun yang dipengaruhi oleh pemikiran para ilmuan belanda dan atensi
politik yang mengikutinya. Islam hadir pada abad ketujuh masehi, mulai dari awal
kehadirannya seluruh rangkaian hukum Islam telah diterapkan dan diciptakan dalam
kelompok masyarakat Islam dan eksekutif hukum. Secara social-kultural, hukum islam telah
disatukan dan menjadi aturan yang hidup di lingkungan masyarakat. Asimilasi dengan
kebiasaan atau adat telah menciptakan gugusan norma dan tatanan social yang tidak hanya
tertanam kuat di masyarakat tetapi terintegrasi juga secara teologis. Pada periode ini dapat
dinyatakan dengan sangat baik bahwa Islam diakui sepenuhnya, ini berdasarkan Repletion in
Complexu, teori ini dikemukakan oleh Van Ben Berg, hipotesis ini merekomendasikan
bahwa adat istiadat dan hukum (adat) dari kelompok masyarakat adalah reception (kebiasaan)
seluruh agama yang dianut oleh daerah setempat. Pada periode berikutnya, hukum Islam
secara umum belum sepenuhnya diakui, namun ada batasan-batasannya. Pada tahun 1937,
pemerintah Belanda mengalihkan kewenangan pengambilan keputusan pewarisan dari
pengadilan agama ke pengadilan negara. Hukum islam kembali mengalami kemajuan pada
masa orde baru. Melalui pendekatan structural-fungsional Umat islam relative mengalami
kemajuan yang pesat7.

Menurut Halim, dalam konteks politik hukum Islam di Indonesia, teori konstitusi (the
constitution theory) dan teori akomodasi (the accomodation theory) menjadi relevan untuk
diajukan dalam temuan studi ini. Yakni suatu teori yang mengatakan bahwa; “Negara
memiliki kewajiban konstitusional untuk mengakomodasi dan menjadikan hukum Islam
sebagai referensi hukum nasional.” Dengan demikian, maka semua produk perundang-
7
Siti Nur Intihani, Pengaruh Politik dalam Pembentukan Hukum Islam di Indonesia, Vol. 6 No. 2, 2020, hlm.
122-130
undangan yang dilahirkan oleh negara harus sejalan dengan substansi nilai-nilai universal
Islam dan nilai-nilai hukum Islam atau sekurangkurangnya peraturan perundangan-undangan
tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam yang diyakini mayoritas masyarakat dan
bangsa Indonesia.8 Dalam konstruksi terori politik hukum Islam di Indonesia, menurut
pendapatnya bahwa proses akomodasi hukum Islam tidak perlu dikhawatirkan karena proses
itu didorong oleh kekuatan Islam kultural. Selain itu, hukum Islam berada pada tataran
sumber hukum sehingga akomodasinya ke dalam perundang-undangan terlebih dahulu
mengalami pengujian yang ketatagar selalu sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Penutup

Kedudukan atau eksistensi hukum Islam di Indonesia adalah diakui sebagai hukum
yang hidup di masyarakat, dijadikan pedoman untuk ditaati dan dipedomani oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, salah satu sub sistem hukum nasional, dan sebagai hukum yang
menyeimbangkan hukum nasional dengan etika dan moral. Kedudukan hukum Islam di
Indonesia sangat kuat dan layak menjadi bahan pertimbangan dalam pembentukan hukum
nasional, karena membantu pembentukan politik hukum nasional untuk mencapai cita-cita
dan tujuan negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI 1945.

Maka saran yang disampaikan adalah umat Islam harus pandai dan cerdas dalam
mengambil peran pada program dan proses legeslasi nasional. Apabila tidak mungkin secara
formal,dapat memperjuangkan hukum Islam melalui kultural dan struktural dengan
menumbuhkan sikap toleransi. Perjuangan penting dari hukum Islam adalah
mengimplementasikan nilai- nilai substansif ajaran hukum Islam dalam ranah kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Daftar Pustaka
Buku
Natalie Goldstein. Global Issues: Religion and the State. (New York: Facts on File. Inc. 2010.
P. 6-7)
Mardani, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2010, hal. 2.
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-KaidahHukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh), Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 1998, hal. 18
Siti Nur Intihani, Pengaruh Politik dalam Pembentukan Hukum Islam di Indonesia, Vol. 6
No. 2, 2020, hlm.122-130
8
Abdul Halim. Membangun Teori Politik Hukum Islam Di Indonesia. Jurnal Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli
2013. Halaman: 268.
Jurnal
Daud Ali, Pengembangan Hukum Material Peradilan Agama, Jurnal Mimbar Hukum:
Aktualisasi Hukum Islam, Nomor 17 Tahun V (Nov- Des 1994), UGM, Yogyakarta.
hal. 34
Siti Zuraida, Perkembangan Hukum Islam di Indonesia Pada Era Modernisasi, Prosiding
Seminar Nasional dan Call For Paper tentang Perkembangan Hukum Islam dan
Permasalahan Penegakannya di Indonesia, 19 September 2012, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 180.
Abdul Halim. Membangun Teori Politik Hukum Islam Di Indonesia. Jurnal Ahkam: Vol.
XIII, No. 2, Juli 2013. Halaman: 268.
Makalah
Ija Suntana, (Dari Internalisasi ke Formalisas; Perkembangan Hukum Islam di Indonesia),
The Islamic, Quarterly, Vol. 64 No. 1, Op.Cit, hlm.116-120

Internet

Peraturan Perundang-Undangan

Konvensi Internasional

Anda mungkin juga menyukai