Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai bagian terbesar dari penduduk Indonesia, umat Islam
menginginkan hidup dalam naungan hukum yang sesuai dengan nilai-nilai
agama yang dianutnya. Islam sebagai agama yang sempurna tentunya telah
memiliki sistem hukum tersendiri untuk mengatur pemeluknya dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam konteks hubungan sosial maupun
hubungan dengan sang pencipta.
Kenyataannya, keinginan umat Islam tersebut belum terpenuhi
dimana Hukum Nasional yang berlaku bagi penduduk Indonesia sebagian
besar bukan berasal dari Hukum Islam. Hukum Nasional yang ada, sebagian
besar isinya masih mengadopsi nilai-nilai Hukum Barat yang dibawah dan
diterapkan oleh kolonial Belanda selama masa penjajahan.
Atas kondidi tersebut, Umat Islam Indonesia tidak duduk diam saja.
Dalam mewujudkan keinginannya akan hadirnya Hukum Nasional yang
sesuai dengan Hukum Islam, Uimat Islam terus berjuang dengan segala
kemampuan. Hasilnya, sedikit demi sedikit, Hukum Islam berhasil masuk dan
memaikan peran yang lebih besar dalam Pembagunan Hukum Nasional yang
ditandai dengan lahirnya berbagai Undang-Undang yang bernafaskan nilai-
nilai Islam.
Hukum Islam masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya
Islam ke Indonesia, yang menurut sebagian kalangan, telah berlangsung
sejak abad VII atau VIII M. Sementara itu, hukum Barat baru diperkenalkan
oleh VOC pada awal abad XVII M. Sebelum masuknya hukum Islam, rakyat
Indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya, dan
sangat majemuk sifatnya. Pengaruh agama Hindu dan Budha diduga sangat
kuat terhadapnya. Ketiga macam hukum tersebut (Adat, Islam, dan Barat)
kemudian menjadi komponen utama pembentukan hukum nasional pada
masa-masa berikutnya. Ibn Batutah, seorang pengembara dan sejarawan
dari Maroko, menceritakan dalam bukunya bahwa penduduk pulau-pulau
yang dikunjunginya (termasuk pesisir Sumatera) pada umumnya menganut
mazhab Syafi’i. Ia juga mengisahkan pertemuannya dengan Sultan Malik al-
Zahir yang dilukiskannya sebagai seorang raja yang sekaligus ahli fikih.
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi hukum islam dan hukum nasional?
2) Apa kontribusi hukum islam dalam pembangunan hukum nasional?
3) Apa kontribusi hukum islam dalam pembangunan hukum nasional
secara historis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam Dan Hukum Nasional


1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal karena ia
merupakan bagian dari agama Islam yang universal sifatnya berlaku
bagi orang Islam dimanapun ia berada, apapun nasionalitasnya.
Istilah “ Hukum Islam “ merupakan istilah khas Indonesia sebagai
terjemahan al-fiqh al-Islamy atau dalam konteks tertentu al-Syari’ah al-
Islamiy. Istilah ini Dalam literatur Barat terkenal Islamic Law yang
secara harfiah dapat disebut hukum Islam. Dalam penjelasan terhadap
kata Islamic Law sering ditemukan defenisi ; Keseluruhan kitab Allah
yang mengatur kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya. Dari
definisi tersebut terlihat bahwa hukum Islam itu mendekat kepada arti
syari’at Islam. Dalam al-Qur’an maupun al-Sunnah istilah al-hukm al-
Islam tidak dijumpai. Yang digunakan adalah al-Syari’ah yang dalam
penjabarannya kemudian lahir istilah Fiqhi .
Menurut H.Ichtijanto, SA Hukum Islam adalah seperangkat norma
hukum dari Islam sebagai agama, yang berasal dari wahyu Allah dan
Sunnah Rasulnya serta ijtihad ulil-amri. Wahyu Allah yang tercantum
dalam Al-Qur’an memuat hukum Islam yang utama (Syari’ah). Syari’ah
dijelaskan, diberi contoh tauladan dan ditambah lebih rinci oleh utusan
Allah dengan ijtihadnya yang berwujud ‘Sunnah Rasul’ yang tertuang
dalam ‘Hadist’. Fiqhi adalah proses pemahaman terhadap syari’ah yang
tidak terlepas dari situasi dan kondisi pemahaman (pribadi-masyarakat).
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena ia
merupakan bagian dari agama Islam yang universal sifatnya. Hukum
Islam berlaku bagi orang Islam dimanapun ia berada, apapun
Nasionalitasnya.
2. Hukum Nasional
Hukum Nasional adalah hukum yang berlaku bagi bangsa tertentu
bagi bangsa tertentu disuatu Negara nasional,atau dengan kata lain ,
Hukum Nasional adalah Hukum yang berlaku secara Nasional di
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hukum Nasional,
Menurut Daud Ali adalah :hukum yang berlaku disatu bangsa,
disatu negara nasional tertentu. Dalam kasus Indonesia, hukum nasional
adalah hukum yang dibangun oleh bangsa Indonesia, setelah Indonesia
merdeka, dan berlaku bagi penduduk Indonesia, terutama bagi
warganegara Republik Indonesia sebagai pengganti hukum kolonial.
Prof. Daud Ali menyatakan bahwa hukum nasional itu mengarah
kepada satu hukum Nasional akan tetapi hukum Nasional itu harus
mampu mengayomi dan memayungi seluruh Bangsa dan Negara dalam
segala aspek kehidupannya, beliau juga menegaskan bahwa dalam
merencanakan pembangunan Hukum Nasional kita wajib menggunakan
wawasan nasional yang mendukung kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam negara Republik Indonesia.
B. Kontribusi Hukum Islam Dalam Pembangunan Hukum Nasional
Dalam pembentukan hukum perlu diindahkan ketentuan yaitu harus
memenuhi nilai filosofisnya yang berintikan rasa keadilan dan kebenaran,
nilai sosiologis sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat
dan nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundanundangan yang berlaku. Untuk mewujudkan satu hukum nasional
bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa dengan kebudayaan
dan agama yang berbeda,ditambah dengan keaneka ragaman hukum yang
ditinggalkan oleh penjajah, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Pembangunan hukum nasional yang akan berlaku bagi semua warga
negara tampa memandang agama yang dipeluknya . Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang
dialami oleh masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik . Untuk dapat
mencapai suatu sasaran yang diharapkan dari proses pembangunan itu
maka pada umumnya kegiatan pembangunan itu haruslah terencana,
terpadu dan terarah . Menurut Ismail saleh pembangunan hukum nsional
ada tiga dimensi yang pertama dimensi pemeliharaan, kedua dimensi
pembaharuan, ketiga dimensi penyempurnaan . Sejalan dengan itu orang
pun banyak berpendapat bahwa masa kini adalah hasil kumulatif serta
kesinambungan dari masa yang telah lalu dan masa depan akan lebih
banyak ditentukan oleh corak dan langkah maupun upaya bersama suatu
bangsa pada masa kini melalui suatu perubahan sosial dan budaya yang
direncanakan demi pelaksanaan pembangunan.
Oleh karena itu , dalam pembangunan hukum nasional dinegara yang
mayoritas penduduknya yang beragama Islam , unsur agama ini harus
benar-benar diperhatikan .Pembangunan hukum nampaknya sudah
merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan terutama di negara -
negara yang sedang berkembang . Hal itu disebabkan karena kemerdekaan
dan pembangunan telah mendorong negara tersebut untuk mengadakan
penataan kembali tatanan masyarakat mereka , baik dibidang politik,
ekonomi maupun dibidang sosial. Proses untuk mengubah tata masyarakat
mereka yang sibuk dengan pembangunan telah memaksa mereka agar
segera mampu melaksanakan pembangunan dibidang hukum.
Pada dasarnya pembangunan dalam bidang hukum ini meliputi
usaha-usaha untuk mengadakan pembaharuan pada sifat dan isi dari
ketentuan hukum yang berlaku dan usaha yang diarahkan bagi
pembentukan hukum yang baru sebagai cara untuk melaksanakan
perubahan sosial yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat.
Kedudukan hukum Islam secara khusus ada dua yaitu bidang ibadah
dan bidang muamalah, pengeturan hukum yang bertalian dengan didang
ibadah bersifat rinci, sedang pengaturan mengenai muamalah atau
mengenai segala aspek kehidupan masyarakat tidak bersifat rinci. Maka jalan
terbaik yang dapat ditempuh ialah mengusahakan secara ilmiah adanya
transformasi norma-norma hukum Islam kedalam hukum Nasional.
C. Kontribusi Hukum Islam Dalam Pembangunan Hukum Nasional
Secara Historis
Dalam sejarah panjang perkembangan dan keberadaan Indonesia
baik sebagai komunitas maupun sebagai negara, hukum sebagai tatanan
yang tumbuh dalam masyarakat turut mendapingi proses historis bangsa
Indonesia dengan melewati berbagai proses pertumbuhan mulai dari awal
kedatangan Islam sampai sekarang ini , hukum Islam menjadi faktor penting
dalam menentukan dalam setiap pertimbangan politik untuk mengambil
kebijaksanaan penyelenggaraan negara .
Perkembangan Hukum diera reformasi ini khususnya di Indonesia ,
sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai legitimasi dalam berusaha dan
bertindak. Sementara pengembangan secara kelembagaan dibutuhkan untuk
memperkokoh kedudukan hukum itu sendiri dalam kaitannya dalam
pengembangan hukum Naional .
Berbicara menyangkut Kontribusi Hukum Islam dalam pembangunan
Hukum Nasional ( Tinjauan prespektif dan Prospektif ) untuk memberikan
landasan yang jelas tentang pembahasan materi diatas , ada baiknya kita
kembali sejenak melihat sejarah perkembangan berlakunya hukum Islam di
Indonesia.
Sejarah berlakunya hukum Islam di Indonesia dapat dilihat dari dua
priode, yaitu :
1. Periode penerimaan hukum Islam sepenuhnya.
2. Periode penerimaan Hukum Islam oleh Hukum adat. Periode penerimaan
Hukum Islam sepenuhnya disebut juga teori Receptio in complexu, dan
periode penerimaan Hukum Islam oleh Hukum Adat disebut teori
Receptie.
Teori Receptio in complexu adalah suatu periode dimana Hukum
Islam diberlakukan sepenuhnya bagi orang Islam sebab mereka telah
memeluk agama Islam. Sejak adanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
pemerintah kolonial memberlakukan hukum Islam bagi umat Islam,
Khususnya Hukum Perkawinan dan Hukum Waris yang kemudian disebut
dengan hukum kekeluargaan. Untuk menjamin pelaksanaan Hukum tersebut
oleh Belanda di keluarkan peraturan Resolutie der Indische Regeering
tanggal 25 Mei 760 yang kemudian dikenal dengan Compendium - Freijer.
Dalam Regeerings- reglement ( RR ) tahun 1885 , pasal 75 dinyatakan
bahwa oleh Hakim Indonesia itu hendaklah diberlakukan undang-undang
Agama ( Godsdienstige Wetten )
Sedangkan periode penerimaan Hukum Islam oleh Hukum Adat
dipahami bahwa Hukum Islam baru berlaku bila dikehendaki atau diterima
oleh hukum Adat. Dalam Indische Starsregeling ( IS ) yang diundangkan
dalam Stbl. 1929. 212 , bahwa Hukum Islam di cabut dari tata Hukum Hindia
Belanda. Pasal 134 ayat ( 2) IS tahun 1929 itu berbunyi :
Dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang Islam akan
diselesaikan oleh Hakim Agama Islam apabila Hukum Adat mereka
menghendakinya dan sejauh itu tidak ditentukan lain dengan suatu
ordonansi. Selanjutnya pada thn 1937, pemerintah Hindia Belanda
mengemukakan gagasan bahwa wewenang pengadilan Agama yang
mengadili masalah kewarisan sejak tahun 1882 dialihkan menjadi wewenang
pengadilan Negri. Dengan Stbl 177 : 116 dicabutnya wewenang pengadilan
Agama dengan alasan bahwa Hukum Waris belum diterima sepenuhnya oleh
hukum adat.
Pada zaman Kemerdekaan , Hukum Islampun melewati dua periode.
Periode pertama adalah periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber
persuasif dan kedua , periode Hukum Islam sebagai sumber autoritatif.
Sumber persuasif dalam konteks Hukum konstitusi ialah sumber Hukum
yang baru di terima orang apabilah diyakini . Dalam konteks Hukum Islam,
piagam jakarta sebagai salah satu hasil sidang BPUPKI merupakan sumber
persuasif. Sumber Hukum Islam baru menjadi sumber autoritatif ( sumber
hukum yang telah mempunyai kekuatan Hukum ) dalam ketatanegaraan
ketika Dekrit Presiden 5 Juli yang mengakui bahwa jakarta menjiwai UUD
1945.
Dalam pemerintahan Orde Baru. Politik Hukum Negara RI baru-
barulah diberlakukan dan dibuktikan dengan diundangkan UU No.1 tahun
1974 tentang perkawinan. Dari pasal 2 UUtersebut ditulis bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya.
Sementara dalam pasal 63 dinyatakan bahwa yang dimaksud Pengadilan
dalam Undang-Undang tersebut adalah pengadilan agama bagi mereka
yang beragama Islam. Setelah Undang-Undang No. 1974 ini kemudian
diundangkan lagi undang-undang peradilan Agama No.7/1989 yang
sekaligus mengokohkan kedudukan lembaga peradilan agama di Indonesia.
Sekarang ini adalah saat yang tepat untuk mengkaji ulang masalah-
masalah yang menyangkut nasib bangsa termasuk ummat Islam. Dalam hal
ini menyangku masalah kontribusi hukum Islam terhadap hukum Nasional .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembinaan hukum meliputi pemberi pelayanan dan penegak hukum,
pembinaan administrasi atau manajemen pengelolaan pembentukan,
pelayanan, dan penegakan hukum, termasuk hal-hal tersebut diperlukan
perencaan komprehensif pembinaan atau pembangunan hukum nasional.
Hanya dengan cara demikian, hukum akan mempengaruhi tatanan
masyarakat menuju masyarakat Indonesia baru dan modern.
Tiga faktor yang menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran
besar dalam kehidupan bangsa.
Pertama, hukum Islam telah turut serta menciptakan tata nilai yang
mengatur kehidupan umat Islam, minimal menetapkan apa yang harus
dianggap baik dan buruk; apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenaan,
dan larangan agama.
Kedua, banyak putusan hukum dan yurisprudensial dari hukum Islam
telah diserap menjadi hukum positif yang berlaku.
Ketiga, adanya golongan yang masih memiliki aspirasi teokratis di
kalangan umat Islam dari berbagai negeri sehingga penerapan hukum Islam
secara penuh masih menjadi slogan perjuangan yang masih mempunyai
daya tarik cukup besar.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/kontribusi-hukum-islam-dalam.html
https://duscikceolah.wordpress.com/2010/11/19/peranan-hukum-islam-dalam-
pembangunan-hukum-nasional/

Anda mungkin juga menyukai