Anda di halaman 1dari 17

INFLASI DAN PENGANGGURAN

DOSEN PENGAMPU : ULFIYANI ASDIANSYURI, SE.,ME

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. BAIQ PUTRI APRILIA RAHMAWATI ( 222407A )
2. IMAM MULIADIN ( 222406A )

JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA TIGA (D3)


JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yag atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada aktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah ” INFLASI DAN
PENGANGGURAN“.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen mata kuliah
Pengantar Manajement yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh
karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan kelompok saya pada khususnya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. INFLASI..............................................................................................................................................5
A. Pengertian Inflasi.............................................................................................................................5
B. Jenis Jenis Inflasi.............................................................................................................................5
C. Metode Pengukuran Inflasi..............................................................................................................6
D. Definisi Inflasi Merayap Dan Hiperinflasi.......................................................................................7
E. Dampak dari Inflasi.........................................................................................................................7
F. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi................................................................................................8
G. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat..........................................................................................8
H. Cara Mencegah Inflasi.................................................................................................................8
B. PENGANGGURAN..........................................................................................................................10
A. Pengertian Pengangguran..............................................................................................................10
B. Jenis Jenis Pengangguran...............................................................................................................10
C. Akibat Pengangguran.....................................................................................................................11
D. HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN....................................................12
TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH..........................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................15
B. SARAN.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita melihat
bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan
upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses
pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar
yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran
secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat
menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan
perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran
pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan perekonomian
ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih
tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan
kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).

B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:
1. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
2. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi, deflasi
dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan
dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat
bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap
berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat
(https://www.academia.edu). Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga
secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan
besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu
berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan
daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada
tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah
karena ia adalah sukar untuk 5 dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar
tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai
akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari
pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi
masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan
agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.

B. Jenis Jenis Inflasi

I. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu sebagai berikut:
1. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun
2. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini biasanya
ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini
biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
3. Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun. Dalam kondisi
ini harga-harga secara umum naik.
4. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastic
hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan
uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

II. Menurut sebabnya

5
1. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di
satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak
sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-
menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

2. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi
(naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang
negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi,
maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik
menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.

III. Berdasarkan Asalnya


Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan
belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan
sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara-negara yang menjadi
mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga
dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor
barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

C. Metode Pengukuran Inflasi


Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa
indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli
sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material),
bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
C) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini
mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih
banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

6
D. Definisi Inflasi Merayap Dan Hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada
inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.
Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai
inflasi merayap .
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga
menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun
1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti
tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara
tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada
tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga
10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate
inflation.

E. Dampak dari Inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan
tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara
inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau
inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi
adalah sebagai berikut :
DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian
tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara
yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam
kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana
berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah
yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin
mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan
kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin
dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh.

7
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan
kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

F. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi


Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga
menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor
menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan.
Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan
dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

G. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat


Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat (https://www.academia.edu):
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya
kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan menurunkan upah rill individu
– individu yang berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi – istitusi
keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah),
bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan
pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.

H. Cara Mencegah Inflasi


a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur
uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang
beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan
jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah
uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ;
(2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan
Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi cadangan
minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju
inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara
langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan

8
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan.
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya
dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun
upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

9
B. PENGANGGURAN
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang tidak aktif mencari pekerjaan (https://www.academia.edu). Kategori orang yang menganggur
biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja
biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anakanak (relatif di atas 6 – 18 tahun,
yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan
hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada.
Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean
Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran menciptakan
permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan
bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa
apabila produsen menghasilkan barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi
masyarakat. Pada saat yang sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih
baik menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal
dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak
satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar
persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak
mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan dana.
Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan semakin meningkatnya
tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur
umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai,
keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok
dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.

B. Jenis Jenis Pengangguran


Bedasarkan penyebab terjadinya (Yanuar, 2016):
 Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak
mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
 Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi.
 Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak
ekonomi dalam jangka panjang.
 Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek
yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
 Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi
sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi
tenaga mesin.

10
 Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena
terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya (https://www.academia.edu):
 Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan
yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu
jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur
secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
 Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah pekerja
dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat
menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam
pengangguran tersembunyi. Contoh – contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari yang
diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang
sangat kecil.
 Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada
musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu,
pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai.
Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka
mereka terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
 Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota
adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh
pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh
lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu
hingga empat jam sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini
digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed dan jenis
penganggurannya dinamakan underemplayment.

C. Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia (https://www.academia.edu):
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi masyarakat :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.
2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak kriminalitas.

11
D. HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana diketahui
bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi,
tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses
produksi (membuat rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para pengangguran akan
banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi
juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga
kerja baru sampai pada tingkat full employment. Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak
memberikan dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan
investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku
impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan menjadi
inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.
Prof. A. W Phillips dari London School of Economic (tahun 1958), Inggris meneliti data dari
berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat
ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam
arti apabila inflasi naik, maka pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran
naik.
Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung turun bila
pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan
penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran relatif rendah,
karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat
keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu,
pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai
dengan lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan
permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya kelebihan
permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat
upah akan semakin besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan
antara kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah
tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi.
Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila
pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa
bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga yang
berlaku.

Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi yang dijelaskan di
atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan
kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual dengan
harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan
sebaliknya).

12
TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Tujuan Bersifat Ekonomi (https://www.academia.edu)

Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang


bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama yaitu untuk menyediakan lowongan
pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan
pembagian pendapatan.

 Menyediakan Lowongan Pekerjaan

Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang
selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Maka, untuk
menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup
perlu disediakan dari tahun ke tahun. Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah
serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu
kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang
seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.

 Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat

Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan pendapatn nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan
pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang
diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkuran bukan saja
menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini
kemakmuran masyarakat akan bertambah.

 Memperbaiki Pembagian

Pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada
kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka
semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan.
Seterusnya penganggran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan 20 upah
golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah
akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan
kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam
masyarakat.

Tujuan Bersifat Sosial dan Politik (https://academia.edu)

Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang
bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah ekonomi
tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin
diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.

 Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga

13
Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila kebanyakan
anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama,
keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan. Maka secara
lansung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga. Seterusnya, pengangguran mengurangi
kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah
angat berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa
rendah diri, khilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang
ditimbulakan oleh pengangguran.

 Menghindari Masalah Kejahatan

Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di
lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu
apabila tidak ada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan kejahatan.
Terdapat perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin tinggi
pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara
tak langsung menyebabkan pengurangan dalm kejahatan.

 Mewujudkan Kestabilan Politik

Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk menaikkan taraf
kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kstabilan politik tidak mungkin suatu
negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus – menerus. Pengangguran merupakan salah
satu sumber / penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak
merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup
untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat seringkali
melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke atas pemimpin – pemimpin pemerintah. Hal – hal
seperti itu akan menimbulkan halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan
ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1) Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya,
atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.

2) Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin meningkatnya nilai
uang.

3) Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini merupakan akibat
dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.

4) Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran
semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat
pula kenaikan tingkat upah. Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan
inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi.

Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan
pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan
ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut
dan bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah.

Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama adalah dengan
melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya.
Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran normal/friksional,
pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi.

Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka,


pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.

Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk 24 mengatasi


pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi
ekonomi tujuan mengatasi pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

B. SARAN

Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di Indonesia yaitu
dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja. Dalam menghadapi kemiskinan di
zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi
membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan
kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah
standar global.

15
16
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins.Penerbit Erlangga :
1997.

Manullang.Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.

Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000.

Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2011.

Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 1993.

Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.

https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMG

17

Anda mungkin juga menyukai