Anda di halaman 1dari 21

INFLASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


"MAKRO EKONOMI ISLAM"
Dosen Pengampu : Ririn Tri Puspita Ningrum, MSI

Disusun oleh:

Muhammad iftahun nashihin 20401143


Aulya Nurfadillah 20401187
Oktika Qurrata A’yun 20401132

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI TAHUN
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “MAKRO EKONOMI ISLAM” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
ibu Ririn Tri Puspita Ningrum, MSI pada mata MAKRO EKONOMI ISLAM. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan semoga bermanfaat bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ririn Tri Puspita Ningrum, MSI selaku dosen
mata kuliah MAKRO EKONOMI ISLAM yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dan mohon maaf, bila makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 11 Oktober 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
Pendahuluan .......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
Pembahasan ........................................................................................................................................... 3
A. Pengertian, penyebab, macam, dan Indikator Inflasi ............................................................... 3
B. Cara Perhitungan tingkat Inflasi .............................................................................................. 7
C. Dampak Inflasi ......................................................................................................................... 11
D. Inflationary Gap dan Deflatianory Gap .................................................................................. 12
E. Cara mengatasi Inflasi ............................................................................................................. 14
BAB III ................................................................................................................................................ 17
Penutup ................................................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka..................................................................................................................................... 18

iii
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas
terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.
Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap
asset finansial domestik semakin rendah ( bahkan seringkali negatif ). Kedua, dapat
menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit dalam
transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi
dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari
konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang
tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang
tinggi akan dapat mennyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu
tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.
Inflasi juga merupakan masalah yang dihadapi setiap perekonomian. Sampai
dimana buruknya masalah ini berbeda di antara satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda
pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi yaitu presentasi kenaikan harga – harga
dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat
berkembang inflasi yang rendah tingkatannya yang dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi
yang kurang dari sepuluh persen setahun. Seringkali inflasi yang lebih serius atau berat,
yaitu inflasi yang tingkatnya mencapai diatas seratus persen setahun. Pada waktu
peperangan atau ketidak setabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
yang kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi.
Inflasi adalah keadaan yang sangat menakutkan terutama bagi negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, karena dampak inflasi yang begitu luas terhadap
perekonomian. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak bisa
berperan sendiri dalam menjaga laju inflasi agar tetap stabil dan memerlukan peran dan
kerjasama dari pihak lain seperti dari pihak swasta, warga masyarakat dan pihak yang tekait
lainnya,baik secara langsung maupun tidak langsung.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, penyebab, macam, dan indicator Inflasi ?
2. Bagaimana cara perhitungan tingkat Inflasi ?
3. Apa saja dampak dari terjadinya Inflasi ?
4. Apa pengertian dari Inflatonary Gap dan Deflationary Gap ?
5. Bagaimana cara mengatasi Inflasi ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui pengertian, penyebab, macam, dan indicator Inflasi
2. Agar mengetahui cara perhitungan tingkat Inflasi
3. Agar mengetahui dampak dari terjadinya Inflasi
4. Agar mengetahui pengertian dari Inflatonary Gap dan Deflationary Gap
5. Agar mengetahui cara mengatasi Inflasi

2
BAB II

Pembahasan
A. Pengertian, penyebab, macam, dan Indikator Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga - harga barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu.
Dari pengertian tersebut dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika:
a. Terjadi kenaikan harga
Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu kenaikan harga bila
dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.
b. Bersifat umum
Kenaikan harga pada suatu komoditas tertentu menyebabkan harga-harga secara
umum naik. Misalkan BBM, setiap terjadi kenaikan harga BBM maka harga-harga
komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis sebab
memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan kenaikan harga pada komoditas
lain.
c. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang besifat umum juga belum memunculkan inflasi jika hanya
terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga hari ini dibandingkan hari
sebelumnya, namun keesokan hari sudah kembali turun. 1
2. Penyebab Inflasi
Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan
harga – harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation), Yaitu inflasi yang terjadi karena
terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas. Inflasi ini biasanya terjadi
pada masa perekonomian yang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi

1
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikroekonomi & Makroekonomi, Cet III
(Jakarta: LPFE-UI, 2008), 359

3
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi selanjutnya menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi, karena terlalu banyak
uang yang beredar. Seperti bunyi hukum permintaan, bahwa apabila jumlah
permintaan meningkat , sementara di sisi lain penawaran tetap maka akan terjadi
kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.
b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation), Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi 1997, ketika banyak industri di
Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga
ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap
kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi adalah
kenaikan harga kepada konsumen.
c. Inflasi diimpor (imported inflation), Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya
inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan
pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku
bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga
bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan
harga pula di dalam negeri. 2
3. Macam-macam Inflasi
Berbagai macam bentuk inflasi, diantaranya:
a. Inflasi berdasarkan Tingkat Keparahannya
Menurut Boediono (1985), inflasi ini terbagi atas empat jenis yaitu: inflasi ringan,
inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat. Inflasi ringan tidak begitu
mengganggu keadaan perekonomian karena harga-harganya hanya mengalami
kenaikan secara umum. Inflasi ini nilainya dibawah 10% per tahun. Sementara
inflasi sedang membahayakan kegiatan perekonomian karena inflasi ini dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi ini
berkisar antara 10%-30% pertahun. Untuk inflasi berat sendiri dapat mengacaukan

2
Yianis P. Venieris And Frederick D. Sebold, “Macroeconomics Models and Policy”, dalam Makro Ekonomi:
teori, masalah, dan kebijakan, ed. Muanga Nanga (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 237

4
kondisi perekonomian karena masyarakat tidak ingin menabung lagi di bank
dikarenakan bunga bank jauh lebih kecil daripada laju inflasi. Inflasi ini berkisar
antara 30%-100% pertahun. Sedangkan inflasi sangat berat adalah inflasi yang
sudah sangat sulit dikendalikan dikarenakan inflasi ini berkisar 100% pertahun.
b. Inflasi berdasarkan Sifatnya
Menurut Nopirin (1987), inflasi berdasarkan sifatnya terbagi 3 kategori, yakni:
inflasi merayap (creeping inflation), inflasi menengah (galloping inflation), serta
inflasi tinggi (hyper inflation). Inflasi merayap ditandai dengan adanya laju inflasi
yang rendah dimana kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang
relatif kecil serta dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan inflasi menengah
ditandai dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi dan kadang-kadang
berjalan dalam jangka pendek dan memiliki sifat akselerasi. Artinya hargaharga
minggu/bulan ini lebih tinggi daripada harga-harga minggu/bulan lalu dan
seterusnya. Efek yang dirasakan yaitu keadaan perekonomian menjadi berat.
Sementara inflasi tinggi adalah inflasi yang sangat parah. Inflasi ini membuat
masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uangnya. Perputaran uang terjadi secara
cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul karena
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya saat keadaan perang)
yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
c. Inflasi berdasarkan Asalnya
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri seperti ketika terjadi defisit anggaran
belanja yang terjadi secara terus menerus, gagal panen dan sebagainya. Dalam
keadaan seperti ini, pemerintah akan menginstruksi kepada Bank Indonesia
untuk mencetak uang baru dalam jumlah yang besar untuk memenuhi
kebutuhan pemerintahan.
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi ini timbul
karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga
barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya dialami oleh negara-negara
yang sedang berkembang dan notabane-nya sebagian besar usaha produksinya

5
menggunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena adanya
perdagangan internasional. 3
4. Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator makro ekonomi yang digunakan untuk mengetahui laju
inflasi selama suatu periode tertentu, yaitu: 4
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat
harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu.
Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang
dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang
dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan keutamaanya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Perhitungan inflasi di
Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas
pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar terutama provinsi-provinsi di
Indonesia. Adapun rumus perhitungan IHK adalah sebagai berikut:
Inflasi = (IHK-IHK-1) x100%
IHK-1
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)menunjukkan tingkat harga yang diterima
produsen pada berbagai tingkat produksi. Adapun rumus perhitungan IHPB adalah
sebagai berikut:
Inflasi = (IHPB-IHPB-1) x100%
IHPB-1
c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Perhitungan IHK dan IHPB hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus
jenis barang dan jasa dan di beberapa puluh kota saja. Padahal kenyataannya jenis

3
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 333.
4
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam : Konsep, Teori, dan Analisis (Bandung: ALFABETA, 2010),
94-96.

6
barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian
dapat mencapai ribuan, puluhan ribuan bahkan mungkin ratusan ribu jenis.
Kegiatan ekonomi terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh
pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili
keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
disingkat IHI. Adapun rumus perhitungan IHI adalah sebagai berikut:5
Inflasi : (IHI-IHI-1) x100%
IHI-1

B. Cara Perhitungan tingkat Inflasi


Memahami inflasi adalah kemerosotan nilai uang. Cara menghitung inflasi dan
contohnya adalah sebagai berikut:
Rumus: Laju Inflasi (LI) = (IHK bulan ini - IHK bulan sebelumnya) / (IHK bulan
sebelumnya x 100 persen)
Cara menghitung inflasi untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus
diketahui indek harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari
kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka
waktu tertentu. untuk menghitung IHK digunakan rumus :

Harga sekarang

IHK = ----------------------- x 100%

Harga pada tahun dasar

Contoh menghitung IHK :

Harga jenis barang tertentu pada tahun 2019 Rp. 50.000 dan harga pada tahun dasar Rp.
40.000, maka IHK tahun 2019 adalah...

5
Ibid.94-56

7
50.000

IHK = ---------- x 100% = 125%


40.000

Rumus untuk menghitung Laju inflasi adalah :

Laju Inflasi = IHK Periode n - IHK tahun sebelumnya

Contoh soal :

IHK bulan Agustus 2019 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2019 sebesar
125,30, maka laju inflasi bulan september adalah..?

Jawab :

Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%.


Ada berbagai cara untuk menghitung inflasi, yaitu sebagai berikut :
1. Cara menghitung inflasi dengan IHK adalah nilai yang digunakan untuk menghitung
perubahan harga rata-rata terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tangga. Cara menghitung inflasi tidak hanya dengan IHK (Indeks Harga Konsumen),
melainkan bisa pula dihitung dengan GNP (Produk Nasional Bruto) atau PDB (Produk
Domestik Bruto) deflator. Kemudian memahami cara menghitung inflasi dengan GNP
atau PDB deflator didapat dengan membandingkan GNP atau PDB yang diukur
berdasarkan harga berlaku (GNP atau PNB nominal) terhadap GNP atau PDB harga
konstan (GNP atau PNB riil).
Contoh cara menghitung inflasi: Di sebuah negara diketahui nilai IHK per Februari
pada tahun 2021 adalah 120. Sementara itu, pada Januari tahun 2022, Diketahui bahwa
nilai IHK-nya adalah 140. Maka, berapakah nilai inflasi tahunan pada negara tersebut?
Contoh cara menghitung inflasi tahunan tersebut adalah sebagai berikut:
Laju Inflasi = [(140 - 120) : (110)] x 100%
Laju Inflasi = [(20) : (120)] x 100%
Laju Inflasi = 0,16 x 100%
Laju Inflasi = 16%

8
Contoh cara menghitung inflasi: Berdasarkan data BPS, indeks harga konsumen bulan
Februari 2022 sebesar 140,65. Sementara itu, indeks harga konsumen bulan Maret 2022
sebesar 185,50. Berapa laju inflasi bulan Maret 2022?
Contoh cara menghitung inflasi tahunan tersebut adalah sebagai berikut:
Laju Inflasi (LI) = (IHK bulan ini - IHK bulan sebelumnya) / (IHK bulan sebelumnya
x 100%
Laju Inflasi (LI) = (185,50 - 140,65) / (140,65) x 100%
Laju Inflasi (LI) = 0.3188 x 100%
Laju Inflasi (LI) = 31.88%.
2. Cara Menghitung Tingkat Inflasi untuk Jangka Waktu Tertentu
Indeks harga konsumen, yang mengukur variasi harga barang dan jasa eceran,
digunakan untuk membantu menghitung tingkat inflasi. Tingkat inflasi merupakan
kenaikan atau penurunan harga produk yang dibeli konsumen selama periode waktu
tertentu. Selain IHK, Anda juga dapat menggunakan catatan harga historis. Langkah-
langkah berikut dapat diterapkan untuk menghitung tingkat inflasi untuk periode waktu
tertentu atau yang dipilih.
a. Kumpulkan informasi
Tentukan barang yang akan Anda evaluasi dan kumpulkan informasi
tentang harga selama periode waktu tertentu. Anda bisa mendapatkan informasi ini
dari Biro Statistik atau melakukan riset sendiri. Perlu diingat bahwa IHK adalah
rata-rata harga barang atau jasa selama periode waktu tertentu. Angka tersebut
mewakili rata-rata.
b. Lengkapi bagan dengan informasi IHK
Masukkan informasi yang Anda kumpulkan ke dalam bagan yang mudah
dibaca. Karena rata-rata diambil setiap bulan dan setiap tahun, bagan Anda
mungkin mencerminkan informasi tersebut. Anda juga dapat menggunakan grafik
dan kalkulator yang tersedia melalui Biro Statistik Tenaga Kerja.
c. Tentukan periode waktunya
Putuskan seberapa jauh Anda akan menghitung, atau seberapa jauh ke masa
depan. Anda juga dapat menghitung informasi dalam jumlah bulan, tahun, atau
dekade tertentu. Anda mungkin ingin mencoba menentukan tingkat inflasi saat

9
Anda pensiun untuk menghitung berapa banyak yang ingin Anda hemat.
Sebaliknya, Anda mungkin ingin melihat tingkat inflasi sejak Anda lulus, atau
selama sepuluh tahun terakhir.
d. Cari IHK untuk tanggal yang lebih awal
Pada bagan data Anda, atau bagan dari BLS, temukan IHK untuk barang
atau jasa yang Anda analisis untuk titik awal Anda. Angka ini diwakili dalam rumus
dengan huruf A.
e. Identifikasi IHK untuk kemudian hari
Selanjutnya, dengan fokus pada barang atau jasa yang sama, cari IHK untuk
tanggal yang akan datang, seringkali tahun atau bulan berjalan. Angka ini diwakili
dalam rumus dengan huruf B.
f. Gunakan rumus tingkat inflasi
Kurangi IHK tanggal yang lalu dari IHK tanggal saat ini dan bagi jawaban
Anda dengan IHK tanggal yang lalu. Kalikan hasilnya dengan 100. Jawaban Anda
adalah tingkat inflasi sebagai persentase.
3. Cara Menghitung Tingkat Inflasi Jika Lebih Dari 100 Persen : Tingkat inflasi
menunjukkan kenaikan harga. Ketika tingkat inflasi rata-rata mencapai 100, itu berarti
harga barang atau jasa yang dianalisis naik dua kali lipat. Ketika naik di atas 100, harga
naik lebih dari dua kali lipat. Untuk membantu menjaga informasi tetap jelas, ketika
tarif meningkat lebih dari 100, biro statistik biasanya memilih tahun dasar baru.
Namun, ketika indeks IHK di atas 100, kurangi 100 untuk menentukan berapa banyak
harga yang meningkat dalam periode waktu tersebut. Ingat bahwa data mencerminkan
kenaikan di atas harga awal.
Contoh :
Jika satu liter susu berharga 5.000 pada tahun 2004 dan 5.600 pada tahun 2014, kita
dapat menggunakan angka-angka ini sebagai informasi IHK untuk menggunakan
formula tingkat inflasi. 5.600 dikurangi 5.000 sama dengan 500. Bagi 600 dengan 5000.
Hasilnya adalah 0,12. Kalikan dengan 100. Tingkat inflasi satu liter susu antara tahun
2004 dan 2014 adalah 12%.6

6
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/cara-menghitung-tingkat-inflasi/ . Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022

10
C. Dampak Inflasi
Menurut Prathama Rahardja dan Manurung inflasi memiliki beberapa dampak buruk
terhadap individu dan masyarakat yaitu:
a. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah semakin
rendah, apalagi bagi orang-orang yang berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak
secepat kenaikan harga- harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap
individu yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipil ataupun karyawan.
b. Memperburuk distribusi pendapatan
Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil
dari pendapatannya dan pemilik karyawan dalam bentuk uang akan mengalami
penurunan juga. Akan tetapi, bagi pemilik kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan
dapat mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaannnya. Sehingga inflasi
akan menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan
tetap dengan pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata.
c. Terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan
merusak perkiraan (ekspetasi)atas kondisi di masa depan para pelaku ekonomi.
Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara,
karena akan memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat.

Adapun menurut ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan


(nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari beban inflasi
tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata
lain “self feeding inflation”.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
(turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana
pembiayaan yang akan disalurkan.

11
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk barang-
barang non-primer dan barang-barang mewah (marginal propensity to consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding) seperti aset properti yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial,
perdagangan, transportasi, dan lainnya. 7

D. Inflationary Gap dan Deflatianory Gap


Inflationary gap dan deflationary gap adalah istilah asing untuk penyebutan
kesenjangan inflasi serta kesenjangan deflasi.
1. Pengertian Kesenjangan Inflasi (Inflationary Gap)
Kesenjangan inflasi adalah salah satu konsep ekonomi makro untuk mengukur
perbedaan antara tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini dengan PDB yang
akan ada seandainya perekonomian beroperasi pada kesempatan kerja penuh. Konsep
kesenjangan inflasi diperkenalkan oleh John Maynard Keynes guna membantu
identifikasi posisi ekonomi dalam siklus bisnis.
Pada dasarnya, terdapat dua variabel umum dalam kesenjangan inflasi, yaitu
pengangguran dan PDB. Salah satu indikator terjadinya kesenjangan inflasi adalah
ketika jumlah permintaan barang dan jasa melebihi jumlah produksi. Oleh sebab itu,
nilai PDB riil bisa melebihi PDB potensial yang pada akhirnya mengakibatkan
kesenjangan inflasi. Pemerintah bisa memanfaatkan kebijakan fiskal untuk
mengurangi kesenjangan inflasi, contohnya dengan mengurangi jumlah uang
beredar dalam perekonomian. Caranya dengan menaikkan pajak, mengurangi
pengeluaran pemerintah, hingga menerbitkan obligasi dan surat berharga.
Rumus Kesenjangan Inflasi (Inflationary Gap), Untuk mengetahui apakah suatu
negara sedang mengalami kesenjangan inflasi atau tidak, maka kamu perlu mengetahui
nilai S atau yang sering disebut sebagai fungsi tabungan. Fungsi ini menggambarkan
hubungan antara tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional suatu
perekonomian. Rumus kesenjangan inflasi adalah sebagai berikut.
S=Y–C

7
Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi., 371-372

12
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
Dalam hal ini, sebuah negara bisa dikatakan mengalami kesenjangan inflasi apabila
nilai S [tabungan] yang diperoleh lebih kecil dari nilai I (pengeluaran atau biaya
investasi). Contoh Cara Menghitung Kesenjangan Inflasi (Inflationary Gap).
Diketahui tingkat perekonomian suatu negara dengan biaya investasi [I] = 1.000, fungsi
konsumsi = 500 + 0,75Y, dan kapasitas produksi [Y] senilai 4.000. Apakah negara
tersebut sedang mengalami kesenjangan deflasi atau inflasi?
Dengan menggunakan rumus sebelumnya,
S=Y–C
S = Y – [500 + 0,75Y]
S = 4.000 – [500 + 0,75 [4.000]]
S = 500
Karena nilai I > S, maka perekonomian sedang berada dalam keadaan kesenjangan
inflasi atau inflationary gap senilai 500 satuan.

2. Pengertian Kesenjangan Deflasi (Deflationary Gap)


Kesenjangan deflasi sering juga disebut deflationary gap atau recessionary
gap. Kesenjangan deflasi adalah istilah dalam ekonomi makro yang digunakan saat
nilai PDB riil lebih rendah dibandingkan PDB potensial. Kesenjangan deflasi
menyebabkan harga turun dalam jangka panjang karena permintaan barang dan jasa
menurun akibat meningkatnya pengangguran. Itulah sebabnya mengapa kesenjangan
ini seringkali terlihat saat penurunan ekonomi dan dikaitkan dengan angka
pengangguran yang lebih tinggi. Pemerintah bisa menangani kesenjangan deflasi
dengan menerapkan kebijakan stabilisasi. Selain itu, otoritas moneter juga bisa
meningkatkan jumlah uang yang beredar dengan cara menurunkan suku bunga dan
meningkatkan pengeluaran pemerintah.

13
Rumus Kesenjangan Deflasi (Deflationary Gap), rumus kesenjangan deflasi sendiri
sama dengan rumus kesenjangan inflasi, yang mana rumus kesenjangan deflasi adalah
sebagai berikut.
S=Y–C
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
Bedanya, jika nilai S [tabungan] yang dihasilkan lebih besar dari nilai I (pengeluaran
atau biaya investasi), maka diartikan negara tersebut sedang mengalami kesenjangan
deflasi. Contoh Cara Menghitung Kesenjangan Deflasi (Deflationary Gap)
Diketahui tingkat perekonomian suatu negara dengan biaya investasi [I] = 1.000, fungsi
konsumsi = 500 + 0,75Y, dan kapasitas produksi [Y] senilai 7.000. Apakah negara
tersebut sedang mengalami kesenjangan deflasi atau inflasi?
Dengan menggunakan rumus sebelumnya,
S=Y–C
S = Y – [500 + 0,75Y]
S = 7.000 – [500 + 0,75 [7.000]]
S = 1.250
Karena nilai I < S, maka perekonomian sedang berada dalam keadaan kesenjangan
deflasi atau deflationary gap senilai 250 satuan.8

E. Cara mengatasi Inflasi


Secara umum, inflasi terjadi karena jumlah uang yang beredar terlalu banyak daripada
yang diperlukan. Menurut Adiwaman Karim (2007:139), Inflasi dapat diatasi dengan
mengurangi M (jumlah uang yang beredar) dan atau V (kecepatan peredaran uang) atau
menaikan T (barang yang diperdagangkan). Untuk itu, terdapat tiga kebijakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Moneter

8
https://pintu.co.id/blog/apa-itu-kesenjangan-inflasi-dan-deflasi. Diakses tanggal 11 Oktober 2022

14
Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan langkah-langkah
yang fokus di bidang keuangan (moneter). Terdapat tiga wujud kebijakan moneter:
a. Penetapan Persediaan Kas
Bank sentral (dalam kasus ini berarti Bank Indonesia) mengeluarkan kebijakan
untuk meningkatkan batas minimum kas setiap lembaga perbankan di Indonesia.
Alhasil, bank tidak bisa mengeluarkan banyak uang. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
b. Diskonto
Bank Indonesia menerapkan kebijakan peningkatan suku bunga. Masyarakat jadi
tergerak untuk menyimpan uang di bank, bukan untuk berbelanja. Akhirnya, uang
yang beredar di masyarakat bisa berkurang.
c. Operasi Pasar Terbuka
Bank Indonesia menerapkan kebijakan ini dengan cara menjual surat-surat
berharga kepada publik, contoh yang paling mudah adalah Surat Utang Negara
(SUN). Penjualan surat berharga akan menyerap uang masyarakat dan menekan
peredaran uang. Hasilnya, laju inflasi bisa ditekan.
2. Kebijakan Fiskal
Cara mengatasi inflasi selanjutnya adalah penerapan kebijakan fiskal yang dapat
mempengaruhi nominal pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini dapat berbentuk dua
kegiatan:
a. Menghemat pengeluaran pemerintah
Saat pengeluaran negara ditekan, maka jumlah pembelian produk barang dan jasa
akan ikut turun. Demand yang turun akan mampu menekan laju inflasi.
b. Menaikkan tarif pajak
Kenaikan tarif pajak akan turut mengurangi tingkat belanja masyarakat. Hasilnya,
peredaran uang di tengah masyarakat berkurang dan harga barang berangsur-angsur
kembali ke kondisi normal.
3. Kebijakan Non-fiskal dan Non-moneter
Selain menggunakan kebijakan fiskal dan juga kebijakan moneter, pemerintah juga
bisa menggunakan kebijakan non fiskal dan juga non moneter. Kebijakan nonfiskal dan
nonmoneter ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

15
a. Menaikkan hasil produksi
Dengan banyaknya barang yang beredar di masyarakat, maka perputaran uang akan
semakin cepat dan banyak, sehingga uang yang beredar menjadi kembali seimbang.
b. Menstabilkan pendapatan masyarakat
Menjaga pendapatan masyarakat agar tidak naik juga bisa menjadi salah satu cara
untuk menekan laju pertumbuhan inflasi yang tak terkendali.
c. Pengawasan harga, agar harga barang tidak terlalu naik, pemerintah dapat
melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Langkah lain untuk
mengatasi inflasi adalah dengan melakukan sanering yaitu dengan cara
menurunkan nilai nominal rupiah.9

9
Reny, Mulyani. 2020. Inflasi dan Cara Mengatasinya dalam Islam. Lisyabab : Jurnal Studi Islam dan Sosial. Vol 1,
No 2.

16
BAB III

Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan. Inflasi adalah kenaikan harga - harga
barang yang bersifat umum dan terus menerus. Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi
sebagai kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang
waktu. penyebab atas kenaikan harga – harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan
kepada tiga bentuk yaitu: Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation), Inflasi
desakan biaya (cost push inflation), dan Inflasi diimpor (imported inflation).
Dampak dari terjadinya inflasi yaitu Menurunnya tingkat kesejahteraan
masyarakat, memperburuk distribusi pendapatan, dan Terganggunya stabilitas ekonomi.
Inflasi dapat diatasi dengan mengurangi M (jumlah uang yang beredar) dan atau V
(kecepatan peredaran uang) atau menaikan T (barang yang diperdagangkan). Untuk itu,
terdapat tiga kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu kebijakan fiscal,
kebijakan moneter, dan kebijakan non-fiskal dan non-moneter.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Manusia tidak selamanya tepat di
pertimbangkan adil sikapnya kadang kadang manusia berbuat salah,oleh sebab itu manusia
perlu mengenal diri Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

17
Daftar Pustaka
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikroekonomi &
Makroekonomi, Cet III (Jakarta: LPFE-UI, 2008), 359
Venieris, Yianis P. And Sebold, Frederick D. “Macroeconomics Models and Policy”,
dalam Makro Ekonomi: teori, masalah, dan kebijakan, ed. Muanga Nanga (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), 237
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), 333.
Al Alif, M. Nur Rianto. Teori Makro Ekonomi Islam : Konsep, Teori, dan Analisis
(Bandung: ALFABETA, 2010), 94-96.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/cara-menghitung-tingkat-inflasi/ . Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2022
Rahardja dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi., 371-372
https://pintu.co.id/blog/apa-itu-kesenjangan-inflasi-dan-deflasi. Diakses tanggal 11
Oktober 2022
Mulyani, Reny. 2020. Inflasi dan Cara Mengatasinya dalam Islam. Lisyabab : Jurnal Studi
Islam dan Sosial. Vol 1, No 2.

18

Anda mungkin juga menyukai