Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1998

DISUSUN OLEH
Muh. Hanief Allam’ro Baharuddin
29.1401

Institut Pemerintahan Dalam Negeri


(IPDN)
Fakultas Politik Pemerintahan
Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelas C.4
2018/2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan orang lain serta, untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Inflasi di Indonesia Tahun 1998 ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca atau orang lain.
.

Jatinangor, 10 Juli 2019

Muh. Hanief Allam’ro Baharuddin


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................
DAFTAR ISI ...................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ...........................................................................
b. Rumusan Masalah ...................................................................................
c. Tujuan .........................................................
BAB 2 INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1998
1. Pengertian Inflasi……………………………………………………
2. Penyebab Terjadinya Inflasi di Indonesia Tahun 1998..............................
3. Dampak yang Ditimbukan Saat Inflasi di Indonesia Tahun
1998.............................................
4. Cara Mencegah Inflasi.............................
BAB 3 PENUTUP
 Kesimpulan ................................................................
BAB 4 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama
yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi
domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap asset finansial domestik
semakin rendah ( bahkan seringkali negatif ), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana
domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi.
Kedua, dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit
dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi
dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari konsumen
dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat
mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang tinggi akan dapat
mennyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi yang
dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.

Inflasi juga merupakan masalah yang dihadapi setiap perekonomian. Sampai dimana
buruknya masalah ini berbeda di antara 2 satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari
satu Negara ke Negara lain. Tingkat inflasi yaitu presentasi kenaikan harga – harga dalam suatu
tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya
masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang
rendah tingkatannya yang dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang kurang dari sepuluh
persen setahun. Seringkali inflasi yang lebih serius atau berat, yaitu inflasi yang tingkatnya
mencapai diatas seratus persen setahun. Pada waktu peperangan atau ketidak setabilan politik,
inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi

Lonjakan terhadap inflasi nasional yang tanpa diimbangi dengan pendapatan nominal
penduduk akan menyebabkan pendapatan rakyat merosot baik pendapatan riil maupun
pendapatan perkapita. Ini 4 menjadikan Indonesia kembali masuk golongan Negara miskin, dan
ini menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat khususnya strata ekonomi bawah.
Karena begitu dahsatnya pengaruh inflasi di Indonesia terhadap perekonomian nasional, maka
perlu perhatian yang ekstra terhadap inflasi agar krisis ekonomi tahun 1998 tidak terulang lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian inflasi?
2. Apa penyebab inflasi di Indonesia pada tahun 1998 terjadi?
3. Apa dampak bagi masyarakat saat inflasi di Indonesia terjadi?
4. Bagaimana cara mencegah inflasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian inflasi
2. Mengetahui penyebab terjadinya inflasi di Indonsia pada tahun 1998
3. Mengetahui apa dampak yang dirasakan masyarakat saat inflasi di Indonesia terjadi
4. Mengetahui bagaimana cara mencegah inflasi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di suatu negara dimana terjadi kecenderungan
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang (kontinu)
disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Kenaikan harga yang sifatnya sementara tidak termasuk dalam inflasi, misalnya kenaikan harga-
harga menjelang hari raya Idul Fitri. Pada umumnya inflasi terjadi ketika jumlah uang yang
beredar di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara tuntas. Berbagai upaya
yang dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi saja.

Agar lebih memahami apa arti inflasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli
berikut ini:

1. Boediono

Menurut Boediono, pengertian inflasi adalah suatu kecenderungan mengenai harga-harga agar
naik secara umum dan secara terus-menerus.
Keadaan ketika harga dari satu atau beberapa barang naik, maka itu bukanlah dapat dikatakan
sebagai inflasi. Namun, jika harga barang yang naik tersebut meluas dan menyebabkan naiknya
sebagian besar dari barang-barang lainnya itulah yang dinamakan dengan inflasi.

2. Winardi

Menurut Winardi, pengertian inflasi adalah suatu periode pada masa tertentu, dimana terjadi
penurunan kekuatan dalam membeli terhadap kesatuan moneter. Inflasi dapat timbul apabila nilai
uang yang didepositokan beredar lebih banyak dibandingkan atas jumlah barang atau pun jasa
yang ditawarkan.

3. Sadono Sukirno

Menurut Sadono Sukirno, pengertian inflasi adalah suatu proses terjadinya kenaikan harga-harga
yang terjadi dalam suatu perekonomian.

4. Dwi Eko Waluyo

Menurut Dwi Eko Waluyo, arti inflasi adalah bentuk penyakit-penyakit ekonomi yang sering
timbul dan dialami hampir di seluruh negara. Kecenderungan dari kenaikan harga-harga pada
umumnya serta terjadi secara terus-menerus.

5. Bank Indonesia (BI)

Menurut Bank Indonesia (BI), pengertian inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk
meningkat secara umum dan terus menerus.

2. Penyebab Terjadinya Inflasi di Indonesia Tahun 1998

Ada beberepa sebab terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek yang telah
menciptakan “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan,
bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri dibidang ekonomi maupun masyarakat
perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.

Pemerintah sama sekali tidak memiliki mekanisme pengawasan terhadap hutang yang dibuat
oleh sector swasta Indonesia. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta
tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius. Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli
1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World
Bank, 1998). Mengapa demikian? Karena kreditur asing tentu bersemangat meminjamkan
modalnya kepada perusahaan-perusahaan (swasta) di negara yang memiliki inflasi rendah,
memiliki surplus anggaran, mempunyai tenaga kerja terdidik dalam jumlah besar, memiliki
sarana dan prasarana yang memadai, dan menjalankan sistem perdagangan terbuka.

2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik


perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah
perbankan dalam negeri.

3. Tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang
menjadi persoalan ekonomi pula.

4. Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada
gilirannya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.

5. Miss government.

6. Faktor utama yang menyebabkan krisis moneter tahun 1998 yaitu faktor politik. Pada tahun
1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan politik luar biasa saat rezim Soeharto hendak
tumbang. Begitu sulitnya merobohkan bangunan rezim Soeharto sehingga harus disertai
pengorbanan besar berupa kekacauan (chaos) yang mengakibatkan pemilik modal dan investor
kabur dari Indonesia. Pelarian modal besar-besaran (flight for safety) karena kepanikan politik
ini praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata
(flight for quality). Karena itu, rupiah merosot amat drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar
AS (pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari 1998).

8. Banyaknya utang dalam valas, proyek jangka panjang yang dibiayai dengan utang jangka
pendek, proyek berpenghasilan rupiah dibiayai valas, pengambilan kredit perbankan yang jauh
melebihi nilai proyeknya, APBN defisit yang tidak efisien dan efektif, devisa hasil ekspor yang
disimpan di luar negeri, perbankan yang kurang sehat, jumlah orang miskin dan pengangguran
yang relative masih besar, dan seterusnya.

9. Krisis moneter dimulai dari gejala/kejutan keuangan pada juli 1997, menurunnya nilai tukar
rupiah secara tajam terhadap valas, diukur dengan dolar Amerika Serikat yang merupakan
pencetus/trigger point. Meskipun tidak ada depresiasi tajam baht(mata uang Thailan), Krismon
tetap akan terjadi di Negara tercinta ini. Kenapa? karena gejolak sosial dan politik Indonesia
yang memanas. Oleh karena itu penyebab krismon 98 bisa dikatakan campuran dari unsur-unsur
eksternal dan domestik(J. Soedrajad Djiwandono).

10. Diabaikannya early warning system merupakan penyebab mengapa krismon 97 melanda
Inonesia. Adapun early system warningnya adalah: meningkatnya secara tajam deficit transaksi
berjalan sehingga pada saat terjadinya krisis, defisit transaksi berjalan Inonesia sebesar 32.5%
dari PDB. Utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta yang tinggi. Boomingnya sektor
properti dan financial yang mengabaikan kebijakan kehati-hatian dalam pemberian kredit
perbankan diperuntukan untuk membiayai proyek-proyek besar yang disponsori pemerintah dan
tidak semua proyek besar itu visibel. Tata kelola yang buruk(bad governence) dan tingkat
transpalasi yang rendah baik sektor publik maupun swasta(Marie Muhamad).

11. Argument bahwa pasar financial internasional tidak stabil secara inheren yang kemudian
mengakibatkan buble ekonomi dan cenderung bergerak liar. Bahkan sejak tahun 1990-an pasar
financial lebih tidak stabil lagi. Hal ini dikarenakan tindakan perbankan negara-negara maju
menurunkan suku bunga mereka. Sehingga mendorong dana-dana masuk pasar global. Maka
pada tahun 1990-an dana asing melonjak dari $9 Miliar menjadi lebih dari $240 Miliar.

12. Kegagalan manajemen makro ekonomi tercermin dari kombinasi nilai tukar yang kaku dan
kebijakan fiskal yang longgar, inflasi yang merupakan hasil dari apresiasi nilai tukar efectif riil,
deficit neraca pembayaran dan pelarian modal.

13. Kelemahan sector financial yang over gradueted, but under regulete dan masalah moral
hazar.

14. Semakin membesarnya cronycapitalism dan sistem politik yang otoriter dan sentralistik(M.
Fadhil Hasan). Jika diartikan secara ekonomis teknis, krisis bisa disebut sebagai titik balik
pertumbuhan ekonomi yang menjadi merosot. Dan penyebabnya jika ditinjau dari teori
konjungtur, ada dua karakteristik krisis 1). krisis disebabkan tidak sepadannya kenaikan
konsumsi ketimbang kenaikan kapasitas produksi atau underconsumption crisis. 2). Krisis
disebabkan terlampau besarnya investasi yang dipicu modal asing karena tabungan nasional
sudah lebih dari habis untuk berinvestasi. Krisis seperti ini disebut overinvestment, dan ini yang
terjadi di Indonesia(Kwik Kian Gie). Begitulah beberapa penyebab krismon 98 di Indonesia,
yang dampaknya masih terasa sampai sekarang.

3. Dampak yang Ditimbukan Saat Inflasi di Indonesia Tahun 1998

Krisis yang melanda Indonesia 1997 tidak hanya krisis keuangan Asia, akan tetapi
Indonesia juga dilanda currency crisis dan banking crisis(twin crisis). Dampak currency
crisis yaitu melemahnya mata uang Indonesia terhadap mata uang negara lain. Penurunan nilai
tukar rupiah yang semakin tajam ini juga disertai dengan pemutusan akses peminjaman modal
dari luar negeri menyebabkan komoditas produksi dan semakin sedikit kesempatan kerja akibat
semakin terdepresiasi Rupiah maka barang domestik lebih mahal daripada barang luar negeri,
akibatnya masyarakat cenderung bergantung terhadap barang impor. Pada saat yang sama, laju
inflasi 1997 mencapai 45,5 persen dari tahun sebelumnya. Tekanan inflasi ini akibat dari dampak
lanjutan dari melemahnya nilai tukar rupiah yang kemudian disusul dengan kenaikan harga
dalam negeri yang kemudian menimbulkan panic buying-ekspektasi masyarakat terhadap
kenaikan harga.
Dampak adanya banking crisis yang melanda Indonesia adalah adanya krisis
mempengaruhi kinerja perbankan akibatnya bank mengalami ketidakseimbangan dalam fungsi
intermediasi. Dalam satu sisi, perbankan sukses dalam mengumpulkan dana masyarakat namun
di sisi lain penyaluran kredit ke masyarakat mengalami penurunan. Akibatnya bank tidak cukup
kredibel dari segi profitabilitas, hal ini berdampak pada kelangsungan modal perbankan.
Kerugian yang dialami bank ini semakin terasa mengakibatkan kebankrutan.
Tabel 1: Kondisi Makroekonomi Indonesia, 1997 dan 2008
Indikator 1997(%) 2008(%)
Pertumbuhan Ekonomi 4,7 6,1
Inflasi 45,5 11,06
Eksternal
-Transaksi Berjalan(%PDB) -2,3 0,1
-Utang Luar Negeri(%PDB) 62,2 29,0
Fiskal
-Fiskal Balance(%PDB) 2,2 0,1
-Public Debt(%PDB) 62,2 32
Perbankan
-CAR(%) 9,19 16,2
-NPL(%) 8,15 3,8

Sumber: Laporan Bank Indonesia 2008, diolah

Pada 1997, produk domestik bruto lebih mengalami kontraksi yang dalam dengan tingkat
transaksi berjalan yang negatif (tabel 1) kondisi Indonesia semakin terpuruk dalam perdagangan
Internasional. Indonesia mengalami dampak lebih besar dibandingkan negara Asia lainnya
karena transaksi produk lebih pada ekspor manufaktur sedangkan di Indonesia manufaktur belum
berkembang, komoditas ekspor Indonesia masih pada sektor pertanian.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2008 masih di atas 6 persen. Indonesia sedikit
mendapatkan tekan pada triwulan ke empat akibat anjloknya kinerja ekspor yang disebabkan
adanya kenaikan pada pasar minyak dunia. Di sisi eksternal, neraca pembayaran mengalami
peningkatan defisit signifikan, akibat adanya risk spread yang mengalami peningkatan sehingga
mendorong arus modal keluar dari bursa saham Indonesia (grafik 4).
Secara relatif, posisi Indonesia pada 2008 tidak seburuk pada tahun 1997. Dampak krisis
keuangan global masih menahan Indonesia pada tingkat perekonomian 6,1 persen. Indonesia
tidak terkena dampak parah karena kondisi fundamental dari sektor ekternal, fiskal dan
perbankan Indonesia cukup kuat. Faktor lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah tingkat pertumbuhan konsumsi masyarakat yang ikut menopang melalui tingkat daya beli
masyarakat. Daya beli masyarakat meningkat disebabkan adanya peningkatan pendapatan
masyarakat akibat kenaikan komoditas pangsa ekspor Indonesia (grafik 3), kenaikan tingkat
pendapatan pekerja kelas menengah ke atas dengan kebijakan pemerintah kenaikan gaji pegawai
negeri dalam bentuk sertifikasi, dan kebijakan Jaring Pengaman Pemerintah-Bantuan Langsung
Tunai untuk mengkompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak. Namun, krisis 2008
menimbulkan dampak sistemik pada sektor perbankan, meskipun dari sisi CAR dan NPL
menunjukkan performa yang baik, dampak krisis ini dialami oleh bank kecil dengan nasabah
yang besar. Tingkat CAR yang tinggi didukung dengan non-performing loan yang rendah,
mendorong para pelaku perbankkan untuk melakukan moral hazard-mengambil dan
memanipulasi asset perbankan akibatnya sektor perbankan mengalami kejenuhan dan
mengidentifikasi adanya kolaps sektor yang mendorong pengambil kebijakan menyuntik dana
talangan untuk menutup likuiditas.

4. Cara Mencegah Inflasi

Mengingat pentingnya mengatasi masalah inflasi, maka perlu penanganan yang serius dalam
pengerjaannya. Untuk mengatasi hal tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengetahui penyebab terjadinya inflasi agar jalan untuk mengatasinya dapat diketahui. Beberapa
ahli ekonomi sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang yang beredar,
akan tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia di masyarakat. Oleh
sebab itu, untuk mengatasi masalah inflasi dibutuhkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang bisa
diambil untuk mengatasi masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
kebijakan lainnya.

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang moneter
(keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi.

a. Kebijakan Penetapan Persediaan Kas

Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan
menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank.
Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.

b. Kebijakan Diskonto

Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung.
Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi
dapat ditekan.

c. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka

Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah
surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat
mengurangi tingkat inflasi.

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.

a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah

Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan
akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.

b. Menaikkan Tarif Pajak

Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

3. Kebijakan Lainnya

Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan


moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih
mempunyai cara lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar

Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk meningkatkan
produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi pada perusahaan yang
dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar,
pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk
barang impor.

b. Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang

Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat
berakibat terjadi pasar gelap (black market).

Itu adalah beberapa penjelasan untuk mengatasi inflasi. Setelah mengetahui tentang inflasi di
atas, Anda pasti sudah mengetahui seberapa pentingnya mengatur keuangan. Jika Anda mampu
mengatur keuangan dengan proses akuntansi yang tepat, maka inflasi dapat dicegah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di suatu negara dimana terjadi kecenderungan
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang (kontinu)
disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara tuntas. Berbagai
upaya yang dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi saja.

Pada Agustus 1997, mata uang rupiah mulai bergerak di luar pakem normal. Rupiah tidak
saja bergeliat negatif, tapi lebih dari itu. Rupiah bergerak sempoyongan. Kemudian September
1997, Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) bersujud di titik terendahnya.
Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk
membayar utang.

Untuk mengatasi hal tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
penyebab terjadinya inflasi agar jalan untuk mengatasinya dapat diketahui. Beberapa ahli
ekonomi sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang yang beredar, akan
tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia di masyarakat. Oleh sebab
itu, untuk mengatasi masalah inflasi dibutuhkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang bisa
diambil untuk mengatasi masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
kebijakan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://marthahindriyani.blogspot.com/2013/01/krisis-1997-dan-krisis-2008-dampak-dan.html

https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-inflasi.html

https://news.detik.com/kolom/d-4032343/memori-krisis-moneter-19971998

Anda mungkin juga menyukai