Disusunnya makalah ini untuk dibawakan dalam seminar kelas sebagai syarat untuk memperoleh
nilai mata kuliah Ekonomi Makro Islam
Disusun Oleh :
Kelompok IV
Indah : 18.2800.032
Satriani : 18.2800.037
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi engkau ya Allah, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah Mu kepada
kami, berupa nikmat yang tiada henti-hentinya engkau curahkan kepada kami.Meskipun seluruh
lautan menjadi tinta, juga takkan cukup untuk menulis begitu banyak nikmat yang engkau
berikan kepada kami. Dengan petunjuk dan pertolongan mu ya Allah kami dapat menyelesaikan
makalah kami. Alhamdulilah ala bil hal (Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu).
Shalawat dan taslim semoga selalu tercurah kepada kekasihmu Muhammad saw beserta keluarga
dan sahabat beliau. Yang telah membimbing kami dari alam penuh kehinaan menuju alam yang
penuh petunjuk dan kemulian. “Allahumma sollia ala sayyidina muhammad wa ala alihi wa
ashabihi ajmain”.
Dan kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada Ibu : An Ras Tri Astuti,SE,ME
Yang telah memberikan kami kesempatan untuk mengetahui Inflasi lebih dalam, guna
menambah wawasan kami sebagai bekal masa depan. Alhamdulillah dengan adanya tugas ini
sedikit banayaknya kami dapat memahami Inflasi.
Barakallahu Fik wajazakallahu Khoiran.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Pengertian Inflasi.................................................................................................................4
2.2 Penyebab Inflasi...................................................................................................................4
2.3 Jenis-jenis Inflasi..................................................................................................................6
2.4 Dampak Inflasi.....................................................................................................................8
2.5 Hubungan Inflasi, dengan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi........................11
2.5.1 Definisi Pengangguran..................................................................................................11
2.5.2 Hubungan Inflasi Dan Pengangguran............................................................................12
2.5.3 Kaitan antara Pertumbuhan Ekonomi, inflasi Dan Pengangguran...............................12
2.6 Solusi inflasi dalam perspektif Islam................................................................................13
2.6.1 Kebijakan dalam mengendalikan inflasi dan stabilitas ekonomi syariah..................14
2.6.2 Solusi Mengatasi inflasi dalam perspektif islam.......................................................16
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
Kesimpulan............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik
untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas
terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi
menyebabkan tingkat jasa yang rill terhadap asset finansial semakin
rendah (bahkan seringkali negatif) sehingga dapat membantu mobilisasi
dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang
menjadi sumber dana investasi. Kedua dapat menyebabkan daya saing
barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit dalam
transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri.
Ketiga inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan
terjadinya transfer sumber daya dari konsumen dan golongan
berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat inflasi yang tinggi
dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi
yang tinggi akan menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang
dapat menggangu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.
Inflasi juga merupakan msalah yang dihadapi setiap perekonomian.
Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda di antara satu waktu ke
waktu yang lain, tingkat inflasi yaitu presentasi kenaikan harga-harga
dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk
menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang di hadapi.
Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang rendah
tingkatnya yang dinamakan inflasi menyerap yaitu inflasi yang kurang
dari sepuluh persen setahun. Seringkali inflasi yang lebih serius atau
berat, yaitu inflasi yang tingkatnya mencapai diatas seratus persen
setahun. Pada waktu peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang kenaikan tersebut
dinamakan hiperinflasi.
1
Baru-baru ini Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan
kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan inflasi
sampai akhir 2012 mencapai 4,6 persen atau berada dalam kisaran yang
ditetapkan BI 3,4-5,5 persen setahun. Sebelumnya BPS ( Bandan pusat
Statistik ) mengumumkan laju inflasi pada september 2012 tercatat
sebesar 0,01 persen. Dengan penyumbang inflasi terbesar adalah
kelompok sandang mencapai 1,47 persen serta kelompok pendidikan
rekreasi dan olah raga sebesar 1,07 persen. Sementara kelompok bahan
makanan menjai penyumbang deflasi terbesar yaitu 0,92 persen.
Lonjakan terhadap inflasi nasional yang tanpa diimbangi dengan
pendapatan nominal pendapatan nominal penduduk akan menyebabkan
pendapatan rakyat merosot baik pendapatan rill maupun pendapatan
perkapita. Ini menjadikan Indonesia kembali masuk golongan Negara
miskin, dan ini menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat
khususnya strata ekonomi bawah. Karena bengitu dahsyatnya pengaruh
inflasi di Indonesia terhadap perekonomian nasional, maka perlu
perhatian yang ekstra terhadap inflasi agar krisis ekonomi tahun 1998
tidak terulang lagi.
Bank indonesia sebagai penentu kebijakan otoritas moneter
mempunyai tugas sebagai bank sirkulasi dan bank sentral yaitu
mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah serta
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan demi peningkatan
taraf hidup rakyat.
Dalam melaksanakan kebijakannya bank sentral dapat melakukan
secara langsung maupun tidak langsung. Jika secara langsung
maksudnya bank sentral dan pemerintah secara langsung campur tangan
dalam hal perederan uang. Sementara kebijakan moneter tidak langsung
yaitu melalui pengaruh bank sentral terhadap pembelian kredit oleh
dunia perbankan
Inflasi adalah keadaan yang menakutkan terutama bagi Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia, karena dampak inflasi yang
bengitu luas terhadap perekonomian. Oleh karena itu Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter tidak bisa berperan sendiri dalam menjaga laju
inflasi agar tetap stabil dan memerlukan peran dan kerjasama dari pihak
2
lain seperti dari pihak swasta, warga masyarakat dan pihak yang terkait
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk bisa membantu bank sentral dalam menjaga laju inflasi, maka
pihal-pihak tersebut harus mencermati kembali teori-teori yang
membahas tentang inflasi dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap inflasi dan seberapa spesifikkah pengaruhnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inflasi
Perubahan tingkat harga agregat yang kedua adalah mengenai inflasi. Dalam dunia nyatanya
maka perubahan yang kedua inilah yang sering terjadi dan merupakan fenomena yang di
perhatikan. Lebih penting lagi karena secara praktis inflasi ini sering terjadi dan sulit di
antisipasi. Pada umumnya analisis mengenai inflasi di hubungkan dengan sektor Riil atau pun
sektor moneter. Dalam sektor riil karena inflasi memiliki pengaruh yang besar dalam proses
produksi dan permintaan barang. Sedangkan dalam sektor moneter dianggap sebagai pengacuh
terjadinya inflasi.Inflasi ada secara teoretis terdapat banyak model-model untuk menerangkan
terjadinya inflasi.
Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian disuatu negara dimana terjadi kecenderungan
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang disebabkan
karena tidak seimbangannya arus uang dan barang.
Kenaikan harga yang bersifat sementara tidak termasud dalam inflasi,misalnya kenaikan
harga-harga mejelang hari Raya Idhul fitri.pada umumnya inflasi terjadi ketika jumlah uang yang
beredar dimasyarakat lebih banyak dari pada yang dibutuhkan[ CITATION Sai96 \l 1033 ].1
2
Suseno Dan Siti Astiyah. Inflasi (Jakarta : Pusat Pendidikan dan studi ke bank sentralan
2009) h. 11
5
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal
seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam,cuaca, atau
kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan),
dll.
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi.adapun peningkatan biaya
produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku misalnya harga bahan
bakar naik dan upah buru naik.
3. Tingginya peredaran uang
Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar dimasyarakat lebih banyak
dibandingkan yang dibutuhkan.ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang
beredar meningkat dua kali lipat,maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga
100%.
Hal ini bisa terjadi ketika permintaan menerapkan sistem anggaran defisit,dimana
kekurangan anggran tersebut di atasi dengan pencetan uang baru.namun hal tersebut
membuat jumlah uang yang beredar dimasyarakat semakin bertambah dan
mengakibatkan inflasi.
6
potensi output yang tersedia. Yang dimaksud dengan permintaan
agregat adalah total permintaan barang dan jasa untuk keperluan.3
3
Suseno Dan Siti Astiyah “ Inflasi” Dalam jurnal seri kebanksentralan no. 22. 2009, h. 11
7
bunga masyarakat menimbun barang-barang,membeli rumah, dan tidak akan pernah
meminjamkan uangnya pada tingkat bunga nominal yang rendah.
Hal yang mengejutkan adalah bahwa perekonomian dengan inflasi tahunan sebesar
200% berusaha untuk bertahan sekalipun sistem harga sangat buruk.akan tetapi
perekonomian seperti ini cenderung menimbulkan distorsi-distorsi besar dalam
perekonomian karena masyarakat melakukan infestasi danan diluar negri,sedangkan
infestasi domestik menjadi lesuh.
3) Hiperinflasi.
Meskipun perekonomian tanpaknya bertahan dalam inflasi ganas jenis inflasi ketiga
dan yang sangat mematikan bisa saja terjadi yaitu apabila wabah Hiperinflasi
menyerang tidak ada segi baik perekonomian pasar,apabila harga-harga meningkat
jutaan atau bahkan triliunan persen/tahun Hiperinflasi terutama menarik perhatian
para mahasiswa yang belajar tentang inflasi karena pengaruh-pengaruhnya yang
dasyat.
Deskripsi Hiperinflasi yang tercantum dalam konfederasi selama perang sipil :
dulu,kita bisa pergi ketokoh dengan uang di saku dan kembali dengan makanan di
keranjang.sekarang,kita pergi dengan uang di keranjang dan kembali dengan
makanan di saku.segalah sesuatu bersifat langkah,kecuali uang ;harga-harga kacau
balau dan produksi tidak terorganisasi karena harga makanan yang biasanya sama
dengan harga satu tiket opera sekarang berharga dengan nilai 20 kali lipat.setiap
arang cenderung untuk menimbun “barang-barang” dan berusaha menghabiskan
uang kertas yang “buruk”,yang mendesak uang logam yang “baik” keluar dari
peredaran.sebagai akibatnya sebagian kembali pada sistem barter.
b. Jenis inflasi berdasrkan penyebabnya:
a. Demand pull inflation,yaitu inflasi yang terjadi karena permintaan akan
barang atau jasa lebih tinggi dari yang bisa dipenuhi dari produsen.
b. Cost push inflation,yaitu inflasi yang terjadi kenaikan biaya produksi
sehingga harga penawaran barang naik.
c. Bottle neck infltion,yaitu inflasi campuran yang disebabkan oleh faktor
penawaran dan faktor permintaan.
c. Jenis inflasi berdasarkan sumbernya :
a. Domestic inflation,yaitu inflasi yang bersumber dalam negeri.inflasi ini
terjadi karena jumlah uang di masyarakat lebih banyak dari pada dibutuhkan.
8
inflasi jenis ini juga dapat di terjadi ketika jumlah barang atau jasa tertentu
berkurang sedangkan permintaan tetap sehingga harga-harga naik.
b. Imported infation,yaitu inflasi yang bersumber dari luar negri.inflasi ini
terjadi pada luar negara yang melakukan perdangan bebas dimana ada
kenaikan harga diluar negeri contohnya; indonesia melakukan impor barang
modal dari negara lain.ternyata harga-harga barang modal di negara tersebut
naik,kenaikan harga tersebut berdampak bagi indonesia sehingga
mengakibatkan inflasi. 4
10
cepat.masyarakat menggunakan sumber daya rill untuk mengekonomiskan uang kertas
yang mereka pegang.
Selain itu,harga-harga input atau barang-barang yang di nilai di bawah perjanjian
jangka panjang(kontrak tenaga kerja dan harga pada industri yang di atur atau dimiliki
pemerintah) cenderung berada diluar garis tingkat harga umum selama periode inflasi.5
Sebagai akibat kenaikan harga barang dan jasa, maka nilai suatu
mata uang akan mengalami penurunan dan daya beli mata uang
tersebut menjadi semakin lemah. Penurunan daya beli tersebut
selanjutnya akan berdampak terhadap individu, dunia usaha, serta
anggaran pendapatan dan belanja pemerintah. Dengan kata lain, laju
inflasi yang tinggi akan berakibat negatif terhadap suatu
perekonomian secara keseluruhan. Namun, penurunan nilai mata uang
sebagai akibat inflasi dampaknya tidak akan sama terhadap seluruh
masyarakat. Kelompak masyarakat yang berpenghasilan tetap,
misalnya, pegawai negeri, adalah kelompok masyarakat yang
menderita akibat inflasi. Kelompok masyarakat berpendapatan tetap
tersebut akan menderita karena secara riil pendapatannya akan
menurun atau menjadi lebih kecil. Sementara kelompok masyarakat
lainnya yang mempunyai kemampuan untuk melindungi diri tidak
menerima beban yang sama sebagai akibat adanya inflasi.
Ketidakpastian besarnya laju inflasi juga dapat mengakibatkan
semakin seriusnya beban atau bahaya inflasi. Laju inflasi yang terlalu
berfluktuasi akan menimbulkan distorsi terhadap tingkat harga. Dalam
sistem ekonomi pasar, tingkat harga merupakan sinyal bagi rumah
tangga maupun dunia usaha tentang keseimbangan alokasi sumber
daya ekonomi dalam suatu perekonomian.
Contoh : apabila kenaikan harga tahu lebih besar dibandingkan
harga tempe, maka hal tersebut akan mendorong masyarakat untuk
lebih banyak memproduksi tahu dan mendorong orang akan lebih
banyak mengkonsumsi tempe (dengan asumsi hal-hal lain tetap atau
dalam istilah ekonominya ceteris paribus). Kenaikan harga-harga
saham di pasar modal yang secara relatif lebih besar dibandingkan
dengan kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya merupakan
5
Drs. Haris Munandar, M.A, MakroEkonomi. (Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama 1992),
h.313
11
tanda-tanda membaiknya prospek dunia usaha, yang lebih lanjut
berarti adanya kesempatan untuk melakukan berbagai investasi yang
menguntungkan. Harga relatif (bukan harga satu persatu barang dan
jasa) merupakan sinyal yang sangat penting bagi para pelaku ekonomi
dalam mengambil berbagai keputusan yang strategis.
0
Tingkat Pengangguran
Kurva Philps
12
Bila tingkat pengangguran makin tinggi, maka inflasi akan menurun
implikasinya yaitu untuk mempertahankan tingkat pengangguran yang
rendah. Inflasi yang tinggi perlu dijaga, demikian sebaliknya.
Sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka
masyarakat cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan di
ubah dalam bentuk barang, baik yang siap pakai atau melalui proses
produksi (misalnya membuat rumah). Sementara pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena
banyak masyarakat membutuhkantenaganya, tetapi juga para produsen
seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikanharga barang dengan
menambah produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi
baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat
fullemployment.6
Ketika Inflasi mengalami peningkatan maka akan menyebabkan turunnya tingkat investasi. Hal
ini dikarenakan kenaikan inflasi akan mendorong naiknya tingkat suku bunga, kenaikan tingkat
suku bunga tersebut akan mengakibatkan investasi mengalami penurunan. Turunnya investasi
berarti akan menurun hal ini akan berdampak pada menurunnya penyerapan tenaga kerja di satu
pihak, karena pengangguran suatu pihak meningkat maka pendapatan masyarakat menjadi
berkurang. Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat selanjutnya berdampak pada
berkurangnya konsumsi masyarakat. Dimana menurunnya konsumsi masyarakat berarti juga
menurunnya permintaan agregat (permintaan konsumsi), hal tersebut kemudian menyebabkan
laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan selanjutnya akan menyebabkan dana
anggaran belanja juga ikut turun.
Ketika pendanaan untuk anggaran belanja mengalami penurunan namun di lain
sisi pemerintah ingin mempertahankan anggaran belanja yang tinggi guna memacu pertumbuhan
ekonomi, maka pemerintah akan berusaha mencari pendanaan baru dengan cara mencetak uang
sehingga jumlah uang yang beredar semakin banyak yang berdampak pada tingginya inflasi
karena banyaknya jumlah uang yang beredar. Siklus ini akan terjadi secara terus menerus dan
akan saling berkelanjutan.
6
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta:Kencana,2016) h. 203
13
Salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa
efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan
pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Angkatan kerja
merupakan jumlah total dari pekerja dan pengangguran, sedangkan
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur.
Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan
pekerjaan yang baru. Ketika ekonomi bertumbuh, berarti terdapat
pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi maka
kebutuhan akan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa pun akan
tumbuh.
Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang
erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan
barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi.
Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan
negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga
semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan
ekonomi.7
1. Monopoli
2. Penipuan (tadlis)
7
Yosephine Dwi Indah Murtisari “Keterkaitan Tingkat Inflasi Dan tingkat pengangguran Di
Indonesia Tahun 1991-2014” h. 7
14
Yaitu pedagang melakukan kecurangan dalam timbangan takaran
sehingga bisa mempengaruhi tingkat harga.
3. Perjudian (maisyir)
4. Riba
5. Najasy
15
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya
produksi.
1. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter pemerintah yang dapat dilakukan untuk
mengurangi inflasi ialah pengaturan jumlah uang yang
beredar, misalnya dengan menggunakan uang giral. Politik
pasar terbuka (jual beli surat berharga). Dengan cara menjual
surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan
jumlah uang yang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih
rendah. Bank sentral menggunakan tingkat diskonto (diskon
rate). Discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman
yang diberikan oleh bank sentral kepada bank umum. Apabila
tingkat diskonto dinaikan maka gairah umum untuk
meminjam makin kecil, sehingga cadangan bank sentral akan
menurun. Dan, itu membuat uang yang beredar turun.
Sehingga inflasi dapat ditekan.
2. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan.
Hal ini pernah terjadi semasa pemerintahan Khalifah umar ibn khattab
r.a pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya diluar negeri
membeli dari luar negeri lebih sedikit nilainya daripada yang mereka jual
(positive net export) adanya positive net export akan menjadikan
keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa
8
Idris Parakkasi, “Inflasi dalam perspektif Islam” Laa Maisyir, Vol 3 No. 3 2016, h.53-56
17
masuk ke madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan
naik
Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ibn khattab r.a untuk
mengatasi hal permasalahan tersebut? Beliau melarang penduduk madinah
untuk membeli barang-barang komoditi selama 2 hari berturut-turut [ CITATION
Fad17 \l 1033 ]. 9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian disuatu negara dimana terjadi kecenderungan
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang disebabkan
karena tidak seimbangannya arus uang dan barang.
Kenaikan harga yang bersifat sementara tidak termasud dalam inflasi,misalnya kenaikan
harga-harga mejelang hari Raya Idhul fitri.pada umumnya inflasi terjadi ketika jumlah uang yang
beredar dimasyarakat lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.
Inflasi secara umum disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan Likuiditas alat tukar) dan yang kedua adalah desakan produksi
9
Fadila “Perbandingan teori inflasi dalam perspektif Islam Dan Konvensional” Islamic Banking, Vol 2 No.2 2017
h.8-9
18
dan termasuk kurangnya distribusi. Untuk sebab pertama, lebih dipengaruhi
dari peran negara dalam kebijakan moneter, sedangkan sebab kedua lebih di
pengaruhi dari peran negara dalam kebijakan pemerintah seperti fiskal,
(perpajakan/pungutan/intensif/disinsentif), pembangunan infrastruktur,
regulasi, dll. tersebut akan sama.
19
DAFTAR PUSTAKA
20