Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BEHAVIORAL ECONOMICS

Disusun oleh:
MUFTI FATHONI DARMA 073121008
GINA HAYATULLISMA 073121034

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Rasio kewirasusaah Indonesia saat ini masih sangat kecil


jika disbandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Meskipun
jumlah usaha mikro kevil dan menengah (UMKM) di Indonesia saat
ini sebangyak 64,2 juta unit, dan kontribusinya cukup besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Sekertaris kementrian koprasi dan UKM Arif Rahman Hakim
dalam catatannya menyebut rasio kewirausahaan Indonesia saat ini
3,47 persen. Arif Kembali melanjutkan, berdasarkan data Global
Enterpreneur Index 2019, Indonesia masuk peringkat 74 dari 137
negara.
Di mana nilai indeks Indonesia sama seperti negara
berkembang di Asia Tenggara, Vietnam UMKM memiliki peranan
penting dalam perekonomian nasional, yang dimana sebanyak 64,2
juta UMKM memiliki kontribusi terhadap PDB, investasi, dan
ekspor,” ujar Arif dalam webinar asmi DIGITALK, Kamis
(22/7/2021).
“Namun banyaknya jumlah UMKM tersebut tidak sejalan
dengan rasio kewirausahaan di Indonesia yang relatif masih
rendah, yaitu saat ini baru sebesar 3,47 persen,” sambungnya. Dari
adanya laporan tersebut menunjukkan bahwa, jumlah wirausaha di
Indonesia masih rendah. Sehingga pemerintah berupaya
mendorong kenaikan rasio kewirausahaan di tanah air.

konomi perilaku (behavioral economics) adalah cabang studi


ilmu ekonomi tentang bagaimana efek faktor psikologis
mempengaruhi dan menjelaskan pengambilan keputusan ekonomi.
Itu mempelajari efek kognitif, emosional, budaya dan sosial
terhadap keputusan yang dibuat oleh aktor ekonomi.
Kewirausahaan adalah proses seseorang individu mapun
kelompok individu yang menggunakan cara teroganisir dan peluang
yang menciptakan nilai untuk tumbuh, memenuhi kebutuhan, dan
keinginan dengan inovasi dan keunikan, dan tidak peduli dengan
sumber daya yang digunakan.

II. RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut
adalah rumusan masalah yang akan di bahas, yaitu :
1. Bgaaimana meingkatkan kewirausahaan di Indonesia
dengan pendekatan Behavior ekonomi?
2. Bagaimana peluang dan tantangan dalam behavioral
economic khususnya kewirausahaan pada era
digitalisasi?

III. TUJUAN
1. Untuk memaparkan definisi dari Behavioral Economics secara
menyeluruh dalam peningkatan kweirasuasaan di Indonesia
2. Untuk menjelaskan bagaimana peluang dan tantangan
behavioral economic khususnya pada bidang kewirausahaan
pada era digitalisasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK

A. BEHAVIORAL ECONOMIC
Behavioral economics mulai berkembang pada abad ke-20 setelah
munculnya kritik terhadap teori ekonomi konvensional yang menyatakan
bahwa setiap individu senantiasa bertindak secara rasional. Namun pada
kenyataannya, para pelaku ekonomi justru kerap bertindak irasional
sehingga muncul anomali di dalam perekonomian.
Behavioral economics memberikan pendekatan yang berbeda
dengan mengkolaborasikan teori ekonomi dengan psikologi dalam
mendeteksi perilaku individu. Teori ini berupaya untuk
mengidentifikasi dan mempelajari fenomena psikologis manusia di
perekonomian. Para penentang teori ekonomi konvensional
menyatakan bahwa banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa
manusia tidak selalu bersikap rasional dalam berbagai situasi.
Prof. Dan Ariely (pakar behavioral economics) dalam bukunya
yang berjudul Predictably Irrational, menyatakan bahwa setiap
manusia pada dasarnya suka berpikir secara tidak rasional dan juga
rasional. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa manusia selalu
bersifat rasional dan objektif hanyalah sebuah fantasi. Kita seringkali
mengalami bias atau thinking error yang mungkin tidak kita sadari,
sehingga membuat keputusan, yang dalam banyak hal, menjadi
kacau.
Beberapa kontributor terkemuka dalam bidang behavioral
economics antara lain Gary S. Becker, Herbert Simon, Daniel
Kahneman, George Akerlof, Robert J. Shiller, Amos
Tversky, Ernst Fehr, dan Richard Thaler. Nama yang disebutkan
terakhir, yang juga dosen di Fakultas Ekonomi University of Chicago,
adalah sosok yang dianggap sebagai the Father of Behavioral
Economics.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa behavioral
economics dibangun melalui kombinasi antara ilmu ekonomi dan
psikologi. Itulah mengapa ahli-ahli behavioral economics adalah para
ahli psikologi seperti Daniel Kahneman (peraih Nobel Ekonomi tahun
2002), dan Richard Thaler sendiri. 
Pada awalnya teori behavioral economics dipandang sebelah
mata. Bahkan Richard Thaler saja di awal karirnya sempat mengalami
kesulitan menerbitkan artikelnya di jurnal-jurnal ekonomi besar.
Namun kini behavioral economics telah menjadi bagian dari teori arus
utama (mainstream theory). Hal ini terlihat dari banyaknya pendidikan
dan penelitian mengenai behavioral economics di berbagai fakultas
ekonomi di seluruh dunia. Selain itu, behavioral economics juga
memiliki pengaruh besar terhadap perumusan kebijakan ekonomi
karena dapat menghasilkan kebijakan yang lebih efektif dan lebih
“manusiawi”.
Lain halnya dengan teori ekonomi konvensional, behavioral
economics jarang mengandalkan model matematika untuk
memprediksi perilaku manusia. Karena manusia selalu berkembang
dan berubah ketika menghadapi situasi yang berbeda, maka sulit
memprediksi keputusan yang akan diambil. Para ahli behavioral
economics lebih sering mempelajari perilaku individu di masa lalu, dan
kemudian melakukan beberapa eksperimen untuk memeriksa
bagaimana individu berperilaku dalam situasi yang mereka
kembangkan.

B. Bias atau Thinking Error


Premis dasar ilmu behavioral economics adalah bahwa
manusia itu tidak selalu bersikap rasional, dan suka memasukkan
elemen emosi dalam pembuatan keputusan. Melalui riset yang
dilakukan para ahli behavioral economics,
ditemukan “bias” atau “systematic thinking error” yang muncul dalam
tindakan manusia. Nah, beragam bias inilah yang kemudian membuat
pengambilan keputusan menjadi tidak objektif dan rasional.   
Ada beberapa jenis error thinking yang ditemukan dalam riset-
riset behavioral economics. Berikut adalah beberapa di antaranya :

1. Loss Aversion

Studi dalam behavioral economics menemukan bahwa


manusia memiliki kecenderungan menghindari risiko.
Fenomena itu disebut dengan loss aversion atau terlalu
khawatir dengan potensi kerugian. Tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak manusia cenderung takut untuk mengambil
risiko daripada bersemangat menjemput peluang
keuntungan.  Sebagai contoh, anggaplah kita diberi dua
kado dengan bungkus tertutup. Bungkus satu berisi uang
Rp 1 juta rupiah, sedangkan bungkus lainnya kosong. Kita
diminta untuk memilih salah satu kado, atau kita bisa
langsung menerima uang sebesar Rp500.000,00 tanpa
harus memilih kado? Pilihan mana yang akan kamu ambil?
Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari kita lebih
memilih langsung menerima uang Rp500.000,00 daripada
harus memilih kado yang hasilnya tidak pasti.

2. Endowment Effect

Endowment effect adalah bias psikologi di mana


seseorang akan merasa suatu barang bernilai tinggi ketika
barang itu adalah miliknya. Saat kita bisa membeli atau
memiliki sesuatu, mendadak muncul rasa cinta pada barang
itu, dan akibatnya kita memberikan penilaian yang lebih
tinggi dibanding harga pasaran atau nilai sebenarnya. 
Endowment effect terjadi karena 2 hal psikologis. Pertama,
rasa takut kehilangan (loss aversion). Kita cenderung akan
merasa sakit bila kehilangan, dan rasa sakit itu bisa 2x lipat
lebih besar dibanding kesenangan ketika mendapatkan
sesuatu hal. 

3. Confirmation Bias

Bias konfirmasi (confirmation bias) adalah suatu


kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti
yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta
mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya. Ini
adalah jenis bias di mana seseorang hanya membaca
informasi yang mendukung kebenaran yang sesuai dengan
pilihannya.

4. Herd Behavior

Studi-studi dalam behavioral economics menemukan fakta


bahwa adanya perilaku herding (herd behavior) atau ikut-
ikutan yang dapat ditemui di berbagai aspek kehidupan.
Misalnya keputusan untuk membeli makanan di restoran
seringkali dipengaruhi oleh banyaknya pengunjung, atau
keputusan untuk memilih sekolah didasarkan pada
seberapa populer sekolah tersebut.

5. Survivorship Bias

Survivorship bias adalah pemikiran yang cenderung hanya


fokus pada keberhasilan dan mengesampingkan kegagalan,
serta melupakan mereka yang tidak berhasil dalam
mencapai sesuatu. Bias ini dapat menimbulkan keyakinan
yang terlalu optimistik karena mengabaikan kegagalan,
seperti saat perusahaan yang sudah bangkrut tidak
diikutkan dalam analisis performa finansial.
C. Pentingnya Perilaku Ekonomi
Ekonomi perilaku adalah teori ekonomi yang relatif modern. Itu
penting untuk memahami perilaku ekonomi dan memahami alasan
mengapa aktor ekonomi melakukan tindakan tertentu. Kemudian,
ekonom perilaku menggunakan faktor sosial, moral, dan psikologis
untuk mempelajarinya. Dalam buku teks pada umumnya, aktor
ekonomi diasumsikan rasional. Individu berusaha memaksimalkan
kepuasan ketika mengkonsumsi barang dan jasa. Dan, bisnis
memaksimalkan keuntungan dalam menyediakan barang dan jasa.
Secara khusus, ekonomi perilaku mempertanyakan asumsi
tersebut. Benarkah individu adalah pembuat keputusan yang rasional?
apakah itu berlaku untuk setiap situasi? Bagaimanapun, orang
mungkin tidak berperilaku seperti yang diminta oleh buku teks
ekonomi tradisional.
Wawasan tentang teori ekonomi perilaku adalah penting. Salah
satunya dalam pengambilan kebijakan. Itu dapat membantu
pemerintah dan lembaga lainnya menyusun kebijakan ekonomi yang
lebih efektif. Mereka berusaha untuk memahami alasan mengapa
aktor ekonomi melakukan tindakan tertentu. Sehingga, mereka dapat
menemukan cara-cara yang lebih efektif di mana pilihan individu
dibingkai serta diarahkan ke arah tindakan yang lebih diinginkan.

D. Konsep Teori Ekonomi


Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, ekonomi
perilaku menjelaskan motif pengambilan keputusan ekonomi,
khususnya terkait dengan psikologi manusia. Dalam ilmu ekonomi,
individu akan berusaha memaksimalkan kepuasan mereka ketika
dihadapkan pada sejumlah pilihan. Pilihan tersebut muncul karena
mereka dihadapkan pada sumber daya yang terbatas, sedangkan
keinginan dan kebutuhan mereka tidak terbatas. Ekonomi tradisional
mengasumsikan manusia adalah manusia ekonomi dan membuat
keputusan rasional.
Namun, apakah manusia selalu rasional untuk setiap situasi?
Misalnya, mengapa beberapa orang secara sadar mengemudi
melewati batas kecepatan? Mengapa orang banyak
mengkonsumsi junk foods, jika itu berbahaya bagi kesehatan mereka?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah kemudian mempertanyakan
asumsi bahwa manusia adalah homo economicus.
Ekonomi perilaku menegaskan bahwa aktor ekonomi tidak
selalu rasional dalam setiap keputusan sebagaimana asumsi dalam
ekonomi tradisional. Beberapa dari mereka mungkin membuat pilihan
yang tidak rasional. Ekonom kemudian menambahkan elemen
psikologi ke model tradisional dalam upaya untuk lebih memahami
motif pengambilan keputusan dan perilaku mereka.

E. Rasional Terbatas
Aktor ekonomi bertindak dan membuat keputusan rasional.
Mereka secara efektif menimbang biaya dan manfaat dari setiap
pilihan yang tersedia bagi mereka. Keputusan akhir adalah pilihan
terbaik bagi mereka. Namun, rasionalitas aktor ekonomi adalah
terbatas.
Itu tergantung situasi dan kapan mereka mengambil keputusan
atau pilihan. Misalnya, anda mungkin mempertimbangkan segala hal,
yang menurut anda paling sesuai dengan situasi yang anda hadapi.
Namun, pertimbangan anda mungkin adalah sebagian kecil dari
kemungkinan-kemungkinan. Teman atau anggota keluarga anda
mungkin memiliki rasionalitas yang berbeda.
Singkat cerita, anda mungkin adalah rasional. Tapi, rasionalitas
anda terbatas karena anda tidak memiliki semua informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah. Herbert Simon
memperkenalkan konsep rasionalitas terbatas ini untuk menggantikan
asumsi rasionalitas sempurna sebagaimana dalam ilmu ekonomi
neoklasik.
Pengendalian diri yang terbatas (limited self-control)
Rasionalitas sempurna mengasumsikan individu memiliki
kendali diri dan tidak tergerak oleh emosi dan faktor eksternal.
Sayangnya, asumsi tersebut tidak berlaku untuk semua situasi karena
pengendalian diri yang terbatas. Individu seringkali tidak mampu
membuat keputusan yang baik karena cenderung emosional.
Perhatian mereka mudah teralihkan oleh faktor eksternal.
Misalnya, anda mengalami masalah berat badan karena sering
mengkonsumsi makanan cepat saji. Anda kemudian memutuskan
untuk menurunkan berat badan dan hanya mengkonsumsi produk
makanan rendah kalori dan makanan sehat. Dalam beberapa hari,
anda berhasil untuk berhenti dari membeli makanan cepat saji.
Tapi, kemudian, Anda melihat iklan di televisi tentang diskon
besar makanan cepat saji yang anda sukai. Anda tergoda dan
mengabaikan komitmen anda. Setelah memakannya, anda mungkin
menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi.
Sekali lagi, di lain waktu, teman anda memberi anda banyak
voucher makanan cepat saji, bonus dari perusahaannya. Anda
merasa itu menarik dan sayang jika dilewatkan. Sekali lagi komitmen
anda goyah dan akhirnya memutuskan untuk membelinya. Karena
kurangnya kontrol diri, anda akhirnya membeli makanan cepat saji,
tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali. Dengan demikian, anda
menjadi tidak rasional karena tergoda oleh faktor eksternal (iklan dan
voucher).
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk membentuk kemandirian usaha bagi pelaku usaha kecil
yang perlu dikembangkan adalah memberdayakan perilaku
kewirausahaan pada pelaku usaha kecil dengan cara meningkatkan
memperhatikan kembali nilai kewirausahaan dimulai dari membangun
kepercayaan diri sendiri dengan membentuk keyakinan, optimis,
berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab dalam menjalankan suatu
usaha. Selanjutnya diikuti dengan adanya keberanian untuk mengambil
risiko melalui berbagai perhitungan yang tidak merugikan perusahaan.
Selain itu dituntut adanya keberanian dalam menciptakan inisiatif
dengan ditunjuKkan adanya keaktifan, cekatan dan penuh inisiatif
dalam berbisnis, didukung dengan adanya motivasi berprestasi
melalui orientasi pada hasil dan wawasan ke depan.

Hal ini membuktikan bahwa jiwa kewirausahaan berpengaruh


positif dan terhadap perilaku kewirausahaan, Kondisi ini
menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan yang dimiliki pelaku usaha
kecil mampu meningkatkan terbentuknya perilaku kewirausahaan,
mendoronga serta menumbuhkan semangat bagi pelaku usaha kecil
dalam menjalankan kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan peraturan
pemerintah saat ini, yang mana jiwa kewirausahaan mulai diperkenalkan
pada sector level terendah yauitu anak sekolah dasar dengan cara
menyisipkan kewirausahaan dalam muatan kurikulum terkini yaitu
kurikulum merdeka.
Pada kurikulum merdeka memberikan anak sarana
mengenali jati dirinya sejak dini. Menyediakan ruang, anak-anak
didorong untuk membuat project yang terintegrasi, terkait dengan
sistem kurikulum merdeka, anak juga harus diposisikan untuk jadi
produsen atau diberi materi pengenalan kewirausahaan.
Sehingga bisa mencetak generasi yang berkarya berwirausaha.
Sehingga setiap sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka
pada setia jenjang harus menerapkan pembelajaran berbasis
orojek dengan beberapa tema salah satunya adalah
kewirausahaan. Adapun muatan kewirausahaan juga harus
disesuaikan dengan potensi lokal, di tiap daerah. Misalnya daerah
di Kepulauan Seribu tentu memiliki potensi dan fasilitas
pendidikan yang berbeda dengan Banten. Sehingga pendidikan
memang membutuhkan kurikulum yang dinamis.

Pengenalan kewirausahaan dengan pemeblajaran berbasis


projek di sekolah tidak sebatas hanya mampu dalam membaca
peluang, mengambil risiko, menghadapi peluang tapi langsung
praktek. Bahkan kami juga membentuk student company,
implementasi belajar kewirausahaan di sekolah dalam praktek
nyata. Mulai dari perencanaan, proses, sampai keuangannya.

Untuk jenjang SMK sendri kewirausahaan merupakan


program unggulan yang pemerintah canangkan, karna lulusan
SMK sekarang tidak hanya dicetak untuk siap kerja tapi harus
bisa membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha dengan
keahlian yang telah mereka miliki. Salah satunya adalah program
SMK penvcetak wirausaha, program teaching factory dan
program sekolah pusat keunggulan. Program-program tersebut
diharapkan oleh pemerintah dapat menumbuhkan jiwa
kewirausahaan pada siswa

Banyak program lain yang ada dalam dunia Pendidikan


yang erat kaitannya dengan pengembagan jiwa kewirausahaan
pada pserta didik dengan tujuan jangka panjangnya dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara khususnya
pada sektor kewirausahaannya.

BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Penguatan jiwa kewirausahaan akan menimbulkan dampak
pada penguatan perilaku kewirausahaan. Sedangkan penguatan
pada perilaku kewirausahaan mampu menciptakan terbentuknya
kemandirian usaha bagi pelaku usaha kecil. Sehingga langaka
keputusan terbaru pemerintah sudah baik dengan menyisipkan
kwirausahaan dalam mutan kurikulum yang mana diterpakan oleh
semua jenjang mualai dari SD, SMP, SMA, dan SMK. Dan juga
banyak proram-program lain yang ada dalam dunia Pendidikan dalam
meningkatkan jiwa kewirausahaan, dengan harapan dapat
meningkatkan rasio kewirausahaan di Indonesia.

B. SARAN
Pada pembahasan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka dari itu tim penulis
mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca dan para ahli
demi terciptanya makalah yang relevan dengan hal-hal yang terjadi
diimbangi dengan keilmuan yang tepat.

C. LESSON LEARNED
Pembelajaran yang dapat diambil dari makalah ini adalah bagaimana
kita selaku pelaku ekonomi dapat menyeimbangi perkembangan
zaman yang menuntut semua serba digitalisasi, dengan selalu
mempertimbangkan berbagai aspek dan keilmuan dalam ekonomi
demi tercapainya tujuan ekonomi yang handal, flexible dan relevan.
Sebagai enterpreneur harus memiliki karakteristik sehingga dapat
mempertimbangkan segala resiko yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

 https://cerdasco.com/ekonomi-perilaku/
 https://www.detik.com/tag/pelaku-ekonomi
 https://educhannel.id/blog/artikel/perilaku-menabung.html
 https://www.finansialku.com/pendidikan-keuangan-sama-pentingnya-
dengan-pendidikan-formal/#:~:text=Pendidikan%20keuangan
%20adalah%20pengetahuan%20yang,keuangan
%20%23IndonesianDreams%20dan%20anti%20bangkrut.
 http://webblogkkn.unsyiah.ac.id/pasitimon16/pengertian-
kewirausahaan/#:~:text=Menurut%20Robbing%20dan
%20Coulter,dengan%20sumber%20daya%20yang%20digunakan.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Investasi
 https://jagoekonomi.com/2022/09/28/behavioral-economics/
 https://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/318/pdf
 https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/07/22/rasio-kewirausahaan-indonesia-
347-persen-masih-kecil-dan-setara-vietnam
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : H. MUFTI FATHONI DARMA, S.Kom, M.Si


ALAMAT : Jl. KH. Soleh Iskandar Gg. Masjid Al-Abrar Salabenda
TTL : Bogor, 21 Juni 1986
AGAMA :ISLAM

Riwayat Pendidikan :
SD : MI Tarbiyatusshibyan
SMP : MTs Daarul Uluum Lido
SMA : SMA Plus YPHB
S1 : UNIKOM Bandung
S2 : UNB Bogor

Riwayat Pekerjaan :
1. Guru MTs Yatashi
2. Guru MAN 1 Kota Bogor
3. Guru SMK Permata 1
4. Kepala SMK Permata 1 Bogor
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Gina Hayatullisma, M.Pd.


ALAMAT : Jl. Warungborong RT 05 RW 02 No 52 Kecamatan
Ciampea
TTL : Bogor, 5 Mei 1993
AGAMA :ISLAM

Riwayat Pendidikan :
SD : SDN Cimapea 1
SMP : SMPN 6 Kota Bogor
SMA : SMAN 5 Kota Bogor
S1 : UPI Bandung
S2 : UNPAK

Riwayat Pekerjaan :
1. Guru SMPN 12 Kota Bandung
2. Guru SMP Pelita Ciampea
3. Guru SMK Pelita Ciampea
4. Kepala Madrasah MTSs Nurul Walidain
5. Kepala Sekolah SMP Pelita Ciampea

Anda mungkin juga menyukai