Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DUA SEKTOR

Dosen Pengampu : Dr. Ekalia Yusiana, S.P., M.Sc.


Mata Kuliah : Ekonomi Makro (AGB62309)

Disusun oleh : Kelompok 5 - 3C Agribisnis


Diana (2210631200009)
Suci Novianti (2210631200029)
Abdul Rahman (2210631200032)
Bagas Risky Pratama (2210631200036)
Kusyati (2210631200046)
Muhammad Fariz (2210631200051)
Nurfitriani (2210631200057)
Rizqa Intan Ayu Pramudya (2210631200062)
Sandria Katarina (2210631200065)
Viona Febrianti (2210631200071)
Adeliya Dwi Irdhana (2210631200073)
Ananda Putri Nabila (2210631200077)
Zahra Arabella (2210631200100)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah diberikan oleh Ibu Dr. Ekalia Yusiana, S.P., M.Sc. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Makro dengan judul makalah “Analisis Pendapatan Nasional
Dua Sektor.”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Sebelumnya, kami mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Semoga
dengan penyusunan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Karawang, 13 November 2023

Penulis

2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Konsep Pendapatan Nasional Dua Sektor (Tertutup Sederhana)..................................... 3
2.2 Fungsi Konsumsi dan Tabungan...................................................................................... 5
2.3 Fungsi Saving atau Tabungan MPS dan APS .................................................................. 8
2.4 Hubungan antara APC, MPC, APS dan MPS ................................................................ 10
2.5 Equilibrum Pendapatan Nasional................................................................................... 13
2.6 Perhitungan Multiplier ................................................................................................... 20
2.7 Inflation GAP dan Deflanationary GAP ........................................................................ 22
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 25
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 25
3.2 Saran .............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

ii3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peluang Ekonomi makro merupakan studi yang mempelajari suatu pengaruh
perekonomian pada suatu negara yang didalamnya berdampak pada perekonomian
masyarakat, perusahaan, dan pasar di Negara tersebut.. Ekonomi makro biasanya
digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target
kebijakan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, naiknya pendapatan
nasional dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Meskipun Ekonomi makro adalah bidang studi yang luas, ada dua bidang studi
yang menjadi ciri subjeknya: mempelajari penyebab dan konsekuensi fluktuasi
jangka pendek dalam pendapatan pemerintah, air (siklus bisnis) dan kegiatan
penelitian tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang (peningkatan). dalam (pendapatan nasional). Model dan prakiraan ekonomi
makro saat ini banyak digunakan oleh pemerintah dan perusahaan besar untuk
membantu mengembangkan dan mengevaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis.
Ekonomi makro memiliki peran penting sebagai alat analisa pendapatan nasional
sebuah Negara. Ekonomi makro merupakan studi yang efektif dalam menganalisa
keadaan perekonomian sebuah Negara dan bidang ini pun bisa untuk memegaruhi dan
menganalisa pencapaian dan target atau perekonomian pada perekonomian suatu
Negara tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian perkembangan tertutup sederhana?
2. Bagaimana konsep konsumsi dan tabungan pada pendapatan Nasional dua sektor?
3. Bagaimana metode perhitungan Pendapatan Nasional Equiliburm?
4. Bagaimana metode perhitungan Multiplier?
5. Bagaimana memahami kurva Infationary GAP & Deflation GAP?

1
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan tertutup sederhana.
2. Untuk mengetahui konsep konsumsi dan tabungan pada pendapatan Nasional dua
sektor.
3. Untuk mengetahui metode perhitungan pendapatan Nasional Equiliburm.
4. Untuk mengetahui metode perhitungan Multiplier.
5. Untuk memahami kurva Inflationary GAP & Deflation GAP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pendapatan Nasional Dua Sektor (Tertutup Sederhana)


Menurut Ani Susanti (2017) definisi dari perekonomian dua sektor dapat diartikan
sebagai perekonomian tertutup yang hanya mencakup sector perusahaan (business)
dengan sector rumah tangga (house hold). Perekonomian ini bebas pajak dan tidak
memiliki aktivitas pemerintah. Perekonomian ini juga tidak berkaitan dengan
perekonomian dan perdagangan luar negeri, artinya tidak melakukan kegiatan impor
dan ekspor. Perekonomian dua sektor juga disebut sebagai perekonomian sederhana
tertutup. Disebut sederhana karena perekonomian hanya mencakup sektor rumah
tangga dan sektor dunia usaha. Tertutup karena perekonomian tidak mempunyai
hubungan ekonomi (perdagangan) dengan dunia internasional. Sehingga aliran
pendapatan dalam perekonomian dua sektor dapat digambarkan pada Gambar sebagai
berikut:

Keterangan Gambar:
1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh
sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memperoleh pendapatan
(income payment) yang berupa : gaji dan upah, sewa, bunga dan laba.

3
2. Sebagai besar pendapatan (income payment) yang diterima oleh sektor rumah
tangga akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (consumption expenditure)
yaitu : untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.

3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi,


oleh sektor rumah tangga akan ditabung dalam badan (lembaga) keuangan

4. Sektor perusahaan (business sector) yang memerlukan modal untuk kegiatan


“investasi” meminjam tabungan yang dikumpulan oleh lembaga keuangan dari
sektor rumah tangga (household).

Dalam model makroekonomi yang sederhana ini diperoleh asumsi bahwa


pengeluaran agregat (aggregat expenditure, AE) terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
pengeluaran untuk barang-barang konsumsi (consumption expenditure) dan
pengeluaran untuk barang-barang modal (Investasi). Selain dari itu, juga diasumsikan
bahwa penerima (income) yang diterima oleh sektor rumah tangga, akan dikeluarkan
untuk barang-barang konsumsi dan sisanya untuk ditabung. Selain itu suatu
perekonomian akan mencapai kondisi kesimbangan, apabila jumlah pengeluaran sama
dengan jumlah penerimaan. Secara aljabar, konsep perekonomian makro sederhana
dua faktor dapar dirumuskan sebagai berikut :
• Y=C+I
• Y = C + S dan I = S
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi, rumah tangga konsumen
S = Tabungan
I = Investasi, rumah tangga produsen, industry

4
2.2 Fungsi Konsumsi dan Tabungan
A. Fungsi Konsumsi APC dan MPC
Usaha Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu
perekonomian negara. Persamaannya adalah sebagai berikut:

C = a + By
Keterangan :

C = Tingkat Konsumsi
a = Konsumsi Rumah Tangga Secara Nasional pada
Saat Pendapatan Nasional = 0
b = Kecondongan Konsumsi Marginal
Y = Tingkat Pendapatan Nasional

Perilaku konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama income (Y), lebih
tepatnya disposable income atau pendapatan yang tersedia untuk di belanjakan
(YD). Dengan demikian, fungsi konsumsi merupakan perilaku konsumen rumah
tangga dalam menggunakan pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan.

Adapun besarnya disposable income setara dengan income setelah dikurangi


pajak (T). Persamaannya adalah sebagai berikut:

YD = Y –T
Keterangan:
YD = Pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan
Y = Pendapatan Nasional
T = PajaK
a) Kurva Fungsi Konsumsi
Berikut adalah kurva fungsi konsumsi

5
Keterangan:

• Titik X menunjukan persinggungan Antara kurva Z dengan kurva C


(dimana Y = C). Ini adalah titik saat besaran konsumsi setara dengan
besaran income.
• C0 mengindikasikan bahwa konsumsi akan tetap dilakukan walaupun
income sebesar nol
• Ingat bahwa proporsi tambahan konsumsi lebih rendah daripada
proporsi tambahan income, sehingga menimbulkan ruang dimana kurva
C menjadi lebih rendah daripada kurva Z. Ruang inilah yang menjadi
proporsi untuk tabungan (S)
• Ruang sebelum titik X menunjukan Konsumsi lebih besar dari
pendapatan (C > Y), untuk memenuhi hal tersebut maka bisa diambil
dari tabungan terdahulu atau melakukan pinjaman.

b) Marginal Propensity to Consume (MPC)


Marginal Propensity to Consume atau kecenderungan mengkonsumsi
marginal adalah dampak penambahan setiap unit disposable income pada
besarnya komsumsi.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
𝚫𝑪
MPC =
𝚫𝒀
MPC menunjukkan proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan untuk
konsumsi. Ketika pendapatan meningkat maka MPC menurun, yang berarti
masyarakat cenderung menabung lebih banyak dan membelanjakan lebih
sedikit setiap tambahan unit pendapatan.

c) Average Propensity to Consume (APC)


Average Propensity to Consume/Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-rata
adalah perbandingan Antara konsumsi dengan disposable income pada setiap
tingkatan. Persamaannya adalah sebagai berikut:
𝑪
APC =
𝒀

6
APC menunjukkan proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk
konsumsi. Ketika pendapatan meningkat, APC menurun, yang berarti
masyarakat cenderung menabung lebih banyak dan membelanjakan lebih
sedikit pendapatannya.

Contoh Soal
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya
sebagai berikut:

▪ Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.000 miliar, besar


konsumsi per tahun Rp950 miliar, sehingga tabungannya Rp50 miliar.

▪ b. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.200 miliar, besar


konsumsi per tahun Rp1.100 miliar, sehingga tabungannya Rp100 miliar.

Tentukan:

a) Fungsi konsumsi
b) Tingkat pendapatan nasional BEP (Break Even Point)

Penyelesaian:

a) Mencari fungsi konsumsi


𝐶 950
APC 𝑌 = 1000 = 0,95
∆𝐶 1100−950 150
MPC b = = = = 0,75
∆𝑌 1200−1000 200
Maka besarnya:
a = (APC – MPC) Y
a = (0,95 – 0,75) 1.000 miliar
a = 0,20 × 1.000 miliar
a = 200 miliar

Jadi, fungsi konsumsinya C = a + bY yaitu:

C = 200 + 0,75 Y

b) Besarnya titik keseimbangan BEP

7
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya
pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi, atau
dapat dikatakan:
Y = C atau Y – C = 0
Maka perhitungannya adalah:
Y–C =0
Y – (200 miliar + 0,75 Y) =0
Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
0,25 Y = 200 miliar
Y = 800 miliar
Jadi, besarnya BEP adalah Rp800 miliar.

2.3 Fungsi Saving atau Tabungan MPS dan APS

Fungsi tabungan menghubungkan jumlah tabungan dengan jumlah pendapatan.


Karena jumlah yang ditabung adalah sama halnya dengan apa yang tidak dikonsumsi,
maka tabungan dan konsumsi merupakan benda dimuka cermin, dalam arti bahwa:

Tabungan + Konsumsi = Pendapatan Disposable

Rumusnya adalah sebagai berikut:

S= -a+(1-b)Y
Keterangan:
S = Tingkat Tabungan Nasional
1–b = MPS yaitu Tambahan Pendapatan yang digunakan untuk Tambahan
Tabungan

Syarat mutlak fungsi tabungan yaitu:

• Nilai a = Negatif
• Nilai 1 – b = Positif

8
a) Marginal Propencity to Save (MPS)
Marginal Propencity to Save (MPS) adalah perbandingan antara bertambahnya
saving atau tabungan dengan bertambahnya pendapatan nasional yang
mengakibatkan bertambahnya saving. MPS selalu positip, tetapi nilainya kurang
dari satu (0 < MPS < 1)
∆𝑺
𝑴𝑷𝑺 =
∆𝒀

b) Average Propensity to Save (APS)


Average Propensity to Save (APS) adalah perbandingan antara besarnya saving
pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan nasional
bersangkutan.
𝒔
𝑨𝑷𝑺 =
𝒚

Contoh Soal
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya
sebagai berikut:
• Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.000 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp950 miliar, sehingga tabungannya Rp50 miliar.
• Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.200 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp1.100 miliar, sehingga tabungannya Rp100 miliar.
➢ Tentukan fungsi tabungan?
Berdasarkan fungsi konsumsi yaitu C = 200 + 0,75 Y, maka fungsi
tabungan dapat ditentukan sebagai berikut:
S = -200 + (1 – 0,75) Y
S = -200 + 0,25 Y

Adapun besarnya 0,25 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus


MPS berikut:
∆𝑆
1 - b atau MPS ∆𝑌
100−50 50
𝑀𝑃𝑆 = 1.200−1000 = 200 = 0,25

9
Mencari APS jika diketahui pendapatan dan tabungannya :
𝑆
𝐴𝑃𝑆 =
𝑌
𝑆 50
• 𝐴𝑃𝑆 = = 1.000 = 0,05
𝑌
𝑆 100
• 𝐴𝑃𝑆 = = 1.200 = 0,083
𝑌

c) Kurva Tabungan
Dari fungsi konsumsi C = 200 + 0,27Y.
Maka fungsi tabungannya S = -200 + 0,27 Y

2.4 Hubungan antara APC, MPC, APS dan MPS

A. APC
Ini adalah rasion pengeluaran konsumsi terhadap tingkat pendapatan yang
bersangkutan. Rumus untuk menentukan APC adalah:
𝑪𝒐𝒎𝒔𝒖𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝑪)
Average Propensity to Consume (APC) = 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝒀)

B. MPC
Rasio perubahan pengeluaran konsumsi terhadap perubahan total pendapatan.
Secara sederhana MPC menjelaskan proporsi perubahan pendapatan yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Rumus untuk menentukan MPC adalah:
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒏𝒔𝒖𝒎𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝜟𝑪)
Marginal Propensity to Consume (MPC) = 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝜟𝒀)

C. APS
Rasio tabungan terhadap tingkat pendapatan yang sesuai. Rumus untuk APS
adalah:
𝑺𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 (𝑺)
Average Propensity to Save (APS) = 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝒀)

10
D. MPS
Rasio perubahan tabungan terhadap perubahan pendapatan total. Rumus untuk
menentukan MPS adalah:
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑺𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 (𝜟𝑺)
Marginal Propensity to Save (MPS) = 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝜟𝒀)

E. Hubungan antara APC dam APS


Jumlah APC dan APS sama dengan satu. Buktinya: Sudah diketahui bahwa Y = C
𝐘 𝐂 𝐒
+ S, bagi kedua sisi dengan Y. Maka: = + , APC + APS = 1 karena
𝐘 𝐘 𝐘

pendapatan digunakan untuk konsumsi atau tabungan.

F. Hubungan antara MPC dan MPS


Jumlah MPC dan MPS sama dengan satu, hal ini dapat dibuktikan dengan ΔY =
𝚫𝐘 𝚫𝐂 𝚫𝐒 𝚫𝐘 𝚫𝐂
ΔC + ΔS, bagi kedua ruas dengan ΔY. Maka : = + .⁖: = 1, = =
𝚫𝐘 𝚫𝐘 𝚫𝐘 𝚫𝐘 𝚫𝐘
𝚫𝐒
MPC, dan = MPS. MPC + MPS = 1, karena total kenaikan pendapatan
𝚫𝐘

digunakan untuk konsumsi atau tabungan.

G. Nilai APC, APS, MPC dan MPS


H. Nilai APC APS MPC MPS
Negatif APC tidak akan APS bisa MPC tidak akan MPS tidak
(kurang dari pernah kurang dari kurang dari nol pernah kurang boleh kurang
nol) nol, karena adanya ketika C>Y; dari nol dan dari nol, begitu
(C) yaitu sebelum juga ΔS tidak juga ΔC tidak
titik impas akan pernah boleh lebih dari
lebih dari ΔY ΔY
Nol APC tidak akan APS bia MPC tidak akan MPS tidak akan
pernah bisa menjadi nol pernah bisa pernah bisa
menjadi nol karena ketika C=Y; menjadi nol, ΔS menjadi nol, ΔC
kehadiran ⁖Ć yaitu pada titik = ΔY = ΔY
impas
Satu APC bisa menjadi APS tidak akan MPC tidak akan MPS tidak akan
satu jika C=Y; pernah bisa satu pernah bisa pernah bisa
yaitu di BEP per satu karena menjadi nol, ΔC menjadi nol, ΔS
tabungan tidak = ΔY = ΔY
akan pernah
bisa sama
dengan
pendapatan

11
Lebih dari APC bisa lebih APS tidak akan MPC tidak akan MPS tidak
satu dari satu jika C>Y; pernah lebih pernah kurang boleh kurang
yaitu sebelum titik dari satu, karena dari nol dan dari nol, begitu
impas tabungan tidak juga ΔC tidak juga ΔS tidak
akan pernah akan pernah boleh lebih dari
lebih dari lebih dari ΔY ΔY
pendapatan

Keterangan:
Ć = Konsumsi otonom
C = Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
ΔS = Perubahan Tabungan
ΔC = Perubahan Konsumsi
ΔY = Perubahan Pendapatan Nasional

Contoh soal
Dalam suatu perekonomian diketahui :

Y C S
200 300 ....
400 450 ....
600 600 ....
800 750 ....
900 800 ....

Hitunglah MPC, MPS, APC, dan APS


Penyelesaian :
Pendapatan Konsumsi Tabungan APC APS MPC MPS MPC
APC+APS
(Y) (C) (S)=(Y)-(C) = C/Y = S/Y =∆C/∆Y =∆S/∆Y +MPS
200 300 -100 1,5 -0,5 1
400 450 -50 1,125 -0,125 1 0,75 0,25 1
600 600 0 1 0 1 0,75 0,25 1
800 750 50 0,94 0,06 1 0,75 0,25 1
900 800 100 0,89 0,11 1 0,5 0,5 1

12
➢ Kurva

2.5 Equilibrum Pendapatan Nasional


Equilibrum pendapatan nasional atau keseimbangan pendapatan nasional adalah
tingkat pendapatan nasional dimana tidak ada satupun kekuatan dari faktor-faktor
ekonomi yang mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan mengubahnya.
Jadi dalam keseimbangan pendapatan nasional, pelaku ekonomi akan berkontribusi
atau ikut campur dengan memperhatikan batasan tertentu yang bersifat wajar dan
sesuai dengan kebutuhan.
Keseimbangan pendapatan nasional merupakan persamaan yang berasal dari
sejumlah kontribusi pelaku ekonomi, sedangkan pendapatan nasional adalah
merupakan identitasnya. Keseimbangan pendapatan nasional berasumsi bahwa I
adalah variabel eksogen (Exogenous Variable) yaitu suatu variabel yang besarannya
ditentukan oleh faktor-faktor dari luar, sedangkan faktor lain disebut variabel endogen
( Endogenous Variabel) yaitu faktor-faktor yang ada di dalam model.

Grafik Keseimbangan Perekonomian Negara


A. Pendekatan Penawaran Agregat (AS) – Pengeluaran Agregat (AD)
Pengeluaran atau permintaan agregat (AD) adalah total jumlah produk dan jasa
yang akan dibeli oleh suatu sektor perekonomian di akhir periode selama satu
tahun pada tingkat pendapatan tertentu. Sedangkan, penawaran agregat (AS)
mengacu pada nilai moneter suatu barang yang sudah jadi dan jasa yang siap
dipasok oleh semua produsen ke suatu perekonomian dalam periode waktu

13
tertentu. Teori Keynesian menyatakan bahwa keseimbangan terjadi jika situasi
permintaan agregat terhadap produk atau jasa sama dengan penawaran agregatnya
dalam periode tertentu.
Ada dua bagian permintaan agregat:
Pengeluaran Konsumsi dimana pengeluaran akan berubah secara langsung
mengikuti pendapatan. Pengeluaran Investasi dimana pengeluaran tidak akan
dipengaruhi oleh pendapatan.

Keterangan:
E : Equilibrum atau keseimbangan
0Y : Output pada keseimbangan sesuai titik E

Dalam pembuatan kurva permintaan agregat-penawaran agregat, garis dibuat


memotong sudut 90° menjadi dua bagian masing-masing 45° dimana garis M
dan Y akan mengikuti kecondongan garis 45°. Dari kurva diatas dapat
dianalisis bahwa penawaran agregat diwakilkan dengan C+I dan titik E adalah
titik gabungan semua garis pengeluaran konsumsi, dan investasi serta total
output yang menjadi titik keseimbangan pendapatan.

• Proses Penyesuaian Kembali

Hal ini dilakukan ketika terjadi penyimpangan dari tingkat output equilibrium.
Penyimpangan tersebut terjadi jika belanja yang direncanakan atau permintaan
agregat tidak sama dengan penawaran yang direncanakan.
AD > AS maka kurva C+I akan di atas garis 45°. Dalam kondisi ini pelaku
bisnis akan memilih untuk membeli banyak barang dari pada memproduksi,
sehingga persediaan akhir tahun menurun dari tingkat yang diinginkan. Oleh

14
karena itu, perusahaan harus membuka lapangan kerja atau output untuk
mengembalikan persediaan pada tingkat yang diinginkan.
AD < AS maka kurva C+I akan berada di bawah 45°. Dalam kondisi ini pelaku
bisnis akan membeli sedikit barang dan memperbanyak produksi, sehingga
persediaan akan meningkat dari yang telah direncanakan. Oleh karena itu,
perusahaan akan mengurangi tenaga kerja atau input untuk mengembalikan
persediaan pada tingkat yang diinginkan.

B. Pendekatan Suntikan = Bocoran


Suntikan artinya penambahan atau pengenalan pendapatan ke dalam aliran
melingkar suatu perekonomian. Suntikan ke dalam aliran pendapatan sirkular
merupakan hasil dari pinjaman uang oleh rumah tangga dan perusahaan dari
berbagai sumber eksternal, seperti lembaga keuangan. Namun tambahan
pendapatan ini tidak serta merta mengakibatkan pengeluaran. Oleh karena itu,
suntikan meningkatkan aliran pendapatan dalam suatu perekonomian.
Bocoran artinya menarik uang dari aliran melingkar suatu
perekonomian. Kebocoran dari aliran pendapatan sirkular suatu perekonomian
terjadi ketika perusahaan dan rumah tangga menabung sebagian dari pendapatan
mereka. Oleh karena itu, kebocoran atau penarikan adalah bagian pendapatan
suatu perekonomian yang tidak melewati aliran pendapatan melingkar, sehingga
mengakibatkan tidak tersedianya uang tersebut untuk dibelanjakan pada barang
dan jasa yang diproduksi baru-baru ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kebocoran mengurangi aliran pendapatan dalam suatu perekonomian

C. Pendekatan Aljabar Untuk Menentukan Keseimbangan


Rumus Keseimbangan Pendapatan Nasional
1. Y = C + I
2. S = I
Turunan Rumusnya:
1. Y =C+I
A = cY + I
Y - cY =a+I
(1–c)Y =a+I

𝐚+𝟏 𝐚+𝟏
𝐘= 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐘 =
𝟏− 𝐜 𝐒

15
Dengan S = 1- c
2. S = I
-a + sY = I
sY = a + I
𝐚+𝐈
𝐘=
𝐒
Atau

𝑺 = −𝒂 + (𝟏 − 𝒃𝒀)
Keterangan:
Y = Pendapatan disposable
C = jumlah pengeluaran konsumsi
I = Investasi
a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan = 0
S = Jumlah tabungan

Contoh Soal:
Konsumsi saat pendapatan Nol (a) = Rp. 80
b = 0,70 I = 100
Tentukan:

a. Fungsi Konsumsi (c)


b. Fungsi Tabungan / saving (S)
c. Keseimbangan Perekonomian
• Secara Agregate.
• Secara Suntikan = Bocoran
d. Gambarkan kurva keseimbangan perekonomian dua sektor
Jawab:

a. Fungsi Konsumsi (C)

C = a + bY
C = 80 + 0,70Y
Atau
C = a + bY
C = 80 + 0,70Y

16
b. Fungsi Tabungan (S)

S = - a + (1 – b) Y
S = - 80 + (1 – 0,70) Y
S = - 80 + 0,30 Y

Atau

S = - a + (1 – b) Y
S = - 80 + (1 – 0,70) Y
S = - 80 + 0,30 Y
c. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor
• Secara Agregate
Y =C+I
Y = 80 + 0,70 Y + 100
Y = 180 + 0,70 Y
Y – 0,70Y = 180
0,30 Y = 180
Y = 180/0,30
Y = 600

• Secara Suntikan = Bocoran


I =S
100 = - 80 + 0,30Y
100 + 80 = 0,30Y
180 = 0,30Y
Y = 180/0,30
Y = 600

➢ Pendekatan Aljabar

C= 80+0,70Y dan I=100


Maka tentukan

a. Keseimbangan pendapatan nasional


b. Keseimbangan konsumsi
c. Keseimbangan Tabungan
d. Buatkan kurva keseimbangannya

Jawab:

17
a. Y =C+I
Y = 80+ 0,70y+100
Y-0,70Y = 100+80
(1-0,70) Y = 180
0,30Y = 180
Y = 600

b. C = 80+ 0,70Y
C = 80+0,70(600)
C = 80+420
C = 500

c. S = Y- C
S = 600-500 = 100 = I

Pembuktian

Y = C+I
600 = 500+100
600 = 600

Formula Fungsi Tabungan


S = - a + (1- b) Y
S = - 80 + (1-0,70) Y
S = - 80 + 0,30Y

d. Gambar Kurva Keseimbangan Perekonomian dua sektor


• Agregat Expenditure

18
• Suntikan Bocoran
Kemiringan Garis Saving ( Suntikan Bocoran)
Diket : S = 0
Jawab :
S = - 80 + 0,30Y
0 = - 80 + 0,30Y
- 0,30 Y = - 80
Y = 266,7

• Kurva Gabungan

Garis Y = AE adalah garis yang membentuk sudut 45° clengan sumbu


datar, Setiap titik dalam garis ini menunjukkan keadaan di mana pendapatan
nasional sama dengan pengeluaran agregat. Berarti garis itu merupakan tempat
kedudukan di mana tingkat keseimbangan perekonomian negara akan tercapai.
Oleh karena itu garis tersebut sangat penting sekali artinya di dalam
menentukan pada tingkat mana keseimbangan perekonomian negara akan
berlaku.
titik E menunjukkan keadaan di mana tingkat keseimbangan
perekonomian negara tercapai dapat dibuktikan dengan memisalkan bahwa
tingkat kegiatan ekonomi berbeda dengan yang ditunjukkan oleh titik E. Pada
tingkat pendapatan nasional ini fungsi C + I beracla di atas garis Y = AE. Ini
berarti pengeluaran agregat adalah lebih besar daripada pendapatan nasional.

19
Kelebihan permintaan tersebut akan menggalakkan para pengusaha
menambah produksi mereka, dan pendapatan nasional menjadi bertambah
tinggi. Keadaan seperti itu akan terus berlangsung sehingga pendapatan
nasional bernilai Rp 600.
Pada waktu pendapatan nasional melebihi nilai ini, fungsi C + I berada
di bawah garis Y= AE, dan keadaan itu berarti bahwa pengeluaran agregat
lebih kecil dari pendapatan nasional. Produksi barang-barang yang melebihi
permintaan tersebut akan mendorong Perusahaan- perusahaan untuk
menurunkan kegiatan mereka, dan penurunan dalam kegiatan.

2.6 Perhitungan Multiplier


A. Pengertian Multiplier
Multiplier merupakan angka pengganda yang menerangkan berapa besarnya
kenaikkan pendapatan ekonomi masyarakat yang diakibatkan dari perubahan
(kenaikan dan penurunan) variabel-variabel ekonomi. Nilai pengganda
mendeskripsikan perbandingan antara jumlah perubahan dengan pendapatan,
jumlah kenaikkan atau penurunan dalam pengeluaran yang menimbulkan
perubahan dalam pendapatan ekonomi masyarakat pedesaan
B. Proses Bekerja Multiplier
Pendapatan nasional dalam ekonomi 2 sektor adalah suatu konsep dalam ilmu
ekonomi yang menjelaskan bagaimana peningkatan investasi (injeksi) atau
pengeluaran yang lain dalam perekonomian akan meningkatkan Pendapatan
Nasional (Anggaran Negara) dengan kelipatan atau proporsi yang lebih dari
peningkatan investasi atau pengeluaran awal tersebut. Pendapatan nasional dua
sektor melibatkan dua sektor utama yaitu rumah tangga dan perusahaan. Rumah
tangga berperan dalam menyediakan faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber
daya alam, dan modal, sedangkan perusahaan berperan dalam menghasilkan
produk dan jasa.

C. Rumus Multiplier
Pendapatan nasional dalam model ekonomi dua sektor, yang keterlibatan sektor
rumah tangga dan juga sektor perusahaan, berkaitan erat pada konsep multiplier
pengeluaran. Dalam hal ini, konsumsi adalah salah satu komponen utama dalam
menghitung pendapatan nasional. Multiplier pendapatan nasional dua sektor, atau
disebut juga multiplier Keynesian, dihitung dengan rumus berikut:

20
Multiplier pendapatan nasional (MPN) = 1 / (1 - MPC)

dimana MPC merupakan tingkat konsumsi marjinal, yaitu persentase tambahan


pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. MPC memiliki rentang antara 0
hingga 1. Jika konsumsi tetap (tidak berubah) meskipun pendapatan meningkat,
maka MPC berkisar antara 0. Sebaliknya, jika konsumsi meningkat seiring dengan
kenaikan pendapatan, maka MPC mendekati 1.

Dalam konteks multiplier pendapatan nasional dua sektor, MPN digunakan untuk
menghitung sejauh mana kenaikan pengeluaran (investasi atau konsumsi) akan
meningkatkan pendapatan nasional.

Misalnya, jika MPC = 0,8 (atau 80%), maka MPN = 1 / (1 - 0,8) = 1 / 0,2 = 5.
Artinya, jika ada kenaikan pengeluaran sebesar 100, pendapatan nasional akan
meningkat sebesar 100 x 5 = 500.

Contoh Soal:
1. Jika diasumsikan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y dan Investasi pada periode
1 adalah I = 40 Triliun. Pada periode 2, investasi bertambah menjadi 60 Triliun
Hitunglah pendapatan nasional pada periode kedua dengan menggunakan angka
pengganda

Penyelesaian:
∆Y/∆I = k = 1/(1-c) = 1/(1-0,75 ) = 4
∆Y = 4∆I
Y2 - Y1 = 4(I2-I1)
Y pada periode 1: Y1=(co+I)/(1-c) =320T.
Maka Y pada periode 2:
Y2 =Y1+4(60-40) =320+4(20) =400T.

Kesimpulan: Investasi bertambah sebesar 20T, menghasilkan pendapatan


nasional bertambah 80T (efek pengganda 4).

21
• Kurva Multiplier
Z

2.7 Inflation GAP dan Deflanationary GAP


Konsep tentang inflationary Gap dan deflationary Gap mengacu pada sejauh mana
tingkat employment saat ini menyimpang dari kemampuan produk yang ada. Dalam
hal ini, semakin besar inflationary Gap, semakin besar pula over employmentnya. Dan
Semakin besar deflationary gap nya, maka tingkat employment akan semakin turun di
bawah tingkat full-employment, yang berarti semakin tinggi pula tingkat
pengangguran yang terjadi. Definisi dari Inflationary Gap adalah selisih antara jumlah
investasi yang terjadi dengan besarnya full-employment saving (saving pada tingkat
full-employment saving). sedangkan yang dimaksud dengan deflationary gap adalah
angka yang menunjukkan besarnya selisih antara investasi yang terjadi dengan full-
employment saving, dimana jumlah yang diinvestasikan lebih kecil dari jumlah full
employment savingnya
A. Rumus Kesenjangan Inflasi
Untuk mengetahui suatu negara sedang mengalami kesenjangan inflasi atau tidak,
harus mengetahui nilai S (fungsi tabungan). Fungsi ini menggambarkan hubungan
antara tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam
suatu perekonomian. Sebuah negara dikatakan mengalami kesenjangan inflasi
apabila nilai S (tabungan) yang diperoleh lebih kecil dari nilai I (pengeluaran atau
biaya investasi)

22
Rumus kesenjangan inflasi :

S=Y–C
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
I.G = Inflationary Gap

B. Rumus Kesenjangan Deflasi


Rumus kesenjangan deflasi sendiri sama dengan rumus kesenjangan inflasi. Yang
membedakan disini jika nilai S (tabungan) yang dihasilkan lebih besar dari nilai I
(pengeluaran atau biaya investasi), artinya negara tersebut sedang mengalami
kesenjangan deflasi.
Rumus Kesenjangan Deflasi :

S=Y–C
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
D.G = Deflationary Gap

Contoh Soal
Diketahui :
• Fungsi konsumsi pertahun : 0.75Y + 20 Milyar rupiah.
• Investasi pertahun : 40 Milyar rupiah.
Ditanyakan :
1) Berapa besar inflationary gap atau deflationary gap, jika kapasitas
produksinya 200 Milyar?
2) Berapa besar inflationary atau deflationary gap, jika kapasitas produksinya
280 Milyar?

23
Penyelesaian :
1) S = Y – C
S = 200 – (0.75 x 200 + 20)
S = 200 – 170
S = 30 Milyar rupiah per tahun.
I.G = Investasi – Full Employment Saving
I.G = 40 Milyar rupiah – 30 Milyar rupiah
I.G = 10 Milyar rupiah.
2) S = Y – C
S = 280 – (0.75 x 280 + 280)
S = 280 – 230
S = 50 Milyar rupiah pertahun.
D.G = Full Employment Saving – Investasi
D.G = 50 – 40
D.G = 10
3) Kurva :

Berdasarkan Gambar di atas agar tidak dapat terjadi Inflationary Gap


kapasitas produksi dapat ditingkatkan dari 200 milyar rp menjadi 240
milyar rp. Sedangkan agar tidak terjadi Deflationary Gap kapasitas
produksi dapat diturunkan dari 280 milyar rp menjadi 240 milyar rp.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam perekonomian dua sektor terdapat beberapa konsep ekonomi makro yang
signifikan telah dibahas. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan memainkan peran
penting dalam menjelaskan hubungan antara konsumsi, tabungan, dan pendapatan
nasional. Multiplier memberikan pemahaman mendalam tentang dampak peningkatan
investasi terhadap pendapatan nasional. Sementara itu, Kurva Inflationary GAP &
Deflationary GAP membantu dalam memahami bagaimana tingkat lapangan kerja
memengaruhi tingkat kemiskinan dan pengangguran.Melalui beberapa contoh soal
dan rumusan masalah, penerapan konsep-konsep tersebut dalam konteks nyata telah
dijelaskan dengan rinci.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemahaman konsep-konsep ekonomi
makro ini dapat memberikan panduan yang penting untuk memahami kompleksitas
hubungan antara berbagai variabel ekonomi, serta memberikan gambaran menyeluruh
tentang bagaimana fungsi konsumsi, fungsi tabungan, multiplier, dan kurva GAP
dapat saling terkait dan mempengaruhi dinamika ekonomi nasional. Pemahaman ini
sangat krusial dalam merancang kebijakan ekonomi yang efektif dan merespons
perubahan dalam lingkungan ekonomi global. Sebagai penutup, menegaskan bahwa
konsep-konsep ini bukan hanya teori semata, tetapi juga memiliki penerapan praktis
yang kuat dalam analisis dan perencanaan ekonomi

3.2 Saran
• Dalam membalas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh sektor rumah tangga ke sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
mendapatkan aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung
• Sebagian besar hasil pendapatan yang didapat sektor rumah tangga digunakan
untuk dikonsumsi seperti barang-barang maupun jasa yang ditawarkan oleh sektor
perusahaan
• Pengusaha yang membutuhkan atau memerlukan modal perlu melakukan investasi
dan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari
sektor rumah tangga.

25
DAFTAR PUSTAKA

ABIDIN, Z., MUHAEMIN, A., & SALAM, A. (2020). Pengantar ekonomi makro. CV.
Latinulu

Agregate Demand-Agregate Supply (AD-AS) Approach – geeksforgeeks. (2023).


Diakses 8 Oktober 2023. Dari https://www.geeksforgeeks.org/leakages-
and-injections-in-circular-flow-of-income/

Amin, A. A., Rumagit, G. A., & Katiandagho, T. M. (2015, May). Peranan sektor
industri pengolahan terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Sulawesi Utara. In Cocos (Vol. 6, No. 8)

Dalimunthe, Zulpahli. Dia Anggeraini Hasri. 2023. Analisis Multiplier Effect Investasi
dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016-2020. Program Studi Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Nusantara Journal of
Economics Vol. 5 No.1 ISSN:2714-5204

Hasanah, E. U., Danang Sunyoto, S. H., & SE, M. (2013). Pengantar Ilmu Ekonomi
Makro. Media Pressindo

Lyman, Cornelia. 2023. Apa itu Kesenjangan Inflasi dan Deflasi. Pintu.co.id

Priyono., & Chandra, T. (2016). Esensi Ekonomi Makro. Zifatama Publisher

Putong, I. (2015). Ekonomi makro: Pengantar ilmu ekonomi makro (Vol. 1).
Buku&Artikel Karya Iskandar Putong.

Siradjuddin (2012). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Makassar : Alauddin University


Press

Widjajanta, B., & Widyaningsih, A. (2001). Mengasah Kemampuan Ekonomi. Citra


Praya.

26

Anda mungkin juga menyukai