Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah diberikan oleh Ibu Dr. Ekalia Yusiana, S.P., M.Sc. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Makro dengan judul makalah “Analisis Pendapatan Nasional
Dua Sektor.”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Sebelumnya, kami mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Semoga
dengan penyusunan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
2i
DAFTAR ISI
ii3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan tertutup sederhana.
2. Untuk mengetahui konsep konsumsi dan tabungan pada pendapatan Nasional dua
sektor.
3. Untuk mengetahui metode perhitungan pendapatan Nasional Equiliburm.
4. Untuk mengetahui metode perhitungan Multiplier.
5. Untuk memahami kurva Inflationary GAP & Deflation GAP.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan Gambar:
1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh
sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memperoleh pendapatan
(income payment) yang berupa : gaji dan upah, sewa, bunga dan laba.
3
2. Sebagai besar pendapatan (income payment) yang diterima oleh sektor rumah
tangga akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (consumption expenditure)
yaitu : untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
4
2.2 Fungsi Konsumsi dan Tabungan
A. Fungsi Konsumsi APC dan MPC
Usaha Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu
perekonomian negara. Persamaannya adalah sebagai berikut:
C = a + By
Keterangan :
C = Tingkat Konsumsi
a = Konsumsi Rumah Tangga Secara Nasional pada
Saat Pendapatan Nasional = 0
b = Kecondongan Konsumsi Marginal
Y = Tingkat Pendapatan Nasional
Perilaku konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama income (Y), lebih
tepatnya disposable income atau pendapatan yang tersedia untuk di belanjakan
(YD). Dengan demikian, fungsi konsumsi merupakan perilaku konsumen rumah
tangga dalam menggunakan pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan.
YD = Y –T
Keterangan:
YD = Pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan
Y = Pendapatan Nasional
T = PajaK
a) Kurva Fungsi Konsumsi
Berikut adalah kurva fungsi konsumsi
5
Keterangan:
6
APC menunjukkan proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk
konsumsi. Ketika pendapatan meningkat, APC menurun, yang berarti
masyarakat cenderung menabung lebih banyak dan membelanjakan lebih
sedikit pendapatannya.
Contoh Soal
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya
sebagai berikut:
Tentukan:
a) Fungsi konsumsi
b) Tingkat pendapatan nasional BEP (Break Even Point)
Penyelesaian:
C = 200 + 0,75 Y
7
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya
pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi, atau
dapat dikatakan:
Y = C atau Y – C = 0
Maka perhitungannya adalah:
Y–C =0
Y – (200 miliar + 0,75 Y) =0
Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
0,25 Y = 200 miliar
Y = 800 miliar
Jadi, besarnya BEP adalah Rp800 miliar.
S= -a+(1-b)Y
Keterangan:
S = Tingkat Tabungan Nasional
1–b = MPS yaitu Tambahan Pendapatan yang digunakan untuk Tambahan
Tabungan
• Nilai a = Negatif
• Nilai 1 – b = Positif
8
a) Marginal Propencity to Save (MPS)
Marginal Propencity to Save (MPS) adalah perbandingan antara bertambahnya
saving atau tabungan dengan bertambahnya pendapatan nasional yang
mengakibatkan bertambahnya saving. MPS selalu positip, tetapi nilainya kurang
dari satu (0 < MPS < 1)
∆𝑺
𝑴𝑷𝑺 =
∆𝒀
Contoh Soal
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya
sebagai berikut:
• Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.000 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp950 miliar, sehingga tabungannya Rp50 miliar.
• Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.200 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp1.100 miliar, sehingga tabungannya Rp100 miliar.
➢ Tentukan fungsi tabungan?
Berdasarkan fungsi konsumsi yaitu C = 200 + 0,75 Y, maka fungsi
tabungan dapat ditentukan sebagai berikut:
S = -200 + (1 – 0,75) Y
S = -200 + 0,25 Y
9
Mencari APS jika diketahui pendapatan dan tabungannya :
𝑆
𝐴𝑃𝑆 =
𝑌
𝑆 50
• 𝐴𝑃𝑆 = = 1.000 = 0,05
𝑌
𝑆 100
• 𝐴𝑃𝑆 = = 1.200 = 0,083
𝑌
c) Kurva Tabungan
Dari fungsi konsumsi C = 200 + 0,27Y.
Maka fungsi tabungannya S = -200 + 0,27 Y
A. APC
Ini adalah rasion pengeluaran konsumsi terhadap tingkat pendapatan yang
bersangkutan. Rumus untuk menentukan APC adalah:
𝑪𝒐𝒎𝒔𝒖𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝑪)
Average Propensity to Consume (APC) = 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝒀)
B. MPC
Rasio perubahan pengeluaran konsumsi terhadap perubahan total pendapatan.
Secara sederhana MPC menjelaskan proporsi perubahan pendapatan yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Rumus untuk menentukan MPC adalah:
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒏𝒔𝒖𝒎𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝜟𝑪)
Marginal Propensity to Consume (MPC) = 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝜟𝒀)
C. APS
Rasio tabungan terhadap tingkat pendapatan yang sesuai. Rumus untuk APS
adalah:
𝑺𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 (𝑺)
Average Propensity to Save (APS) = 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝒀)
10
D. MPS
Rasio perubahan tabungan terhadap perubahan pendapatan total. Rumus untuk
menentukan MPS adalah:
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑺𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 (𝜟𝑺)
Marginal Propensity to Save (MPS) = 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 (𝜟𝒀)
11
Lebih dari APC bisa lebih APS tidak akan MPC tidak akan MPS tidak
satu dari satu jika C>Y; pernah lebih pernah kurang boleh kurang
yaitu sebelum titik dari satu, karena dari nol dan dari nol, begitu
impas tabungan tidak juga ΔC tidak juga ΔS tidak
akan pernah akan pernah boleh lebih dari
lebih dari lebih dari ΔY ΔY
pendapatan
Keterangan:
Ć = Konsumsi otonom
C = Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
ΔS = Perubahan Tabungan
ΔC = Perubahan Konsumsi
ΔY = Perubahan Pendapatan Nasional
Contoh soal
Dalam suatu perekonomian diketahui :
Y C S
200 300 ....
400 450 ....
600 600 ....
800 750 ....
900 800 ....
12
➢ Kurva
13
tertentu. Teori Keynesian menyatakan bahwa keseimbangan terjadi jika situasi
permintaan agregat terhadap produk atau jasa sama dengan penawaran agregatnya
dalam periode tertentu.
Ada dua bagian permintaan agregat:
Pengeluaran Konsumsi dimana pengeluaran akan berubah secara langsung
mengikuti pendapatan. Pengeluaran Investasi dimana pengeluaran tidak akan
dipengaruhi oleh pendapatan.
Keterangan:
E : Equilibrum atau keseimbangan
0Y : Output pada keseimbangan sesuai titik E
Hal ini dilakukan ketika terjadi penyimpangan dari tingkat output equilibrium.
Penyimpangan tersebut terjadi jika belanja yang direncanakan atau permintaan
agregat tidak sama dengan penawaran yang direncanakan.
AD > AS maka kurva C+I akan di atas garis 45°. Dalam kondisi ini pelaku
bisnis akan memilih untuk membeli banyak barang dari pada memproduksi,
sehingga persediaan akhir tahun menurun dari tingkat yang diinginkan. Oleh
14
karena itu, perusahaan harus membuka lapangan kerja atau output untuk
mengembalikan persediaan pada tingkat yang diinginkan.
AD < AS maka kurva C+I akan berada di bawah 45°. Dalam kondisi ini pelaku
bisnis akan membeli sedikit barang dan memperbanyak produksi, sehingga
persediaan akan meningkat dari yang telah direncanakan. Oleh karena itu,
perusahaan akan mengurangi tenaga kerja atau input untuk mengembalikan
persediaan pada tingkat yang diinginkan.
𝐚+𝟏 𝐚+𝟏
𝐘= 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐘 =
𝟏− 𝐜 𝐒
15
Dengan S = 1- c
2. S = I
-a + sY = I
sY = a + I
𝐚+𝐈
𝐘=
𝐒
Atau
𝑺 = −𝒂 + (𝟏 − 𝒃𝒀)
Keterangan:
Y = Pendapatan disposable
C = jumlah pengeluaran konsumsi
I = Investasi
a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan = 0
S = Jumlah tabungan
Contoh Soal:
Konsumsi saat pendapatan Nol (a) = Rp. 80
b = 0,70 I = 100
Tentukan:
C = a + bY
C = 80 + 0,70Y
Atau
C = a + bY
C = 80 + 0,70Y
16
b. Fungsi Tabungan (S)
S = - a + (1 – b) Y
S = - 80 + (1 – 0,70) Y
S = - 80 + 0,30 Y
Atau
S = - a + (1 – b) Y
S = - 80 + (1 – 0,70) Y
S = - 80 + 0,30 Y
c. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor
• Secara Agregate
Y =C+I
Y = 80 + 0,70 Y + 100
Y = 180 + 0,70 Y
Y – 0,70Y = 180
0,30 Y = 180
Y = 180/0,30
Y = 600
➢ Pendekatan Aljabar
Jawab:
17
a. Y =C+I
Y = 80+ 0,70y+100
Y-0,70Y = 100+80
(1-0,70) Y = 180
0,30Y = 180
Y = 600
b. C = 80+ 0,70Y
C = 80+0,70(600)
C = 80+420
C = 500
c. S = Y- C
S = 600-500 = 100 = I
Pembuktian
Y = C+I
600 = 500+100
600 = 600
18
• Suntikan Bocoran
Kemiringan Garis Saving ( Suntikan Bocoran)
Diket : S = 0
Jawab :
S = - 80 + 0,30Y
0 = - 80 + 0,30Y
- 0,30 Y = - 80
Y = 266,7
• Kurva Gabungan
19
Kelebihan permintaan tersebut akan menggalakkan para pengusaha
menambah produksi mereka, dan pendapatan nasional menjadi bertambah
tinggi. Keadaan seperti itu akan terus berlangsung sehingga pendapatan
nasional bernilai Rp 600.
Pada waktu pendapatan nasional melebihi nilai ini, fungsi C + I berada
di bawah garis Y= AE, dan keadaan itu berarti bahwa pengeluaran agregat
lebih kecil dari pendapatan nasional. Produksi barang-barang yang melebihi
permintaan tersebut akan mendorong Perusahaan- perusahaan untuk
menurunkan kegiatan mereka, dan penurunan dalam kegiatan.
C. Rumus Multiplier
Pendapatan nasional dalam model ekonomi dua sektor, yang keterlibatan sektor
rumah tangga dan juga sektor perusahaan, berkaitan erat pada konsep multiplier
pengeluaran. Dalam hal ini, konsumsi adalah salah satu komponen utama dalam
menghitung pendapatan nasional. Multiplier pendapatan nasional dua sektor, atau
disebut juga multiplier Keynesian, dihitung dengan rumus berikut:
20
Multiplier pendapatan nasional (MPN) = 1 / (1 - MPC)
Dalam konteks multiplier pendapatan nasional dua sektor, MPN digunakan untuk
menghitung sejauh mana kenaikan pengeluaran (investasi atau konsumsi) akan
meningkatkan pendapatan nasional.
Misalnya, jika MPC = 0,8 (atau 80%), maka MPN = 1 / (1 - 0,8) = 1 / 0,2 = 5.
Artinya, jika ada kenaikan pengeluaran sebesar 100, pendapatan nasional akan
meningkat sebesar 100 x 5 = 500.
Contoh Soal:
1. Jika diasumsikan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y dan Investasi pada periode
1 adalah I = 40 Triliun. Pada periode 2, investasi bertambah menjadi 60 Triliun
Hitunglah pendapatan nasional pada periode kedua dengan menggunakan angka
pengganda
Penyelesaian:
∆Y/∆I = k = 1/(1-c) = 1/(1-0,75 ) = 4
∆Y = 4∆I
Y2 - Y1 = 4(I2-I1)
Y pada periode 1: Y1=(co+I)/(1-c) =320T.
Maka Y pada periode 2:
Y2 =Y1+4(60-40) =320+4(20) =400T.
21
• Kurva Multiplier
Z
22
Rumus kesenjangan inflasi :
S=Y–C
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
I.G = Inflationary Gap
S=Y–C
Keterangan:
S = Tabungan
Y = Kapasitas Produksi
C = Tingkat Konsumsi
D.G = Deflationary Gap
Contoh Soal
Diketahui :
• Fungsi konsumsi pertahun : 0.75Y + 20 Milyar rupiah.
• Investasi pertahun : 40 Milyar rupiah.
Ditanyakan :
1) Berapa besar inflationary gap atau deflationary gap, jika kapasitas
produksinya 200 Milyar?
2) Berapa besar inflationary atau deflationary gap, jika kapasitas produksinya
280 Milyar?
23
Penyelesaian :
1) S = Y – C
S = 200 – (0.75 x 200 + 20)
S = 200 – 170
S = 30 Milyar rupiah per tahun.
I.G = Investasi – Full Employment Saving
I.G = 40 Milyar rupiah – 30 Milyar rupiah
I.G = 10 Milyar rupiah.
2) S = Y – C
S = 280 – (0.75 x 280 + 280)
S = 280 – 230
S = 50 Milyar rupiah pertahun.
D.G = Full Employment Saving – Investasi
D.G = 50 – 40
D.G = 10
3) Kurva :
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perekonomian dua sektor terdapat beberapa konsep ekonomi makro yang
signifikan telah dibahas. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan memainkan peran
penting dalam menjelaskan hubungan antara konsumsi, tabungan, dan pendapatan
nasional. Multiplier memberikan pemahaman mendalam tentang dampak peningkatan
investasi terhadap pendapatan nasional. Sementara itu, Kurva Inflationary GAP &
Deflationary GAP membantu dalam memahami bagaimana tingkat lapangan kerja
memengaruhi tingkat kemiskinan dan pengangguran.Melalui beberapa contoh soal
dan rumusan masalah, penerapan konsep-konsep tersebut dalam konteks nyata telah
dijelaskan dengan rinci.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemahaman konsep-konsep ekonomi
makro ini dapat memberikan panduan yang penting untuk memahami kompleksitas
hubungan antara berbagai variabel ekonomi, serta memberikan gambaran menyeluruh
tentang bagaimana fungsi konsumsi, fungsi tabungan, multiplier, dan kurva GAP
dapat saling terkait dan mempengaruhi dinamika ekonomi nasional. Pemahaman ini
sangat krusial dalam merancang kebijakan ekonomi yang efektif dan merespons
perubahan dalam lingkungan ekonomi global. Sebagai penutup, menegaskan bahwa
konsep-konsep ini bukan hanya teori semata, tetapi juga memiliki penerapan praktis
yang kuat dalam analisis dan perencanaan ekonomi
3.2 Saran
• Dalam membalas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh sektor rumah tangga ke sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
mendapatkan aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung
• Sebagian besar hasil pendapatan yang didapat sektor rumah tangga digunakan
untuk dikonsumsi seperti barang-barang maupun jasa yang ditawarkan oleh sektor
perusahaan
• Pengusaha yang membutuhkan atau memerlukan modal perlu melakukan investasi
dan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari
sektor rumah tangga.
25
DAFTAR PUSTAKA
ABIDIN, Z., MUHAEMIN, A., & SALAM, A. (2020). Pengantar ekonomi makro. CV.
Latinulu
Amin, A. A., Rumagit, G. A., & Katiandagho, T. M. (2015, May). Peranan sektor
industri pengolahan terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Sulawesi Utara. In Cocos (Vol. 6, No. 8)
Dalimunthe, Zulpahli. Dia Anggeraini Hasri. 2023. Analisis Multiplier Effect Investasi
dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016-2020. Program Studi Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Nusantara Journal of
Economics Vol. 5 No.1 ISSN:2714-5204
Hasanah, E. U., Danang Sunyoto, S. H., & SE, M. (2013). Pengantar Ilmu Ekonomi
Makro. Media Pressindo
Lyman, Cornelia. 2023. Apa itu Kesenjangan Inflasi dan Deflasi. Pintu.co.id
Putong, I. (2015). Ekonomi makro: Pengantar ilmu ekonomi makro (Vol. 1).
Buku&Artikel Karya Iskandar Putong.
26