Anda di halaman 1dari 20

PSAK 110 : AKUNTANSI SUKUK

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akuntansi Topik Khusus

Dosen Pengampu:
Dr. Rozmita Dewi Yuniarti Rozali, M.Si.
Indah Fitriani, SE., Ak., M.Ak., CA., ChFI.

oleh:

Dinda Annisa Putri (2109756)

Muhammad Ijlaldi Raamdani (1904798)

Akuntansi 3B 2021

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
2.1 Sejarah Sukuk ....................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Sukuk ................................................................................................... 8
2.3 Karakteristik Sukuk ............................................................................................... 8
2.4 Mekanisme Penerbitan Sukuk................................................................................ 10
2.5 Risiko dan Manfaat Penerbitan Sukuk ................................................................... 10
2.6 Klasifikasi Sukuk Menurut PSAK 110 .................................................................. 13
2.7 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 ......................................... 17
2.8 Akuntansi Sukuk Untuk Penerbit dan Investor ...................................................... 18
BAB III .................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Sukuk dan Obligasi ............................................................................... 12
Tabel 2.2 Perbandingan Akuntansi Suku Penerbit dan Investor............................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Era Globalisasi Sekarang, Ekonomi Syariah terus berkembang pesat di dunia. Ekonomi
syariah memberikan dampak besar bagi sumber keuangan syariah dan dinilai bisa menjadi solusi
bagi para umat muslim untuk melakukan transaksi dengan menerapkan syariah yang berlaku.
Perekonomian yang terus berkembang menyebabkan sumber pendanaan yang terdapat di pasar
modal terus berkembang dan bervariasi. Beberapa tahun ini, pasar modal telah menerbitkan
instrument keuangan yang berbasis syariah, salah satunya adalah sukuk. Obligasi syariah atau sukuk
pada adasarnya adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu.
Sukuk muncul di tengah tuntutan masyarakat yang menginginkan adanya sumber investasi
yang sesuai dengan kaidah syariah. Kemunculan sukuk pada saat ini dilatar belakangi oleh upaya
untuk menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif
instrument pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah, Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002 dan kebutuhan investasi
jangka Panjang, maka para ahli dan praktisi ekonomi Islam berijtihad untuk menciptakan sebuah
produk atau instrument keuangan baru yang 4embaga obligasi syariah atau sukuk
Sukuk semakin disukai karena upaya para investor, terutama di wilayah Timur Tengah,
untuk menarik modal dari 4embaga perbankan Barat 4embaga ke 4embaga keuangan islam.
Dukungan solidaritas bagi kegiatan pasar modal syariah dilandasi oleh kesamaan ideologi dan
semangat negara-negara yang tergabung dalam OKI. Pasar modal Islam diterima secara luas karena
investor non-Muslim memasuki pasar sukuk. Sukuk dipandang sebagai target baru yang lebih
menguntungkan. Popularitas sukuk ini tidak lepas dari terbukanya akses permodalan dalam skala
global, sehingga terjadi pengelolaan likuiditas lintas batas.
Tetapi berbeda halnya dengan di Indonesia. Dimana di masa sekarang banyak orang yang
belum familiar atas keberadaan sukuk itu sendiri. Di Indonesia sendiri masih ada beberapa
perusahaan yang menerbitkan surat berharga syariah (sukuk) ini. Dan bahwa tidak semua surat
berharga berprinsip konvensional tetapi ada juga perhitungan surat berharga berdasarkan prinsip
syariah yaitu Akuntansi Sukuk seperti yang terdapat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan 110. Oleh karena hal tersebut penulis tertarik untuk membahas Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 dalam makalah ini.

4
1.2 Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Sukuk?


• Bagaimana Mekanisme Penerbitan Akuntansi Sukuk?
• Bagaimana klasifikasi Akuntansi Sukuk menurut PSAK 110?
• Bagaimana Akuntansi Sukuk untuk penerbit dan investor?

1.3 Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca terkait dengan PSAK 110 yaitu berkaitan dengan Akuntansi Sukuk.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sukuk


Dalam Islam sukuk sudah ada sejak zaman Rasulullah, hal ini berhubungan dengan jual
beli bahan makanan. Namun pada saat itu Rasulullah memperingatkan umat Islam untuk
meninggalkannya, karena dalam sukuk ini dinilai terlalu dekat dengan riba. Kemudian suku masih
terus berkembang sepanjang kekhalifahan Islam. Pada awalnya bentuk saak ditemukan oleh salah
satu pengkaji barat yang ditulis oleh Walter Fichel J.Jews dalam Economic and Political Life of
Medieval Islam, pada abad pertama hijriyah saak merupakan jaminan dari pembiayaan yang
ditulis, kemudian kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa latin “check” atau “cheque”.
Disimpulkan bahwa sukuk sama dengan nota yang dicap untuk bahan makanan yang
diperjualbelikan di pasaran, dengan penjual bukan sebagai produsen bahan makanan tersebut.
Pada tahun 2001 Otoritas Moneter Bharain atau Bharain Monetary Agency (MBA)
menerbitkan sukuk berjangka pada waktu 91 hari dengan nilai 25 juta dollar AS. Hal ini merupakan
salah satu bentuk dukungan atas dikeluarkan nya fatwa untuk menndukung sukuk oleh The Islamic
Jurispudence Council (IJC). Pada tahun yang sama Malaysia menerbitkan global corporals sukuk
di pasar keuangan Islam Internasional. Pada saat itulah sukuk global muncul di pasar keuangan
internasional.
Pada tahun 2002 negara Malaysia menerbitkan sukuk senilai 200 juta dollar AS dan habis
oleh pasar dengan cepat bahkan terjadi over subscribe. Hal ini menandai bahwa sukuk di pasar
Internasional terus bertamabah dan mulai dilirik oleh pemerintahan di dunia Islam. Pemerintaha
Pakistan pada tahun 2004 juga menerbitkan sukuk di pasar global senilai 600 juta dollar AS dan
terserap habis oleh pasar.
Perkembangan suku di berbagai negara terjadi cukup cepat, hal ini karena sukuk dianggap
memiliki nilai keistimewaan sebagai instrument keuangan yang sesuai dengan syariah Islam.
Namun pada saat itu bank syariah mengalami kesulitan menempatkan dananya, hal ini terjadi
karena instrumen keuangan sebagian besar masih mengandung unsur riba yang tidak bisa
digunakan lembaga keuangan Islam.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan dikarenakan adanya
krisis global. Namun seiring berjalannya waktu, menunjukkan adanya recovery material meskipun
masih terbilang rendah. Krisis global ini menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan
ekonomi yang lambat, hal ini menjadi tantangan terutama bagi industry keuangan Islam.

6
Pada tahun 2016 setelah adanya krisi global perkembangan ekonomi dunia mengalami
peningkatan, begitupun pada pasar keungan Islam. Perkembangan ini tidak lepas lepas dari
berkembangnya sukuk sebagai instrumen keuangan Islam. Dengan banyaknya diterbitkan sukuk
oleh pemerintah maupun swasta di berbagai negara, dengan berbagai mata uang sehingga hal ini
dapat menjangkau investor lebih luas. Sukuk juga mulai digunakan sebagai pembiayaan proyek-
proyek pemerintah di berbagai negara.
Pada Januari 2001 hingga Desember 2016 peneribitan sukuk mencapai nilai US$ 181.725
miliar dengan sebaran sukuk di 22 negara di Asia, Timur Tengah, Afrika seta Eropa berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh International Islamic Financial Market (IIFM). Nilai sukuk terbesar
masih di dominasi oleh Timur Tengah sebesar US$ 109.203 miliar atau 60% dari total sukuk yang
beredar.
Berdirinya lembaga keuangan syariah, diterbitkannya instrumen keuangan syariah,
dibentuknya lembaga internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan syariah dan
standar instrumen keuangan syariah merupakan dampak dari berkembangnya konsep keuangan
Islam. Prinsip transaksi keuangan Islam adalah larangan riba, gharar, dan maisir, berfokus pada
bagi hasil, dan adanya persetujuan antara dua pihak.
Salah satu instrumen keuangan yang diterbitkan di dalam negeri adalah sukuk. Melalui
fatwa Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 dijelaskan mengenai obligasi syariah, dimana pihak yang menerbitkan pertama kali
sukuk di Indonesia adalah PT. Indosat untuk membiayai ekspansi bisnis. Kemudian disusul dengan
peraturan penerbitan sukuk melalui Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) nomor IX.A.13 tentang penerbitan surat berharga syariah.
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR-RI), melalui Undang-Undang No. 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Negara Syariah, menerangkan bahwa pemerintah memiliki
kewenangan untuk menerbitkan sukuk baik di dalam negeri maupun internasional untuk
membiayai defisit APBN serta membiayai pembangunan proyek negara.
Pada tahun 2017, melalui Kementerian Keuangan Republik Indonesia mengenalkan
terobosan terbaru tentang sukuk yaitu, green sukuk. Green sukuk adalah sukuk yang dikeluarkan
oleh negara dengan tujuan untuk membiayai proyek negara yang ramah lingkungan, proyek yang
bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, antara lain proyek pembangkit listrik dengan sumber
energi terbarukan, yaitu tenaga angin, tenaga surya, serta tenaga panas bumi.

7
2.2 Pengertian Sukuk
Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata “sakk” yang mempunyai arti sertifikat atau bukti
kepemilikan, istilah Arab ini digunakan untuk menujukkan ikatan berdasarkan prinsip syariah.
Sukuk dapat diartikan juga sebagai bukti kepemilikan atau sertifikat yang mempunyai nilai yang
sama dan menjadi bagaian tertentu yang tidak terpisahkan dari sebagian asset berwujud.
Menurut Dewan Standar Syariah Majelis Ulama’ Indonesia, Fatwa DSN MUI Nomor 32
surat berharga syariah (sukuk) merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin/fee,
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), Nomor 18/POJK/K.04/2015 pasal 1
ayat (1) tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk adalah: “Sukuk merupakan surat berharga
syariah dalam bentuk sertifikat atau bukti kepemilikan yang memiliki nilai yang sama dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aset yang mendasarinya
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sukuk, merupakan instrumen
keuangan dalam bentuk surat berharga yang bisa diterbitkan oleh swasta maupun pemerintah untuk
memperoleh dana dari investor, dapat dimiliki oleh semua pihak dan mempunyai nilai yang sama
serta mempunyai jangka waktu tertentu atau jatuh tempo.
2.3 Karakteristik Sukuk
Sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan obligasi, perbedaan karakteristik ini
dikarenakan struktur sukuk yang didasarkan pada asset nyata. Pemilik sukuk berhak atas
pendapatan yang dihasilkan dari asset sukuk tersebut, juga hak atas penjualan dari asset sukuk.
Secara sederhana sukuk merupakan obligasi dalam bentuk syariah, klaim pada sukuk ini tidak
didasarkan pada arus kas melainkan atas kepemilikan terhadap asset.
Berikut beberapa karakteristik dari sukuk (obligasi syariah):
1. Jenis dari usaha emiten (mudhorib) harus sesuai dengan, diantaranya;
a. Bentuk usaha maupun permainan yang mengandung unsur perjudian atau perdaganagn
yang dilarang,
b. Bentuk usaha yang mengandung unsur riba, termasuk lembaga keuangan perbankan
konvensional dan lembaga keuangan bukan bank konvesional,
c. Bentuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang diharamkan dalam syariah Islam,
d. Bentuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan, atau menyediakan barang maupun
jasa yang bisa merusak moral, yang bersifat membawa mudharat.

8
2. Pendapatan dari investasi sukuk yang dibagikan oleh emiten (mudharib) kepada pemegang
sukuk (shohibul maal) tidak boleh mengandung unsur non halal,
3. Merupakan bukti kepemilikan asset tertentu, hak manfaat, jasa, maupun kegiatan investasi
tertentu,
4. Pendapatan yang dibagikan dapat berupa imbalan, margin, maupun bagi hasil, sesuai
dengan akad yang digunakan saat penerbitan sukuk,
5. Tidak mengandung unsur riba, gharar, dan masyir,
6. Adanya underlying asset saat penerbitan
Menurut PSAK 110, sukuk memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sukuk merupakan sertifikat yang mempunyai nilai saat diterbitkan, pemilik sukuk memiliki
hak dan kewajiban atas klaim keuangan yang telah ditetapkan saat penerbitan sukuk,
2. Sukuk merupakan sertifikat yang mewakili kepemilikan Bersama atas asset dari hasil
pengelolaan dana penerbitan sukuk, baik berupa asset barang, manfaat, jasa, atau
kombinasi ketiganya,
3. Penerbitan serta perdagangan sukuk harus berdasarkan akad syariah, dan ada asset yang
mendasari atau underlying assets,
4. Perdagangan sukuk di pasar modal harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang mengatur
perdagangan di pasar modal,
5. Pemilik sukuk akan memperoleh bagi hasil atas investasinya sesuai dengan akad, dan akan
menanggung risiko kerugian sebanding dengan presentase kepemilikan sukuk.
2.4 Mekanisme Penerbitan Sukuk
Langkah pertama yang harus dipenuhi dalam penerbitan sukuk adalah asset pada laporan
posisi keuangan pada emiten atau institusi yang berencana untuk memperbanyak sumber
pembiayaan. Selanjutnya, melakukan identifikasi kesamaan dan ketepatan asset, menyiapkan dasar
teori penerbitan sukuk, mempelajari manajemen risiko dan keuntungan untuk investor serta untuk
penerbit.
Penerbitan sukuk melibatkan tiga pihak, yang pertama adalah ahli waris atau organiator
yang berlaku sebagai pemilik sah asset, kedua yaitu Spesial Purpose Vehicle (SPV) yang berlaku
sebagai badan yang mengeluarkan sertifikat sukuk, pihak terkahir yaitu investor baik individu
maupun sukuk holders yang akan membeli sukuk yang telah diterbitkan.
Langkah selanjutnya dalam penerbitan sukuk adalah menentukan Special purpose Vehicle
(SPV) yang akan mengelola asset dari segi fisik dan penggunaan hak pemanfaatan dari dana hasil
penerbitan sukuk. SPV juga akan menjadi wakil dari investor dalam negosiasi dengan pemerintah
apabila terjadi dispute atau default. Tugas utama dari SPV adalah melakukan sekuritisasi asset,

9
yakni dengan mengeluarkan sertifikat sukuk dengan kontrak sesuai kesepakatan, menjual sukuk
kepada investor, menentukan besaran laba, membeli sukuk pada saat jatuh tempo, dan juga sebagai
lembaga yang memberi jaminan atas sukukyang dimiliki investor sesuai dengan kesepakatan
kontrak.
Beberapa asset akan dipilih oleh ahli wris untuk dijual kepada SPV, agar asset ini kemudian
disewakan kembali oleh ahli waris (menggunakan Sukuk Ijarah), dengan nilai sewa yang sudah
disepakati dan jangka waktu tertentu yang nantinya akan dibeli oleh ahli waris dengan harga yang
sama. Kemudian SPV mengamankan asset dengan menggunakan suku ijarah untuk dijual kepada
investor dan asset tersebut menjadi milik Bersama investor dengan kesepakatan tidak dibagikan,
tetapi memberikan kepercayaan kepada SPV untuk disewakan. Hasil sewa yang disepakati akan
dibagikan kepada investor sesuai dengan pernyataan modal masing-masing investor.
2.5 Risiko dan Manfaat Penerbitan Sukuk
Dalam Islam diperbolehkan melakukan transaksi keuangan yang membawa manfaat dan
tidak melanggar ketentuan syariah. Sukuk hadir sebagai salah satu media transaksi yang sesuai
dengan syariah Islam di Indonesia. Di Indonesia sukuk berkembang sangat cepat sejak diterbitkan
pertama kali pada tahun 2002. Namun investasi sukuk ini juga tidak lepas dari berbagai risiko,
diantaranya:
1. Risiko pasar
Risiko pasar merupakan risiko penerbitan sukuk yang timbul akibat pengaruh kondisi pasar
saat ini, risiko pasar dibedakan menjadi dua;
a) Risiko tingkat kupon, adalah risiko yang muncul apabila sukuk yang diterbitkan
menggunakan bentuk kupon tetap (fixed rate), kondisi ekonomi yang membaik tidak
mempengaruhi tingkat kupon sukuk yang akan diterima oleh investor. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap keputusan investor dalam melakukan pembelian sukuk dengan
kupon tetap.
b) Risiko dari nilai tukar, risiko ini muncul apabila sukuk yang diterbitkan menggunakan
underlying asset yang disajikan dalam bentuk mata uang asing, transaksi sukuk,
pembayaran kupon, dan pembayaran sukuk saat jatuh tempo akan mengikuti kurs saat
pergerakan kurs internasional.
2. Risiko operasional, merupakan risiko yang muncul dari internal sukuk. Risiko operasional
dibedakan menjadi tiga;
a) Risiko gagal bayar, terjadi ketika penerbit tidak mampu membayar imbalan kupon,
maupun nominal sukuk saat jatuh tempo. Hal ini terjadi karena adanya kerugian besar

10
yang dialami oleh penerbit, underlying asset yang digunakan tidak dapat menutupi
kerugian yang ada.
b) Risiko likuiditas, risiko ini timbul ketika pemilik menjual suku dipasar namun tidak
dengan harga wajar saat ini. Pemilik sukuk biasanya menjual sukuk sebelum jatuh
tempo.
c) Risiko tingkat harga asset, muncul Ketika nilai asset pada saat sukuk diterbitkan
berbeda dengan nilai asset di pasar. Risiko ini dapat dihindari dengan memelihara dan
mengelola dengan tepat atas asset yang digunakan saat sukuk diterbitkan.
3. Risiko ketetapan syariah, dengan berkembangnya pasar keuangan yang ceoat dapat
memunculkan kemungkinan sukuk yang diterbitkan dan juga dikelola tidak sesuai dengan
kaidah syariah.

Sukuk merupakan salah satu sumber pendanaan baik bagi pemerintah maupun swasta,
selain adanya risiko, sukuk juga memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Menjadi sumber pendanaan bagi pemerintah, sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah dapat
mejadi salah satu sumber pendapatan pemerintah. Sukuk dapat dikelola untuk
mempercepat pembangunan sarana dan prasarana umum. Hal ini juga dapat mempercepat
laju perputaran ekonomi negara, sebagai salah satu cara untuk menyerap dana dari pemilik
modal secara individu, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinvestasi
secara aman karena mendapat jaminan keamanan dari negara dan turut serta membantu
pembangunan negara.
2. Sumber dana bagi perusahaan, perkembangan sukuk yang sangat baik di negara Indonesia
ini, membuat perusahaan banyak yang telah menerbitkan sukuk sebagai sumber
pendanaannya. Hal ini dipilih oleh perusahaan dengan pertimbangan, perusahaan tidak
perlu membayar bunga seperti pinjaman di bank, risiko kerugian pengelolaan dana yang
diterima saat penerbitan sukuk menjadi tanggung jawab bersama.
3. Sarana investasi, sukuk hadir sebagai media investasi yang dapat dimiliki oleh individu
dengan minimal pembelian yang relatif murah. Serta sukuk merupakan media investasi
yang cukup aman bagi masyarakat yang masih awam dengan investasi. Investasi dilakukan
untuk menyisihkan dana dari hasil bekerja, untuk jangka panjang, serta bisa memperoleh
imbalan dari hasil investasi tersebut.

11
Tabel 2.1
Perbedaan Sukuk dan Obligasi
Keterangan Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi
Sifat Instrumen Bukti kepemilikan, asset Pengakuan utang
Penghasilan Bagi hasil, margin, fee Bunga, capital gain
Jangka Waktu Pendek-menengah Menengah-panjang
Underlying Aset Perlu Tidak perlu
Pihak Terkait Penerbit, investor, Penerbit, investor,
supervisor
Harga Harga pasar Harga pasar
Investor Islami, konvensional Bebas
Pembayaran Pokok Amortisasi Amortisasi
Pengelolaan Dana Hasil Kaidah syariah Bebas
Penerbitan
Dasar Hukum Undang-undang Undang-undang
Metode Penerbitan Lelang, bookbuilding, Lelang, bookbuilding,
privat, placement privat, placement
Penerbitan Tradable Tradable

2.6 Klasifikasi Sukuk Menurut PSAK 110


a. Ditinjau dari Jenis Akad
Menurut PSAK 110 sukuk dibagi menjadi dua, yaitu sukuk ijarah dan
mudharabah. Untuk akad lainnya merupakan tambahan dari jenis tersebut.
Pengertian sukuk ijarah dan sukuk mudharabah antrara lain:
1. Sukuk ijarah
Ijarah adalah perjanjian pengalihan hak untuk menggunakan
barang atau jasa, tanpa adanya pengalihan kepemilikan atas barang
atau jasa itu sendiri. Sukuk ijarah diterbitkan berdasarkan akad
ijarah dan terbagi menjadi :
a) Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik objek yang
disewakan atau disewakan untuk dijual dan memperoleh

12
hasil dari penjualan tersebut, sehingga pemilik sukuk
menjadi pemilik aset tersebut.
b) Sukuk kepemilikan manfaat
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atu pemilik
manfaat dari aset tersebut untuk menyewakan aset/manfaat
dari aset tersebut dan memperoleh sewa sehingga pemegang
sukuk tersebut menjadi pemilik manfaat dari aset tersebut.
c) Sukuk kepemilikan jasa
Yaitu sukuk yang diterbitkan untuk memberikan layanan
tertentu melalui penyedia layanan (misalnya, layanan
pendidikan tinggi) dan memperoleh pembayaran kepada
penyelia layanan sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik
layanan tersebut.

Sukuk ijarah merupakan sertifikat sukuk yang dikeluarkan


berdasarkan aset-aset tertentu yang sah mempunyai nilai
ekonomis, terdiri dari petak tanah, bangunan dan barang-barang
lainya masuk dalam kategori 2 asset berharga. Nilai keuntungan
sewa terhadap sukuk ini dapat bersifat tetap maupun berubah
tergantung pada keinginan penerbit dan permintaan pasar.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004 telah
menjelaskan bagaimana kebolehan dari sukuk dengan akad ijarah
berdasarkan pada firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat
233 sebagai berikut: ... ‫ن ِ َوإ م َردت أ ن َ َ أ تَ ستَ ر دَ ِضعُٓوا َ و َل َع َل‬
‫ف َل َ ِذَا إ متم ما ُٓ م َسل ِف َءاتَ يت َم عرو ِٱل َو ب ٱت َو قوا‬
َ ‫ي ك جنَا م َح أ ك م‬
‫ مل‬٢٣َ٣ ‫ب ِصي ر‬
َ ‫ٱ ّل َل ٱ ع ُٓموا ل ن َ َ ٱ ّل َل أ ب و َن ِ َما تَ ع‬
Artinya : “...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut, bertaqwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu
kerjakan.”
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa adanya kebolehan dalam
menyewa jasa seseorang yang berdasarkan ayat diatas yakni
menyewa jasa orang lain untuk menyusui anaknya, dengan syarat

13
harus ditunaikan pembayaran upahnya secara layak. Berdasarkan
istidlal ini, kontrak obligasi berdasarkan prinsip ijarah bisa
digunakan dan terdapat landasan syariah yang jelas, dengan
catatan adanya pembayaran return bagi pihak yang disewa
jasanya. Menurut Undang-undang Ri Nomor 19 tahun 2008 sukuk
ijarah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui
wakilnya menyeakan hak atas suatu aset kepada pihak lain
berdasarkan harga sewa dan jangka waktu sewa yang disepakati.
Ciri-ciri pokok yang dimiliki Sukuk Ijarah antara lain :
1) Dalam kontrak ijarah aset yang disewa beli dan jumlah
yang disewa harus diketahui dengan jelas oleh pihak-
pihak terkait pada saat kontrak.
2) Sewa ijarah harus digunakan dalam bentuk yang jelas
dari sewa pertama hingga perubahan masa depan dan
sewa memiliki dua bagian. Salah satunya adalah
pembayaran oleh penyewa atas biaya kepemilikan aset.
3) Mendirikan SPV sebagai wali amanat yang akan
menjadi jembatan antara emiten dan investor.
4) Pemilik bertanggung jawab atas biaya yang berkaitan
dengan asset dan penyewa bertanggung jawab atas
biaya pemeliharaan yang terkait dengan aktivitasnya.
Skema Sukuk Ijarah :

Gambar 2.1 : Skema Sukuk Ijarah


Informasi :

14
a) Pengalihan hak manfaat objek ijarah dari Emiten kepada Investor.
b) Investor membayar ujroh sesuai akad ijarah kepada Emiten (senilai
issuance).
c) Emiten menyewakan objek ijarah kepada pengguna akhir.
d) Pengguna akhir membayar sewa.
e) Emiten meneruskan ujroh kepada investor berupa cicilan dan sisa imbalan ijarah.

2. Sukuk mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih yaitu satu pihak sebagai
penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia
tenaga dan keahlian. Keuntungan dari hasil
kerjasama tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal,
kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia
tenaga dan keahlian.
Sukuk mudharabah adalah sukuk yang
merepresentasikan suatu proyek atau kegiatan usaha
yang dikelola berdasarkan akad mudharabah, dengan
menunjuk salah satu patner atau pihak lain sebagai
mudharib (pengelola usaha) dalam melakukan
pengelolaan usaha tersebut. Dalam hal ini, penerbit
sukuk adalah pihak Mudharib dan pembeli sukuk
adalah pemilik modal (Shohibul Maal), dan
penerbitan sukuk adalah modal mudharabah,
sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik
harta/asset mudharabah dan berhak mendapat bagian
dari keuntungan dan dapat menderita kerugian.

Skema Sukuk Mudharabah :

Gambar 2.2 : Skema Sukuk Mudharabah

Informasi :

15
a) Emiten menerbitkan sukuk mudharabah dan investor menyerahkan dana
(Ra’s al-Mal), investor sebagai Shahibul Maal dan Emiten sebagai
Mudharib.
b) Dana dari Shahibul Maal digunakan untuk membiayai kegiatan usaha.
c) Kegiatan usaha menghasilkan pendapatan
d) Distribusi pendapatan (bagi hasil) untuk investor dan emiten sesuai dengan
nisbah.
Secara rinci ketentuan sukuk mudharabah didasarkan pada Fatwa DSN-MUI No.
33 Tahun 2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Akad yang digunakan dalam obligasi syariah Mudharabah adalah akad
mudharabah.
b) Jenis kegiatan yang dilakukan oleh penerbit (Mudharib) tidak boleh
bertentangan dengan syariah dan memperhatikan isi fatwa DSN-MUI
Nomor 20 / DSN-MUI / IV / 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Penanaman Modal Reksa Dana Syariah.
c) Pendapatan investasi yang disetorkan oleh penerbit (mudharib) kepada
pemegang syariah mudharabah (shahibul maal) tidak boleh mengandung
unsur non halal.
d) Imbal hasil mudharabah syariah ditentukan berdasarkan akad sebelum
obligasi mudharabah syariah diterbitkan.
e) Pembagian pendapatan (keuntungan) dapat dilakukan secara berkala
sesuai dengan kontrak, asalkan dihitung secara penuh pada saat jatuh
tempo.
f) Aspek syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah atau tim ahli Syariah
yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI sejak dimulainya proses
penerbitan obligasi syariah mudharabah.
g) Jika penerbit (Mudharib) lalai atau melanggar kontrak dan melebihi batas,
maka mudharib wajib menjamin pembayaran kembali dana mudharabah
dan Shahibul Maal dapat meminta mudharib untuk membuat surat
pengakuan hutang.
h) Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan kepada pihak
lain selama disepakati dalam akad.

16
2.8 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 mengatur tentang Akuntansi
Sukuk. Dalam PSAK 110 Akuntansi Sukuk hanya dibagi menjadi dua, yaitu Sukuk Ijarah
dan Sukuk Mudharabah. Hal ini dikarenakan sukuk yang telah diterbitkan di Indonesia
Sebagian besarnya adalah sukuk dengan akad ijarah, dan Sebagian kecilnya adalah Sukuk
mudharabah.
Tujuan diterbitkannya PSAK 110 adalah untuk mengatur tentang pengakuan,
penyajian, serta pengungkapan atas transaksi sukuk dengan akad mudharabah, juga
digunakan oleh entitas yang menjadi investor sukuk tersebut. Sukuk dapat diterbitkan oleh
pihak pemerintah dan swasta.

2.9 Akuntansi Sukuk Untuk Penerbit dan Investor


Ketentuan akuntansi sukuk dalam PSAK 110 untuk penerbit adalah, sukuk ijarah
dapat diakui sebesar biaya nominal dan biaya transaksi atas sukuk tersebut. Sedangkan
pada sukuk mudharabah, sukuk diakui sebesar biaya nominal dan biaya transaksi diakui
secara terpisah. Sukuk ijarah disajikan pada laporan posisi keuangan dalam bentuk
liabilitas, sedangkan sukuk mudharabah disajikan sebagai bagian dana syirkah temporer
maupun liabilitas bagi entitas konvensional.
Sedangkan ketentuan akuntansi sukuk dalam PSAK 110 untuk investor adalah,
investasi sukuk yang dilakukan investor dengan akad ijarah dan akad mudharabah dapat
diakui sebesar harga perolehan sukuk tersebut. Klasifikasi dalam investasi sukuk
didasarkan atas model usaha investor. Sedangkan untuk pendapatan atas investasi dan
beban amortisasi dari biaya transaksi disajikan secara netto dalam laporan laba rugi.

Berikut adalah perbandingan antara Akuntansi Sukuk terhadap penerbit dan Investor :
Tabel 2.2
Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor
Pengakuan Awal Sukuk ijarah diakui pada saat Entitas mengakui
entitas menjadi pihak yang investas pada sukuk ijarah
terikat dengan ketentuan dan sukuk mudharabah
penerbitan sukuk ijarah. sebesar biaya perolehan.
Sukuk ijarah diakui sebesar
nilai nominal, disesuaikan
dengan premium atau

17
diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Penyajian Sukuk ijarah disajikan Pendapatan investasi dan
sebagai liabilitas. beban amortisasi disajikan
secara neto dalam laba rugi
Pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan
mengungkapkan hal-hal hal-hal berikut ini:
berikut: d) Klasifikasi investasi
a) Uraian tentang berdasarkan jumlah
persyaratan utama investasi;
dalam penerbitan e) Tujuan model
sukuk ijarah, usaha yang
termasuk: digunakan;
i. ringkasan f) Jumlah investasi
akad syariah yang
yang direklasifikasikan,
digunakan; jika ada, dan
ii. aset atau penyebabnya;
manfaat yang g) Nilai wajar untuk
mendasari; investasi yang
iii. besaran diukur pada biaya
imbalan; perolehan; dan
iv. nilai h) Lain-lain.
nominal;
v. jangka
waktu;
vi. persyaratan
penting lain.
b) Penjelasan mengenai
aset atau manfaat
yang mendasari
penerbitan sukuk
ijarah, termasuk jenis
dan umur ekonomik;
dan
c) Lain-lain.

18
BAB III
KESIMPULAN

Sukuk merupakan instrument keuangan di pasar modal yang menggunakan kaidah Islam.
Sukuk di Indonesia pertama kali diterbitkan oleh PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat).
Kemudian sukuk berkembang sangat cepat, hal ini dapat diketahui dari penerbit sukuk yang hampir
seluruhnya terserap oleh pasar.
Sukuk di Indonesia diterbitkan oleh pihak swasta atau BUMN yang biasa disebut dengan
sukuk korporasi, dan sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau yang biasa disebut dengan sukuk
negara. Penerbitan sukuk yang sesuai dengan kaidah syariah tentu saja akad dan prosedurnya harus
sesuai syariah. Akad dalam syariah sangat beragam jenisnya, akan tetapi akad yang digunakan
dalam penerbitan sukuk di Indonesia menurut PSAK 110 ada dua akad, yang pertama yaitu akad
ijarah, yang kedua akad mudharabah. Akad ijarah merupakan akad yang memindahkan penggunaan
dari manfaat suatu barang atau jasa kepada pihak lain, tanpa memindahkan kepemilikan barang atau
jasa tersebut. Akad ijarah juga biasa disebut sebagai akad sewa. Akad mudharabah merupakan akad
dimana pemilik modal memberikan modal kepada pengelola modal untuk mengelola modal tersebut
menjadi usaha.
Sukuk yang merupakan bagian dari keuangan tentu saja mempunyai peraturan atau tata cara
dalam melaporkannya, hal itu tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110
yang membahas tentang Akuntansi Sukuk. Tujuan diterbitkannya PSAK 110 ini adalah untuk
mengatur pengakuan, penyajian, dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
PSAK ini diterapkan pada entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah,
baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk. Entitas yang menerbitkan sukuk dan entitas
yang memiliki sukuk dapat terdiri dari entitas swasta maupun entitas sektor publik.
Penerimaan yang baik di tengah masyarakat, bukan berarti sukuk tidak memiliki hambatan.
Kurangnya informasi yang mudah dipahami menjadikan investasi sukuk dan instrumen pasar modal
lain hanya diketahui oleh masyarakat tertentu. Tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Jika informasi dan wawasan edukasi tentang investasi sukuk dapat digencarkan dan merata di
seluruh Indonesia, negara bisa memperoleh sumber dana untuk melaksanakan program
pembangunan sarana dan prasarana yang ada. Masyarakat juga akan membantu negara dalam
membangun negara, masyarakat juga akan merasa aman dalam melakukan investasi. Alangkah
baiknya jika pendidikan mengenai investasi dan keuangan diberikan secara masif, mulai dari tingkat
sekolah sampai di organisasi masyarakat. Agar, pemerataan informasi kemudahaan investasi bisa
diwujudkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

AKUNTANSI SUKUK. (2021). UIN SATU TULUNGAGUNG INSTITUTIONAL REPOSITORY, 5.


DIANI, N. M. (2021). AKUNTANSI SUKUK DI INDONESIA MENURUT PSAK 110. UIN SATU
TULUNGAGUNG INSTITUTIONAL REPOSITORY, 4.
INDONESIA, I. A. (n.d.). PSAK 110: AKUNTANSI SUKUK. Retrieved from IAI GLOBAL:
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-78-psak-110-
akuntansi-sukuk

20

Anda mungkin juga menyukai