Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

BERBAGAI KONSEP TEORI KONSUMSI

Disusun Oleh:
Kelompok IV
Nama NIM/ No Absen
1. Ni Kadek Marsya Dwi Cahyani 2002622010162/ 14
2. Ni Komang Ayu Widianingrum 2002622010163/ 15
3. I Komang Wahyu Wijaya Adiantara 2002622010164/ 16
4. Ni Ketut Antika 2002622010165/ 17
5. Ni Made Widiantari 2002622010166/ 18
6. Ni Kadek Diah Kusuma Dewi 2002622010167/ 19

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat serta Karunia-nya sehingga tugas makalah ini dapat di
selesaikan. Makalah ini saya susun sebagai tugas dari Pengantar Ekonomi Makro
dengan judul Konsep Produksi. Dengan selesainya makalah ini kami ucapkan
terima kasih kepada :
Ibu Desak Ayu Sriary Bhegawati, SE.,M.Si selaku Dosen Pengantar
Ekonomi Makro di Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak
kekurangan. Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat di harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat,
khususnya bagi kelompok kami sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Denpasar, 15 Pebruari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Pengertian dan Hubungan Antara Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan..................3
2.2 Fungsi Konsumsi, APC, MPC.....................................................................................4
2.3 Fungsi Tabungan, APS, MPS......................................................................................5
2.4 Pendapatan Nasional Keseimbangan...........................................................................6
2.5 Teori Konsumsi Keynes..............................................................................................9
2.6 Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of Consumption)
11
2.7 Teori Pendapatan Permanen......................................................................................13
2.8 Teori Pendapatan Relatif...........................................................................................14
2.9 Teori Klasik dan Keynes Mengenai Keseimbangan Pendapatan Nasional
16
2.10 Contoh Kasus (Soal)..................................................................................................18
BAB III PENUTUP..........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro
ekonomi yang dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep
yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir
dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang
yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang
dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan,
dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila
pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara
yang bersangkutan. (Dumairy, 1996: 114).
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi.
Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada
karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang
memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara
konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan
mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: anggaran saya
memadai dan saya memperoleh kepuasan maksimum“.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dan Hubungan Antara Konsumsi, Tabungan dan
Pendapatan
2. Bagaimana Fungsi Konsumsi, APC dan MPC
3. Bagaimana Fungsi Tabungan, APS dan MPS

1
4. Bagaimana Pendapatan Nasional Keseimbangan
5. Bagaimana Teori Konsumsi Keynes
6. Bagaimana Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of
Consumption)
7. Bagaimana Teori Pendapatan Permanen
8. Bagaimana Teori Pendapatan Relatif
9. Bagaimana Teori Klasik dan Keynes Mengenai Keseimbangan
Pendapatan Nasional
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan hubungan antara konsumsi, tabungan
dan pendapatan.
2. Untuk mengetahui fungsi konsumsi, APC dan MPC.
3. Untuk mengetahui fungsi tabungan, APS dan MPS.
4. Untuk mengetahui Pendapatan Nasional Keseimbangan.
5. Untuk mengetahui Teori Konsumsi Keynes.
6. Untuk mengetahui Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of Consumption).
7. Untuk mengetahui Teori Pendapatan Permanen
8. Untuk mengetahui Teori Pendapatan Relatif
9. Untuk mengetahui Teori Klasik dan Keynes Mengenai Keseimbangan
Pendapatan Nasional.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Hubungan Antara Konsumsi, Tabungan dan


Pendapatan
a. Konsumsi
Konsumsi (Consumption) adalah kegiatan mengurangi nilai guna barang
dan jasa, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Alat untuk
melakukan konsumsi adalah dengan menggunakan pendapatan, maka
konsumsi juga sering diartikan bagian pendapatan masyarakat yang
digunakan untuk membeli barang atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil seluruh
pendapatannya akan habis dipergunakan untuk keperluan konsumsi.
b. Tabungan
Tabungan (saving) adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak
digunakan untuk konsumsi. Masyarakat yang mempunyai penghasilan
lebih besar dari kebutuhan konsumsi akan mempunyai kesempatan
untuk menabung. Dalam perekonomian sederhana, Pendapatan Nasional
akan digunakan untuk Konsumsi dan Tabungan.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah suatu yang didapatkan untuk memnuhi kebutuhan
maupun untuk tabungan. Pendapatan ini biasanya diperoleh atas suatu
jasa yang telah diselesaikan yang tentu saja pendapatan ini sangat
memiliki pengaruh yang besar terhadap tabungan dan konsumsi dari
seseorang.
Hubungan antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat
hubungannya. Pendapatan seseorang sangat mempengaruhi konsumsi dan
tabungan. Jika pendapatan seseorang tersebut rendah maka konsumsi juga
rendah, dan tabungan naik dan juga bisa rendah. Jika pendapatan naik maka
konsumsi naik dan tabungan rendah dan bisa juga naik.

3
2.2 Fungsi Konsumsi, APC, MPC
1. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara konsumsi dengan
berbagai variabel yang mempengaruhinya. Pada teori yang paling
sederhana, konsumsi ditentukan oleh disposable income sekarang.
Disposable income adalah pendapatan perorangan bersih, setelah
dikurangi pajak, yang merupakan bagian pendapatan rumah tangga yang
tersedia untuk untuk konsumsi dan tabungan.

2. Average Propensity to Consume (APC = Kecenderungan


Mengkonsumsi Rata-Rata)
APC adalah pengeluaran total untuk mengkonsumsi dibagi total
disposable income.
APC = C/Yd
Dimana :
C = konsumsi dan
Yd = disposable income.
Jadi APC merupakan rasio atau perbandingan antara besarnya
konsumsi yang akan dilakukan rumah tangga pada berbagai tingkat
disposable income dengan disposable income itu sendiri.           

3. Marginal Propensity to Consume (MPC = Kecenderungan


Mengkonsumsi Marjinal)
MPC adalah perubahan konsumsi dibagi perubahan disposable income.

              MPC = ∆C/∆Yd

Jadi MPC menunjukkan perbandingan antara jumlah tambahan


konsumsi yang dilakukan rumah tangga dengan tambahan disposable

4
income yang diterima, atau menunjukkan besarnya rupiah perubahan
konsumsi untuk setiap perubahan satu rupiah disposable income.

2.3 Fungsi Tabungan, APS, MPS


1. Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan adalah suatu persamaan yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional perkenonomian tersebut.
Dari persamaan Y=C+S, dapat ditulis kembali menjadi:
S = Y-C
Juga dari persamaan sebelumnya kita tahu
C = a + bY

2. Average Propensity to Save ( APS = Kecenderungan Menabung


Rata-Rata )
APS adalah simpanan total yang diinginkan dibagi dengan total
disposable income.
APS = S/Yd
Jadi APS merupakan bagian dari disposable income yang ingin ditabung
oleh rumah tangga.
3. Marginal Propensity to Save (MPS = Kecenderungan Menabung
Marjinal)
MPS dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan
tabungan dengan pertambahan pendapatan disposable
MPS = ∆S/∆Yd

Jadi MPS menunjukkan besarnya tambahan rupiah yang ingin ditabung


oleh rumah tangga akibat bertambahnya disposable income sebesar satu
rupiah.

5
2.4 Pendapatan Nasional Keseimbangan
Pendapatan nasional keseimbangan atau pada istilahnya Equilibrium
National Income adalah suatu keinginan masyarakat untuk melakukan
pengeluaran perbelanjaan atau pengeluaran untuk membeli barang dan jasa,
misalnya konsumsi pemerintah, perusahaan yang melakukan investasi, serta
kegiatan ekspor dan impor. Contoh-contoh tersebut sama halnya dengan
penawaran barang dan jasa atau keinginan pemerintah, pengusaha, dan
masyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa yang meliputi aggregate
supply.
Pendapatan nasional merupakan rata-rata pendapatan yang diterima
oleh seluruh sektor rumah tangga pada suatu negara dari penerahan berbagai
faktor produksi dalam suatu periode tertentu atau selama satu tahun. Untuk
dapat mengukur lajunya tingkat pembangunan dan perkembangan
kesejahteraan masyarakat dari suatu negara dari waktu ke waktu maka suatu
negara haruslah menghitung pendapatan nasionalnya sebagai indikator
lajunya pembangunan negara.
Salah satu cara untuk menentukan besarnya pendapatan nasional
adalah dengan metode perhitungan pendapatan nasional yang sudah
ditetapkan. Pemerintah perlu menghitungnya agar terlihat indeks
pendapatan nasional kian meningkat atau menurun. Perhitungan pendapatan
nasional juga bisa bertujuan untuk mengevaluasi kinerja para sumber daya
manusia, jadi negara bisa menilai apakah sumber daya manusia di negara
tersebut produktif.
Untuk menghitung jumlah atau nilai dari pendapatan nasional, maka
ada 3 metode perhitungan yang dapat digunakan dalam menghitung nilai
pendapatan nasional. 3 metode perhitungan pendapatan nasional tersebut
adalah metode pendekatan produksi, metode pendekatan pengeluaran, dan
metode pendekatan pemasukan. Masing-masing perhitungan memang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, kami akan membahasnya satu persatu

6
metode perhitungan untuk menghitung jumlah atau nilai pendapatan
nasional.
a. Metode Pendekatan Produksi
Metode yang pertama yaitu metode dengan kegiatan produksi,
yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah. Jadi
dengan perhitungan nilai tambah pada sektor produksi ini mencakup
perhitungan nilai tambah dari berbagai sektor produksi. Cara
menghitung pendapatan nasional dengan metode pendekatan produksi
yaitu dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang didapat
dari selisih antara nilai produksi (nilai output) dengan nilai biaya (nilai
input, yaitu seperti bahan baku yang terlibat dalam proses produksi,
bahan penolong, sampai dengan barang sudah jadi) dari seluruh sektor
produksi selama satu periode atau dalam waktu satu tahun.
b. Metode Pendekatan Pendapatan
Selanjutnya untuk menghitung pendapatan nasional yang kedua
adalah dengan pendekatan pendapatan. Metode pendekatan pendapatan
ini merupakan seluruh pendapatan nasional hasil dari penjumlahan
seluruh penerimaan yang diterima dari pemilik faktor produksi dalam
suatu negara selama periode tertentu atau dalam satu tahun. Cara
menjumlahkan dengan metode pendekatan pendapatan ini yaitu dari
berbagai faktor produksi yang memberikan sumbangan terhadap seluruh
kegiatan proses produksi.
Yang termasuk faktor produksi adalah keseluruhan yang
menyangkut dalam kegiatan produksi. Seperti tenaga kerja, modal,
tanah, dan keahlian. Masing-masing dari faktor produksi tersebut
menghasilkan pendapatan dari kegiatannya. Seperti: tenaga kerja
memperoleh gaji / upah, pemilik modal akan mendapatkan profit atau
bunga, pemilik tanah akan mendapatkan sewa, keahlian atau skill yang
dimiliki dapat memperoleh laba.
c. Metode Pendekatan Pengeluaran

7
Metode perhitungan pendapatan nasional yang ketiga yakni
dengan metode pendekatan pengeluaran yaitu dengan cara
menjumlahkan seluruh pengeluaran dari berbagai sektor ekonomi, yakni
sektor rumah tangga, sektor pemerintah, sektor perusahaan, dan
masyarakat luar negeri suatu negara pada suatu periode tertentu.
1. Keseimbangan Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 2 Sektor
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari
sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Dalam perekonomian dua
sektor ini, maka tidaka ada sektor pemerintah berarti tidak ada konsumsi
pemerintah, pajak, subsidi, maupun perdagangan luar negeri. Dalam
perekonomian dua sektor yaitu melibatkan antara dua sektor, sektor
rumah tangga memperoleh pendapatan dari sektor perusahaan dan sektor
perusahaan mendapatkan faktor produksi dari sektor rumah tangga.
Pendapatan yang di dapat yaitu berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan
keuntungan lainnya sama hal nya masuk kedalam pendapatan nasional,
dengan begitu terjadi keseimbangan pendapatan nasional pada
perekonomian dua sektor. Pendapatan yang digunakan oleh sektor
rumah tangga seperti untuk ditabung atau untuk konsumsi. Tabungan ini
akan dipinjamkan kepada penanam modal atau investor yang ingin
menanamkan dana kepada perusahaan, atau perusahaan juga akan
menggunakan dana tersebut untuk membeli barang-barang untuk
kebutuhan modal kerja seperti mesin-mesin atau untuk membayar
faktor-faktor produksi.
2. Keseimbangan Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 3 Sektor
Dalam perekonomian tiga sektor adalah perekonomian yang terdiri
dari sektor rumah tangga, sektor perusahaan, dan sektor pemerintah, atau
dalam hal ini perekonomian 3 sektor masuk kedalam perekonomian
tertutup karena kegiatan ekonominya hanya berkecimpung di negaranya
sendiri. Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup ni dibedakan menjadi dua, yaitu perekonomian dimana sistem

8
pajak adalah pajak dan dalam perekonomian dimana terdapat pajak yaitu
pajak proporsional. Langkah-langkah pemerintah dalam membuat
perubahan dalam sistem perpajakan atau pembelanjaan untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi disebut dengan kebijakan fiskal.
3. Keseimbangan Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 4 Sektor
Perekonomian 4 sektor masuk kedalam perekonomian terbuka yang
memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain. Dalam
perekonomian terbuka maka sebagian produksi yang diproduksi di dalam
negeri di ekspor atau di jual di luar negeri dan sebaliknya terdapat pula
barang luar negeri yang di impor ke Indonesia. Jenis perekonomian
tersebut adalah perekonomian terbuka atau perekonomian 4 sektor.
Model perekonomian 4 sektor terlihat dengan adanya kegiatan
dalam bentuk ekspor impor dan pertukaran dari faktor produksi sehingga
muncul istilah perdagangan internasional. Dalam perekonomian 4 sektor,
kita akan melihat dua pelaku ekonomi yaitu pelaku ekonomi dalam
negeri dan pelaku ekonomi luar negeri, mereka saling berhubungan
sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang aktif.
2.5 Teori Konsumsi Keynes
Teori Keynes (Keynesian Consumption Model).
1. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi.
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current
consumption)sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini
(current disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi
minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat
konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus
(autonomous consumption).Jika pendapatan disposabel meningkat,
maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi
tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
C = Co + b Yd

9
Dimana :
C= konsumsi
Co= konsumsi otonomus
b= marginal propensity to consume (MPC)
Yd= pendapatan disposabel

0 ≤b ≥1

Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa catatan


mengenai fungsi konsumsi Keynes tersebut:
a. Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi Keynes
menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran
konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat
harga konstan, bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan
pengeluaran konsumsi nominal
b. Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan
pendapatan yang diperoleh sebelumnya dan bukan pula pendapatan
yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan).
c. Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau
pendapatan permanen.
2. Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to
Consume)
Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to
Consume) disingkat MPC adalah konsep yang memberikan gambaran
tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel
bertambah satu unit.

Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada


tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak akan lebih

10
besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika
pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai
nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup di bawah
batas konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1.
Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal
(Marginal Prospensity to Consume)jumlah yang dikonsumsi dalam setiap
tambahanpendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan
mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan
Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan
kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan
olehpengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara
pendapatan dan konsumsi

3. Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-Rata (Average Propensity to


Consume).
Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Propensity to
Consume)disingkat APC adalah rasio antara konsumsi total dengan
pendapatan disposabel total.

Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan,


yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average
Prospensity to Consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa
tabunganadalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung
dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si
miskin.

2.6 Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of Consumption)


Model konsumsi siklus hidup (Life Cycle Hypothesis of
ConsumptionI, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani,
11
Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa
kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan
model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan
pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel.
Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya pendapatan
disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan
usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi
perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode:
1. Periode Belum Produktif
Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah,
hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga
dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum
menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi,
mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah
berpenghasilan.
2. Periode Produktif
Periode ini umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluh
tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya
meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima
puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun,
sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi.
3. Periode Tidak Produktif Lagi
Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam
puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja
untuk mendapatkan penghasilan.
Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan
kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya.
Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus

12
menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup
dengan menggunakan uang tabungannya
Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori ini adalah:
C = aWR + cYL
Dimana:
WR= kekayaan riil
a = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan
YL = pendapatan tenaga kerja
c = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja
Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan
(assets)sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsiakan meningkat
apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka
nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat
berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar.
Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang
hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila
terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau
dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini
akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan
melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan,
seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-
pengeluaran lain

2.7 Teori Pendapatan Permanen


Alternatif lain untuk menjelaskan pola/perilaku konsumsi adalah teori
pendapatan permanen (Permanent Income Hypothesis, disingkat PIH) yang
diajukan oleh Milton Friedman. Sama seperti teori-teori lain, PIH juga
meyakini bahwa pendapatanlah faktor dominan yang memengaruhi tingkat
konsumsi. Perbedaannya terletak pada pendapatan PIH yang menyatakan

13
bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan
pendapatan permanen (permanent income).
C = Yp
Dimana:
C= Konsumsi
Yp= pendapatan permanen
= faktor proporsi, (>0)
Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah tingkat
pendapatan rata-rata yang diharapkan dalam jangka panjang. Sumber
pendapatan itu berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labour income)
dan non upah/non gaji (human wealth) makin baik, mampu bersaing di
pasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan
upah/gaji makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga
akan meningkat jika individu menilai kekayaannya meningkat. Sebab
dengan kondisi seperti itu pendapatan non upah diperkirakan juga
meningkat.
Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen.
Kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada pendapatan
permanen. Kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkannya adalah
adanya pendapatan tidak permanen yang besarnya berubah-ubah.
Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income)
Yd = Yp + Yt
Dimana:
Yd= pendapatan disposabel saat ini
Yp= pendapatan permanen
Yt= pendapatan transitori

2.8 Teori Pendapatan Relatif


Teori konsumsi LCH dan PIH memberi tekanan tentang pengaruh
pendapatan jangka pendek dan jangka panjang. Sebenarnya ada sebuah teori

14
yang lebih awal daripada kedua teori tersebut dalam memberi penjelasan
tentang pengaruh pendapatan disposabel jangka pendek dan jangka panjang.
Teori ini adalah teori pendapatan relatif (Relative Income Hypothesis,
disingkat RIH) yang dikembangkan olehJames Duessenberry. Kendatipun
mengakui pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi, teori ini lebih
memerhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan
pendapatan. Dampak perubahan pendapatan disposabel dalam jangka
pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang. Perbedaan ini pun
dipengaruhi oleh jenis perubahan pendapatan yang dialami. Karena itu,
rumah tangga memiliki dua preferensi/fungsi konsumsi yang disebut fungsi
konsumsi jangka pendek dan fungsi konsumsi jangka panjang.
Dalam teorinya Duessenberry menggunakan dua asumsi yaitu:
1) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah
interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.
2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran
seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran
pada saat penghasilan mengalami penurunan.
Dari pengamatan yang dilakukan Dusenberry mengenai pendapatan
relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila
seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek
tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional
dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran
konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah
jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang
tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high
consumption).

15
2.9 Teori Klasik dan Keynes Mengenai Keseimbangan Pendapatan
Nasional
Dalam perkembangan ilmu ekonomi beberapa ahli memiliki
perbedaan pendapat mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat
kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh sesuatu negara. Perbedaan
pendapat ini terjadi antara ahli ekonomi Klasik yang menulis pada masa
Adam Smith (1976) dengan ahli ekonomi pada masa Keynes (1936). Aspek-
aspek yang dibandingkan adalah:
1) Faktor-faktor yang menentukan suku bunga.
2) Faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi negara.
3) Pandangan Klasik mengenai operasi pasar buruh dalam sistem pasar
bebas dan kritik Keynes ke atas pandangan ini.
Perbedaan Teori Klasik dan Teori Keyness
Teori Klasik Teori Keyness
Perekonomian selalu mencapai Tingkat permintaan efektif yaitu
tingkat kesempatan kerja penuh. pengeluaran agregat dan
permintaan agregat akan
menentukan sejauh mana produksi
nasional akan diwujudkan dalam
ekonomi dan kesempatan kerja
akan dicapai
Penawaran dengan sendirinya Dalam perekonomian, kesempatan
menciptakan permintaan (supply kerja penuh tidak akan selalu
creates its own demand). dicapai. Yang kerap berlaku adalah
Maksudnya: dalam ekonomi masalah pengangguran
terdapat cukup banyak permintaan
dan oleh sebab itu setiap jenis
barang yang diproduksikan akan
dapat terjual di pasar.
Segi penawaran adalah sangat
penting peranannya dalam

16
menentukan kegiatan ekonomi dan
pendapatan nasional sesuatu negara

Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik suku bunga ditentukan oleh


keinginan masyarakat untuk melakukan penabungan dan keinginan para
pengusaha untuk meminjam dana modal untuk melakukan investasi.
Fleksibelitas suku bunga akan mewujudkan keadaan di mana jumlah
tabungan yang diwujudkan dalam perekonomian pada ketika kesempatan
kerja penuh dicapai adalah sama dengan investasi yang akan dilakukan para
pengusaha.
Kemungkinan bahwa pada kesempatan kerja penuh akan berlaku
keadaan tabungan masyarakat akan sama dengan investasi para pengusaha
menyebabkan ahli-ahli ekonomi Klasik berkeyakinan bahwa: Supply creates
its own demand , yang berarti dalam perekonomian tidak berlaku masalah
kekurangan permintaan agregat. Walaupun terdapat kemungkinan
kekurangan permintaan agregat dan pengangguran, keadaan ini hanya
bersifat sementara. Mekanisme pasar akan mengembalikan tingkat kegiatan
ekonomi pada kesempatan kerja penuh karena wujudnya fleksibilitas suku
bunga, tingkat upah dan tingkat harga.
Teori Klasik juga menjelaskan bahwa fleksibilitas tingkat upah akan
mewujudkan kesempatak kerja penuh. Apabila pada satu tingkat upah
nominal tertentu terjadi pengangguran, akan berlaku penyesuain tenaga
kerja. Tingkat upah akan turun dan permintaan tenaga kerja bertambah.
Pada akhirnya, pada tingkat upah yang paling rendah, permintaan dan
penawaran tenaga kerja akan seimbang kembali dan kesempatan kerja
penuh tercapai kembali

2.10 Contoh Kasus (Soal)


1. Pada tingkat pendapatan Rp. 500.000,00 besarnya konsumsi Rp.
400.000,00 dan pada tingkat pendapatan Rp. 1.000.000,00 besarnya

17
konsumsi Rp. 600.000,00. Berdasarkan data tersebut fungsi
konsumsinya adalah ...

Jawab :
Dik : Y1 = Rp. 500.000,00        
Dit : Fungsi konsumsi?

                      C1 = Rp. 400.000,00

                      Y2 = Rp. 1.000.000,00

                      C2 = Rp. 600.000,00

   Jawab :
MPC = Y2/Y1 = 1.000.000/500.000 = 0,4

 APC = C1/Y1 = 400.000/500.000 = 0,8

 a = (0,8 - 0,4) x 500.000 = 0,4 x 500.000 = 200

 Jadi,
C = a + bY

C = 200 + 0,4Y

2. Jika fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan C = 15 + 0,75 Yd,


pendapatan yang dapat dibelanjakan adalah Rp 30 milyar.
1. Berapa nilai konsumsi agregat?
2. Berapa besar keseimbangan pendapatan nasional?
Penyelesaian:

18
1. Jika Yd = Rp 30 milyar, maka C = 15 + 0,75 (30).
Jawabannya adalah C = 37,5 milyar
2. Yd = C + S atau S = Yd – C
S = Yd – (15 + 0,75 Yd)
S = 0,25 Yd – 15
Keseimbangan pendapatan terjadi bila S = 0
Jadi, 0 = 0,25 Yd – 15
0,25 Yd = 15
Yd = 60 milyar
C = 15 + 0,75 (60) = 60 milyar

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsumsi (Consumption) adalah kegiatan mengurangi nilai guna barang
dan jasa, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Tabungan (saving)
adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk
konsumsi. Pendapatan adalah suatu yang didapatkan untuk memnuhi
kebutuhan maupun untuk tabungan. Pendapatan seseorang sangat
mempengaruhi konsumsi dan tabungan. Jika pendapatan seseorang tersebut
rendah maka konsumsi juga rendah, dan tabungan naik dan juga bisa
rendah. Jika pendapatan naik maka konsumsi naik dan tabungan rendah dan
bisa juga naik.
Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara konsumsi dengan
berbagai variabel yang mempengaruhinya. Fungsi tabungan adalah suatu
persamaan yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat tabungan
rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
perkenonomian tersebut.
Pendapatan nasional keseimbangan atau pada istilahnya Equilibrium
National Income adalah suatu keinginan masyarakat untuk melakukan
pengeluaran perbelanjaan atau pengeluaran untuk membeli barang dan jasa,
misalnya konsumsi pemerintah, perusahaan yang melakukan investasi, serta
kegiatan ekspor dan impor. Contoh-contoh tersebut sama halnya dengan
penawaran barang dan jasa atau keinginan pemerintah, pengusaha, dan
masyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa yang meliputi aggregate
supply.
Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan
kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya.
Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus
menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup
dengan menggunakan uang tabungannya.

20
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis
mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu
menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar
dengan hadirnya makalah ini akan memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai konsep teori konsumsi.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://oviaws.blogspot.com/2014/04/fungsi-tabungan-dan-fungsi-tabungan.html
https://wahonodiphayana.blogspot.com/2014/12/ekonomi-makro-bab-iv-
konsumsi-simpanan.html
http://digilib.uinsby.ac.id/1000/5/Bab%202.pdf
https://id.berita.yahoo.com/fungsi-konsumsi-dan-tabungan-simak-
083005597.html
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-makro/keseimbangan-
pendapatan-nasional-dari-berbagai-sektor

22

Anda mungkin juga menyukai