Anda di halaman 1dari 11

Instrumen Zakat Sebagai Sumber

Penerimaan Keuangan Negara


kel 3 : Agus Ubaidillah
Istianah Liizzah
Putri Aulia Tadorante
Latar Belakang
 Zakat merupakan salah satu ibadah dalam agama islam yang unsur philanthropy
(kedermawanan) kepada sesame manusia. Zakat menjadi kewajiban bagi sebagian kaum
muslim yang memenuhi kriteria mampu. Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijriah.
Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau
ketentuan hukum. Peraturan yang disuun meliputi system pengumpulan zakat, barang-
barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat presentasi untuk barang yang
berbeda-beda.
 Mengingat besarnya populasi muslim di Indonesia, terdapat suatu peluang tambahan
pendapatan negara yang cukup besar. Potensi penghimpunan dana zakat sangat besar
sekitar 218 triliun rupiah sedangkan realisasi baru sekitar 1 triliun rupiah. Disinilah saatnya
menemukan mekanisme yang tepat agar potensi dana zakat tersebut dapat terwujud secara
maksimal.
Peran Harta dan Kekayaan Dalam Keuangan Publik Islam

 Zakat Sebagai Instrumen Utama Keuangan Negara Salah satu upaya dan kewajiban negara
adalah mengatur ekonomi dengan tujuan untuk menjamin masyarakatnya mencapai
kesejahteraan. Oleh karena itu pemerintah berperan menyediakan berbagai barang publik
untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan bersama melalui kebijakan publik dan
fiskalnya.
 Sebagai suatu komponen utama dalam keuangan publik Islam serta kebijakan fiskal dalam
sistem ekonomi Islam. Zakat merupakan kegiatan wajib untuk semua umat Islam serta
merupakan elemen penting dalam sumber pendapatan negara. Zakat adalah ketentuan yang
wajib dalam sistem ekonomi (obligatory zakat system) sehingga dalam pelaksanaannya
dilakukan melalui institusi resmi atau legal. Maka pengumpulan, pengelolaan, dan
pendistribusian bisa tepat sasaran.
Zakat sebagai Sumber Penerimaan Keuangan Negara

 Pembayaran zakat merupakan kewajiban agama dan merupakan salah satu dari lima rukun
islam. Kewajiban itu berlaku bagi tiap muslim, yang telah menemui haul dan nisbah. Zakat
merupakan sumber pertama dan terpenting dari penerimaan negara, pada awal
pemerintahan islam.
 Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan
“Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim semua dengan ketentuann agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya”. Secara umum zakat bisa dirumuskan sebagai bagian dari harta yang wajib
dibayarkan oleh setiap muslim beriman yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
berdasarkan aturan dan tuntutan syari’at.
Sumber Zakat dan Potensi Zakat
1. . Sumber Zakat
Jenis harta yang dikeluarkan untuk dizakati sudah tertentu bendanya sesuai yang dijelaskan
oleh Allah Swt. dan Rasulullah Saw baik dalam Alquran maupun hadis. Diantaranya buah-
buahan, barang perniagaan, binatang ternak, emas dan perak serta hasil petanian. Pada
perkembangannya, seiring dengan berkembangnya zaman dan perputaran ekonomi yang kian
modern, maka berimplikasi pada berkembangnya jenis zakat yang tidak terbatas pada lima hal
tersebut saja.
Nishab dan haul pun disesuaikan. Demi memenuhi rasa keadilan dan penerapan syariat secara
kontekstual, ditetapkanlah beberapa sumber zakat pada masa perekonomian modern. ada
beberapa sumber zakat dalam perekonomian modern seperti berikut ini:
 Zakat profesi
 Zakat perusahaan
 Zakat saham
 Zakat investasi properti
2. Potensi Zakat
Pengelolaan zakat yang menjadi bagian dari keuangan negara merupakan hal yang belum
pernah dilakukan di Indonesia. Sebagian masyarakat mempertanyakan bagaimana mekanisme
pengelolaan tersebut. Mungkinkah peraturan perundangan di bidang keuangan negara dewasa
ini dapat memfasilitasi kepentingan tersebut?. Di antara ciri bahwa zakat telah menjadi bagian
keuangan negara adalah masuknya zakat sebagai bagian dari penerimaan/pengeluaran negara
sehingga di antara mekanisme pengelolaannya dilakukan melalui rekening kas umum negara.
Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara bahwa “Semua penerimaan
dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara”.
Zakat sebagai Alat Ukur Kemakmuran
 Salah satu poin penting dalam ekonomi Islam adalah tentang bagaimana memperoleh dan
membelanjakan, termasuk Zakat. Ayat-ayat Al Qur‘an dan Hadits mengenai Zakat menegaskan
pentingnya Zakat, sebagai salah satu pilar agama Islam, untuk dikumpulkan secara kolektif oleh
amil. Dengan cara ini, kita dapat mengetahui gambaran situasi dan keadaan terkait kesejahteraan
dari masyarakat Islam, dan wajib hukumnya menurut Syariah untuk menyelenggarakan zakat
secara kolektif dan terpusat. Pengumpulan zakat akan memberikan gambaran mengenai
kekuatan ekonomi dari masyarakat Muslim, yang dapat disimpulkan dalam suatu konsep
Indikator atau Indeks Zakat. Indikator ini diharapkan dapat mengukur tingkat kesejahteraan
suatu negara berdasarkan jumlah kekayaan sesungguhnya yang dimiliki umat Muslim. Otoritas
dalam suatu negara Islam atau negara dengan mayoritas penduduknya Muslim dapat
menentukan strategi dan kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan jumlah pengumpulan zakat,
terutama dengan cara mengubah mustahik menjadi muzakki, atau dengan meningkatan
kemampuan muzakki dalam membayar zakat dalam rangka mencapai Maqasid al-Shariah.
Manfaat ke-dua dari indikator ini adalah pengumpulan informasi mengenai jenis-jenis harta
kekayaan yang terdapat dan dimiliki dalam masyarakat, sehingga dapat digunakan sebagai
investasi dan tujuan positif lainnya. Hal ini dimungkinkan dari jenis zakat yang dibayarkan, baik
itu berupa hewan ternak, barang dagangan, buah- buahan, madu, mineral, industri, pabrik, dll.
Hubungan Zakat dengan Ekonomi Makro
 Program zakat produktif akan mempengaruhi terhadap perekonomian dalam lingkup
makro seperti halnya pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan. Hubungan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konsep makro ekonomi Islam.
 Konsep makro ekonomi menggambarkan bahwa Zakat memiliki pengaruh terhadap tiga
indikator makro yaitu konsumsi agregat, investasi agregat, dan penawaran agregat. Dalam
kerangka Keynesian, dari adanya penurunan marginal prospensity to consume, suntikan
dana zakat akan meningkatkan konsumsi dan mengurangi tabungan. Zakat dapat
dianalogikan sebagai pajak dalam kerangka model kerangka model IS-LM. Zakat sebagai
alat kebijakan mampu mengurangi pengangguran, memperhalus efek inflasi dan fluktuasi
ekonomi. zakat mampu mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat keuntungan
modal yang lebih tinggi, serta distribusi kekayaan yang lebih merata. Maka secara umum
zakat memiliki kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan membuatsirkulasi kekayaan
menjadi sehat sehingga menciptakan pertumbuhan dan kesejahteraan yang berkelanjutan
dalam sebuah perekonomian bangsa.
Kesimpulan
 Peranan zakat di dalam ekonomi makro suatu negara sangatlah signifikan sebagai
instrument kebijakan fiskal, terutama dalam meningkatkan konsumsi agregat untuk
menaikan tingkat pendapatan negara tersebut.
 Kebijakan fiskal merupakan tindakan yang di ambil pemerintah untuk memperbesar atau
memperkecil penerimaan, memperbesar atau memperkecil pengeluaran, atau kombinasi
keduanya. Untuk tujuan kestabilan ekonomi.
 Mengintegrasikan zakat sebagai salah satu sumber penerimaan negara, berarti membantu
pemerintah meningkatkan pendapatan untuk kestabilan ekonomi tersebut. Pengembangan
potensi zakat diperlukan untuk engoptimalkan oeran zakat dalam perekonomian sebuah
negara. Terutama untuk mengatasi masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan
pengangguran. Penghimpunan potensi zakat dan pendistribusian yang bersifat produktif
akan menggairahkan kembali perekonomian negara.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai