Anda di halaman 1dari 17

RPS 4

TAHAP PERTUMBUHAN DAN PENDEKATAN PEMBANGUNAN


BERIMBANG DAN TIDAK BERIMBANG

KELOMPOK 3

Nama :

Gabriel Chandra Aji Dewanto (1907511029)

Anggie Ayulandari Rahmaningtias (1907511032)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga paper ini bisa menambah pengetahuan pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa paper ini jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya paper selanjutnya yang lebih baik lagi.

Denpasar, 4 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Tahap - Tahap Pertumbuhan Ekonomi......................................................3
2.2. Pendekatan Struktural..................................................................................8
2.3. Pendekatan Pembangunan Berimbang.......................................................9
2.4. Pendekatan Pembangunan Tak Berimbang.............................................11
BAB III........................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha-usaha pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara
sedang berkembang (developing countries) di dunia pada umumnya berorientasi
kepada bagaimana .memperbaiki atau mengangkat tingkat hidup (level of living)
masyarakat di Negara-negara maju (developed countries).

Perbedaan antara Negara – Negara yang sedang berkembang dengan Negara –


Negara yang sudah maju,serta perbedaan antara kehidupan masyarakat di berbagai
Negara membawa kita semua bertanya.Apa yang menyebabkan suatu Negara
proses pembangunan yang lebih cepat ?Apa yang bisa dilakukan oleh Negara –
Negara yang kurang maju atau negara – Negara yang sedang berkembang untuk
memperbaiki standar hidup mereka,bisa penangulangan terhadap
kemiskinan,penangulanagn terhadap penganguran dan penangulan terhadap
ketimpangan menjawab permasalahan – permasalahan yang timbul pada Negara –
Negara yang sedang berkembang ? Persoalan – Persolan tersebut Merupakan
Persolan Yang sangat mendasar dan kompleks yang dihadipi oleh Negara –
Negara yang sedang berkembang pada umumnya.

Pemabngunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan – akan


menajdi kunci keberhasilan bagi suatu Negara untuk meningkatkan taraf hidup
atau levels of living warga negaranya.Oleh sebab itu pembahasan – pembahasan
masalah pembangunan banyak menaruh perhatian lebih besar pada nasib yang
dihadapi oleh sebahagian besar atau 2/3 penduduk dunia yang berada di Negara –
Negara yang sedang berkemabang.Pandangan ini sesuai dengan dimensi
perubahan paradigm pemabangunan yang berkembang dewasa ini.Perkembangan
ini lebih banyak menaruh perhatian kepada persolan – persoalan mengatasi
keterbelakangan ( tingkat hidup yang rendah, penganguran,kemiskinan, dan
ketimpangan ) yang pada umumnya dialami oleh Negara – Negara yang sedang
berkemabang.Fenomena yang keterbelakangini lah yang harus ditinjau dari
konteks ekonomi maupun non ekonomi secarah multidimensional.

1
Pemabahasan ekonomi pembangunan pada dasarnya tidak lepas dari kaidah –
kaidah ekonomi baik secara mikro maupun makro.Pembahasan ilmu ekonomi
selalu berkaitan terutama dengan efisiensi dan alokasi sumber – sumber produktif
yang langkah (scarsity ) dengan pertumbuhan yang optimal dari sumber – sumber
itu untuk menghasilkan barng – barang dan jasa yang lebih besar.Sedangkan
ekonomi pembangunan  ruang lingkup(scope ) yang lebih luas dan kompleks.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahap-tahap perumbuhan ekonomi?
2. Apa itu pendekatan struktural?
3. Apa itu pendekatan pembangunan?
4. Apa itu pendekatan tidak berimbang?

1.3. Tujuan
1. Mengatahui bagaimana tahap-tahap pertumbuhan ekonomi.
2. Mengetahui apa itu pendekatan struktural.
3. Mengetahui apa itu pendekatan pembangunan.
4. Mengetahui apa itu pendekatan tidak berimbang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tahap - Tahap Pertumbuhan Ekonomi


Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow
merupakan garda depan dari linear stage of growth theory (teori linieritas) Pada
dekade 1950-1960, teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi
para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori
Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh
negara-negara maju terutama di Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan
di negara-negara Eropa dari mulai abad pertengahan hingga abad modern maka
kemudian Rostow memformulasikan pola pembangunan yang akan menjadi
tahap-tahap evolusi dari suatu perkembangan ekonomi yang dilakukan oleh
negara-negara tersebut. Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu
negara menjadi lima tahap, yaitu:

a. tahap perekonomian tradisional.

b. tahap prakondisi tinggal landas.

c. tahap tinggal landas.

d. tahap menuju kedewasaan

e. tahap konsumsi massa tinggi.

Berikut akan diuraikan masing-masing tahapan tersebut.

a. Tahap Perekonomian Tradisional

Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat subsistem.


Pemanfaatan teknologi pada sistem produksi semacam ini masih sangat terbatas.
Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang peranan penting.
Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses produksi menyebabkan
barang-barang yang diproduksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan

12
bahan mentah lainnya. Struktur kemasyarakatan dalam sistem masyarakat seperti
ini sifatnya berjenjang. Kemampuan penguasaan sumber daya yang ada sangat
dipengaruhi oleh hubungan darah dalam keluarga.

b. Tahap Prakondisi Tinggal Landas

Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya merupakan
proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Sektor
industri mulai berkembang di samping sektor pertanian yang masih memegang
peranan penting dalam perekonomian. Tahap kedua ini merupakan tahap yang
menentukan bagi persiapan menuju tahap-tahap pembangunan berikutnya, yaitu
tahap tinggal landas. Sebagai tahapan yang berfungsi mempersiapkan dan
memenuhi prasyarat pertumbuhan swadaya, diperlukan adanya semangat baru
dari masyarakat. Menurut pengamatan Rostow, negara-negara di Eropa
mengalami tahap kedua ini kira-kira pada abad ke 15 sampai ke-16. Pada saat itu
terjadi perubahan radikal dalam masyarakat Eropa dengan munculnya semangat
Renaissance. Semangat ini telah membalikkan semua tata nilai masyarakat Eropa
saat itu yang cenderung statis menjadi sangat dinamis. Perubahan paradigma
berpikir nampaknya merupakan istilah yang lebih tepat untuk menilai fenomena
itu.

Pada tahap ini perekonomian mulai bergerak dinamis, industri-industri


bermunculan, perkembangan teknologi menjadi pesat, lembaga keuangan resmi
sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, dan terjadi investasi
besar-besaran terutama pada industri manufaktur. Tahap ini merupakan tonggak
dimulainya industrialisasi, di mana industrialisasi ini dapat dipertahankan jika
dipenuhi prasyarat sebagai berikut. Pertama,adanya peningkatan investasi di
sektor infrastruktur/prasarana terutama prasarana transportasi. Kedua, terjadi
revolusi teknologi di bidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan
penduduk kota yang semakin besar. Ketiga, perluasan impor, termasuk impor
modal, di mana impor ini dibiayai oleh produksi yang efisien dan pemasaran
sumber daya alam untuk ekspor. Dengan demikian proses pembangunan dan
industrialisasi yang berkelanjutan akan terjadi dengan cara menanamkan kembali
keuntungan yang diperoleh dalam sektor yang menguntungkan.

12
c. Tahap Tinggal Landas

Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses


pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Pengalaman negaranegara Eropa
menunjukkan bahwa pada tahap ini akan terjadi suatu revolusi industri yang
berhubungan erat dengan revolusi metode produksi. Dalam kaitannya dengan ini,
tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu
sebagai berikut.

1) Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10 persen dari pendapatan nasional.

2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan tinggi.

3) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan institusional yang


menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern serta dampak eksternalnya, akan
memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.

Prasyarat pertama dan kedua sangat berkaitan erat satu sama lain. Kenaikan laju
investasi produktif antara 5-10 persen dari GNP pada akhirnya akan
menyebabkan pertumbuhan yang tinggi pada sektor-sektor dalam perekonomian,
khususnya sektor manufaktur. Sektor manufaktur diharapkan memiliki tingkat
pertumbuhan tertinggi karena sektor tersebut merupakan indikator bagi
perkembangan industrialisasi yang dilakukan. Di samping itu, sektor manufaktur
adalah sektor yang memiliki keterkaitan terbesar dengan sektor-sektor lain,
sehingga sektor-sektor lain ini pun akan dapat berkembang pesat pula. Pada
akhirnya pertumbuhan yang tinggi pada semua sektor ini akan berakibat pada
perkembangan GNP yang lebih tinggi dari kondisi semula.

Prasyarat ketiga merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar prasyarat pertama
dan kedua dapat terpenuhi dengan baik. Prasyarat ketiga merupakan iklim yang
memungkinkan terpenuhinya prasyarat pertama dan kedua. Apabila prasyarat
ketiga tidak terpenuhi maka praktis prasyarat pertama dan kedua tidak akan
terpenuhi. Prasyarat ketiga ini memperlihatkan akan kesadaran Rostow bahwa

12
perbuatan perekonomian pada dasarnya merupakan konsekuensi dari perubahan
motif dan inspirasi nonekonomi dari seluruh lapisan masyarakat. Artinya
perubahan ekonomi dalam skala besar tidak akan terjadi selama tidak ada iklim
kondusif yang memungkinkan perubahan tersebut. Iklim kondusif tersebut adalah
perubahan faktor-faktor nonekonomi dari masyarakat yang sejalan dengan proses
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

d. Tahap menuju Kedewasaan

Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap
sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang di
mana produksi dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan
munculnya beberapa sektor penting yang baru. Pada saat negara berada pada
tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan penting yang terjadi, yaitu:
1) tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik.

2) perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi
manajer efisien yang halus dan sopan.

3) masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan yang


lebih jauh.

e. Tahap Konsumsi Massa Tinggi

Tahap konsumsi massa tinggi merupakan akhir dari tahapan pembangunan yang
dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya
migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat
pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja. Penggunaan alat
transportasi pribadi maupun yang bersifat transportasi umum seperti halnya kereta
api merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan. Pada fase ini terjadi perubahan
orientasi dari pendekatan penawaran (supply side) menuju pendekatan permintaan
(demand side) dalam sistem produksi yang dianut. Sementara itu terjadi pula
pergeseran perilaku ekonomi yang semula lebih banyak menitikberatkan pada sisi
produksi, kini beralih ke sisi konsumsi. Orang mulai berpikir bahwa kesejahteraan

12
bukanlah permasalahan sebanyak mungkin individu, namun lebih dari itu mereka
memandang kesejahteraan dalam cakupan yang lebih luas, yaitu kesejahteraan
masyarakat bersama dalam arti luas.

Terlepas dari permasalahan di atas terdapat tiga kekuatan utama yang cenderung
meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besarbesaran ini, yaitu:

1) penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh


melampaui batas-batas teritorial nasional.

2) ingin memiliki suatu negara kesejahteraan (welfare state) dengan pemerataan


pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan
sosial, dan fasilitas hiburan bagi para pekerja.

3) keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting, seperti


mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga
yang menggunakan listrik, dan sebagainya. Amerika merupakan satu-satunya
negara yang pertama kali mencapai era konsumsi massa tinggi ini, yaitu sekitar
tahun 1920. Hal yang sama kemudian diikuti oleh beberapa negara Eropa Barat.
Satu-satunya negara di Asia yang telah mencapai tahap tersebut adalah Jepang.

Kritik Terhadap Tahap - Tahap Pertumbuhan Ekonomi

1. Masyarakat Tradisional tidak perlu bagi perkembangan. Beberapa bangsa seperti


Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru dan Kanada dilahirkan tanpa sebagai
masyarakat tradisinal dan mereka mewarisi apa yang disebut dengan pra-kondisi sari
Inggris, suatu negara telah maju.

2. Pra-kondisi mungkin tidak mendahului tinggal landas. Pra-kondisi, tidaklah mesti


mendahului tahap tinggal landas. Misalnya, tidak ada alasan untuk percaya bahwa
suatu revolusi pertanian dan pembentukan modal sosial overhead di bidang
pengangkutan harus terjadi sebelum tinggal landas.

3. Tumpang tindih tahapan. Pengalaman kebanyakan negara mengajarkan kepada kita


bahwa perkembangan dalam pertanian tetap berlangsung terus meski dalam tahap
tinggal landas. Tinggal landas negara Selandia Baru dan Denmark misalnya, dikaitkan
dengan perkembangan bidang pertanian. Sama halnya, modal sosial overhead di

12
bidang pengangkutan khususnya perkeretaapian, merupakan salah satu faktor penting
dalam tahap tinggal landas, seperti kata Rostow sendiri.

2.2. Pendekatan Struktural


 Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap
suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai
individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula
kepada hubungan antar unsurnya.

Pada pendekatan strukturalis, pola analisis sudah dikembangkan dalam frame


work (kerangka) yang lebih luas dengan mensintesiskan hubungan antara proses
sosial (non-ekonomi) dan proses ekonomi. Terminologi kunci dalam pendekatan
strukturalis adalah transisi dan transformasi. Oleh karenanya, pendekatan ini
sering disebut sebagai pendekatan strukturalis transisi dan transformasi.

Kelompok aliran ini berpendapat bahwa pembangunan memerlukan proses


transisi, yaitu proses peralihan dari satu jenjang perekonomian sederhana menjadi
perekonomian yang berkembang. Pada faktanya, proses transisi (peralihan) juga
merupakan proses perubahan penjelmaan (transformasi) dari satu keadaan
perekonomian menjadi keadaan perekonomian lain. Sebagai contoh, apabila suatu
ekonomi agraris mengalami transisi menjadi ekonomi industri maka sebenarnya
juga terjadi perubahan keadaan perekonomian (pelaku, perangkat, peraturan dan
karakter sosial masyarakat) dari orientasi agraris menjadi perekonomian
berorientasi industri. Dengan begitu, sebenarnya dalam proses pembangunan,
perekonomian mengalami perubahan struktural yang melalui proses transisi dan
transformasi.

Aliran ini menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang


tidak hanya mungkin, melainkan harus dilakukan pada negara-negara
berkembang. Pembangunan harus dilakukan secara sadar dengan menghilangkan
kelemahan mendasar yang melekat pada struktur ekonomi yang bersangkutan.
Salah satu kelemahan mendasar yang harus ditiadakan adalah kekakuan (rigidity)
interaksi antarsektor ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya, yang sering
mendorong ke arah ketidakseimbangan (disequilibrium) sehingga peranan
pemerintah di negaranegara berkembang dianggap penting karena diperlukan

12
untuk mengawal perkembangan ekonomi ke arah kondisi keseimbangan, yang
ditandai dengan bekerjanya sistem pasar dan mekanisme harga.

Berdasar analisis empiris di negara-negara berkembang, perubahan atau


transformasi perekonomian pada umumnya mengarah dari sektor produksi primer
(pertanian, perikanan, dan pertambangan) menjadi sektor produksi sekunder
(manufaktur, konstruksi) dan kemudian menuju ke sektor tersier (jasa dan
perdagangan). Sejalan dengan transformasi ekonomi, berlangsung pula
transformasi pada bidang ketenagakerjaan. Ditandai dengan sebagian besar tenaga
kerja pada sektor primer tersalurkan pada sektor sekunder maupun tersier. Pola
transaksi perekonomian juga mengalami pergeseran dari transaksi domestik,
mengarah pada transaksi lebih terbuka dengan masuknya transaksi perdagangan
luar negeri. Akibat dari proses-proses dan transformasi tersebut adalah
diversifikasi pada produksi dan perdagangan.

Pendekatan strukturalis sebenarnya tidak berangkat dari satu mazhab


pemikiran yang homogen. Oleh karenanya, terdapat berbagai variasi penerapan
dalam pendekatan ini. Hal ini tergantung pada jenis variabel pokok yang
dianalisisnya. Dalam hal ini, setidaknya terdapat tiga aliran dalam pendekatan ini,
yaitu:

1) aliran dengan strategi yang bertolak dari pasokan tenaga kerja tidak terbatas.

2) aliran dengan strategi pembangunan berimbang

3) aliran dengan strategi pembangunan berdasar sasaran selektif

2.3. Pendekatan Pembangunan Berimbang


Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa pembangunan di negara
berkembang hanya bisa dilakukan dengan adanya pendorong yang sangat kuat
(big push).Pendorong ini diperlukan untuk mengatasi ketidaksempurnaan pasar
barang dan jasa, serta investasi. Ronstein-Rodan, sebagai pencetus ide ini
menyarankan untuk dilakukannya investasi yang sangat besar dan bersifat
komplementer dalam berbagai bidang sebagai big-push(pendorong) ekonomi.
Teori investasi ini didasarkan pada konsep external economiesoleh Alfred
Marshal, di mana perkembangan satu sektor ekonomi akan menjadi external

12
economyyang mendorong sektor lain. Adapun syarat untuk terjadinya
perkembangan semacam itu adalah bahwa investasi tersebut harus bersumber pada
negara berkembang sendiri sehingga terjadi efek multiplier di dalam negeri.

Teori big-push ini kemudian dikembangkan oleh Ragnar Nurkse, yang


menyatakan bahwa pembangunan harus dilakukan dengan mengembangkan
semua sektor secara bersamaan dan berimbang. Dengan demikian, investasi yang
beragam diperlukan untuk mendorong permintaan agregat, secara komplementer.
Atas dasar pola pikir seperti itu, konsep ini disebut sebagai konsep pembangunan
strategi berimbang. Pendekatan lebih luas dan komprehensif yang disarankan oleh
pendekatan ini sangat berguna dalam analisis ekonomi pembangunan.Selain itu
Scitovski & Lewis menyatakan pentingnya pembangunan seimbnag diantara
sektor produksi yang menghasilkan barang barang untuk keperluan dalam negeri
sektor produksi yang menghasilkan barang barang eksport, menunjukan tentang
terdapat dua konsep atau pengertian dari ekonomi ekstern dan tentang manfaat
yang terdapat dalam perekonomian. Perlunya pembangunan seimbang ditekankan
kepada menunjukan keuntungan yang akan di peroleh dari terciptanya
interdependensi yang efesian di antara berbagai sektor, yaitu di antara sektor
pertanian dan sektor industri, dan di antara sektor dalam negeri dan luar negeri.

Kritik Terhadap Pembangunan Berimbang

a) Peningkatan biaya

b) Tidak mempedulikan pada penurunan biaya

c) Saling bersaing

d) Teori pertumbuhan berimbang gagal sebagai teori pembangunan

e) Sifat pasrah

f) Disproposi factor

g) Keterbelakangan sumber

h) Kemerosotan hasil karna keliru mengenai hasil yang meningkat

i) Gumpalan modal bukan bukan hal pokok bagi pembangunan

j) Pertumbuhan berimbang bukan hal pokok bagi induced investmen

12
k) Tidak mempertimbangkan perencanaan

l) Tidak ada penundaan kegiatan ekonomi sementara waktu karna bersifat statis

m) Kelangkaan dan kemacetan -> Paul streeten

2.4. Pendekatan Pembangunan Tak Berimbang


Teori pendapatan tak berimbang adalah lawan dari doktrin pertumbuhan
berimbang menurut konsep ini, invensi seyogyanya dilakukan pada sector yang
terpilih daripada secara serentak disemua sector ekonomi. Tidak ada satupun Negara
terbelakang yang mempunyai modal dan sumber lain dalam kuantitas sedimikian
besar untuk melakukan investasi secara serentak pada semua sector. Oleh karena itu,
investasi harus dilakukan pada beberapa sector atau industry yang terpilih saja agar
cepat berkembang dan hasil ekonominya dapat digunakan untuk pembangunan sector
lain. Dengan demikian perekonomian secara berangsur bergerak dari lintasan
pertumbuhan tak berimbang kearah pertumbuhan berimbang. Ahli ekonomi seperti
Singer, Kindleberger, dan lain-lain mengungkapkan pendapat mereka yang menukung
doktrin pertumbuhan tak berimbang.

Menurut Rostow, agar suatu ekonomi dapat melampaui tahap masyarakat


tradisional dan mencapai tingkat landas maka yang penting ia melakukan investasi
produktif 5% hingga 10% atau lebih ini hanya mungkin jika investasi dilakukan pada
1 atau 2 sektor ekonomi utama saja. Hal ini akan mendorong perekonomian industry-
industri terkait .Doktrin ini lawan dari pertumbuhan berimbang,konsep ini
menyatakan investasi seyogyanya dilakukan disektor terpilih daripada serentak di
semua sektor ekonomi.

Dalam praktek kebijakan pembangunan ekonomi bertujuan :

1. mencegah investasi convergent yang ambil ekonomi eksternal lebih banyak dari
yang diciptakannya

2. mendorong rangkaian investasi divergent yang ciptakan ekonomi eksternal lebih


besar dari yang diambilnya.

12
Hirschman anjurkan pendirian industri tahap akhir dahulu,dalam indsutri,negara
yang sedang berkembang tak perlu usahakan semua tahap produksi secara serentak
tapi dapat impor pabrik converting,assembling,dan mixing bagi sentuhan terakhir
produk yang hampir jadi.

Keterbatasan :
1. Kurang perhatian pada komposisi, arah dan saat pertumbuhan tidak
berimbang,Paul streeten kritik teori ini bahwa permasalahan pokonya bukan
takkeseimbangan perlu ciptakan atau tidak.
2. Abaikan perlawanan,Hirchsman abaikan reaksi lembaga-lembaga di negara
terbelakang
3. Diluar kemampuan negara terbelakang,kritik terhadap teori Nurkse juga
berlaku pada teorinya sendiri bahwa investasi ciptakan ketidakseimbangan
dengan demikian ciptakakn tekanan dan tegangan pada proses pertumbuhan
dapat diatasi melalui mekanisme perangsangan
4. Kekurangan fasilitas dasar,seperti dapatkan tenaga teknis,bahan mentah,dan
fasislitas dasar sperti tenaga dan pengangkutan.
5. Kekurangan mobilitas faktor,dinegara belakang sulit pindahkan sumber dari
satu sektor ke sektor lain
6. Timbulnya tekanan inflasi,jikas investasi dalam dosis besar dalam
perekonomian di bidang strategis pendapatan akan naik, cendrung tingkatkan
permintaan akan barang konsumen relatif pada penwarannya.
7. Dampak kaitan tidak didasarkan data,dampak kaitan lemah karna tidak
didasarkan data di negara terbelakang dimana fasilitas overhead sosial tak
dibangun selama satu generasi atau lebih
8. Terlalu banyak penekanan pada keputusan investasi,pengambilan keputusan
merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi tapi negara
terbelakang tidak hanya perlukan keputusan investasi tapi juga keputusan
administratif.

12
12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang, sedang


pertumbuhan mengacu pada masalah negara maju. Menurut Schumpeter,
perkembangan adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner
yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada
sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara
perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Bedanya pertumbuhan dengan pembangunan adalah bahwa pertumbuhan lebih


melihat kepada target, sedang pembangunan melihat prosesnya. Namun demikian,
istilah perkembangan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan
jangka panjang.

12

Anda mungkin juga menyukai