Anda di halaman 1dari 10

PERPAJAKAN I

Nama : Ni Ketut Antika

No. Absen / Nim : 17 / 2002622010165

Kelas : A Akuntansi Malam

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


SOAL & JAWABAN

1. Apa dasar hukum tarif pajak PPh Pasal 21 dan sebutkan rincian tarifnya ?

Jawaban :

Dasar Hukum PPh Pasal 21 antara lain sebagai berikut:

1. Pengenaan PPh pasal 21 berdasarkan kepada peraturan pemerintah dari


Direktorat Jenderal Pajak yang bernomor PER-32/PJ/2015 yang mengatur
tentang pembebanan penghasilan kena pajak atas semua profesi yang
dilakukannya. 
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28
Tahun 2007.
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat
Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan
Pemotongan Pajak Penghasilan.
6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21/26.
Adapun beberapa rincian jenis tarif yang berlaku, yaitu :
1) Tarif Pajak Degresif (Degressive Tax Rate)
Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil
dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif
pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Ada 3 jenis tarif pajak degresif, yaitu :


a) Tarif Degresif-Degresif
Adalah jenis tarif degresif yang penurunan persentase tarifnya semakin kecil.
b) Tarif Degresif-Tetap
Adalah jenis tarif degresif yang penurunan persentasenya tetap.
c) Tarif Degresif-Progresif
Adalah jenis tarif degresif yang penurunan persentase tarifnya makin besar.
2) Tarif Pajak Progresif (Progressive Tax Rate)
Merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif
ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi. Tarif
pajak progresif ini dipecah lagi menjadi tiga, yaitu:
a) Tarif progresif-progresif
Adalah jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya semakin besar atau
persentase akan naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif PPH Pasal 21 menurut UU PPh :
 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif
pajaknya 5%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.

Adapun tarif PPh Pasal 21 menurut UU HPP :

 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai 60 jt, tarif pajaknya


5%
 Lapisan PKP lebih dari Rp 60 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta – Rp 5 miliar, tarif pajaknya 30%.
 Lapisan PKP diatas Rp 5 miliar, tarif pajaknya 35 %
b) Tarif pajak progresif-tetap
Adalah jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya tetap.
c) Tarif progresif-degresif
Adalah jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya semakin menurun
(degresif).
3) Tarif Pajak Tetap / Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap
tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif
tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai
dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau
nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000. Pada dasarnya tarif pajak dipungut
berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak.
4) Tarif Pajak Proporsional (Proportional Flat Tax Rate)
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi
perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek
pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai
(10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
5) Tarif Pajak Spesifik
Tarif pajak spesifik tarif pajak yang dikenakan pada suatu objek pajak sudah
spesifik berdasarkan objek pajak yang dikenakan tersebut. Seperti namanya, tarif
pajak spesifik adalah tarif pajak dengan jumlah tertentu dan dikenakan pada
suatu barang atau jenis barang tertentu.

2. Apa saja objek PPh Pasal 21 yang bersifat final ?

Jawaban :

Merujuk pada Pasal 4 ayat (2) dan beberapa pasal lain yang masuk dalam Pajak
Penghasilan Final, maka objek PPh Final  atau objek pajak final adalah:

1. Objek PPh Final atas Bunga Deposito


2. Objek PPh Final atas Tabungan lainnya
3. Objek PPh Final atas Bunga Obligasi
4. Objek PPh Final atas Surat Utang Negara (SUN)
5. Objek PPh Final atas Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi
6. Objek PPh Final atas Hadiah Undian
7. Objek PPh Final atas Transaksi Saham
8. Objek PPh Final atas Sekuritas lainnya
9. Objek PPh Final atas Transaksi Derivatif yang diperdagangkan di bursa
10. Objek PPh Final atas Transaksi Penjualan Saham
11. Objek PPh Final atas Pengalihan Penyertaan Modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura
12. Objek PPh Final atas Transaksi Pengalihan Harta berupa tanah dan/atau bangunan
13. Objek PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi
14. Objek PPh Final atas Usaha Real Estate
15. Objek PPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Dan PPh Final atas Penghasilan Tertentu lainnya

Dari PPh Final atas Penghasilan Tertentu lainnya ini, yang menjadi objek PPh Final atau

objek pajak final dalam pasal lainnya yang dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final
adalah:

1. Objek pajak final (PPh Final) atas Omzet Bruto sesuai PP 46/2013 dan PPh 23/2018
2. Objek pajak final (PPh Final) atas Dividen
3. Objek pajak final (PPh Final) atas Impor dan Pembelian Penjualan Barang Mewah
4. Objek pajak final (PPh Final) atas Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
5. Objek pajak final (PPh Final) atas Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta
6. Objek pajak final (PPh Final) atas Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
7. Objek pajak finak (PPh Final) atas Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
8. PPh Final atas Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
9. PPh Final atas Keuntungan karena pembebasan utang

3. Sebutkan tarif pajak PPh Pasal 21 yang bersifat final ?

Jawaban:

a. Tarif PPh Final Pasal 4 ayat (2) & Pasal 26 :


1. Tarif PPh Final Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI
Tarif PPh Final Deposito dalam mata uang USD:
Atas bunga dari deposito dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang
dananya bersumber dari Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri
pada bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia dikenai Pajak Penghasilan Final dengan tarif:

 Deposito jangka waktu 1 bulan = 10% dari jumlah bruto


 Deposito jangka waktu 3 bulan = 7,5% dari jumlah bruto

 Deposito jangka waktu 6 bulan = 2,5% dari jumlah bruto

 Deposito jangka waktu lebih dari 6 bulan = 0%

Tarif PPh Final Deposito dalam mata uang Rupiah

Atas bunga dari deposito dalam mata uang rupiah yang dananya bersumber dari
Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
dikenai Pajak Penghasilan Final dengan tarif:

 Deposito jangka waktu 1 bulan = 7,5% dari jumlah bruto

 Deposito jangka waktu 3 bulan = 5% dari jumlah bruto

 Deposito jangka waktu 6 bulan atau lebih dari 6 bulan = 0% dari jumlah
bruto

2. Tarif PPh Final Diskonto SBI


Atas bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta
bunga dari deposito selain dari deposito di atas, dikenai Pajak Penghasilan Final
dengan tarif:

 Bagi WP dalam negeri dan BUT = 20% dari jumlah bruto

 WP luar negeri = 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan


Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku

3. Tarif PPh Final Bunga dan Diskonto Obligasi

Obligasi adalah Surat Utang Negara (SUN) yang berjangka waktu lebih dari 12
bulan yang merupakan imbalan diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi
dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.Atas penghasilan yang diterima dan/atau
diperoleh wajib pajak berupa bunga obligasi ini dikenai Pajak Penghasilan Final
yang tarifnya dibedakan berdasarkan:

 WP dalam negeri dan BUT

 WP luar negeri

 WP reksa dana
Maka tarif PPh Final Bunga dan Diskonto Obligasi ini adalah:
a. Tarif PPh Final bagi WP dalam negeri dan BUT = 15% dari:
 bunga dari obligasi dengan kupon (dari jumlah bruto bunga sesuai masa
kepemilikan obligasi)
 diskonto dari obligasi dengan kupon (dari selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga
berjalan)
 diskonto dari obligasi tanpa bunga (dari selisih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan obligasi)
b. Tarif PPh Final bagi WP luar negeri selain BUT = 20% atau sesuai tarif P3B
(tax treaty)
c. Tarif PPh WP reksa dana sebesar:
Tarif PPh Final Reksa dana = 10%

4. PPh Final Diskonto Surat Utang Negara


Besar pph Final atas Diskonto SPN = 20% dari diskonto SPN.

5. Tarif PPh Final atas Penjualan Saham Pendiri dan Bukan Pendiri di Bursa Efek
Pada dasarnya penghasilan atas penjualan saham di bursa dikenakan tarif PPh
Final = 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham.
Khusus untuk transaksi penjualan saham pendiri, maka ketentuannya adalah:
Tarif PPh Final atas transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tambahan PPh
dengan tarif = 0,5% dari nilai saham perusahaan sehingga tarif efektifnya
menjadi 0,6%

6. Tarif PPh Final Hadiah Undian


Besar tarif PPh Final atas hadiah atau undian adalah 25%.
7. Tarif PPh Final Bunga Simpanan Anggota Koperasi
Tarif PPh Final atas Bunga Simpanan Anggota Koperasi orang pribadi adalah:
 Penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000 per
bulan = 0% dari jumlah bruto bunga
 Penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan =
10% dari jumlah bruto bunga

8. Tarif PPh Final Penjualan Tanah dan/atau Bangunan:


Tarif PPh Final penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
melalui Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2016
adalah:
 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa
Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan.
 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan.
 0% atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah,
badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari
Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan
khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

Tarif PPh Final tersebut dikalikan dengan harga jual.

9. Tarif PPh Final Persewaan Tanah dan/atau Bangunan


Tarif PPh Final persewaan tanah dan/atau bangunan, baik yang menyewakan
WP Pribadi maupun WP Badan adalah = 10% dari jumlah bruto nilai
persewaan.
10. Tarif PPh Final attas Penjualan Saham Milik Perusahaan Modal Ventura
Besar tarif PPh Final atas penjualan saham milik perusahaan modal ventura
adalah = 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal.
11. Tarif PPh Final Jasa Kontruksi
1. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Penyedia Jasa yang memiliki
kualifikasi Usaha Kecil = 2%
2. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Penyedia Jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha = 4%
3. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Penyedia Jasa selain Penyedia
Jasa di atas = 3%
4. Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha = 4%
5. Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha = 6%

b. Tarif PPh Final PP 46/2013 dan PP 23/2018


Pajak penghasilan yang diatur dalam PP 46 Tahun 2013 dan PP 23 Tahun 2018
merupakan pajak penghasilan yang bersifat final.
Pajak Penghasilan Final PP 46/2013 dan PP 23/2018 ini dikenakan pada UMKM
dengan omzet bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000 setahun.
 Besar tarif PPh Final UMKM sesuai PP 46 Tahun 2013 adalah 1% dari
peredaran bruto
 Sedangkan tarif PPh Final UMKM sesuai PP 23 Tahun 2018 adalah 0,5%
dari peredaran bruto

c. Tarif PPh Final Pasal 22


Tarif PPh dalam pasal 22 UU Pajak Penghasilan ini terbagi menjadi dua, yakni
PPh Pasal 22 Tidak Final dan PPh Final.
d. Tarif PPh Final Pasal 17 ayat (2c)
Sedangkan tarif PPh Final sesuai Pasal 17 ayat (2c) UU Pajak Penghasilan
adalah 10% yang dikenakan atas dividen yang dibagikan kepada WP Pribadi
dalam negeri.

4. Ketut Omicron memiliki Penghasilan Kena Pajak sebesar 60 jt atas gaji yang
diterima selama satu tahun. Hitunglah PPh Terutang Pasal 21 atas PKP Ketut
Omicron ? Sertakan rincian tarifnya !

Jawaban:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp. 60.000.000

Rincian Tarif PPh 21 yang terutang

5% X Rp.50.000.000 = Rp.2.500.000

15% X Rp. 10.000.000 =Rp.1.500.000 +

Total PPh 21 yang terutang =Rp.4.000.000

5. Gede Moncot status kawin mempunyai 2 (dua) orang anak kandung dan
menanggung seorang adik kandung. Anak Pertama dan Anak ke-2 berumur 3
Tahun dan 2 Tahun. Gede Moncot mengangkat anak dari panti asuhan yang
berumur 5 Th (semuanya anggota keluarga telah masuk KK kecuali anak angkat).
Sebutkan besaran PTKP dari Gede Moncot beserta status PTKPnya?

Jawaban :

PTKP dari Gede Moncot, yaitu:

Wajib Pajak Pribadi : Rp. 54.000.000

Kawin : Rp. 4.500.000

Tanggungan anak 1 : Rp. 4.500.000

Tanggungan anak 2 : Rp. 4.500.000 +

Jumlah PTKP Gede Moncrot Rp. 67.500.000

Jadi, status PTKP dari Gede Moncot yaitu K/2 dengan PTKP sebesar Rp. 67.500.000.
yang berarti Gede Moncrot statusnya kawin dan memiliki 2 tanggungan yaitu 2 anak
kandungnya yang berusia 3 tahun dan 5 tahun, sedangkan adik kandungnya tidak
termasuk ke dalam tanggungan PTKP Gede Moncrot karena termasuk hubungan
keluarga sedarah kesamping satu derajat, Begitu pula anak angkatnya yang berusia 5
Tahun tidak mendapat tanggungan karena tidak memiliki KK sebagai bukti

6. Pada Tahun 2017, Komang Delta status menikah dengan tanggungan 2 anak, 1
mantu dan 1 cucu. Anaknya bernama Si Otong umur 17 th (sudah menikah/blm
bekerja) dan Si Oneng umur 15 th (belum menikah/tidak bekerja). Istri Si otong
yakni si Susik umur 16 th (blm bekerja). Cucunya umur 1 Th. Apa status PTKP
Komang Delta pada tahun 2017 ?

Jawaban:

PTKP dari Komang Delta, yaitu :

Wajib Pajak Pribadi : Rp. 54.000.000

Kawin : Rp. 4.500.000

Tanggungan anak 1(Si Otong) : Rp. 4.500.000

Tanggungan anak 2 (Si Oneng) : Rp. 4.500.000 +

Jumlah PTKP Komang Delta Rp. 67.500.000

Jadi, status PTKP dari Komang Delta yaitu K/2 dengan PTKP sebesar Rp. 67.500.000.
Karena anak pertamanya (Si Otong) hanya memenuhi persyaratan subjektif (umur 17
tahun) saja dan belum memenuhi persyaratan objektifnya (belum berpenghasilan) untuk
menjadi Wajib Pajak, oleh karena itu Si otong masih menjadi tanggungan dari Komang
Delta.

Anda mungkin juga menyukai