Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi

Vol. 1, No.1, Oktober 2012 197

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PERILAKU


KONSUMTIF PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI
1 BABELAN

ASTI ASRI

Psikologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

Taman Wisma Asri AA4 N0.57 RT 002/021, Bekasi Utara

ghiazz23@yahoo.com

Abstract

This research is to know influence of self-confidence to consumptive behavior of 11 th


Students Senior High School 1 Babelan. The method used in this research is quantitative
research methods using ex post facto design. The sampling technique in this study is a
probability sampling with kind of purposive sampling. The amount of the samples is 82
respondents. The technique of the analysis data used to test the hypothesis is by simple
regression test using SPSS version 16.00. Based on the counting result, mark F is 7.443 with
mark of significance of 0.008. The regression similarity of Y = 83.413+ 0.246 X and the
influence (adjusted R Square) of the variable self-confidence to consumptive behavior is
0.074 (7.4%), which means that the self-confidence affects the consumptive behavior to the
number of 7.4% and the rest 92.6%, is affected by another factors. Therefore, Ho is rejected
and Ha is accepted so that it can be concluded that there is a significant influence of self-
confidence to the consumptive behavior of 11th Students Senior High School 1 Babelan.

Keyword: Self-Confidence, Consumptive Behavior

1. Pendahuluan
Menjamurnya bisnis waralaba (franchise),
Setiap manusia mempunyai kebutuhan shopping mall, supermarket, dan toko serba
yang berbeda-beda dan untuk melakukan ada saat ini telah menjadi komoditas
pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap manusia masyarakat terutama kaum remaja.
melakukan konsumsi terhadap barang dan jasa. Kehadirannya, yang dianggap ekslusif seakan
Hal ini karena setiap hari masyarakat menjadi simbol peradaban manusia dan
dihadapkan dengan begitu banyak iklan dan mampu menyulap wajah dunia menuju suatu
sugesti promo-promo produk. Semua hal itu kondisi yang konsumeristik dan sekaligus
berujung pada satu hal yaitu membujuk para melahirkan trend atau gaya hidup baru,
konsumen untuk membeli suatu produk, dan misalnya dalam hal penampilan maupun
inilah yang menjadi tugas para pelaku pasar pemenuhan kebutuhan hidup yang lain.
dalam mengambil langkah ataupun strategi
dalam menguasai pasar. Belanja adalah kata Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI)
yang sering digunakan sehari-hari dalam Darmin Nasution masyarakat Indonesia dinilai
konteks perekonomian, baik di dunia usaha sangat konsumtif. Terbukti bahwa saat ini,
maupun di dalam rumah tangga. Namun kata Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai
yang sama telah berkembang artinya sebagai Negara paling konsumtif di dunia. Sementara
suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada di peringkat pertama adalah Singapura.
masyarakat kelas ekonomi tertentu. Perilaku konsumtif seperti ini terjadi pada
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 198

hampir semua lapisan masyarakat. Tidak hanya memahami tentang dirinya sendiri. Sifat-sifat
pada orang dewasa, perilaku konsumtif pun remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian
banyak melanda para remaja. produsen untuk memasuki pasar remaja.
Perilaku remaja merupakan fenomena yang
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat menarik untuk diamati, bukan saja oleh para
Indonesia lebih senang menggunakan uang ahli psikologi perkembangan, tetapi juga oleh
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak penting para ahli pemasaran.
dengan berperilaku konsumtif atau hidup
dalam dunia konsumerisme yang menjadi Sumartono mengatakan bahwa perilaku
syarat mutlak untuk kelangsungan status dan konsumtif begitu dominan di kalangan remaja.
gaya hidup. Hidup dalam dunia konsumerisme Hal tersebut dikarenakan secara psikologis,
tidak pandang umur, jenis kelamin ataupun remaja masih berada dalam proses
status sosial. Remaja salah satu contoh yang pembentukan jati diri dan sangat sensitif
paling banyak terkena dampak gaya hidup terhadap pengaruh dari luar.
konsumtif.
Terbentuknya perilaku konsumtif pada
Perilaku konsumtif merupakan suatu remaja menurut Sumartono, munculnya
fenomena yang banyak melanda kehidupan perilaku konsumtif disebabkan oleh faktor
masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat internal yang berpengaruh pada perilaku
bahwa perilaku konsumtif banyak melanda konsumtif individu adalah motivasi, harga diri,
kehidupan remaja di kota-kota besar yang kepribadian dan konsep diri sedangkan faktor
sebenarnya belum memiliki kemampuan eksternal yang berpengaruh pada perilaku
finansial untuk memenuhi kebutuhannya. konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas
Secara tidak sadar hal tersebut mendorong sosial, kelompok-kelompok sosial dan
remaja untuk membeli terus-menerus sehingga referensi serta keluarga. Salah satu faktor
menyebabkan remaja terjerat dalam perilaku internal pada perilaku konsumtif yaitu
konsumtif. kepribadian yang meliputi aspek kepercayaan
diri yang merupakan salah satu faktor internal
Menurut Anggarsari, perilaku konsumtif terjadinya seseorang untuk melakukan perilaku
adalah tindakan membeli barang-barang yang konsumtif.
kurang atau tidak diperhitungkan sehingga
sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku Menurut Tina Afiatin dan Sri Mulyani.M
konsumtif terjadi ketika seseorang tidak kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian
mendasari pembelian dengan kebutuhan manusia yang berfungsi penting untuk
namun juga semata-mata demi kesenangan, mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
sehingga menyebabkan seseorang menjadi Tina Afiatin dan Sri Mulyani.M,
boros. mengambarkan bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa
Hasil penelitian yang dilakukan oleh yakin terhadap tindakan yang dilakukan,
Reynold menyatakan, remaja usia 16 18 individu merasa diterima oleh kelompoknya,
tahun membelanjakan uangnya lebih banyak dan individu percaya sekali terhadap dirinya
untuk keperluan menunjang penampilan diri. serta memiliki ketenangan sikap. Individu
Remaja ingin dianggap keberadaannya dan yang memiliki rasa percaya diri dalam
diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan lingkungan sosial selalu bersifat terbuka, terus-
berusaha menjadi anggota di lingkungan terang, berani mengambil tantangan dan berani
tersebut. Hal tersebut karena remaja ingin menjelaskan ide-ide ataupun pilihan-
memperoleh pengakuan sosial, yaitu dengan pilihannya.
cara menggunakan berbagai barang yang
dianggap trend dan modern. Faktor-faktor penyebab kurangnya
percaya diri, yaitu kurangnya mengenal diri,
Maka dari itu bagi produsen, kelompok kecemasan dan kurangnya wawasan.
usia remaja adalah salah satu pasar yang Kurangnya mengenal diri, setelah mengenal
potensial. Alasannya antara lain karena pola diri dengan baik maka langkah selanjutnya
konsumsi seseorang terbentuk pada usia adalah menerima diri apa adanya. Menerima
remaja. Di samping itu, remaja biasanya diri apa adanya bukan berarti pasrah atau
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan pesimis dengan keadaan diri, tetapi sebaliknya
teman, tidak realistis, dan cenderung boros menerima dengan positif apa yang menjadi
dalam menggunakan uangnya, remaja belum kelebihan dan kekurangan diri. Kecemasan,
bisa mengontrol dirinya sendiri, belum kita tidak bisa membangun rasa percaya diri
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 199

sebelum berhasil mengatasi kecemasan. kunci


sukses adalah dapat membangun rasa percaya
diri dengan cara menghilangkan rasa cemas.
Rasa cemas berbahaya dan bisa mempengaruhi Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
semua orang di sekitarnya. untuk mengalahkan
rasa cemas perlu membangun antuasisme. Berdasarkan definisi diatas, maka
Kurangnya wawasan, membekali diri dengan dalam perilaku konsumtif Tambunan
berbagi ilmu pengetahuan semakin banyak berpendapat dua aspek mendasar, yaitu :
dapat ilmu maka semakin luaslah wawasan
yang di dapat serta semakin percaya diri 1) Adanya suatu keinginan
sebaliknya bila kurang membenahi diri dan mengkonsumsi secara berlebihan.
tidak mempunyai wawasan luas bisa Hal ini akan menimbulkan
mengakibatkan kurang percaya diri di dalam pemborosan dan bahkan inefisiensi biaya,
bersosialisasi. apalagi remaja yang belum mempunyai
penghasilan sendiri.
Dengan meningkatnya perilaku konsumtif a) Pemborosan
pada peserta didik merupakan suatu hal yang Perilaku konsumtif yang
perlu dikhawatirkan, dan harus diberikan memanfaatkan nilai uang lebih besar dari
sebuah solusi karena besar pengaruhnya baik nilai produknya untuk barang dan jasa
terhadap kehidupan diri remaja maupun yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
terhadap masyarakat. Berdasarkan penjabaran Perilaku ini hanya berdasarkan pada
di atas penulis berasumsi bahwa kepercayaan keinginan untuk mengkonsumsi barang-
diri mempengaruhi perilaku konsumtif. Salah barang yang sebenarnya kurang
satu faktor yang mempengaruhi perilaku diperlukan secara berlebihan untuk
konsumtif pada remaja adalah faktor internal mencapai kepuasan yang maksimal.
yaitu kepercayaan diri yang merupakan aspek b) Inifisiensi Biaya
dari kepribadian. Jika kepercayaan diri tinggi Pola konsumsi seseorang
maka seseorang akan memiliki perilaku terbentuk pada usia remaja yang biasanya
konsumtif yang tinggi pula. Melihat adanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-
keterkaitan, maka peneliti ingin meneliti lebih ikutan teman, tidak realistis, dan
jauh pengaruh antara kepercayaan diri terhadap cenderung boros dalam menggunakan
perilaku konsumtif pada siswa kelas XI SMA uangnya sehingga menimbulkan
Negeri 1 Babelan. inefisiensi biaya.
2) Perilaku tersebut dilakukan bertujuan
Kerangka Teoritik untuk mencapai kepuasan semata.
Kebutuhan yang dipenuhi bukan
Perilaku Konsumtif merupakan kebutuhan yang utama
Kata konsumtif (sebagai kata sifat; lihat melainkan kebutuhan yang dipenuhi hanya
akhiran if) sering diartikan sama dengan kata sekedar mengikuti arus mode, ingin
mencoba produk baru, ingin memperoleh
mengacu pada segala sesuatu yang pengakuan sosial tanpa memperdulikan
berhubungan dengan konsumen, sedangkan apakah memang dibutuhkan atau tidak.
konsumtif menjelaskan perilaku untuk Padahal hal ini justru akan menimbulkan
mengkonsumsi barang-barang yang kecemasan. Rasa cemas disini timbul
sebenarnya kurang diperlukan secara karena merasa harus tetap mengikuti
berlebihan dengan tujuan mencapai kepuasan perkembangan dan tidak ingin dibilang
maksimal. Menurut Dahlan perilaku konsumtif ketinggalan.
ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan a) Mengikuti Mode
berlebihan, penggunaan segala hal yang Di kalangan remaja yang
dianggap paling mahal yang memberikan memiliki orang tua dengan kelas ekonomi
kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar- yang cukup berada, terutama di kota-kota
besarnya serta adanya pola hidup manusia besar, mall sudah menjadi rumah kedua.
yang dikendalikan dan didorong oleh semua Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka
keinginan untuk memenuhi hasrat semata- juga dapat mengikuti mode yang sedang
mata. Hal ini diperkuat oleh Anggarsari yang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu
mengatakan bahwa perilaku konsumtif ditandai berubah sehingga para remaja tidak pernah
dengan tindakan membeli barang-barang yang puas dengan apa yang dimilikinya.
kurang atau tidak diperhitungkan sehingga b) Memperoleh Pengakuan Sosial
sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku konsumtif pada remaja
sebenarnya dapat dimengerti bila melihat
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 200

usia remaja sebagai usia peralihan dalam yang dilakukan secara mandiri tanpa
mencari identitas diri. Remaja ingin diakui adanya keterlibatan orang lain,
eksistensinya oleh lingkungan dengan mempunyai kemampuan untuk
berusaha menjadi bagian dari lingkungan meyakini tindakan yang diambilnya
itu. Kebutuhan untuk diterima dan tersebut.
menjadi sama dengan orang lain yang 3. Memiliki diri yang positif
sebaya yang menyebabkan remaja Yaitu adanya penilaian yang baik
berusaha untuk mengikuti berbagai atribut dari dalam diri sendiri, baik dari
yang sedang in. pandangan maupun tindakan yang
dilakukan yang menimbulkan rasa
Kepercayaan Diri positif terhadap diri sendiri.
Kepercayaan diri merupakan satu diantara 4. Berani mengungkapkan pendapat
aspek-aspek kepribadian yang penting Yaitu adanya suatu sikap untuk
dalam kehidupan manusia yang dapat mampu mengutarakan sesuatu dalam
membantu seseorang untuk dapat diri yang ingin diungkapkan kepada
mengaktualisasikan segala potensi yang rang lain tanpa adanya paksaan atau
ada pada dirinya. Lauster mengatakan hal yang dapat menhambat
bahwa kebutuhan yang paling penting pengungkapan perasaan tersebut.
adalah kebutuhan akan rasa percaya diri
dan rasa superioritas. Menurut Anthony Faktor yang Mempengaruhi
bahwa kepercayaan diri merupakan sikap Kepercayaan Diri
pada diri seseorang yang dapat menerima Kepercayaan diri dapat
keyakinan, dapat mengembangkan dipengaruhi oleh beberapa faktor
kesadaran, berpikir positif, memiliki yaitu:
kemandirian, dan mempunyai kemampuan 1. Perubahan fisik
untuk memiliki serta mencapai segala Perubahan fisik yang dialami
sesuatu yang diinginkan. oleh seorang individu sering kali
menimbulkan ketidakpuasan yang
Lauster mendefinisikan kepercayaan diri dapat mempengaruhi kepercayaan
merupakan suatu sikap atau perasaan dirinya.
yakin atas kemampuan diri sendiri 2. Lingkungan teman sebaya
sehingga orang yang bersangkutan tidak Individu yang dapat diterima
terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, lingkungan teman sebayanya akan
dapat merasa bebas untuk melakukan hal- merasa lebih percaya diri. Hal ini
hal yang disukainya dan bertanggung disebabkan karena penerimaan
jawab atas perbuatannya, hangat dan lingkungan teman sebaya dapat
sopan dalam berinteraksi dengan orang menambah keyakinan pada individu
lain, dapat menerima dan menghargai tersebut bahwa dirinya dalam keadaan
orang lain, memiliki dorongan untuk baik dan mempunyai kemampuan
berprestasi serta dapat mengenal kelebihan untuk mengekspresikan hal tersbut
dan kekurangannya. dalam bentuk perilaku.
3. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang
Karakteristik Kepercayaan harmonis dapat meningkatkan
Diri kepercayaan diri. Hal ini disebabkan
Menurut Lauster orang yang karena seseorang yang sedang
memiliki kepercayaan diri individu mengalami krisis identitas diri sangat
diantaranya: membutuhkan dukungan dari
1. Percaya kepada kemampuan keluarga. Dukungan dan perhatian
sendiri yang diberikan oleh keluarga
Yaitu suatu keyakinan atas diri hendaknya disesuaikan dengan
sendiri terhadap segala fenomena kebutuhan sehingga dapat menambah
yang terjadi yang berhubungan keyakinan untuk menemukan
dengan kemampuan individu untuk identitas pada dirinya.
mengevaluasi serta mengatasi 4. Reaksi lingkungan
fenomena yang terjadi tersebut. Reaksi positif dari lingkungan
2. Bertindak mandiri dalam sosial terhadap usaha seseorang di
mengambil keputusan dalam memenuhi tuntutan-tuntutan
Yaitu dapat bertindak dalam sosial dapat meningkatkan
mengambil keputusan terhadap apa kepercayaan dirinya, sedangkan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 201

sebaliknya jika reaksi negatif dari


lingkungan sosial maka dapat Armeini Rangkuti, Anna dan Ratna Dyah
mengurangi kepercayaan dirinya. Suryaratri. 2009. Statistika Inverensial
untuk Penelitian Psikologi dan
Pendidikan.(UNJ: Fakultas Ilmu
Pendidikan).

2. Penulisan Tabel Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Eugenia C.WU, Keisha M.Cutright, and Gavan
J.Fitzsimons. 2011.
No Jenis Jumlah Persentase
Kelamin Influence of Self Discovery on
1 Laki-laki 39 47.6% Consumption, Jurnal Self Knowledge, Self
2 Perempuan 43 52.4% Construal, Reactance, Identity Threat,
Jumlah 82 100% tahun 2011.

Ghufron, Nur M dan Rini Risnawati S. 2011.


Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruz
XI Media.

No Kelas Jumlah Persentase Gilbert, Paul. 2010. The Confident Factors. Jakarta
1 Kelas XI 8 9.8% : Prestasi Pustaka.
IPA 1
2 Kelas XI 8 9.8% Hurlock , Elizabeth B. 1980. Psikologi
IPA 2 Perkembangan, Suatu Pendekatan
3 Kelas XI 8 9.8% Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
IPA 3 Erlangga.
4 Kelas XI 8 9.8%
IPA 4 Ika. 2002. Self Confidence pada Remaja. Jakarta :
5 Kelas XI 8 9.8% Erlangga.
IPA 5
6 Kelas XI IPS 8 9.8% Kuncono. 2004. Aplikasi Komputer
1 Psikologi.Jakarta: Fakultas Psikologi
7 Kelas XI IPS 8 9.8% Universitas Persada Indonesia.
2
8 Kelas XI IPS 8 9.8% Lina & Rasyid. 1997. Perilaku konsumtif
3 berdasarkan locus of control pada remaja
9 Kelas XI IPS 9 11.0% putra, Jurnal Psikologika. Edisi 4, No 2,
4 tahun : 1997.
10 Kelas XI IPS 9 11.0%
5 Lauster, Peter. 1992. Tes Kepribadian. Terjemahan
Jumlah 82 100.0% oleh Savitri. Jakarta : Gaya Media
Pratama.

Olds, Papalia D. E , S, W., & Feldman, R. D. 2004.


Human Developmental (9th ed.). Boston:
3. Pengutipan McGraw-Hill Companies, Inc.
Shareppba. Faktor-faktor Penyebab Kurangnya
Daftar Pustaka Percaya Diri.
http://zhukozanrazasqi.blogdetik.com/201
Andrias, Poppy Nike. 2010. Hubungan antara Self 0/12/06/faktor-faktor-penyebab-kurang
Monitoring dengan Perilaku Konsumtif percaya-diri/
pada Remaja, Jurnal Self Monitoring,
tahun 2010. Sofian, Masri. Singarimbun. 2008. Metode
Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3
Anggarsari. 1999. Hubungan Tingkat Religius Es Indonesia.
dengan Perilaku Konsumtif, Jurnal
Psikologika. No 4, tahun 1999.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 202

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan,


Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.

Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan.


Bandung : Alfabeta.

Tambunan, Raymond. Remaja dan Perilaku


Konsumtif. http//:www.e-
psikologi.com/remaja/191101.htm

Utami, Sri Weni. Korelasi Kepercayaan Diri dan


Kematangan Emosi dengan Kompetensi
Sosial Remaja di Pondok Pesantren Kota
Lamongan, Jurnal Psikovidya, Volome 11
No 2, tahun : 2007.

Anda mungkin juga menyukai