ASTI ASRI
ghiazz23@yahoo.com
Abstract
1. Pendahuluan
Menjamurnya bisnis waralaba (franchise),
Setiap manusia mempunyai kebutuhan shopping mall, supermarket, dan toko serba
yang berbeda-beda dan untuk melakukan ada saat ini telah menjadi komoditas
pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap manusia masyarakat terutama kaum remaja.
melakukan konsumsi terhadap barang dan jasa. Kehadirannya, yang dianggap ekslusif seakan
Hal ini karena setiap hari masyarakat menjadi simbol peradaban manusia dan
dihadapkan dengan begitu banyak iklan dan mampu menyulap wajah dunia menuju suatu
sugesti promo-promo produk. Semua hal itu kondisi yang konsumeristik dan sekaligus
berujung pada satu hal yaitu membujuk para melahirkan trend atau gaya hidup baru,
konsumen untuk membeli suatu produk, dan misalnya dalam hal penampilan maupun
inilah yang menjadi tugas para pelaku pasar pemenuhan kebutuhan hidup yang lain.
dalam mengambil langkah ataupun strategi
dalam menguasai pasar. Belanja adalah kata Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI)
yang sering digunakan sehari-hari dalam Darmin Nasution masyarakat Indonesia dinilai
konteks perekonomian, baik di dunia usaha sangat konsumtif. Terbukti bahwa saat ini,
maupun di dalam rumah tangga. Namun kata Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai
yang sama telah berkembang artinya sebagai Negara paling konsumtif di dunia. Sementara
suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada di peringkat pertama adalah Singapura.
masyarakat kelas ekonomi tertentu. Perilaku konsumtif seperti ini terjadi pada
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 198
hampir semua lapisan masyarakat. Tidak hanya memahami tentang dirinya sendiri. Sifat-sifat
pada orang dewasa, perilaku konsumtif pun remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian
banyak melanda para remaja. produsen untuk memasuki pasar remaja.
Perilaku remaja merupakan fenomena yang
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat menarik untuk diamati, bukan saja oleh para
Indonesia lebih senang menggunakan uang ahli psikologi perkembangan, tetapi juga oleh
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak penting para ahli pemasaran.
dengan berperilaku konsumtif atau hidup
dalam dunia konsumerisme yang menjadi Sumartono mengatakan bahwa perilaku
syarat mutlak untuk kelangsungan status dan konsumtif begitu dominan di kalangan remaja.
gaya hidup. Hidup dalam dunia konsumerisme Hal tersebut dikarenakan secara psikologis,
tidak pandang umur, jenis kelamin ataupun remaja masih berada dalam proses
status sosial. Remaja salah satu contoh yang pembentukan jati diri dan sangat sensitif
paling banyak terkena dampak gaya hidup terhadap pengaruh dari luar.
konsumtif.
Terbentuknya perilaku konsumtif pada
Perilaku konsumtif merupakan suatu remaja menurut Sumartono, munculnya
fenomena yang banyak melanda kehidupan perilaku konsumtif disebabkan oleh faktor
masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat internal yang berpengaruh pada perilaku
bahwa perilaku konsumtif banyak melanda konsumtif individu adalah motivasi, harga diri,
kehidupan remaja di kota-kota besar yang kepribadian dan konsep diri sedangkan faktor
sebenarnya belum memiliki kemampuan eksternal yang berpengaruh pada perilaku
finansial untuk memenuhi kebutuhannya. konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas
Secara tidak sadar hal tersebut mendorong sosial, kelompok-kelompok sosial dan
remaja untuk membeli terus-menerus sehingga referensi serta keluarga. Salah satu faktor
menyebabkan remaja terjerat dalam perilaku internal pada perilaku konsumtif yaitu
konsumtif. kepribadian yang meliputi aspek kepercayaan
diri yang merupakan salah satu faktor internal
Menurut Anggarsari, perilaku konsumtif terjadinya seseorang untuk melakukan perilaku
adalah tindakan membeli barang-barang yang konsumtif.
kurang atau tidak diperhitungkan sehingga
sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku Menurut Tina Afiatin dan Sri Mulyani.M
konsumtif terjadi ketika seseorang tidak kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian
mendasari pembelian dengan kebutuhan manusia yang berfungsi penting untuk
namun juga semata-mata demi kesenangan, mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
sehingga menyebabkan seseorang menjadi Tina Afiatin dan Sri Mulyani.M,
boros. mengambarkan bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa
Hasil penelitian yang dilakukan oleh yakin terhadap tindakan yang dilakukan,
Reynold menyatakan, remaja usia 16 18 individu merasa diterima oleh kelompoknya,
tahun membelanjakan uangnya lebih banyak dan individu percaya sekali terhadap dirinya
untuk keperluan menunjang penampilan diri. serta memiliki ketenangan sikap. Individu
Remaja ingin dianggap keberadaannya dan yang memiliki rasa percaya diri dalam
diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan lingkungan sosial selalu bersifat terbuka, terus-
berusaha menjadi anggota di lingkungan terang, berani mengambil tantangan dan berani
tersebut. Hal tersebut karena remaja ingin menjelaskan ide-ide ataupun pilihan-
memperoleh pengakuan sosial, yaitu dengan pilihannya.
cara menggunakan berbagai barang yang
dianggap trend dan modern. Faktor-faktor penyebab kurangnya
percaya diri, yaitu kurangnya mengenal diri,
Maka dari itu bagi produsen, kelompok kecemasan dan kurangnya wawasan.
usia remaja adalah salah satu pasar yang Kurangnya mengenal diri, setelah mengenal
potensial. Alasannya antara lain karena pola diri dengan baik maka langkah selanjutnya
konsumsi seseorang terbentuk pada usia adalah menerima diri apa adanya. Menerima
remaja. Di samping itu, remaja biasanya diri apa adanya bukan berarti pasrah atau
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan pesimis dengan keadaan diri, tetapi sebaliknya
teman, tidak realistis, dan cenderung boros menerima dengan positif apa yang menjadi
dalam menggunakan uangnya, remaja belum kelebihan dan kekurangan diri. Kecemasan,
bisa mengontrol dirinya sendiri, belum kita tidak bisa membangun rasa percaya diri
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 199
usia remaja sebagai usia peralihan dalam yang dilakukan secara mandiri tanpa
mencari identitas diri. Remaja ingin diakui adanya keterlibatan orang lain,
eksistensinya oleh lingkungan dengan mempunyai kemampuan untuk
berusaha menjadi bagian dari lingkungan meyakini tindakan yang diambilnya
itu. Kebutuhan untuk diterima dan tersebut.
menjadi sama dengan orang lain yang 3. Memiliki diri yang positif
sebaya yang menyebabkan remaja Yaitu adanya penilaian yang baik
berusaha untuk mengikuti berbagai atribut dari dalam diri sendiri, baik dari
yang sedang in. pandangan maupun tindakan yang
dilakukan yang menimbulkan rasa
Kepercayaan Diri positif terhadap diri sendiri.
Kepercayaan diri merupakan satu diantara 4. Berani mengungkapkan pendapat
aspek-aspek kepribadian yang penting Yaitu adanya suatu sikap untuk
dalam kehidupan manusia yang dapat mampu mengutarakan sesuatu dalam
membantu seseorang untuk dapat diri yang ingin diungkapkan kepada
mengaktualisasikan segala potensi yang rang lain tanpa adanya paksaan atau
ada pada dirinya. Lauster mengatakan hal yang dapat menhambat
bahwa kebutuhan yang paling penting pengungkapan perasaan tersebut.
adalah kebutuhan akan rasa percaya diri
dan rasa superioritas. Menurut Anthony Faktor yang Mempengaruhi
bahwa kepercayaan diri merupakan sikap Kepercayaan Diri
pada diri seseorang yang dapat menerima Kepercayaan diri dapat
keyakinan, dapat mengembangkan dipengaruhi oleh beberapa faktor
kesadaran, berpikir positif, memiliki yaitu:
kemandirian, dan mempunyai kemampuan 1. Perubahan fisik
untuk memiliki serta mencapai segala Perubahan fisik yang dialami
sesuatu yang diinginkan. oleh seorang individu sering kali
menimbulkan ketidakpuasan yang
Lauster mendefinisikan kepercayaan diri dapat mempengaruhi kepercayaan
merupakan suatu sikap atau perasaan dirinya.
yakin atas kemampuan diri sendiri 2. Lingkungan teman sebaya
sehingga orang yang bersangkutan tidak Individu yang dapat diterima
terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, lingkungan teman sebayanya akan
dapat merasa bebas untuk melakukan hal- merasa lebih percaya diri. Hal ini
hal yang disukainya dan bertanggung disebabkan karena penerimaan
jawab atas perbuatannya, hangat dan lingkungan teman sebaya dapat
sopan dalam berinteraksi dengan orang menambah keyakinan pada individu
lain, dapat menerima dan menghargai tersebut bahwa dirinya dalam keadaan
orang lain, memiliki dorongan untuk baik dan mempunyai kemampuan
berprestasi serta dapat mengenal kelebihan untuk mengekspresikan hal tersbut
dan kekurangannya. dalam bentuk perilaku.
3. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang
Karakteristik Kepercayaan harmonis dapat meningkatkan
Diri kepercayaan diri. Hal ini disebabkan
Menurut Lauster orang yang karena seseorang yang sedang
memiliki kepercayaan diri individu mengalami krisis identitas diri sangat
diantaranya: membutuhkan dukungan dari
1. Percaya kepada kemampuan keluarga. Dukungan dan perhatian
sendiri yang diberikan oleh keluarga
Yaitu suatu keyakinan atas diri hendaknya disesuaikan dengan
sendiri terhadap segala fenomena kebutuhan sehingga dapat menambah
yang terjadi yang berhubungan keyakinan untuk menemukan
dengan kemampuan individu untuk identitas pada dirinya.
mengevaluasi serta mengatasi 4. Reaksi lingkungan
fenomena yang terjadi tersebut. Reaksi positif dari lingkungan
2. Bertindak mandiri dalam sosial terhadap usaha seseorang di
mengambil keputusan dalam memenuhi tuntutan-tuntutan
Yaitu dapat bertindak dalam sosial dapat meningkatkan
mengambil keputusan terhadap apa kepercayaan dirinya, sedangkan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 201
No Kelas Jumlah Persentase Gilbert, Paul. 2010. The Confident Factors. Jakarta
1 Kelas XI 8 9.8% : Prestasi Pustaka.
IPA 1
2 Kelas XI 8 9.8% Hurlock , Elizabeth B. 1980. Psikologi
IPA 2 Perkembangan, Suatu Pendekatan
3 Kelas XI 8 9.8% Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
IPA 3 Erlangga.
4 Kelas XI 8 9.8%
IPA 4 Ika. 2002. Self Confidence pada Remaja. Jakarta :
5 Kelas XI 8 9.8% Erlangga.
IPA 5
6 Kelas XI IPS 8 9.8% Kuncono. 2004. Aplikasi Komputer
1 Psikologi.Jakarta: Fakultas Psikologi
7 Kelas XI IPS 8 9.8% Universitas Persada Indonesia.
2
8 Kelas XI IPS 8 9.8% Lina & Rasyid. 1997. Perilaku konsumtif
3 berdasarkan locus of control pada remaja
9 Kelas XI IPS 9 11.0% putra, Jurnal Psikologika. Edisi 4, No 2,
4 tahun : 1997.
10 Kelas XI IPS 9 11.0%
5 Lauster, Peter. 1992. Tes Kepribadian. Terjemahan
Jumlah 82 100.0% oleh Savitri. Jakarta : Gaya Media
Pratama.