Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU KONSUMTIF ONLINE SHOPPING PADA MAHASISWA BIMBINGAN

KONSELING UNNES

Laporan dibuat untuk memenuhi tugas


matakuliah Metode Penelitian Kualitatif yang
diampu oleh Dra. M.Th.Sri Hartati, M.Pd.Kons. dan

Disusun Oleh
Nama : Bella Rosalia Wangi
NIM : 1301417018

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya
disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia
yang berarti remaja) yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan, istilah
adolescene, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas,
mencakup kemantangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 2004). Menurut
William (Yusuf, 2008) mahasiswi yang termasuk dalam masuk bagian remaja akhir yang
memiliki tugas perkembangan yaitu memperkuat self control (kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. Mahasiswi
dikatakan sudah memperkuat self control bila mahasiswi tidak “meledakkan” emosinya
dihadapan orang lain,melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima (Hurlock, 2004). Pada
usia tersebut, mereka membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, masih dalam
tahap pencarian jati diri, dan masih dalam keadaan emosi yang labil. Keadaan itu
cenderung membuat kontrol diri lemah, sehingga apapun keputusan yang dilakukan
termasuk keputusan membeli didominasi oleh emosi sesaat.
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan canggih menumbuhkan
berbagai pengaruh bagi penggunanya. Adapun kemajuan teknologi tersebut tidak lepas
dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk mampu memanfaatkan
teknologi sesuai dengan fungsinya. Internet merupakan salah satu bentuk dari
perkembangan teknologi yang saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian kalangan.
Jaringan sosial internet juga dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan mahasiswa dalam
kehidupannya. Perkembangan teknologi membawa banyak perubahan dalam gaya hidup
mahasiswa. Internet mengenalkan berbagai informasi mulai dari jejaring sosial, berita,
video, foto, hingga berbelanja. Online Shop merupakan fasilitas yang disajikan internet
yang memberikaan berbagai kemudahan. Online Shop adalah salah satu yang memicu
masyarakat untuk berperilaku konsumtif salah satunya pada mahasiswa. Perubahan gaya
hidup mahasiswa sekarang ini telah mengenal gaya hidup yang modern atau modis, hal
itu dapat terlihat dari cara mereka mengenakan barang - barang atau pun pakaian yang
selalu mengikuti trend masa kini. Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan
globalisasi, terjadi perubahan dalam perilaku membeli pada masyarakat. Seseorang
membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan sebenarnya, melainkan dengan
kebutuhan dilakukan sematamata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang
menjadi boros yang dikenal dengan istilah perilaku konsumtif atau konsumerisme
(Wahyudi, 2013). Fenomena tersebut menjelaskan mengapa sekarang ini para mahasiswa
berperilaku konsumtif. Berbelanja tidak sesuai dengan kebutuhan, melainkan sesuai
dengan hasrat berbelanjanya. Berbelanja hanya untuk kesenangan saja tidak ada alasan
yang pasti. Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk
yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai seseorang telah
menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat disebutkan, membeli
barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak
orang memakai barang tersebut (Sumartono, 2002).

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi


tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana.Terbentuknya
perilaku konsumtif pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada banyak kasus,
perilaku konsumtif ini tidak berdasarkan pada kebutuhan, tetapi didorong oleh hasrat dan
keinginan. Pergeseran perilaku konsumen tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan tetapi
berdasarkan motivasi untuk mendapatkan suatu sensasi, tantangan, kegembiraan,
sosialisasi dan menghilangkan stres. Selain itu memberikan pengetahuan baru tentang
perkembangan trend dan model baru serta untuk menemukan barang yang baik dan
bernilai bagi dirinya.

1.2 FOKUS PENELITIAN


Penelitian ini berfokus pada motivasi apa saja yang dimiliki mahasiswa sehingga
mmeiliki perilaku konsumtif terhadap online shopping, untuk mengetahui perasaan atau
kepuasan mahasiswa dalam melakukan online shopping.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang menyebabkan mahasiswa unnes berperilaku konsumtif dalam online
shopping?
2. Apa saja dampak yang dialami mahasiswa ketika berperilaku konsumtif terhadap
online shopping?
3. Apakah mahasiswa unnes menyadari bahwa mereka sudah berperilaku konsumtif?

1.4 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui penyebab mahasiswa unnes berperilaku konsumtif dalam online
shopping.
2. Untuk mengetahui dampak yang dialami mahasiswa ketika berperilaku konsumtif
terhadap online shopping.
3. Untuk mengetahui kesadaran mahasiswa unnes terhadap perilaku konsumtif.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, sumber dan referensi
tentang perilaku konsumtif
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu penanganan dan suatu
pemecahan masalah dalam perilaku konsumtif online shopping terutama pada
kalangan mahasiswa
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Perilaku Konsumtif


Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan Perilaku konsumtif adalah perilaku
yang melebihi batas wajar konsumsi tidak lagi berdasarkan pertimbangan yang
rasional dan lebih mengutamakan kepuasan atau keinginan diri sendiri.
Menurut Sumartono (2002), ada beberapa indikator perilaku konsumtif yaitu:
1. Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika
membeli barang tersebut yang biasanya disebut iming-iming
2. Individu hanya membeli barang yang kemasannya menarik sehingga sangat
mudah terbujuk untuk membeli produk tersebut.
3. Individu mempunyai keinginan yang tinggi, karena pada umumnya remaja
mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya
dengan tujuan agar konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian
orang lain.
4. Pembelian sebuah produk didasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar
manfaat dan kegunaannya). Seseorang akan cenderung berprilaku dengan
ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala
hal yang dianggap paling mewah.
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Individu mempunyai
kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut,
dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan
barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
6. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan. Individu cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya
dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai oleh tokoh idolanya.
Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia
mengidolakan public figure produk tersebut.
Adanya penilaian member produk yang mahal akan menimbulkan rasa
percaya diri yang tinggi. Seseorangakan terdorong mencoba suatu produk karena
mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa
percaya diri. Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) mengatakan bahwa dengan
membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik,
mereka akan merasa menjadi lebih percaya diri.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan Asyifa (2015) terhadap
5 orang informan didapatkan bahwa Berdasarkan hasil analisis data dan
kategorisasi, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyebab perilaku
konsumtif salah satunya dikarenakan adanya faktor lingkungan yaitu seperti
pengaruh dari teman atau pergaulan, faktor iklan, faktor produk. Proses
pengambilan keputusan untuk membeli pun terdapat perbedaan. Subjek 1, 2 dan 5
cara mengambil keputusannya pun tanpa berpikir panjang. Maksudnya, subjek
apabila melihat barang bagus subjek pun menyukainya, maka ia akan segera
memutuskan untuk segera membli barang tersebut. Berbeda dengan subjek ke 3
dan 5. Kedua subjek ini sebelum mengambil keputusan untuk membeli mereka
akan melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Baik masalah harga, kualitas
ataupun keadaan keuangan mereka. Akibat yang ditimbulkan oleh adanya perilaku
konsumtif bagi subjek ada 4, yaitu menjadi boros, menimbulkan hutang, tampil
fashionable dan yang terakhir menimbulkan kepuasan batin bagi subjek.

2.2 Online Shopping

Adapun definisi online shop, adalah suatu proses pembelian barang atau jasa
dari mereka yang menjual barang atau jasa melalui internet dimana antara penjual
dan pembeli tidak pernah bertemu atau melakukan kontak secara fisik yang dimana
barang yang diperjualbelikan ditawarkan melalui display dengan gambar yang ada di
suatu website atau toko maya. Setelahnya pembeli dapat memilih barang yang
diinginkan untuk kemudian melakukan pembayaran kepada penjual melalui rekening
bank yang bersangkutan. Setelah proses pembayaran di terima, kewajiban penjual
adalah mengirim barang pesanan pembeli ke alamat tujuan.

Adapun Engel & Blackwell (1995) mendefenisikan perilaku membeli


merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dengan proses
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan-penentuan kegiatan-
kegiatan tersebut. Sementara itu, Kotler (2008) menyatakan perilaku membeli
barang merupakan kebiasaan individu baik secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa.
Menurut penelitian dari Anisa (2015) Dari fenomena yang didapatkan oleh
peneliti melalu observasi dan wawancara terhadap dua orang mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta mengenai kebiasaannya melakukan
online shoppingfashion.Perilaku online shopping fashion sudah menjadi prioritas
utama bagi mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
menurut kedua subyek yang menjadi data awal penelitian menyatakan bahwa
melakukan belanja online memudahkan dalam bertransaksi dan ketika melakukan
belanja online shopping fashion menghabiskan uang yang tidak pernah terduga,
hampir setangah dari uang sakunya digunakan untuk melakukan belanja produk
fashion melalui online shopping fashion.Hal yang mempengarhui yaitu karena trend
jaman sekarang dan lingkungan yang juga melakukan online shopping fashion.

Dengan demikian perilaku online shopping sudah merajalela dikalangan


mahasiswi, karena barang yang ditawarkan dan karena pengaruh teman di
sekitarnya. Karena online shopping merupakan cara belanja yang memudahkan
untuk mahasiswi dan menarik mahasiswi membeli barang dengan hanya tampilan
yang ditawarkan saja.Dengan adanya perilaku online shopping ini mahasiswi ingin
menunjukkan kepada masyarakat dan lingkungannya bahwa mereka sama dan bisa
berada diantara kelompoknya dengan gaya hidup yang sama. Karena trend online
shopping fashion sekarang sudah menjadi gaya hidup dan kebiasaan bagi mahasiswi
untuk memenuhi kebutuhannya. Bagi mahasiswi penampilan merupakan cara
mereka manunjukkan jati diri, cara berkomunikasi dan juga menunjukkan mereka
pantas berada dalam suatu kelompok tertentu.

Dalam hal ini online shop bukan hanya sekedar dianggap sebagai pemilihan
dalam berbelanja, akan tetapi telah menjadi bagian adanya perubahan sosial budaya
dalam masyarakat. Dimana dengan adanya online shop konsumen bisa melihat
barang-barang berupa gambar atau foto-foto atau bahkan juga video.

Toko virtual ini mengubah paradigma proses membeli produk atau jasa
dibatasi oleh toko atau mall. Proses tanpa batasan ini dinamakan belanja
onlineBusiness-toConsumer (B2C). Suatu kondisi dimana pebisnis membeli dari
pebisnis yang lain dinamakan belanja onlineBusiness-to-Business (B2B). Kedua hal
tersebut merupakan bentuk e-commerce (electronic commerce).
2.3 Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif Terhadap Online Shopping
Menurut Suyasa & Fransisca (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya perilaku konsumtif yaitu :
1. Hadirnya iklan
Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang bertujuan untuk
mnenarik minat pelanggannya, sehingga konsumen merasa tergiur dan penasaran
dengan barang tersebut
2. Konformitas
Konformitas umumnya terjadi pada remaja, khususnya remaja putri. Hal tersebut
disebabkan keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tampil menarik, tidak
berbeda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari
kelompoknya.
3. Gaya hidup
Menurut Chaney munculnya perilaku konsumtif disebabkan gaya hidup budaya
barat. Pembelian barang bermerk dan mewah yang berasal dari luar negeri
dianggap dapat meningkatkan status sosial seseorang.
4. Kartu kredit
Kartu kredit menyediakan fasilitas kredit bagi penggunanya. Sehingga
penggunanya dapat menggunakan batas kredit yang ada tanpa takut tidak
mempunyai uang ketika berbelanja.
5. Potongan Harga yang Besar
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswi sangat senang
berbelanja online

2.4 Dampak Perilaku Konsumtif terhadap Online Shopping


1. Kualitas barang yang telah diterima terkadang berbeda kualitasnya dengan
spesifikasi yang tercantum di website. Penjual nakal biasanya memasang gambar
dan detail palsu sehingga konsumen menjadi terkecoh dan tidak mengetahuinya
hingga barang yang dibeli sampai ke tangan konsumen.
Entah ukuran yang terlalu kecil, cacat pada produk, dan detail yang tidak jelas
menjadi ulasan utama para konsumen yang kecewa dalam
berbelanja online. Kedua, kasus yang cukup sering terjadi adalah Rentannya
Penipuan pada jual beli online.
2. Barang yang diterima rentan rusak atau pecah karena media pengiriman adalah
pos, jasa kirim cepat yang dalam kegiatan packing-nya terkadang tidak
memperhatikan apa isi didalamnya.
3. Dampak lain yang tidak kalah merugikan adalah rentannya aksi pemboboloan
rekening karena pembayaran dilakukan melalui Internet. Saat ini banyak oknum-
oknum cerdas yang menggunakan kecerdasannya untuk melakukan tindak
criminal.
Salah satunya pembobolan rekening, biasanya masyarakt melakukan
pembayaran dan mengisi form mengenai akun rekening pribadi kita tanpa sadar
sebagai salah satu bentuk syarat jual beli. Namun, bagi oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, hal tersebut digunakan sebagai aji mumpung untuk mendapat
keuntungan.
4. Dampak negative yang sering terjadi adalah maraknya aksi spamming karena
setelah pembeli melakukan registrasi, penjual cenderung selalu mengirimkan
katalog online melalui email maupun chat room media sosial pembeli dan hal ini
cukup mengganggu privacy
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Latar, Satuan Kajian


Penelitian ini akan dilakukan di Gedung A2 FIP UNNES dimana mahasiswa
bimbingan konseling melaksanakan perkuliahan disana. Sehingga peneliti dapat
mudah melakukan penelitian dengan jumlah informan yang banyak.

3.2 Metode/ Teknik Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang berarti metode
kualitatif Menurut Sugiyono (2009:15) penelitian kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan
dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin meneliti lebih dalam fenomena
perilaku konsumtif terhadap online shopping di era globalisasi ini, lalu peneliti ingin
memahami apakah ada dampak dari online shopping yang sering disebut sebagai
alternatif dalam berbelanja, dan peneliti ingin berusaha memahami dan menafsirkan
suatu peristiwa interaksi tingkahlaku manusia dalam situasi tertentu menurut
perspektif peneliti sendiri.

3.3 Data Dan Sampel Sumber Data


Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yang menggunakan
Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan teretentu, misalnya orang
tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti. Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Peneliti ingin
meniliti mahasiswa Bimbingan Konseling tetapi peneliti juga ingin meneliti lebih
dalam dengan sebagai sumber data seperti teman dekat, teman kost.
3.4 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti ingin menggunakan Observasi dan Wawanacara. Observasi adalah
pengamatan secara langsung ataupun secara tidak langsung terhadap maslaah yang
akan diteliti (Sutoyo. 2017) dimana peneliti akan menggunakan teknik Observasi
Partisipasi Pasif yaitu dimana peneliti ini datang ke tempat yang akan diamati, namun
tidak terlibat dalam kegiatan subyek tersebut (Sugiyo, 2017:312)
lalu penelitian ini akan menggunakan wawancara yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara tanya-jawab secara lisan yang dilakukan oleh interviewer dan interviewe
dan dilakukan secara sitematis untuk mencapai tujuan penelitian, dan wawancara ini
akan dilakukan kepada mahasiswa Bimbingan Konseling UNNES.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian in menggunakan Analisis selama di lapangan
Model Miles and Huberman, dimana dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan pada periode teretentu, di dalam model
ini berupa aktivitas yang dilakukan yaitu :
1. Data Collection
Data ini merupakan proses pengupulan data. Peneliti akan menggunakan
teknik wawancara dan observasi
2. Data Reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlah yang banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peniliti ke lapangan maka jumlah data
akan makin banyak maka dari itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data.
3. Data Display
Data display merupakan penyajian data. Melalui penyajian data, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah difahami,
dn peneliti akan menyajikan data dalam bentuk teks deskriptif.
4. Verifying
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan danverifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi jika bukti nya valid akan dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data meliputi Uji Kredibilitas, Uji Transferability, Uji Dependability,
uji Confirmbility. Pada penelitian kali ini, Peneliti akan menggunakan Uji Kredibilitas
dalam Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil peneleitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi drengan teman sejawat, analsiis kasus
negatif.
 Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan ini berarti hubungan peneliti
dengan narasumberakan semakin terbentuk rapport, semakin akrab,
semakin terbuka. Peneliti melakukan perpanjangan pengamatan agar
data yang didapat lebih kuat apakah informan selalu berbelanja online di
waktu kapanpun
 Meningkatkan Kemampuan
Meningkatkan kemampuan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristuwa akan dapat direkam
 Triangulasi
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Adapun triangulasi dibagi menjadi 3 yaitu, Triangulasi
Sumber, Trangulasi Teknik, dan Triangulasi Waktu. Ketiganya perlu
Peneliti gunakan karena kulitatif harus mencocokan data yang didapat
dari berbagai sumber
2. Pengujuan Transferbility
Transferbility ini merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel
tersebut diambil
3. Pengujian Dependability
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian.
4. Pengujian Konfirmability
Uji konfirmbility berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar.

DAFTAR PUSTAKA :

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:ALFABETA

Qodaril Thohiroh , Anisa. 2015. Perilaku Konsumtif Fashion Mahasiswi. PSIKOLOGI UMS.
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai