PENGANTAR
dilakukan oleh peneliti pada salah satu karyawan perbankan di Bank X Cabang
pusat perbelanjaan yang dekat dengan wilayah kantor serta pendapatan yang cukup
pendapat narasumber adalah membelanjakan uang untuk membeli tas atau pakaian
sepulang kerja. Kegiatan tersebut sering kali dilakukan oleh narasumber karena
ajakan dari teman kantor agar dapat memakai pakaian atau barang yang sama.
seperti mengahabiskan gaji untuk membeli barang yang sedang trend di kalangan
masyarakat, maupun untuk pergi berpesta dengan teman. Selain gaji yang didapat
dari perusahaan khususnya Bank, para pegawai juga mendapatkan fasilitas berupa
tidak terstruktur yang dilakukan peneliti pada salah satu karyawan di Bank X
Cabang Udayana, limit transaksi untuk kredit yang diberikan oleh Bank X adalah
maksimal 900 juta rupiah. Jumlah tersebut dapat mempengaruhi karyawan untuk
berperilaku konsumtif karena nilainya yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan
1
2
yaitu, kartu kredit dapat mengakibatkan individu berperilaku konsumtif tanpa ada
dalam bentuk yang beragam. Mulai dari menghabiskan uang untuk membeli
pakaian, aksesoris, mobil dan sebagainya. Perilaku konsumtif juga terjadi pada
kalangan eksekutif muda di Jakarta yang sering berkumpul di sebuah café atau bar
karena ajakan dari teman sepulang kerja dimana hal ini menjadi kebiasaan para
karyawan untuk melepas penat karena pekerjaan (Windratie, 2016). Menurut Engel,
yang secara langsung memperoleh dan menggunakan barang atau jasa ekonomis
tindakan tersebut.
positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari perilaku konsumtif yaitu,
individu yang memiliki perilaku konsumtif akan memiliki kepuasan serta merasa
bahagia setelah memenuhi semua keinginannya. Selain itu, individu juga akan
(Hidayat, 2015).
Namun, tidak semua perilaku konsumtif ini membawa pengaruh yang baik,
salah satu contoh perilaku konsumtif yang tidak sehat adalah membeli produk yang
sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dan menyuburkan perilaku hidup boros. Salah
3
satu dampak negatif dari perilaku konsumtif di Indonesia ialah nilai tukar rupiah
2018). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pratiwi (2015) tentang
indikator yang diantaranya adalah membeli produk bukan atas dasar manfaat atau
kegunaannya, membeli produk hanya sekedar untuk menjaga simbol status dan
memakai produk hanya sekedar untuk melakukan imitasi terhadap idola. Engel,
konsumtif membeli barang yang tidak dibutuhkan karena ia tidak dapat menahan
yang dilakukan oleh Urbanus (2017) di wilayah Bali selatan adalah, perilaku
cenderung berlebihan. Hal ini menjadikan individu tidak lagi membedakan antara
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Enrico, Aron, dan Oktavia (2014)
konsumtif. Apabila keinginan individu telah terpenuhi, maka akan berdampak pada
4
keinginan lainnya yang akan muncul dan akan terus seperti itu. Contohnya,
keinginan untuk membeli pakaian yang terus dilakukan dan tidak pernah cukup.
memiliki perilaku konsumtif. Hal itu dikarenakan, uang tersebut dapat digunakan
untuk membeli produk yang diinginkan. Ketiga, yaitu jangka waktu penggunaan
tersebut masih dapat digunakan. Individu yang memiliki pola pikir konsumtif
cenderung akan membeli produk baru ketika barang yang mereka gunakan masih
smartphone baru namun masih memiliki produk yang lama, walaupun tujuan
penggunaannya terbilang sama. Keempat yaitu status sosial, dimana individu yang
memiliki status sosial tinggi cenderung memiliki perilaku konsumtif karena merasa
mampu membeli barang dengan harga yang lebih mahal. Hal tersebut terjadi karena
individu merasa memiliki status sosial yang berbeda dengan orang lain dan
menimbulkan pemikiran bahwa produk yang digunakan harus sesuai dengan status
ialah gaya hidup. Gaya hidup erat kaitannya dengan perilaku konformitas individu.
Gaya hidup juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan seperti keluarga. Seperti
contohnya yaitu, orang tua yang sering berbelanja dapat mempengaruhi anak-
yang dijelaskan oleh Suyasa (2005) yaitu, adanya iklan produk yang menimbulkan
5
pemikiran baik oleh individu terhadap produk tersebut. Kedua, yaitu faktor gaya
hidup dimana hal ini merupakan cara individu untuk mengalokasikan uang dan
waktu. Ketiga, adalah kartu kredit yang dapat membuat individu merasa memiliki
uang di luar pendapatan untuk membeli barang yang diinginkan. Terakhir adalah
perilaku konformitas individu yang cukup tinggi karena tekanan yang diberikan
oleh kelompok agar dapat menyamai dan mendapat pengakuan dalam kelompok
telah dilakukan oleh Hotpascaman (2010) dan menunjukkan hasil dimana semakin
tinggi tingkat konformitas individu maka akan semakin tinggi pula tingkat perilaku
konsumtifnya. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Rizka (2013) tentang
konsumtif yang dilakukan oleh Fitriyani, Widodo dan Fauziah (2013) juga
konsumtif dan konformitas dapat dikatakan erat kaitannya apabila dilihat dari
perilaku konsumtif yang dijelaskan oleh Engel, Blackwell dan Miniard (2002) yaitu
konsumtif dari biasanya karena ajakan teman yang secara otomatis memberi
6
dilakukan oleh peneliti terhadap salah satu karyawan Bank X Cabang Udayana,
dari teman yang memberikan tekanan agar dapat menggunakan pakaian yang sama.
lagi, adanya fasilitas penunjang seperti kartu kredit dengan limit transaksi maksimal
900 juta rupiah yang diberikan oleh Bank X Cabang Udayana dapat menjadikan
karyawan pada saat ini, tidak menyadari faktor apa saja yang dapat menimbulkan
dapat menghindari hal-hal atau dampak negatif yang disebabkan oleh perilaku
subjek penelitian. Sedangkan untuk metode pada penelitian ini yaitu kuantitatif
Adapun keaslian penelitian ini dari segi topik, dimana perilaku konsumtif akan
B. Tujuan penelitian
Cabang Udayana.
C. Manfaat penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini yaitu hasil yang diperoleh dapat menjadi
khususnya perilaku konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat
D. Keaslian Penelitian
seseorang. Salah satu penelitian mengenai perilaku konsumtif ini datang dari
beberapa indikator yang diantaranya adalah membeli produk bukan atas dasar
manfaat atau kegunaannya, membeli produk hanya sekedar untuk menjaga simbol
8
status, memakai produk hanya sekedar untuk melakukan imitasi terhadap idola.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produk atau barang yang
dikonsumsi oleh karyawan bukan atas dasar manfaat dari barang tersebut,
melainkan citra dan tanda dari produk tersebut. Mengkonsumsi suatu produk
tertentu bagi karyawan dapat mengangkat citra diri karyawan tersebut. Sehingga
karyawan tersebut tidak ingin jika citra diri dalam dirinya itu turun dengan tidak
1. Keaslian Topik
konsumtif seperti yang dilakukan oleh Ningsih dan Bawono (2016) yang
membahas hubungan antara perilaku konsumtif pada produk x dengan citra diri
remaja putri dan penelitian yang dilakukan oleh Jasmadi dan Azzama (2016)
konformitas.
2. Keaslian Teori
Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengacu pada teori
(2002) dan teori konformitas yang dikemukakan oleh Myers (2005). Oleh
karena itu, penelitian ini merupakan pengaplikasian dari teori penelitian yang
dan skala konformitas yang disajikan dalam bentuk kuisioner. Skala untuk
subjek atau responden yang digunakan adalah karyawan pria dan wanita
dengan status karyawan tetap dan berasal dari divisi menengah ke atas di Bank