Anda di halaman 1dari 15

MODERNISASI SISTEM BELANJA : Online Shopping

Mohamad Fahmy Ivan Syah1


Universitas Bhinneka PGRI Tulungagung
1
fahmyivan@gmail.com

Abstrak : internet telah mengubah gaya hidup manusia modern seperti sekarang ini.
Bahkan terdapat fenomena sebagai dampak dari perkembangan internet yang sangat
pesat, misalnya cara berbelanja yang telah berubah dari aktivitas yang pada
umumnya sebelumnya dilakukan secara tatap muka (secara langsung) menjadi
berbelanja dengan memanfaatkan internet atau bisa juga disebut dengan belanja
online. Kemudahan dalam menggunakan internet membuat kebanyakan toko yang
hanya menjual produknya secara offline menjadi sepi, bahkan juga berimbas pada
pasar tradisional menjadi sepi. Lambat laun pasti akan terjadi perubahan dan
pergeseran gaya belanja masyarakat, dari semula belanja offline menjadi belanja
online. Pasar online merupakan pasar yang sangat mempunyai potensi untuk semua
jenis barang dan jasa dengan tingkat bisnis yang sangat beragam. Berdasar temuan
penelitian terdahulu, wanita berusia 18-25 tahun lebih banyak tertarik untuk
berbelanja secara online dengan berbagai alasan seperti lebih efisien dan menghemat
waktu perjalanan menuju toko. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana masyarakat dapat menerima kehadiran online shopping sebagai sebuah
alternatif serta bentuk modernisasi sistem berbelanja. Artikel ini menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kasus.

Kata Kunci : Perilaku konsumen, Pembeli online, Toko online, Online shopping

Abstract : The internet has changed the lifestyle of modern humans as it is today.
There are even phenomena as a result of the rapid development of the internet, For
example, the way of shopping has changed from activities that were generally done
face-to-face (directly) to shopping by using the internet or it could also be called
online shopping. The ease of using the internet makes most shops that only sell their
products offline to be quiet, and even affects traditional markets to be quiet.
Gradually there will be changes and shifts in people's shopping styles, from offline
shopping to online shopping. The online market is a very potential market for all
types of goods and services with very diverse levels of business. Based on the
findings of previous studies, women aged 18-25 years are more interested in
shopping online for various reasons such as being more efficient and saving time on
trips to the store. This research was conducted to find out how people can accept the
presence of online shopping as an alternative and a form of modernizing the
shopping system. This article uses qualitative research methods through a case study
approach.

Keywords : Consumer behavior, Online shoppers, Online stores, Online shopping

PENDAHULUAN
1
Teknologi internet yang berkembang sangat pesat membuat aktivitas manusia pada
saat ini tak terbatas oleh ruang dan waktu. Siapa saja dapat mengakses berbagai informasi
yang telah disampaikan melalui internet sesuai kemauan, dimana dan kapan pun itu (Lubis,
2019). Dari (Agustini, 2017) bersumber pada data Social Research dan Monitoring Social,
Kadin, Kemkominfo, Accenture pada tahun 2015 sebanyak 77% pengguna internet di
Indonesia memanfaatkan internet untuk belanja online dan mencari informasi terkait produk
yang akan di beli. Adapun persentase produk e-commerce yang diminati atau dicari oleh
pembeli yaitu pakaian (67,10 %), sepatu (20,20%), Tas (20%), Jam (7,60%), Tiket pesawat
(5,10%), Handphone (5,10%), Aksesoris kendaraan (2,80%), Kosmetik (2,30%) dan Buku
(1,80%). Jumlah online shopper pada tahun 2015 yaitu sebanyak 7,4 juta orang, sementara
pada tahun 2016 diprediksi akan mengalami kenaikan yaitu sebanyak 8,7 juta orang. Dari
data pasar e-commerce di Indonesia jumlah transaksi tahun 2013 sebesar 8 milyar USD,
tahun 2014 sebesar 12 milyar USD serta prediksi di tahun 2015 sebesar 18 milyar USD,
tahun 2016 sebesar 25 milyar USD dan tahun 2020 sebesar 130 milyar USD (Harahap &
Amanah, 2018).

Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa terjadi sebuah modernisasi sistem belanja,
dimana dulu ketika kita ingin berbelanja harus mendatangi toko fisik, kini bisa melalui toko
yang ada di dunia maya. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, mayoritas alasan
konsumen yang memilih melakukan belanja secara online adalah banyaknya kemudahan dan
efiseinsi yang ditawarkan. Seperti hemat waktu, hemat biaya, perbandingan harga dan
penawaran diskon. Namun juga dalam beberapa penelitian, konsumen harus berpikir ulang
mengenai hemat waktu, karena ketika memesan barang secara online konsumen harus
menunggu untuk kedatangan barang yang dipesan tersebut, serta kemananan dalam
berbelanja. Karena tidak jarang juga terjadi banyak kasus penipuan, atau kasus barang tidak
sesuai dengan yang telah dipesan dan lain sebagainya.

Selain memiliki manfaat, belanja secara online juga memiliki kekurangan,


diantaranya yaitu, kualitas barang berbeda dengan yang tercantum dalam katalog atau
website, rentan terjadi penipuan. Sementara beberapa jenis penipuan yang sering terjadi
dalam online shopping adalah phising, produk palsu, produk tidak dikirim, rentan rusak
karena dikirim melalui ekspedisi, rentan terjadi aksi pembobolan rekening bank karena
pembayaran dilakukan secara online, spamming (kecenderungan penjual yang selalu

2
mengirimkan katalog produknya melalui email pembeli) biasanya terjadi setelah pembeli
melakukan registrasi karena hal ini cukup mengganggu privasi (Agustini, 2017).

KAJIAN PUSTAKA

Model Perilaku Konsumen Online

Perilaku konsumen online tumbuh sangat pesat serta menyebabkan peralihan perilaku
dalam kegiatan konsumsi atas suatu barang atau jasa. Adanya internet sebagai sarana baru
yang didapatkan serta diakses dengan mudah yang membantu konsumen online memperoleh
informasi serta layanan yang diinformasikan oleh sebuah online store (Nainggolan & DKK,
2020). Perilaku konsumen merupakan suatu kondisi bagaimana konsumen akan memandang
atau akan menyikapi jika terjadi perbedaan harga dalam hal permintaan barang ataupun jasa
yang dibutuhkan (Soeharno, 2007). J.F Engel menjelaskan pengertian dari perilaku konsumen
merupakan aktivitas-aktivitas pribadi yang terlibat langsung dalam menperoleh serta
mempergunakan barang-barang atau jasa, termasuk pada proses penentuan keputusan,
preparation dan penentuan aktivitas-aktivitas tersebut (Handoko & Swasta, 2000). Perilaku
konsumen berkaitan dengan perilaku individu serta rumah tangga. Perilaku konsumen
memandang suatu proses kebijaksanaan sebelum pembelian dan perilaku dalam mendapat,
menggunakan, mengkonsumsi, dan membeli produk. Perilaku konsumen diantarannya
tindakan yang dapat dipandang seperti berapa yang dikonsumsi, bersama siapa, kapan, oleh
siapa, dan bagaimana barang yang telah dikonsumsi telah dibeli. Termasuk beberapa variabel
yang tidak bisa dipelajari seperti nilai-nilai yang ada pada konsumen, kebutuhan individu,
persepsi, bagaimana mereka menyimpulkan alternatif, serta apa yang konsumen dapatkan
tentang pemakaian produk dan kepemilikan yang bervariasi (Simamora, 2008).

Menurut Kotler konsumsi oleh konsumen lebih banyak dipengaruhi oleh 4 hal yaitu :
(1) tradisi yang terbagi atas, tradisi, sub-tradisi serta tingkatan sosial, (2) sosial yang terbagi
atas, kultur rujukan, keluarga, partisipasi serta status, (3) personal yang tebagi atas, umur dan
fase daur hidup, jabatan, kondisi ekonomi, life style, personlitas serta konsep individu, (4)
Psikologi yang terbagi atas: persepsi, motivasi, pembelajaran, kepercayaan dan attitude. Hal-
hal yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat diperhatikan pada gambar tabel berikut:.
(Suhari, 2012)

3
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
(Suhari, 2012)

Menurut Forsythe, perilaku konsumen online pada masa ini terbagi atas tiga tindakan,
diantaranya: 1) Visiting (search): calon konsumen atau pembeli membuka situs e-commerce
atau toko online yang dituju, pengaksesan ini dijalankan setelah mengetahui kebutuhan yang
ingin dibeli, 2) Purchasing: Alasan konsumen untuk melakukan pembelian di situs e-
commerce. Terdapat dua kondisi yaitu: pertama, barang atau jasa yang ditawarkan memang
dibutuhkan. Kedua, diskon produk yang ditawarkan menarik perhatian, sehingga akan terjadi
pembelian. 3) Multi-channel shopping: fitur penyediaan berbagai macam cara pembelian
untuk konsumen dalam situs e-commerse. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai beli
konsumen terhadap produk yang ada di e-commerse. Misalkan dengan adanya e-commerce
Salestock, konsumen dapat melakukan pembelian melalui aplikasi online shop yang terinstall
di handphone seperti Line, Whatsapp, Instagram, serta Facebook Market place, dengan kata
lain tidak hanya melalui website (Harahap & Amanah, 2018).

Keputusan Konsumen Online

Keputusan konsumen adalah proses menyimpulkan dua atau lebih tindakan alternatif,
yang nantinya hanya akan ada satu pilihan dengan pengintegrasian yang mengkolaborasikan
pengetahuan (Setiadi, 2008). Keller dan Kotler menjelaskan bahwa keputusan konsumen
terdiri atas: 1). Pilihan Merek, dalam hal merek mana yang akan dikonsumsi, konsumen
harus memiliki keputusan dan bagaimana konsumen memilih merek tujuan perusahaan
haruslah memahaminya, 2). Pilihan Penyalur. Mengenai penyalur mana yang akan dituju
konsumen haruslah menjalankan keputusan. Karena , harga yang murah, faktor lokasi yang
strategis, kenyamanan lokasi, dan lain sebagainya, setiap konsumen berbeda dalam
menentukan penyalur bisa. 3). Jumlah Pembelian. mengenai berapa banyak membeli sebuah

4
produk yang dibutuhkan, konsumen dapat memiliki keputusan 4). Waktu Pembelian. Dalam
manajemen waktu pembelian bisa bermacam-macam dalam keputusan konsumen, contoh
pada waktu weekend. 5). Cara Pembayaran. Sesuai dengan kondisi konsumen, maka
konsumen akan memilah mekanisme pembayaran yang mana yang sesuai dengan kondisi
konsumen (Priansa, 2016)

Tahap-tahap yang dijalankan oleh pembeli online dalam proses keputusan,


diantaranya: pertama saat konsumen mengidentifikasi adanya kebutuhan atau permasalahan,
pengenalan kebutuhan digunakan sebagai tahap awal proses keputusan membeli, kedua
konsumen menelusuri informasi lebih variatif dan konsumen hanya meningkatkan perhatian
serta aktif mencari informasi dengan penelusuran informasi pada fase proses keputusan
membeli. Ketiga saat konsumen mengakses informasi untuk menyimpulkan alternatif dalam
kerangka pilihan evaluasi alternatif digunakan pada fase proses keputusan membeli.
Keempat pada tahap proses ketika konsumen memantapkan untuk membeli produk pada
keputusan membeli. Kelima saat konsumen menjalankan tindakan lanjutan setelah membeli
dengan mengikuti pada perasaan puas atau tidak puas dengan tingkah laku sesudah pembelian
pada fase proses keputusan membeli (Suhari, 2008)

Toko Online

Sebuah website aplikasi yang memiliki fungsi untuk melaksanakan transaksi


penjualan langsung di intemet disebut dengan toko online atau E-Commerce. form atau
apliaksi yang ada pada toko online digunakan untuk transaksi pada toko online tersebut
tersebut. Toko online memiliki fitur secara garis besar: item kategori, fungsi Approval,
kategori produk, fungsi registrasi, fungsi check out dan Add to cart, dan lain sebagainya.
Dalam toko online terdapat sebuah fungsi kategori yang berguna untuk memudahkan
konsumen memilih barang belanjaanya dengan acuan produk memiliki karakteristik yang
sama, kemudian terdapat item satuan produk untuk dibeli pada masing-masing kategori
tersebut. Kemudian pada toko online tersebut untuk menambah/mengambil barang pada
keranjang belanjaan, seperti di supermarket, konsumen mengambil barang belanjaannya
kemudian menaruhnya pada keranjang belanjaan terdapat fungsi Add To Cart yang berguna.
Setelah itu pada bagian kasir jika di supermarket kita melakukan Check Out. Berbeda pada
cara pembelian offline, di sini pada toko online tersebut konsumen harus melakukan
registrasi. Karena saat registrasi, konsummen bisa melaksanakan tentang pembayaran, alamat
pengiriman, dan sebagainya. (Sarwandi, 2016)

5
Beberapa komponen penjualan standar yang dimiliki E-commerce atau toko online
yaitu: 1) Produk: banyak yang bisa dijual pada jenis produk dengan internet seperti, buku
(cetakan atau e-book), komputer (perangkat keras, lunak dan aksesoris), mainan anak, musik,
tiket, baju, dan sebagainya. 2) Tempat penjualan produk (a place to sell): dengan memiliki
domain dan hosting internet untuk tempat menjual. 3) Cara mendapatkan pemesanan lewat:
sms, telpon, email, dan lain-lain. 4) Cara transaksi pembayaran: Cash, kartu kredit,
bankdraft, cek, internet payment seperti paypal. 5) Cara pengiriman: melalui paket, salesman,
atau download (software, e-book) jika produk berbasis digital, pengiriman bisa dilakukan. 6).
Pelayanan service: email, FAOS, formulir on-line, chatting, telpon, dan lain-lain (Hidayat,
2008)

Konsumen Online

Perkembangan e-commerce di Indonesia sudah cukup baik, hal ini terjadi karena para
pelaku e-commerce khususnya para pembeli produk yang ditampilkan dalam skema e-
commerce. Google dan GfK berkolaborasi menghasilkan studi yang menunjukkan bahwa
terdapat 4 jenis profil pengguna atau pembeli online di Indonesia, yaitu: (Harahap &
Amanah, 2018)

1. Early Adopter: Tipe pengguna atau pembeli online yang memiliki pendapatan
cenderung rendah, menggunakan alat pencari (seperti Google) untuk mendapatkan
informasi tentang produk yang diinginkan dan pengguna cenderung menggunakan
laptop untuk mengakses toko online sasaran, serta menggunakan banyak perangkat
untuk online.
2. Innovator : Tipe pengguna atau pembeli online yang mengakses dengan berbagai
perangkat online, berpenghasilan tinggi, selalu mempertimbangkan tentang garansi
produk yang akan dibeli dan cenderung mengunjungi toko online yang menyediakan
beberapa alternatif metode pembayaran, termasuk jenis kredit kartu yang disediakan
serta lebih suka menggunakan m-banking untuk melakukan pembayaran.
3. Late Bloomers: Tipe pengguna atau pembeli online yang hanya menggunakan satu
perangkat untuk mengakses Internet, memiliki karakteristik berpenghasilan rendah,
dan menggunakan semua saluran toko online, situs seluler, termasuk desktop, serta
aplikasi. Dalam tipe ini, pengguna tidak terlalu memperhatikan atau acuh pada toko
online.

6
4. Gaptek (Gap-Tech): Tipe pembeli atau pengguna online yang tidak dekat dengan
teknologi. Pada tipe ini, masyarakat yang memasukinya hanya menggunakan satu
perangkat untuk online, cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi, lebih
memilih menggunakan transfer ATM sebagai metode pembayaran dan lebih suka
mengakses website versi mobile dibandingkan menggunakan versi aplikasi atau
desktop.

Belanja Online dan Belanja Offline

Belanja online adalah proses transaksi dari pembelian suatu barang atau jasa melalui
perantara internet. Tidak adanya kontak fisik atau pertemuan antara penjual dengan pembeli,
dan penawaran barang atau jasa dilakukan melalui penyediaan gambar di website atau toko
online. Kemudian pembeli dapat melakukan pemesanan atas barang yang diinginkan dan
membayarnya melalui rekening bank terkait atau menggunakan sistem cash on delivery
(COD) dimana pembayaran berlangsung ketika barang sudah diterima pembeli. (Tugiso,
Haryono, & Minarsih , 2016).

Belanja offline merupakan bentuk permbelian secara tatap muka langsung antara
penjual dan pembeli, saat berbelanja offline, pembeli dapat memilih, mengecek sekaligus
menyeleksi kekurangan atau kelebihan barang yang diperlukan secara langsung. Selain itu,
pembeli dapat meminta saran kepada penjual terkait kualitas barang yang akan di beli,
terhindar dari penipuan dan kesalahan pemesanan. (Pricilia, 2017).

METODE PENELITIAN
Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi
kasus. Secara betahap, studi kasus mempunyai arti lain diantaranya 1). perumpamaan
peristiwa, 2). kondisi berkala dari kondisi ataupun situasi, serta 3). tempat atau keadaan
sesuatu mengenai orang atau tertentu. Dari penjelasan definisi terkait, dapat disimpulkan
bahwasanya studi kasus adalah suatu rangkaian aktivitas ilmiah mengenai suatu kejadian,
program, dan aktivitas, baik pada tingkat individu, sekumpulan orang, organisasi atau
lembaga untuk mendapatkan pengetahuan secara intensif tentang kejadian yang dilaksanakan
secara terperinci, intensif, dan mendalam tersebut (Hartono, 2018).

Penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami suatu objek penelitian, seperti
halnya tujuan penelitian lainnya. Namun secara khusus, penelitian studi kasus ini dipakai
untuk mengetahui lebih dalam terkait bagaimana, mengapa dan dimana kasus tersebut bisa

7
terjadi. Dapat dikatakan, penelitian studi kasus lebih komprehensif karena meneliti
keseluruhan, tidak hanya menjawab pertanyaan penelitian terkait objek seperti apa yang
sedang diteliti. Berbeda dengan sistem atau metode penelitian jenis lainnya yang lebih terarah
pada menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana, berapa dan sebesar apa. (Fitrah & Lutfiyah,
2017)

Variable-variabel penelitian artikel ini terdiri atas variable belanja online dan variable
belanja online. pengumpulan data penelitian artikel ini dilakukan dengan cara memilih
kemudian mempelajari berbagai sumber jurnal, buku, literatur (cetak ataupun elektronik) dan
sumber data bersala dari penelitian terdahulu serta mempelajari data, informasi, atau
penelitian lain yang relevan dengan materi penelitian yaitu mengenai tema modernisasi sitem
belanja dengan studi kasus Online Shopping atau belanja online dengan peralihan konsumsi
masyarakat pada proses belanja online melalui Online Store atau e-commerce yang
sebelumnya berbelanja secara offline atau tradisional di pasar pada umumnya yang berasal
dari pengalaman peneliti yang telah ada dalam penelitian terdahulu dalam bentuk jurnal
maupun literature.

PEMBAHASAN
Seiring dengan perkembangan teknologi yang terus menerus, tanpa disadari
perkembangan tersebut mempengaruhi pengalaman berbelanja. Terjadi perubahan tren dari
yang semula belanja konvensional menjadi belanja secara digital atau online dengan
memanfaatkan gadget dan internet. Saat ini, kita dapat membeli apapun, kapan saja dan di
mana hanya melalui ponsel, komputer, atau tablet yang kita miliki. Tren yang sedang ramai
belakangan ini telah meningkatkan laju pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia. Hal
ini terjadi karena didukung oleh besarnya pangsa pasar generasi milenial, terjangkaunya
harga handphone, besarnya investasi oleh investor asing dan kemudahan pembayaran atau
payment (Tanya, 2019). Sehingga telah terjadi pergeseran atau modernisasi sistem belanja,
dari belanja secara offline dengan cara mengunjungi toko, pasar atau tempat belanja lainnya
untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan, menjadi belanja secara online yaitu dengan
menggunakan aplikasi e-commerce, online mall dan sebagainya.

Pendapat ini sesuai dengan dalam buku yang berjudul Digital Marketing Era 4.0,
menurut (Sholihin, 2019) Secara umum, internet telah mengubah gaya hidup manusia modern
seperti sekarang ini. Bahkan terdapat fenomena sebagai dampak dari perkembangan internet

8
yang sangat pesat, contohnya seperti seperti cara berbelanja yang berubah dari kegiatan yang
umumnya sebelumnya dilakukan secara langsung dengan tatap muka menjadi berbelanja
dengan memanfaatkan internet atau bisa disebut dengan belanja online. Kemudahan dalam
menggunakan internet membuat kebanyakan toko yang hanya menjual produknya secara
offline menjadi sepi, bahkan juga berimbas pada pasar tradisional menjadi sepi. Lambat laun
pasti akan terjadi perubahan dan pergeseran gaya belanja masyarakat, dari semula belanja
offline menjadi belanja online. Alhasil, banyak orang yang semula merupakan pedagang
offline atau seseorang yang sebelumnya hanya menjadi konsumen biasa kini bisa turut terjun
ke dunia online. Pasar online merupakan pasar yang sangat mempunyai potensi untuk semua
jenis barang dan jasa dengan tingkat bisnis yang sangat beragam, mulai dari level rendah
sampai pada tingkat perusahaan berskala besar.

Belanja online adalah sebuah proses transaksi jual beli barang atau jasa yang
dilakukan dengan memanfaatkan media berupa situs online shopping. Proses belanja online
yaitu dengan cara memesan barang yang diinginkan dari produsen atau reseller menggunakan
jaringan internet, untuk pembayaran dilakukan melalui transfer bank, e-bank, atau COD
(Cash on Delivery). Bagi sebagian orang, kegiatan online shopping sudah menjadi kebiasaan
dikarenakan kemudahan yang ditawarkan, banyak pula yang meganggap bahwa online
shopping merupakan sarana alternatif untuk mencari barang yang dibutuhkan seperti
kebutuhan sehari-hari, hobi, maupun sebagainya (Harahap & Amanah, 2018).

Dalam penelitian (Lubis, 2019) Belanja online semakin diminati dan semakin menjadi
pilihan karena ketika seorang pembeli atau pelanggan ingin membeli sesuatu baik berupa
barang maupun jasa tidak perlu repot keluar rumah. Kemudahan yang diberikan dalam online
shopping diantaranya cukup duduk menghadap komputer atau menggunakan smartphone,
lalu ketik sesuatu yang dicari di kolom pencarian google atau aplikasi lain kemudian
melakukan pembayaran dengan internet banking atau sms banking. Berdasarkan hasil survei
yang dilakukan MarkPlus, Inc. terhadap 500 responden di Jabodetabek, terdapat beberapa
kategori produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat. Survei yang dilakukan fokus
terhadap perilaku konsumen terkait E-Commerce pada tahun 2021. Dengan persentase 66
persen pria dan 34 persen wanita dengan rentang usia 20 hingga 45 tahun (Liputan6, 2021).
Ada banyak alasan untuk beralih ke belanja online, yang terpenting adalah efektif tidak
memakan banyak waktu bagi seseorang yang memiliki jadwal padat. Kemudian berbicara
tentang waktu efektif yang diinginkan semua orang memang bisa menggunakan efektivitas

9
itu, dan bahkan semua hal yang ingin dilakukan menjadi waktu efektif ketika tidak ada waktu
luang yang dibagi untuk kegiatan lain di antara jadwal sibuk. Mungkin itulah salah satu
alasan mengapa seseorang atau pengguna beralih menjadi yang pertama sering berbelanja
langsung ke department store dan kini banyak yang beralih melakukan belanja online karena
memilih lebih efektif tidak memakan banyak waktu.

Kemudian alasan kedua tidak lain adalah kemudahan bertransaksi dengan melakukan
pembayaran, yang jika sebelumnya dengan pembayaran melalui pembayaran transfer bank,
namun sekarang jauh lebih mudah dengan kartu kredit, dan internet banking atau biasa
disebut pembayaran. Sangat aman dan nyaman bagi pengguna. yang ingin melakukan
transaksi tanpa memakan waktu lama. Alasan ketiga, siapa yang tidak suka bila produk yang
ingin dibelinya ada diskon atau potongan harga. Di toko offline juga ada diskon, jadi tidak
jauh beda dengan toko online begitu juga dengan diskon yang akan diberikan kepada
konsumen. Dengan diskon dan promo itu akan menjadi alasan yang sangat populer. Biasanya
promo tersebut didukung oleh musim atau bulan tertentu, atau memang sudah ada program
promo yang diadakan oleh toko offline atau online (Hasibi, et al., 2020). Alasan lain mengapa
konsumen saat ini lebih memilih berbelanja online adalah: Hemat waktu, kelengkapan barang
dan variasi, lebih nyaman, lebih murah, mudah membandingkan produk, mudah bernegosiasi,
menghemat biaya transportasi, tidak mengenal waktu (Komputer, 2014). Menurut Sultan
&Uddin (2011:11-13), dari penelitian yang dilakukan oleh (Hermawan, 2017), beberapa
faktor yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan kegiatan berbelanja online adalah
kenyamanan, hemat waktu, fitur/desain website yang menarik, dan keamanan. Penghematan
waktu adalah faktor yang paling berpengaruh dalam belanja online. Orang dapat menghemat
waktu dan mengurangi aktivitas fisik melalui belanja online. Namun di sisi lain, konsumen
juga memikirkan kembali waktu pengiriman barang melalui belanja online.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Budiman, 2017), melihat dari gender,
hasil survei menunjukkan bahwa pembeli online di kalangan wanita lebih tinggi daripada
pria, tetapi dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Faktor yang berpengaruh positif
adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dalam melakukan belanja online.
Konsumen semakin banyak berbelanja online ketika semakin tinggi tingkat pendidikan atau
tingkat pendapatan. Persentase konsumen online tertinggi pada kelompok usia 23-36 tahun.
melihat dari jenis pekerjaan, dari hasil survei dapat dilihat bahwa kelompok yang paling
banyak melakukan belanja online adalah pekerja wiraswasta dan pegawai swasta. Merujuk

10
pada penelitian (Mustika & Astiti, 2017), Data dari PUSMAKOM UI menunjukkan bahwa
konsumen yang lebih tertarik berbelanja online adalah wanita berusia 18-25 tahun. Usia ini
termasuk pada perkembangan fase remaja akhir. Berdasarkan teori perkembangan, masa
ketika seseorang membutuhkan pengendalian diri yang baik berada pada masa remaja. Pada
usia tersebut, remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosial, pencarian identitas,
dan kondisi emosional yang tidak stabil.

Dalam sistem belanja online, tidak hanya terdapat manfaat bagi pengguna melainkan
terdapat sebuah risiko yang memunculkan sebuah kekhawatiran. Risiko tersebut muncul
akibat proses transaksi yang dilakukan antara penjual dan pembeli hanya melalui internet atau
tanpa tatap muka. Biasanya risiko yang paling umum dihadapi oleh konsumen yaitu terkait
keamanan, penipuan dan ketidakpuasan atas ekspektasi yang diinginkan (Budiman, 2017).
Kemudahan dalam mengakses situs belanja online menyebabkan peningkatan atas
penggunaan internet. Hal tersebut terkadang dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk melakukan kejahatan. Kejahatan dalam dunia maya dikenal dengan istilah
cybercrime. Kejahatan ini biasanya sering dialami oleh pembeli online terkait penipuan,
dimana kondisi barang yang dibeli tidak sesusai dengan yang ditampilkan sehingga
menimbulkan rasa ketidakpuasan pada pembeli. Selain itu, kejahatan lain yang biasa terjadi
yaitu penipuan terkait pembayaran yang juga dilakukan secara online (Mustika & Astiti,
2017). Belanja online memiliki sisi negatif yaitu menimbulkan budaya konsumtif bagi
generasi muda, seringkali mereka berbelanja tidak sesuai dengan kebutuhan, tetapi sesuai
keinginan. Namun ada dampak positif dari belanja online yaitu membaiknya perekonomian
karena pertumbuhan volume dan nilai transaksi belanja (Mulyantini & Indriasih, 2021).

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diats, dapat disimpilkan bahwa saat ini telah terjadi
pergeseran tren dari belanja konvensional menjadi belanja secara digital atau online. Tren
tersebut tidak terjadi begitu saja, seiring dengan perkembangan teknologi yang terus-menerus
dapat mempengaruhi pengalaman berbelanja. Masyarakat yang semula melakukan belanja
konvensional dengan cara mengunjungi toko, pasar atau tempat belanja lainnya untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan, kini tergantikan dengan belanja digital yang dapat

11
membeli apa saja, dimana saja, kapan saja dengan menggunakan aplikasi e-commerce,online
mall dan sebagainya melalui ponsel, komputer atau tablet yang di miliki.

Hasil survei dari perspektif gender menunjukkan bahwa belanja online lebih diminati
oleh kalangan wanita daripada pria, meskipun perbedaan diantara keduanya tidak terlalu
signifikan. Faktor tingkat pendidikan dan hasil pendapatan seseorang dalam belanja online
berpengaruh positif. Persentase konsumen belanja online tertinggi yaitu terjadi pada
kelompok usia 23 hingga 36 tahun. Belanja online memiliki sisi negatif yaitu menimbulkan
budaya konsumtif bagi generasi muda, seringkali mereka berbelanja tidak sesuai dengan
kebutuhan, tetapi sesuai keinginan. Namun ada dampak positif dari belanja online yaitu
membaiknya perekonomian karena pertumbuhan volume dan nilai transaksi belanja. Hal ini
terjadi karena didukung oleh besarnya pangsa pasar generasi milenial, terjangkaunya harga
handphone, besarnya investasi oleh investor asing dan kemudahan pembayaran sehingga
sistem pembelian telah bergeser atau dimodernisasi.

Belanja online memiliki keunggulan terkait hemat waktu, kelengkapan barang dan
variasi, lebih nyaman, lebih murah, mudah membandingkan produk, mudah bernegosiasi,
menghemat biaya transportasi, tidak mengenal tempat. Namun, tidak menutup kemungkinan
ada resiko dalam belanja online, biasanya terkait keamanan, penipuan dan ketidakpuasan.
Berdasarkan kondisi ini direkomendasikan kepada pihak toko online untuk memberikan
pelayanan terbaik dan memberikan deskripsi yang jelas atau sesuai dengan kondisi produk
yang dijual agar kepercayaan konsumen tetap terjaga dan merasa puas berbelanja di toko
tersebut, sehingga keduanya saling diuntungkan. Selain itu, konsumen diharapkan menjadi
pihak yang pandai dan teliti terhadap produk apa yang akan dibeli agar meminimalisir tingkat
kekecewaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. D. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Membeli di Online


Shop Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Angkatan Tahun 2012. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Undikhsa, 9(1), 127-136. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.undiksha.
ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/
19997/11945&ved=2ahUKEwinvo3p37vxAhVHILcAHQwSDKMQFjABegQIHhAC
&usg=AOvVaw3votG9lFLM2EJ9Ca-ZDXeu

12
Anwar, M. F., Hamid , D., & Topowijono. (2017). Analisis Dampak Pengembangan Wisata
Religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam Kehidupann Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Sekitar. Jurnal Administrasi Bisnis, XLIV(1), 186-193. Retrieved Juni 24,
2021, from https://media.neliti.com/media/publications/87795-ID-analisis-dampak-
pengembangan-wisata-reli.pdf
Budiman. (2017). Profil Pengguna E-Commerce di Wilayah Kerja Balai Besar. Jurnal
Penelitian Komunikasi dan Pembangunan, 18(2), 137-148. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/
media/publications/230984-profil-pengguna-e-commerce-studi-di-wila-
5e721e6b.pdf&ved=2ahUKEwjX7rSp7rvxAhVNVH0KHaQjCpIQFjABegQIHxAC&
usg=AOvVaw0AE5UHfZi4vdA0pqOfaMf3
Fitrah, M., & Lutfiyah. (2017). Metodologi Penelitian : Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas, dan Studi Kasus. Sukabumi: CV. Jejak. Retrieved Juni 29, 2021, from
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=UVRtDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=metode+penelitian+studi+
kasus&ots=lrq1DAzmPM&sig=_5NYS9rzWAg7f5C0bGjdNSOaHnY&redir_esc=y#
v=onepage&q=metode%20penelitian%20studi%20kasus&f=false
Handoko, H., & Swasta, B. (2000). Manajemen Pemasaran Analisis Prilaku Konsumen.
Yogyakarta: BPEE.
Harahap, D. A., & Amanah, D. (2018). Perilaku Belanja Online di Indonesia : Studi Kasus.
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 9(2), 193-213.
doi:doi.org/10.21009/JRMSI.009.2.02
Hartono, J. (2018). Strategi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV. Andi Ofset. Retrieved Juni
29, 2021, from https://www.google.co.id/books/edition/Strategi_Penelitian_Bisnis/
ETgEEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0
Hasibi, M. Q., Putri, Y. T., Sangadji, Z. P., Utami, W. S., Nurwanto, H. A., Nahumarury, S.
A., . . . Hidayat, R. R. (2020). Literasi Media dan Peradaban Masarakat. Malang: PT
Cita Intrans Selaras.
Hermawan, H. (2017, Juni). Sikap Konsumen Terhadap Belanja Online. Wacana, 16(1), 136-
147. Retrieved from https://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana/article/view/6
Hidayat, T. (2008). Panduan Membuat Toko Online dengan osCommerce. Jakarta: Media
Kita. Retrieved Juni 29, 2021, from
https://www.google.co.id/books/edition/Panduan_Membuat_Toko_Online_dengan_O
SCom/ybIPPdxW5A0C?hl=en&gbpv=0
Komputer, W. (2014). Membangun Toko Online Multiproduk Dengan Wordpress dan WOO
Commerce. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Retrieved from
https://books.google.com/books/about/Membangun_Toko_Online_Multiproduk_deng
an.html?hl=id&id=PuVyDwAAQBAJ
Lestari, S. B. (2015). Shopping Online sebagai gaya hidup. Jurnal Ilmu Sosial, 14(2), 24-41.
Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/

13
media/publications/101091-ID-shopping-online-sebagai-gaya-
hidup.pdf&ved=2ahUKEwinvo3p37vxAhVHILcAHQwSDKMQFjAAegQIAxAC&u
sg=AOvVaw3efnKbwdATZxKiUtacP32V
Liputan6. (2021, Maret 4). Survei: Masyarakat Paling Banyak Belanja Smartphone di E-
Commerce Selama Pandemi. Retrieved Juni 29, 2021, from www.liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4498636/survei-masyarakat-paling-banyak-
belanja-smartphone-di-e-commerce-selama-pandemi
Lubis, N. H. (2019). Strategi Bertahan Pedagang Konvensional Ditengah Perkembangan
Online Shop. Medan: Universitas Sumatera Utara. Retrieved Juni 28, 2021, from
https://books.google.com/books/about/STRATEGI_BERTAHAN_PEDAGANG_KO
NVENSIONAL.html?hl=id&id=5D0tEAAAQBAJ
Mulyantini, S., & Indriasih, D. (2021). Cerdas Memahami dan Mengelola Keuangan Bagi
Masyarakat di Era Informasi Digital. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Mustika, W. F., & Astiti, D. P. (2017). Gambaran Pengambilan Keputusan Remaja Putri.
Jurnal Psikologi Udayana, 4(2), 379-389. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unud.ac.id/
index.php/psikologi/article/download/
37136/22499&ved=2ahUKEwjDmuvT8LvxAhUIqksFHf--
CLwQFjAFegQIIBAC&usg=AOvVaw0fvxdwMGabZqbY7L-
H4AQ7&cshid=1624936736768
Nainggolan, N. T., & DKK. (2020). Perilaku Konsumen di Era Digital. Medan: Yayasan Kita
Menulis. Retrieved Juni 28, 2021, from
http://polbangtan-bogor.ac.id/responsive_filemanager/source/artikel%20bu
%20dyah/Buku%208%20-%20Perilaku%20Konsumen_removed.pdf
Pricilia, S. (2017, Mei 25). Belanja Offline (langsung) Vs Belanja Online. Gaya Hidup, p. 1.
Retrieved Juni 29, 2021, from
https://www.kompasiana.com/priciliasara/5926f397d57e61f551bd4961/belanja-
offline-langsung-vs-belanja-online
Sarwandi. (2016). Toko Online Modern dan Opencart. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Retrieved Juni 29, 2021, from
https://www.google.co.id/books/edition/Toko_Online_Modern_dengan_Opencart/
GYpKDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=0
Setiadi, J. N. (2008). Business Economics and Managerial Decision Making: Aplikasi Teori
Ekonomi dan Pengambilan Keputusan Manajerial dalam Dunia Bisnis (1st ed.).
Jakarta: Kencana. Retrieved Juni 29, 2021, from
https://www.google.co.id/books/edition/Business_Economics_And_Managerial_Deci
si/BpFBDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Setiadi,+Nugroho+J.+(2008).+Business+
+Economics+and+Managerial+Decision++Making:+Aplikasi+Teori+Ekonomi+dan+
+Pengambilan+Keputusan+Manajerial++Dal
Sholihin, R. (2019). Digital Marketing di Era 4.0. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Retrieved from

14
https://www.google.co.id/books/edition/Digital_Marketing_di_Era_4_0/9dfyDwAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=0
Simamora, B. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen (3nd ed.). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Retrieved Juni 28, 2021, from https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=pAfxNu7FFCYC&oi=fnd&pg=PA1&dq=model+perilaku+konsumen
&ots=xjRTvBhoWo&sig=kP41F4vvEwtt__p_dgKmOlenTrE&redir_esc=y#v=onepa
ge&q=model%20perilaku%20konsumen&f=false
Suhari, Y. (2008). Keputusan Membeli Secara Online dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, XIII(2), 140-146.
Retrieved Juni 29, 2021, from
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/view/79
Suhari, Y. (2012). E-Commerce : Model Perilaku Konsumen. IJCCS, IX(2), 145-156.
Retrieved Juni 28, 2021, from https://scholar.google.com/citations?
user=81TwIJ0AAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op
%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3D81TwIJ0AAAAJ%26citation_for_view
%3D81TwIJ0AAAAJ%3A9yKSN-GCB0IC%26tzom%3D-420
Tanya, S. (2019, Maret 26). Tren Belanja Indonesia dari Offline ke Online. Retrieved Juni
28, 2021, from https://bbs.binus.ac.id/gbm/2019/03/26/tren-belanja-indonesia-dari-
offline-ke-online/
Tugiso, I., Haryono, A. T., & Minarsih , M. M. (2016). Pengaruh Relationship Marketing,
Keamanan, Kepercayaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian
Online Shop dan Loyalitas Konsumen Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
pada Onlineshop “NUMIRA” Semarang). Journal of Management, II(2), 1-18.
Retrieved Juni 29, 2021, from
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/MS/article/view/558

15

Anda mungkin juga menyukai