Anda di halaman 1dari 12

REGULASI DIRI DAN IMPULSIVE BUYING TERHADAP

PRODUK FASHION PADA REMAJA PEREMPUAN YANG


BERBELANJA ONLINE
1
Nada Fitria Siregar, 2Quroyzhin Kartika Rini
1,2,3
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No 100, Depok 16424, Jawa Barat
2
quroyzhin@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara regulasi diri dan impulsive buying
terhadap produk fashion pada remaja perempuan yang berbelanja online. Responden penelitian
ini adalah 100 orang remaja perempuan dengan rentang usia 18-21 tahun. Untuk mengukur
impulsive buying dan regulasi diri, peneliti menggunakan skala Impulsive Buying dan SSQR
(Short Self-Regulation Questionnaire). Hasil analisis dengan menggunakan Pearson’s Product
Moment Correlation menunjukkan korelasi r = -0.721 (p < .01). Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan negatif yang signifikan antara regulasi diri dan impulsive buying terhadap
produk fashion pada remaja perempuan yang berbelanja online yang mengartikan bahwa
semakin tinggi regulasi diri pada remaja maka semakin rendah remaja melakukan pembelian
impulsif. Hal ini menyatakan bahwa regulasi diri memiliki peranan yang penting bagi remaja
dalam menentukan perilakunya, salah satunya adalah dalam hal pembelian.

Kata kunci: belanja daring, remaja perempuan,impulsive buying, regulasi diri, produk fashion

Abstract
This study aims to examine the relationship between self-regulation and impulsive buying of
fashion products in adolescent girls who shop online. The respondents of this study were 100
teenage girls with age range 18-21 years. To measure impulsive buying and self regulation,
researchers used the Impulsive Buying scale and SSQR (Short Self-Regulation Questionnaire).
The results of the analysis using Pearson's Product Moment Correlation showed a correlation
of r = -0.721 (p < .01). This shows that there is a significant negative relationship between self-
regulation and impulsive buying of fashion products in adolescent girls who shop online which
means that the higher the self-regulation in adolescents, the lower adolescents make impulsive
purchases. This states that self-regulation has an important role for adolescents in determining
their behavior, one of which is in terms of purchase.

Keywords: girl, impulsif buying, fashion product, online shooping, self-regulation

PENDAHULUAN inovasi telah banyak dilakukan guna menarik


Kebutuhan hidup manusia terus minat konsumen dan pembeli. Salah satu
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. bentuk inovasi dan kemajuan sistem
Ketika penduduk kian bertambah banyak dan berbelanja yang sekarang ini mulai banyak
padat, maka kebutuhan konsumsi di dalam dijumpai dalam transaksi jual beli adalah
masyarakat akan semakin naik. Sebagai sistem daring. Aminuddin (2013) men-
konsekuensinya, berbagai macam bentuk, jelaskan bahwa belanja daring adalah salah
variasi serta sistem berbelanja telah banyak satu cara instan yang biasa dilakukan serta
diperbaharui setiap harinya. Berbagai macam memungkinkan pembeli dan konsumen untuk

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 213


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
memperoleh barang yang diinginkan tanpa belanja daring, manfaat konsumen yang
harus pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan dirasakan adalah jumlah dari keuntungan
lain yang membuang banyak tenaga serta belanja daring atau kepuasan yang memenuhi
waktu. Sementara itu, bagi penyedia jasa, tuntutan mereka. Tetapi yang terjadi pada
sistem belanja daring akan menyediakan khalayak bahwa individu yang berposisi
berbagai macam fitur barang-barang yang sebagai konsumen daring seringkali tidak
layak dan pantas untuk dijual. logis dalam berbelanja, sehingga individu atau
Tren belanja daring di Indonesia telah pembeli tersebut menjadi rentan melakukan
marak berkembang semenjak beberapa tahun pembelian tanpa berbagai pertimbangan dan
belakangan, hingga kini peminatnya terus perencanaan. Hal ini juga terjadi karena banyak-
meningkat. Arisandy dan Hurriyati (2017) nya keunggulan yang ditawarkan dari pihak
menjelaskan bahwa fenomena berbelanja toko daring itu sendiri. Sebagai konsekuensi-
daring telah dianggap lebih menghemat nya, banyak individu yang kemudian lebih
banyak waktu. Harga yang ditawarkan juga memilih berbelanja daring dari pada di pusat
menjadi lebih murah. Pembelian produk perbelanjaan dalam dunia nyata
belanja daring, menjadi cukup berbeda dengan Lestari (2018) memaparkan bahwa ada
pembelian apabila datang langsung ke lokasi temuan yang cukup menarik dari fenomena
toko yang bersangkutan. Di belanja daring, berbelanja daring di negara seperti Indonesia.
barang dapat dikirim ke berbagai daerah atau Merujuk pada hasil rekapitulasi e-commerce
negara, adapun toko langsung biasanya hanya dari Shopee sepanjang tahun 2017, diketahui
terdapat di daerah-daerah tertentu, jarang bahwa ada kecenderungan di mana remaja
terjadinya proses tawar menawar antara makin sering terlibat belanja daring. Jumlah-
penjual dan pembeli. Hal ini terjadi disebabkan nya meningkat 5 kali lipat, terutama pada
penjual dan pembeli tidak bertemu tatap muka kelompok remaja di bawah umur 25 tahun
atau secara langsung, sehingga produk yang dan di atas 15 tahun. Barang-barang daring
diinginkan oleh pembeli akan dikirimkan ke yang sering mereka beli mayoritas adalah
alamat pembeli sesuai yang diberikan setelah barang-barang fashion. Hal ini mem-
ada kesepakatan. Ongkos kirim kemudian perlihatkan bahwa aktivitas digital di kalangan
akan dipertimbangkan dan berbeda biayanya, remaja makin berkembang seiring dengan
di mana hal ini disesuaikan dengan daerah produktivitas dan kemampuan ekonomi yang
atau kota yang ingin dituju. menyokong mereka. Adapun pakaian dan
Shwu-Ing (2003) menjelaskan bahwa aksesoris fashion masih menjadi produk yang
manfaat lain yang dirasakan dalam melakukan paling banyak dibeli.
membeli daring yaitu manfaat fisiologis, Dapat dikatakan bahwa fashion di
psikologis, dan sosiologis. Di dalam konteks Indonesia kini semakin berkembang meng-

214 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019


ikuti arus modernisasi. Perkembangan ini Hal ini ditegaskan oleh Fitri (dalam Wathani,
menjadikan masyarakat sebagai masyarakat 2009) bahwa banyak masyarakat melakukan
yang selektif di dalam menen-tukan gaya pembelian bukan dikarenakan kebutuhan utama
hidupnya, karena adanya fashion akan yang memang betul-betul urgen, melainkan
menunjang penampilan seseorang agar lebih juga karena ingin memenuhi tuntutan hasrat
menarik. Produk fashion meliputi pakaian, sementara. Aktivitas belanja yang seperti ini
sepatu, tas, aksesoris, dan lain sebaginya. biasa disebut sebagai pembelian impulsif.
Fashion dan kelompok wanita menjadi dua Pembelian impulsif artinya konsumen ber-
bagian yang sulit terpisahkan antara satu belanja banyak produk tanpa melakukan
dengan yang lain (Savitrie, 2008). Hal ini perencanaaan yang matang serta tidak disertai
diperkuat oleh Keminfo (2013) bahwa oleh berbagai pertimbangan yang dukup matang.
pengguna internet terbanyak jenis kelamin Verplanken dan Herabadi (2001)
adalah wanita berdasarkan usia berada pada menyatakan bahwa impulsive buying adalah
usia 15-24 tahun yaitu 47% dan produk pembelian tidak rasional dan diasosiasikan
fashion adalah jenis barang yang sering dibeli dengan pembelian yang cepat dan tidak
secara daring oleh pelaku belanja daring. direncanakan, diikuti oleh adanya konflik
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang fikiran dan dorongan emosional. Dampak
dipaparkan oleh Mahdalela (1998) bahwa negatif atau konsekuensi dari impulsive
semakin banyak dan meningkatnya jumlah buying diantaranya adalah pembengkakan
individu yang berbelanja daring pada pengeluaran, rasa penyelesaian yang dikaitk-
pengguna internet kemudian memicu berbagai an dengan masalah keuangan, hasrat belanja
permasalahan perilaku belanja daring yang telah memanjakan rencana (non-keuangan)
tidak normal. Perilaku belanja daring yang dan rasa kecewa dengan membeli produk
kurang wajar itu adalah membelanjakan uang berlebihan (Tinarbuko, 2006). Utami dan
untuk membeli sesuatu yang tidak sesuai Sumaryono (2008) menyatakan bahwa
dengan kebutuhan sesungguhnya. Hal ini kecenderungan konsumen untuk melakukan
sebetulnya menjadi semacam sudut pandang berbagai pembelian impulsif sebenarnya
baru bahwa semestinya konsumen dapat dapat direduksi. Hal ini dapat terjadi apabila
membelanjakan uangnya untuk secara lebih konsumen memiliki kontrol diri yang baik, di
bijak dan hanya membeli barang berdasarkan mana salah satunya dengan cara membuat
kebutuhannya. Sementara itu pada faktanya, daftar yang berisikan berbagai barang
banyak individu atau konsumen berbelanja kebutuhan yang memang ingin dibeli terlebih
daring membeli barang tanpa didasari dahulu, sehingga hal tersebut membantu
kebutuhan yang sifatnya urgen, namun atas konsumen mengendalikan diri dan mengu-
dasar keinginan dan dorongan sesaat semata. rangi gaya pembelian impulsif. LaRose

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 215


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
(2001) kemudian juga menegaskan hal ini diri maka semakin rendah pembelian
dengan mengatakan bahwa pada dasarnya impulsif. Hasil penelitian ini menunjukkan
pembelian impulsif merupakan karakteristik bahwa pembelian impulsif merupakan
kurangnya regulasi diri dalam diri konsumen. karakteristik penting dari kurangnya regulasi
Adanya regulasi diri menjadi faktor diri individu. Penelitian ini juga sejalan
penting dalam perkembangan remaja. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Regulasi diri sendiri termasuk dalam faktor Lulutiana (2017) berdasarkan hasil penelitian
kepribadian dalam hal motivasi. Regulasi diri terdapat hubungan negatif antara regulasi diri
menjadikan individu memotivasi diri, dapat dengan pembelian impulsif pada remaja akhir
berpikir untuk menetapkan tujuan personal yaitu 18-23 tahun. Penelitian ini sendiri
dan dengan kemampuannya dapat merencana- menunjukkan bahwa regulasi diri berhu-
kan strategi, mengevaluasi dan memanipulasi bungan dengan kecenderungan pembelian
lingkungan sehingga terjadi perubahan impulsif pada remaja. Adapun berdasarkan
lingkungan akibat kegiatan tersebut (Bandura penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
dalam Pervin dkk., 2010). Istriyanti dan Pradipto dkk. (2015) hasil uji coba hipotesis
Simarmata (2014) menyatakan bahwa regulasi menunjukan temuan yang sama.
diri merupakan faktor internal yang ada pada Dari penjabaran latar belakang yang
diri individu. Taylor (2009) menjelaskan bahwa telah di paparkan sebelumnya, serta fenomena
melalui regulasi diri individu akan terbantu yang terkait dengan pembelanjaan daring,
dan dengan mudah dapat menemukan gambaran peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
masa depannya, sehingga menjadi penting regulasi diri dan impulsive buying terhadap
untuk dapat mengembangkan keterampilan produk fashion pada remaja perempuan yang
terkait regulasi diri pada setiap aktivitas yang berbelanja daring.
melibatkan pemahaman diri individu serta
keterkaitannya dengan berbagai aspek dan METODE PENELITIAN
keadaan di luar dirinya. Sampel dalam penelitian ini remaja
Selain itu, remaja mampu menyele- akhir perempuan sebanyak 100 responden
saikan masalahnya terutama jika dihadapkan yang berusia mulai dari 18 tahun sampai 21
dengan pengambilan keputusan dalam hal tahun, membeli produk fashion secara daring
pembelian (Feist & Feist, 2010). Berdasarkan minimal 3 kali dalam satu bulan, mempunyai
hasil penelitian terdahulu oleh Wardani aplikasi serta akun belanja di media daring
(2010) ada hubungan negatif yang signifikan seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak atau-
antara kecenderungan pembelian impulsif dan pun Instagram.
regulasi diri pada remaja dan juga Impulsive buying dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi regulasi adalah suatu kondisi dimana pembelian yang

216 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019


dilakukan ketika individu atau konsumen digunakan teknik korelasi Pearson product
dengan secara tiba-tiba serta spontan dalam moment, yaitu hubungan antara dua gejala
melakukan pembelian dan tanpa adanya yaitu regulasi diri dan impulsive buying.
suatau perencanaan sebelumnya tentang apa Pengujian dilakukan dengan menggunakan
yang akan dibelinya serta perasaan yang program komputer Statistical Packages for
sangat kuat dan berkeras hati untuk membeli Social Science (SPSS) version 24 for
sesuatu dengan segera. Penelitian ini diukur Windows.
dengan menggunakan skala Impulsive Buying
dari Verplanken dan Herabadi (2001) HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif dan Penelitian ini bertujuan untuk
aspek afektif. Skala ini memiliki 18 aitem menguji hubungan antara regulasi diri dan
dengan daya diskriminasi yang baik dengan impulsive buying pada remaja akhir
reliabilitas sebesar 0.887. perempuan yang berbelanja daring produk
Regulasi diri dalam penelitian ini fashion. Hasil analisa statistika dengan
adalah proses dalam diri seseorang untuk menggunakan uji korelasi Pearson Product
mengatur pencapaiaan, menentukan target Moment menunjukkan nilai koefisien korelasi
untuk dirinya, mengevaluasi, mempert- antara kedua variabel sebesar r = -0.721 (p <
ahankan komitmen, dan mengendalikan .01). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
pikiran, perasaan, dan perilaku pada individu yang diajukan diterima yang artinya ada
untuk mencapai suatu tujuan disaat tidak hubungan negatif yang signifikan antara
adanya kontrol yang berasal dari luar atau regulasi diri dan impulsive buying. Hubungan
lingkungan. Penelitian ini diukur dengan korelasi negatif mengartikan bahwa semakin
menggunakan skala SSRQ (Short Self- tinggi regulasi diri pada remaja maka semakin
Regulation Questionnaire) berdasarkan rendah remaja melakukan pembelian
komponen-komponen regulasi diri dari Neal impulsif. Sebaliknya, semakin rendah regulasi
dan Carey (2005) meliputi receiving, diri pada remaja, maka semakin tinggi remaja
evaluating, triggering, searching, formulat- melakukan pembelian impulsif. Woolfolk
ing, implementing, dan assessing. Jumlah (dalam Husna, 2014) menyatakan bahwa
aitem dengan daya diskriminasi baik dalam regulasi diri memiliki peranan yang penting
skala ini adalah 30 butir dengan reliabilitas bagi remaja dalam menentukan perilakunya.
sebesar 0.934. Remaja yang memiliki regulasi diri rendah
Untuk menguji hipotesis mengenai tidak mampu mengontrol perilakunya dan
hubungan antara regulasi diri dan impulsive tidak memperhatikan resiko yang akan terjadi
buying terhadap produk fashion pada remaja ketika melakukan pembelian, sedangkan
perempuan yang berbelanja daring maka akan remaja yang memiliki regulasi diri yang

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 217


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
tinggi cenderung akan terhindar dari perilaku (2003) bahwa dalam konteks belanja daring,
pembelian impulsif karena remaja tersebut manfaat konsumen yang dirasakan adalah
mampu mengendalikan perilakunya dan jumlah dari keuntungan belanja daring atau
bertanggung jawab atas segala tindakannya. kepuasan yang memenuhi tuntutan mereka.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Tetapi yang terjadi pada khalayak bahwa
Sumarwan (2011) yang menyatakan bahwa orang yang menjadi konsumen toko daring
regulasi diri merupakan salah satu faktor kerap sekali tidak rasional dalam berbelanja,
pembelian impulsif. Regulasi diri memiliki sehingga konsumen tersebut rentan melakukan
kontrol yang tidak hanya mempengaruhi pembelian tanpa rencana. Hal ini juga sesuai
perilaku sosial remaja tetapi juga mempeng- dengan gagasan Lulutiana (2017) yang
aruhi perilaku membeli remaja. Hasil mengemukakan bahwa salah satu hal yang
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah
dikeluarkan oleh LaRose (2011) bahwa adanya regulasi diri karena erat kaitannya
pembelian impulsif merupakan karakteristik dengan kemampuan seseorang untuk dapat
dari kurangnya regulasi diri dan hal ini berpikir dan menetapkan tujuan serta
sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan mengendalikan perilakunya sendiri terhadap
oleh Wardani (2010) mengenai perilaku perubahan lingkungan sekitarnya dan diri
pembelian impulsif dan regulasi diri, sendiri. Wardani (2010) menjelaskan bahwa
penelitian terebut menunjukkan adanya hal ini mendukung individu untuk mampu
korelasi yang bersifat negatif antara regulasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum-
diri dengan pembelian impulsif pada remaja. nya, serta kemudian mampu memotivasi
Utami dan Sumaryono (2008) dirinya sendiri. Sebagai akibatnya, berbagai
menyatakan bahwa kecenderungan individu faktor yang dianggap berpengaruh untuk
untuk melakukan pembelian impulsif pada melakukan pembelian impulsif seperti ber-
dasarnya bisa saja dikurangi, apabila bagai kondisi ekonomi atau hal-hal lainnya
seseorang memiliki regulasi diri yang baik. menjadi penghalang bagi individu untuk
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah terlibat dalam pembelian impulsif.
membuat daftar barang yang ingin dibeli Berdasarkan hasil perhitungan
terlebih dahulu. Adapun alasan responden kategorisasi regulasi diri termasuk ke dalam
memilih media daring dalam melakukan kategori sedang. Responden pada penelitian
pembelian pada penelitian ini dikarenakan ini melakukan regulasi diri dengan cukup
praktis dan variatif, sehingga hal tersebut baik, yang berarti responden pada penelitian
membuat responden menjadi semakin ini cukup dapat menahan nafsu untuk
impulsif dalam pembelian barang fashion. Hal membeli barang-barang fashion yang tidak
ini sesuai dengan pernyataan Shwu-ing dibutuhkan dan cukup mampu mengontrol

218 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019


tindakan dari impulsive buying secara daring. memiliki kategori sedang. Berdasarkan
Hal ini sesuai juga dengan gagasan Alwisol analisis data deskripsi responden berdasarkan
(2009) menyatakan bahwa regulasi diri adalah pekerjaan menunjukan bahwa pada variabel
suatu kemampuan yang dimiliki manusia impulsive buying semuanya memiliki kategori
berupa kemampuan untuk berpikir dan dengan sedang. Sedangkan pada variabel regulasi diri
kemampuan itu individu dapat memanipulasi pada pelajar/mahasiswa dan wirausaha me-
lingkungan, sehingga terjadi perubahan miliki kategori tinggi dan untuk pegawai/
lingkungan akibat kegiatan tersebut. Remaja karyawan memiliki kategori sedang. Hal ini
mampu menyelesaikan masalahnya terutama seperti yang dikatakan oleh Alwisol (2009)
jika dihadapkan dengan pengambilan keputusan menjelaskan bahwa regulasi diri memiliki
dalam hal pembelian. peran yang penting bagi kehidupan maha-
Di sisi lain, berdasarkan hasil siswa, karena regulasi diri memiliki sifat
perhitungan kategorisasi impulsive buying reaktif dalam mencapai sebuah tujuan dan
termasuk ke dalam kategori sedang, yang keberadaan dari regulasi diri seseorang tidak
berarti responden pada penelitian ini cukup lepas dari adanya pengaruh faktor internal dan
tinggi dalam melakukan impulsive buying eksternal yang ada di dalam diri individu.
pada produk fashion secara daring. Dapat Hasil analisis data deskripsi sampel
dilihat berdasarkan pembelian dalam sebulan mengenai pendapatan dalam sebulan,
yang dilakukan oleh responden pada menunjukkan bahwa pada impulsive buying,
penelitian ini yaitu yang tertinggi melakukan kategori responden pada penghasilan Rp
pembelian produk fashion secara daring lebih 2.000.000 – Rp 3.000.000 adalah tinggi dan
dari tiga kali yaitu sebanyak 58%. Semakin lainnya memiliki kategori sedang. Sedangkan
banyak jumlah individu yang terlibat dala pada regulasi diri juga memiliki kategori
berbelanja daring maka akan muncul berbagai sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
permasalahan seperti pola belanja yang Marindi dan Nurwidawati (2015) bahwa
berlebihan di luar kapasistas dan kebutuhan sebagian besar remaja belum memiliki
(Mahdalela, 1998). penghasilan yang tetap, dimana dukungan
Berdasarkan data yang diperoleh dari finansial biasanya berasal dari uang saku yang
100 remaja perempuan yang berusia 18-21 diberikan oleh orang tua. Namun pada
tahun didapatkan hasil bahwa sampel kenyataannya, remaja merupakan konsumen
impulsive buying yang berusia 18 tahun yang paling tinggi dalam berbelanja secara
memiliki kategori tinggi, sedangkan pada daring. Di dalam hal ini uang saku menjadi
sampel yang berusia 19-21 tahun memiliki stimulus yang menyebabkan seseorang
kategori sedang. Begitu pula, pada sampel membelanjakan uangnya tanpa memikirkan
regulasi diri yang berusia 18-63 tahun resiko dan hanya memikirkan kepuasan

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 219


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
sesaat. Berdasarkan hasil analisis data deskripsi sedangkan pada sepatu dan tas memiliki
sampel mengenai jumlah akun media daring kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan
yang dimiliki, pada impulsive buying, pernyataan dari Erlyanawati (2016) bahwa
kategori responden yang memiliki 1 akun toko daring, biasanya para konsumen tertarik
adalah tinggi dan lainnya sedang. Sedangkan untuk membeli berbagai produk seperti baju,
pada regulasi diri semua berada pada kategori sepatu, tas, kosmetik, hingga bermacam-
sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan macam aksesoris-aksesoris. Semua barang-
yang dikemukakan oleh Damayanti dan Harti barang tersebut memang dapat diperoleh
(2014) partisipasi seseorang di dunia maya dengan cukup mudah, cepat, dengan harga
terutama jejaring sosial, menyebabkan se- yang kompetitif serta terjangkau. Bahkan
seorang tersebut dapat memanfaatkan berbagai banyak toko daring yang memberikan
fasilitas atau platform yang disediakan maka membebaskan ongkos kirimnya.
semakin lama waktu daring seseorang maka Berdasarkan hasil analisis data deskripsi
akan banyak hal yang dapat ditemukan dan sampel mengenai metode pembayaran yang
mungkin terjadi, termasuk disini yaitu digunakan saat berbelanja daring, pada
kemungkinan untuk berbelanja secara daring. impulsive buying semuanya berada di kategori
Hasil analisis data deskripsi sampel sedang. Sedangkan pada regulasi diri, untuk
mengenai media daring yang sering kategori tinggi diduduki oleh pembayaran
dikunjungi atau dipilih untuk melakukan COD dan untuk Transfer masuk ke dalam
belanja daring, dalam hal ini pada impulsive kategori sedang. Hal ini sesuai dengan apa
buying semuanya berada pada kategori yang dikemukakan oleh Ayuwuragil (2017)
sedang. Sementara itu, pada regulasi diri pada survei yang melibatkan 1.260 responden itu
Tokopedia dan E-bay berada di kategori mengungkap bahwa internet banking kini
tinggi dan lainnya berada di kategori sedang. makin dilirik sebagai alat pembayaran belanja
Melihat dari data ini, sudah jelas dan dapat daring. Meski metode pembayaran paling
dipastikan bahwa potensi pasar e-commerce banyak masih menggunakan transfer ATM,
di Indonesia sangatlah besar. pembayaran menggunakan internet banking
Berdasarkan hasil analisis data mulai banyak digemari. Kemudian, COD
deskripsi sampel mengenai produk yang lebih dipilih karena konsumen jadi merasa
paling sering dibeli saat berbelanja daring, lebih aman, selain itu juga bisa secara
dalam hal ini pada impulsive buying pada langsung menilai barang yang ingin dibelinya.
produk pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris Hasil analisis data deskripsi sampel
berada pada kategori sedang. Sedangkan pada berdasarkan alasan berbelanja daring. Pada
regulasi diri pada produk pakaian dan impulsive buying, dengan alasan dapat
aksesoris berada pada kategori sedang, memilih produk yang sesuai masuk ke dalam

220 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019


kategori tinggi dan lainnya berada pada layak untuk dijual. Artinya, dengan kata lain,
kategori sedang. Sedangkan pada regulasi diri sistem belanja daring sangat praktis serta
mengikuti tren berada di kategori tinggi dan variatif dan menguntungkan konsumen.
lainnya berada di kategori sedang. Hal ini
sesuai dengan gagasan Aminuddin (2013) KESIMPULAN DAN SARAN
menjelaskan bahwa belanja daring merupakan Berdasarkan hasil penelitian yang
salah satu cara cepat dan instan yang memang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
memungkinkan pembeli untuk mendapatkan hipotesis dalam penelitian ini diterima.
berbagai barang yang dikehendaki tanpa Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
harus pergi ke mall atau pusat pertokoan disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif
lainnya. Wanita tertarik mengkonsumsi yang signifikan antara regulasi diri dan
produk fashion untuk mengikut trend. Sama impulsive buying terhadap produk fashion
halnya dengan yang dipaparkan oleh Kusuma pada remaja perempuan yang berbelanja
dan Septarini (2013) selain itu wanita daring. Maka dari hasil uji hipotesis
memilik persepsi bahwa mereka akan lebih menunjukkan bahwa semakin tinggi regulasi
mudah diterima dan masuk ke dalam diri maka semakin rendah pembelian impulsif
lingkungan pergaulan jika mereka mampu dan sebaliknya semakin rendah regulasi diri
mengikuti gaya hidup yang dijalani teman- maka semakin tinggi pembelian impulsif.
temannya dalam memenuhi kebutuhan. Adapun kategorisasi impulsive buying dan
Berdasarkan pertanyaan terbuka, regulasi diri pada penelitian ini adalah
jawaban responden terbanyak mengenai sedang.
alasan memilih media daring tersebut adalah Dari penelitian yang telah dilakukan
praktis dan variatif. Hal ini sesuai dengan dapat diketahui bahwa regulasi diri dan
pernyataan Chita, David dan Pali (2015) impulsive buying sama-sama memiliki
menjelaskan toko daring merupakan bentuk kategorisasi sedang. Sehingga subjek diharap-
komunikasi baru yang tidak memerlukan kan dapat meningkatkan regulasi diri dan
komunikasi tatap muka secara langsung menurunkan perilaku pembelian yang
melainkan dapat dilakukan secara terpisah impulsif. Hal ini dikarenakan denganmemiliki
dari dan keseluruh dunia. Barang dapat kesadaran penuh dalam regulasi diri serta
dikirim ke berbagai daerah atau negara, dapat mengendalikan dan mengontrol diri,
jarang terjadinya proses tawar menawar maka remaja tidak akan melakukan impulsive
antara penjual dan pembeli (Arisandy & buying secara berlebihan, remaja akan lebih
Hurriyati, 2017). Selain itu, sistem belanja mempertimbangkan terlebih dahulu barang
daring cukup banyak menyediakan berbagai yang akan dibeli secara daring. Contohnya
fitur produk dan barang-barang yang memang dengan cara membeli hal-hal yang dibutuhkan

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 221


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
saja atau membuat list barang yang ingin fashion pada mahasiswa Fakultas
dibeli ketika berbelanja daring. Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
angkatan 2011. Jurnal E-Biomedik, 3(1),
DAFTAR PUSTAKA 297-302
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Damayanti, N. A. & Harti. (2014). Pengaruh
Malang: UMM Press. tingkat keaktifan penggunaan jejaring
Aminudin. (2013). Mancermati fenomena sosial terhadap perilaku konsumtif siswa
belanja online. Diunduh pada tanggal 20 SMAN 9 Surabaya dalam berbelanja
Maret 2013. Retrieved from Okezone online. Jurnal Pendidikan Tata Niaga,
News website: 3(2), 1-13.
https://news.okezone.com/read/2013/03/ Erlyanawati, E. (2016). Hubungan antara
20/95/778568/mencermati-fenomena- kontrol diri dengan perilaku konsumtif
belanja-online. online shopping pada mahasiswi Fakultas
Arisandy, D., & Hurriyati, D. (2017). Psikologi Universitas Muhammadiyah
Hubungan antara kontrol diri dengan Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan).
impulsive buying pada mahasiswa Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
fakultas psikologi di perguruan tinggi Muhammadiyah Surakarta.
wilayah Palembang yang melakukan Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori
belanja online. Journal Prosiding kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba
SNaPP: Kesehatan (Kedokteran, Humanika
Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Husna, N. A, Hidayati, F. N. R & Ariati, J.
Psikologi), 3(1), 31-39. (2014). Regulasi diri mahasiswa ber-
Ayuwuragil, K. (2017). Internet banking prestasi. Jurnal Psikologi Undip, 13(1),
mulai dilirik untuk pembayaran e- 50-63.
commerce. Diunduh pada tanggal 12 Istriyanti, N. L. A., & Simarmata, N. (2014).
Desember 2017. Retrieved from CNN Hubungan antara regulasi diri dan
website: perencanaan karir pada remaja putri bali.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/ Jurnal Psikologi Udayana, 1(2), 301-
20171212175750-78-261899/internet- 310.
banking-mulai-dilirik-untuk- Kominfo. (2013). Potret belanja online di
pembayaran-e-commerce Indonesia (kasus Jabodetabek, Bandung
Chita, R. C. M., David, L., Pali, C. (2015). dan Jogya). Jakarta: Pusat Data dan
Hubungan antara self-control dengan Sarana Informatika.
perilaku konsumtif online shopping produk LaRose, R. (2001). On the negative effects of

222 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019


e-commerce: A sosioognittive exploration Pradipto, Y. D., Winata, C., Murti, K.,
of unregulated on-line buying. Journal of Azizah, A. (2015). Think again before
Computer Mediated Communiation 6(3). you buy: The relationship between self-
Lestari, M. (2018). Pembeli online dari anak regulation and impulsive buying
SMA meningkat 5 kali lipat. Diunduh behaviors among Jakarta young adults.
pada tanggal 6 Februari 2018. Retrieved Procedia Social and Behavioral
from Detik.com website: Sciences, 222, 177-185.
https://inet.detik.com/business/d- Savitrie, D. (2008). Pola perilaku pembelian
3853086/pembeli-online-dari-anak-sma- produk fashion pada konsumen wanita
meningkat-5-kali-lipat. (sebuah studi kualitatif pada mahasiswa
Lulutiana, P. (2017). Hubungan antara FE UI dan pengunjung butik N.y.l.a).
regulasi diri dengan kecendrungan Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta:
pembelian impulsif pada remaja akhir Fakultas Ekonomi UI.
terhadap produk barang. Skripsi (tidak Shwu-Ing, W. (2003). The relationship
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi between consumer characteristics and
Universitas Sanata Dharma. attitude toward online shopping.
Mahdalela, M. (1998). Peran intesitas Management Intelligence & Planing, 21
interaksi dengan teman di lingkungan (1) 37-44.
pergaulan sekolah terhadap sikap Sumarwan, U. (2011). Perilaku konsumen.
konsumtif. Psikologika, 5, 39-48 Bogor. Ghalia Indonesia
Marindi, P., & Nurwidawati, D. (2015). Taylor, S. E. (2009). Psikologi sosial. Jakarta:
Hubungan antara kepuasan konsumen Kencana.
dalam belanja online dengan perilaku Tinarbuko, S. (2006). Pola hidup konsumtif
konsumtif pada mahasiswa Psikologi masyarakat Yogya. Jakarta: Erlangga.
Universitas Negeri Surabaya. Character, Utami, A. F., & Sumaryono. (2008).
3(2), 1-5 Pembelian impulsive ditinjau dari
Neal, D., & Carey, K. (2005). A follow up kontrol diri dan jenis kelamin pada
psychometric analysis of the self- remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 1 (3),
regulation questionnaire. Psychology of 46-57.
Addictive Behaviors, 19(4). 414-42. Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001).
Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. Individual differences in impulse buying
(2010). Psikologi kepribadian: Teori dan tendency: Feeling and no thinking.
penelitian edisi 9. Jakarta: Prenada European Journal of Personality, 15 (1),
Media Group. 71-83.

Siregar, Rini, Regulasi Diri dan,... 223


https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i2.2445
Wardani, M. A. (2010). Hubungan antara Wathani, F. (2009). Perbedaan
regulasi diri dan kecenderungan kecenderungan pembelian impulsif
pembelian impulsif pada remaja tengah. produk pakaian ditinjau dari peran
Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: gender. Skripsi (tidak diterbitkan).
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Medan: Fakultas Psikologi Universitas
Dharma. Sumatera Utara.
.

224 Jurnal Psikologi Volume 12 No.2, Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai