Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP

IMPULSE BUYING BEHAVIOR PADA “BUTIK KANABINI” DI TENGGARONG

Oleh : Nilam Anggar Sari dan Farida Indrawati


Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Kutai Kartanegara

Abstract :
This research is meant to find out the influence of shopping lifestyle and fashion involvement to the
impulse buying behavior. The population is the customers who have ever purchased clothes at Kanakbini
Boutique Tenggarong. The sample collection technique has been done by using sampling purposive and 75
people have been selected as samples. The analysis has been done by using multiple linear regressions. The
result of the research shows that shopping lifestyle have influence to the impulse buying of the fashion
product at Kanakbini Boutique. Partially, Fashion Involvement has no significant effect to Impulse buying
behavior of Kanakbini Boutique . Meanwhile, the variable which has dominant influence to the impulse
buying is shopping lifestyle because its partial coefficient determination is the biggest when it is compared to
other variables. The analysis using the coefficient of determination shopping lifestyle and fashion
involvement simultaneously variable influence on impulsive buying by 29.3 % while the remaining 70.7% is
the influence of other variables not examined in this study such as quality of service, brand, discount,
display, hedonic shopping value, etc.

Keywords: Impulse Buying Behaviour, Fashion Involvement, Shopping Lifestyle

PENDAHULUAN
Fashion atau mode semakin menjadi modern Indonesia cenderung untuk berbelanja
industri yang menguntungkan di dunia internasional sesuatu yang tidak direncanakan. Dari definisi
sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode tersebut terlihat bahwa Impulse Buying berhubungan
terkenal di dunia dan majalah fashion. Dalam hal ini dengan sesuatu yang alamiah atau merupakan reaksi
istilah bisnis fashion akan digunakan dalam arti yang cepat. Abdolvand et.al (2011) menyatakan
bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau bahwa pembelian impulsif merupakan aspek penting
pakaian sebagai industri kreatif yang diciptakan dan dalam perilaku konsumen atau konsep vital bagi
diproduksi oleh perancang busana. Perkembangan peritel sebab pembelian tidak terencana yang
trend fashion di Indonesia didorong oleh beberapa dilakukan oleh konsumen secarang langsung akan
faktor yaitu media massa, dunia entertainment, berkontribusi pada nilai omset penjualan yang
dunia bisnis, dan internet. didapat oleh peritel tersebut.
Berdasarkan data survei dari Badan Sebuah retailer harus menyadari betul keku-
Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Badan Pusat atan dari pembelian impulsif yang dilakukan
Statistik (BPS) merilis bahwa sektor ekonomi kreatif konsumen karena akan berpengaruh pada nilai omset
menyumbang 7,38 persen terhadap total pereko- mereka (Munusamy et.al..2010). Beberapa faktor
nomian nasional tahun 2016 dan sektor fashion yang mempengaruhi tindakan pembelian impulsif
berkontribusi sebanyak 18,15 persen atau nomor dua adalah gaya hidup berbelanja yaitu shopping lifestyle
setelah kuliner. Hal ini menunjukkan bahwa dan fashion involvement.
masyarakat Indonesia sudah sangat menyadari untuk Shopping lifestyle menurut Betty Jackson
berpenampilan menarik dan stylish mengikuti dalam Japarianto (2011:33), adalah ekspresi tentang
perkembangan tren fashion yang sedang berkem- lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan
bang. perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja mencer-
Dalam hal perkembangan fashion kita juga minkan status, martabat, dan kebiasaan. Selain
harus memperhatikan perilaku konsumen dalam shopping lifestyle faktor yang dapat mempengaruhi
pembelian produk atau jasa yang dilakukan dapat tindakan Impulse Buying yaitu fashion involvement
digolongkan ke dalam tiga macam yaitu pembelian merupakan keterlibatan yang mengacu pada persepsi
yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh konsumen tentang pentingnya atau relevansi perso-
terencana dan pembelian yang tidak terencana nal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen
(Impulse Buying ). dengan keterlibatan yang cukup tinggi dengan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh fashion cenderung untuk lebih sering membeli
Nielsen ( 2007 ) ternyata 80 % pembelanjaan di ritel

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 107


produk-produk pakaian (Fairhurst et al,; Seo et al, untuk dapat meningkatkan pembelian impulsif.
dalam Tirmizi et,al 2009:524). Seharusnya mengingat persaingan bisnis yang sangat
Salah satu usaha ritel yang ada di Kota ketat di kota Tenggarong, pemilik usaha harus
Tenggarong adalah butik “Kanabini” yang dapat mengetahui instrument-instrument apa saja yang
memenuhi segala keinginan dan kebutuhan wanita. dapat menciptakan terjadinya pembelian impulsif.
Butik ini menawarkan beragam kebutuhan fashion Gerald Zatmant dalam “How Customers Think”
wanita dari berbagai usia dari remaja hingga dewasa. mengatakan bahwa 95% keputusan pembelian
Barang-barang yang disediakan di butik ini meliputi produk lebih di dasarkan pada perasaan (felling) di
pakaian, tas, sepatu, aksesoris wanita, jilbab dll. bandingkan fikiran (thought) yang hanya menempati
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan 5 %.
peneliti terhadap konsumen yang datang ke butik Berdasarkan rumusan masalah diatas maka
Kanabini mengatakan bahwa customer pergi ke perlu adanya pertanyaan sebagai berikut :
butik Kanabini karena sudah merencanakan terlebih 1. Apakah shopping lifestyle berpengaruh secara
dahulu apa yang akan mereka beli, namun dengan parsial terhadap Impulse Buying behavior pada
beraneka ragamnya produk yang ditawarkan butik kanabini di tenggarong?
seringkali membuat mereka melakukan pembelian 2. Apakah fashion involvement berpengaruh secara
tak terencana (impulse buying), padahal di sisi lain parsial terhadap Impulse Buying pada butik
barang yang dibeli sebenarnya tidak terlalu kanabini di tenggarong?
dibutuhkan untuk saat ini. Salah satu alasan utama 3. Apakah shopping lifestyle dan fashion
yang membuat customer setia untuk berbelanja involvement berpengaruh secara simultan
dibutik Kanabini adalah sirkulasi perputaran produk terhadap Impulse Buying pada butik kanabini di
yang disajikan begitu cepat, dimana pembelian stok tenggarong?
barang yang dilakukan satu minggu sekali dengan
menyediakan satu mode/gaya produk hanya tersedia Tujuan Penelitian
kurang lebih 5 buah dengan warna yang berbeda. Merujuk dari identifikasi perumusan
Hal ini membuat produk yang dibeli oleh customer masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
tidak menjadi pasaran saat dipakai. 1. untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara
Dengan perputaran produk yang begitu cepat parsial dari shopping lifestyle terhadap Impulse
membuat customer berlomba-lomba untuk menda- Buying.
patkan koleksi terbaru dan up to date sehingga 2. untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara
seringkali customer melakukan pembelian tak parsial dari fashion involvement terhadap Impulse
terencana (Impulse Buying) akibat dari rangsangan- Buying.
rangsangan yang timbul saat berada didalam butik. 3. untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara
Pola pikir konsumen menganggap bahwa belanja simultan dari shopping lifestyle dan fashion
adalah suatu kegiatan yang menyenangkan untuk involvement terhadap Impulse Buying
membuang penat setelah bekerja atau membuang
stress/bosan karna hanya berdiam diri dirumah. Impulse Buying
Seseorang akan rela mengorbankan waktu dan uang Menurut Mowen dan Minor (2001: 65) men-
untuk mendapatkan produk fashion yang mereka jelaskan bahwa pembelian impulsif adalah tindakan
inginkan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar
Adanya perilaku Impulse Buying memberikan sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli
dampak positif bagi para pelaku ritel yaitu dalam yang terbentuk sebelum memasuki toko. Verplanken
bentuk keuntungan pada toko setiap bulannya. Oleh & Herabadi dalam Puspayani (2015: 13) mendefi-
karena itu penting bagi pelaku ritel untuk menda- nisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang
patkan informasi dalam menentukan strategi ber- tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian
saing yang harus dilakukan terhadap perilaku yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh
Impulse Buying. adanya konflik fikiran dan dorongan emosional.
Kenyataan saat ini yang terjadi dibutik Menurut Cahyorin dan Rusfian (2011: 12) pembel-
kanabini ialah pemilik butik belum mengetahui ian impulsif sebagai kecenderungan konsumen untuk
instrument-instrumen apa saja yang dapat mempe- membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan
ngaruhi konsumen untuk melakukan pembelian otomatis. Adapun indikator – indikator Impulse
impulsif. Dengan mengetahui instrument apa saja Buying menurut Cahyoroni dan Rusfian ( 2011 : 12),
yang membuat konsumen melakukan impulse buying indikator – indikator pembelian impulsif terdiri dari
akan sangat membantu pemilik butik dalam berikut :
menentukan strategi bisnis yang akan digunakan

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 108


1. Compulsion, adanya motivasi untuk bahwa produk yang dibeli mempunyai kualitas
mengesampingkan hal – hal lain dan bertindak terbaik.
secepatnya. 5. Sering membeli berbagai merk (produk kategori)
2. Spontaneity, pembelian impulsif terjadi secara dari pada merk yang biasa dibeli, lebih suka
tak terduga dan memotivasi konsumen untuk membeli produk dengan merk terkenal dari pada
membeli saat ini juga, seringkali karna respon merk fashion biasa.
terhadap stimuli visuat point of sale.
3. Excitement and stimulation, kenginginan Fashion Involvement
membeli tiba – tiba ini sering kali diikuti oleh Pengertian fashion involvement menurut
emosi. Zeb, et al.,( 2011) dalam Pattipeilohy, et al., (2013,
4. Disregard for consequences, keinginan untuk p. 36): “Fashion involvement referring to the
membeli dapat menjadi tidak dapat ditolak importance rate associated with the category of
samapi konsekuensi negatif yang terjadi fashion clothing products, such as product
diabaikan. involvement, purchase behavior, and consumer
characteristics, is proven to increase hedonic
Shopping Lifestyle consumption tendency, positive emotions and
Penelitian yang dilakukan oleh Cobb dan Impulse Buying behavior, especially for fashion
Hoyer dalam Tirmizi et al., (2009:524) menyatakan products.” Pendapat ini mengungkapkan bahwa
bahwa shopping lifestyle diartikan sebagai perilaku fashion involvement menjelaskan seberapa tinggi
seorang konsumen mengenai keputusan pembelian konsumen menganggap penting terhadap kategori
sebuah produk yang dihubungkan dengan tanggapan produk fashion (pakaian) yang meliputi: keterlibatan
atau pendapat pribadi mereka, penelitian ini produk, perilaku pembelian, dan karakteristik
menunjukkan hubungan yang positif antara shopping konsumen yang terbukti meningkatkan tendensi
lifestyle dan impulse buying. Berdasarkan pernya- pengkonsumsian yang bersifat hedonis, bisa
taan diatas shopping lifestyle memegang peranan menumbuhkan emosi yang positif, dan perilaku
yang penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian tanpa perencanaan (impulsive buying),
impulsive buying. khususnya produk pakaian. Maksud dari pendapat di
Shopping lifestyle didefinisikan sebagai atas bisa dijelaskan bahwa fashion involvement
perilaku yang ditunjukkan oleh pelanggan sehubu- merupakan rasa ketertarikan konsumen untuk
ngan dengan serangkaian tanggapan pribadi dan terlibat lebih dalam terhadap berbagai hal yang
pendapat tentang pembelian produk (Cobb dan berhubungan dengan produk fashion dan konsumen
Hoyer, 1986 dalam Tirmizi, dkk., 2009: 524). merasa senang atas keterlibatan tersebut sehingga
Shopping lifestyle menurut Betty Jackson dalam akhirnya mendorong sifat hedonis dalam pembelian
Japarianto (2011: 33), adalah ekspresi tentang produk fashion.
lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan Dalam pemasaran fashion, fashion
perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja mencer- involvement mengacu pada ketertarikan perhatian
minkan status, martabat, dan kebiasaan. Cobb dan dengan kategori produk fashion ( seperti pakaian).
Hoyer dalam Japarianto (2011: 33) mengemukakan Fashion involvement digunakan terutama untuk
bahwa untuk mengetahui hubungan Shopping meramalkan variable tingkah laku yang berhu-
Lifestyle terhadap Impulse Buying behavior adalah bungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan
dengan menggunakan indikator yaitu sebagai berikut produk, perilaku pembelian, dan karakteristik
: konsumen (Browne and Kaldenberg, 1997;
1. Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan Fairhurst, 1989; Flynnad Goldsmint, 1993 dalam
mengenai produk fashion. Makasutnya park 2006). Sebagai contoh O’Cass (2004) dalam
menanggapi iklan tentang fashion dan mencari park (2006) menemukan bahwa fashion involvement
produk yang ada di iklan tersebut di butik pada pakaian berhubungan sangat erat dengan
kanabini. karakteristik pribadi (yaitu wanita dan kaum muda)
2. Membeli pakaian model terbaru ketika dan pengetahuan fashion, yang mana pada gilirannya
melihatnya di toko maksutnya membeli pakaian mempengaruhi kepercayaan konsumen didalam
model terbaru yang di koleksi oleh butik kanabini membuat keputusan pembelian. Berdasarkan bebe-
3. Berbelanja merk yang paling terkenal maksutnya rapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fashion
membeli produk dengan merek terkenal yang di involvement adalah keterlibatan seseorang dengan
sediakan di butik kanabini. suatu produk pakaian karena kebutuhan, kepen-
4. Yakin bahwa merk (produk kategori) terkenal tingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk
yang dibeli terbaik dalam hal kualitas, menyakini tersebut. Dalam membuat keputusan pembelian pada

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 109


fashion involvement di tentukan oleh beberapa faktor 3. Lebih suka apabila model pakaian yang
yaitu karakteristik konsumen, pengetahuan tentang digunakan berbeda dengan orang lain.
fashion dan prilaku pembelian. 4. Pakaian menunjukan karakteristik.
Kim (2005:207) mengemukakan bahwa 5. Dapat mengetahui tentang seseorang dengan
untuk mengetahui hubungan fashion involvement pakaian yang digunakan.
terhadap Impulse Buying behavior adalah dengan 6. Ketika memakai pakaian favorit, membuat
menggunakan indikator: orang lain tertarik untuk melihatnya.
1. Mempunyai satu atau lebih pakaian dengan 7. Mencoba produk fashion terlebih dahulu
jenis model terbaru ( trendy). sebelum membelinya.
2. Fashion adalah suatu hal yang penting yang 8. Mengetahui adanya fashion terbaru
mendukung aktifitas. dibandingkan dengan orang lain.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pikir

Keterangan :

: Variabel : garis Parsial (uji t)

: Indikator : garis simultan (uji f)

: Garis Indikator

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 110


METODE PENELITIAN sudah pernah melakukan impulse buying sebelum-
Populasi dan Sampel nya.
Populasi dalam penelitian ini adalah kon-
sumen atau pelanggan yang datang pada butik Alat Analisis
kanabini selama bulan april 2018. Dengan demikian Model Regresi Berganda
populasi dari penelitian ini adalah mengkalikan rata- Dalam analisis data, sesuai dengan objek
rata pengunjung toko (10 orang per hari) dan jumlah penelitian untuk mengetahui besarnya pengaruh
hari kerja (30 hari) sehingga didapat 300 orang variabel independen adalah dengan model analisis
sebagai populasi. Adapun dalam penarikan sample Regresi Berganda. Adapun model persamaan yang
pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin dipergunakan adalah sebagai berikut :
sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 (Sugiono, 2005;250)
𝑁 Dimana :
𝑛= Y = Impulse Buying
1 + N(e)²
Keterangan : X1 = Shopping Lifestyle
n = ukuran sampel /jumlah sampel X2 = Fashion involvement
N= ukuran Populasi b = Koefisien regresi partial
E= persentase kelonggaran kesalahan pengambilan a = Konstanta nilai Y yang tida dapat
sampel yang masih bis ditolerir, e = 0,1. dipengaruhi oleh varianbel X
Dalam rumus slovin terdapat ketentuan
sebagai berikut : nilai e = 0,10 (10%) untuk populasi Pengujian Hipotesis
dalam jumlah besar. Jumlah populasi dalam Pengujian hipotesis dilakukan dengan
penelitian ini adalah 300 responden, maka untuk menggunakan uji F dan uji t
mengetahui sampel penelitian dengan perhitungan
sebagai berikut : ➢ Uji F
300 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
𝑛= = 75 mana variasi variabel bebas yang digunakan
1 + 300(0,10)2
Sampel yang diambil berdasarkan teknik mampu menjelaskan variabel tergantungnya.
insidental seperti yang dikemukakan oleh Sugiono Dapat juga diartikan apakah model regresi linier
(2011:85) bahwa sampling insidental adalah berganda yang digunakan sesuai atau tidak
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa ➢ Uji t (Pengujian Parsial)
saja yang kebetulan/ insindental bertemu dengan Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel
peneliti maka dapat digunakan sebagai sampel bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap
apabila dipandang orang yang kebetulan ditemui variabel terikat. Untuk mengetahui apakah ada
cocok sebagai sumber data. Disamping itu pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap
menggunakan teknik purposive sampling yaitu variabel terikat
memilih responden dengan tujuan tertentu yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Bebas dan Variabel Terikat
a. Impulse Buying
Tabel 1. Tanggapan Responden mengenai Impulse Buying Konsumen Butik Kanabini
No Pertanyaan Kategori Skor Jumlah Persenta
se
➢ Sangat Setuju 5 9 12 %
Saya cenderung
➢ Setuju 4 20 26,67 %
berbelanja tanpa berfikir
➢ Netral 3 19 25,33 %
1. panjang terlebih dahulu
➢ Tidak Setuju 2 16 21,33 %
atau spontanitas
➢ Sangat Tidak Setuju 1 11 14,67 %
pembelian
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 14 18,67 %
Saya cenderung
➢ Setuju 4 32 42,67 %
2. berbelanja apabila
➢ Netral 3 20 26,67 %
terdapat tawaran khusus
➢ Tidak Setuju 2 5 6,66%

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 111


➢ Sangat Tidak Setuju 1 4 5,33 %
Jumlah 75 100%
Saya cenderung terobsesi ➢ Sangat Setuju 5 8 10,66 %
membelanjakan uang saya ➢ Setuju 4 17 22,67 %
3. baik sebagian maupun ➢ Netral 3 16 21,33%
seluruhnya untukm ➢ Tidak Setuju 2 20 26,67%
produk pakain ➢ Sangat Tidak Setuju 1 14 18,67%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 8 10,67%
Saya cenderung membeli
➢ Setuju 4 22 29,33%
produk fashion meskipun
4. ➢ Netral 3 11 14,67%
tidak begitu
➢ Tidak Setuju 2 18 24%
membutuhkannya
➢ Sangat Tidak Setuju 1 16 21,33%
Jumlah 75 100%
Sumber : diolah dari kuisioner, 2018

b. Shopping Lifestyle
Tabel 2 . Tanggapan Responden mengenai Shopping Lifestyle Konsumen Butik Kanabini.
No Pertanyaan Kategori Skor Jumlah Persenta
se
➢ Sangat Setuju 5 8 10,67%
Saya cenderung
➢ Setuju 4 26 34,67%
berbelanja produk
1. ➢ Netral 3 7 9,33%
fashion yang ditawarkan
➢ Tidak Setuju 2 25 33,33%
melalui iklan
➢ Sangat Tidak Setuju 1 9 12%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 11 14,67%
Saya cenderung tertarik
➢ Setuju 4 24 32%
berbelanja produk
2. ➢ Netral 3 13 17,33%
fashion dengan model
➢ Tidak Setuju 2 20 26,67%
terbaru
➢ Sangat Tidak Setuju 1 7 9,33%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 7 9,33%
Saya cenderung memakai ➢ Setuju 4 23 30,67%
3. produk fashion dengan ➢ Netral 3 14 18,67%
merek terkenal ➢ Tidak Setuju 2 26 34,67%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 5 6,66%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 23 30,67%
Saya cenderung
➢ Setuju 4 42 56%
berbelanja produk
4. ➢ Netral 3 8 10,67%
fashion yang memiliki
➢ Tidak Setuju 2 2 2,66%
kualitas terbaik
➢ Sangat Tidak Setuju 1 0 0%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 15 20%
Saya cenderung
➢ Setuju 4 35 46,67%
berbelanja produk
5. ➢ Netral 3 11 14,6%
fashion lebih dari satu
➢ Tidak Setuju 2 8 10,67%
merk
➢ Sangat Tidak Setuju 1 6 8%
Jumlah 75 100%
Sumber : diolah dari kuisioner, 2018

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 112


Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian berbelanja fashion merk terkenal, yakin bahwa merk
besar responden memberikan penilaian yang baik produk fashion terkenal yang saya beli terbaik dalam
terhadap atribut-atribut shoping lifestyle. Hal ini hal kualitas, sering membeli berbagai merk fashion
mencerminkan bahwa shopping lifestyle yang terdiri yang berbeda daripada merk yang biasa saya beli
dari setiap tawaran iklan mengenai produk fashion, dan yakin ada fashion merk lain yang sama
saya cenderung menanggapi untuk membelinya, kualitasnya seperti yang saya beli dapat mempenga-
cenderung membeli pakaian model terbaru ketika ruhi responden untuk melakukan impulse buying.
saya melihatnya di Butik Kanabini, cenderung
c. Fashion Involvement
Tabel 3. Tanggapan Responden mengenai Fashion involvement Konsumen Butik Kanabini.
No Pertanyaan Kategori Skor Jumlah Persentas
e
➢ Sangat Setuju 5 18 24%
➢ Setuju 4 40 53,33%
Fashion dengan model terbaru
1. ➢ Netral 3 9 12%
akan disangat digemari
➢ Tidak Setuju 2 2 2,67%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 6 8%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 31 41,33%
Saya lebih suka apabila model ➢ Setuju 4 30 40%
2. pakaian yang saya gunakan ➢ Netral 3 10 13,33%
berbeda dengan orang lain ➢ Tidak Setuju 2 4 5,33%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 0 0%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 26 34,67%
➢ Setuju 4 32 42,67%
Fashion adalah hal yang penting
3. ➢ Netral 3 10 13,33%
yang mendukung aktifitas saya
➢ Tidak Setuju 2 5 6,67%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 2 2,66%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 24 32%
➢ Setuju 4 39 52%
Fashion yang saya miliki
4. ➢ Netral 3 6 8%
mununjukan karakter saya
➢ Tidak Setuju 2 4 5,33%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 2 2,67%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 14 18,67%
➢ Setuju 4 34 42,67%
Fashion dapat menujukan status
5. ➢ Netral 3 15 20%
sosial seseparang
➢ Tidak Setuju 2 13 17,33%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 1 1,33%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 13 17,33%
➢ Setuju 4 23 30,67%
Fashion dapat mempengaruhi
6. ➢ Netral 3 14 18,6%
tingkat gengsi seseorang
➢ Tidak Setuju 2 16 21,33%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 9 12%
Jumlah 75 100%
➢ Sangat Setuju 5 9 12%
➢ Setuju 4 32 42,67
Saya mempunyai 1 atau lebih
7. ➢ Netral 3 18 24%
pakaian model terbaru (trendy)
➢ Tidak Setuju 2 11 14,67%
➢ Sangat Tidak Setuju 1 5 6,67%
Jumlah 75 100%

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 113


➢ Sangat Setuju 5 22 29,33%
Saya selalu mencoba pakaian ➢ Setuju 4 42 56%
8. sebelum membelinya untuk ➢ Netral 3 3 4%
memastikan cocok dengan style ➢ Tidak Setuju 2 6 8%
saya ➢ Sangat Tidak 1 2 2,67%
Setuju
Jumlah 75 100%
Sumber : diolah dari kuisioner, 2018

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar membelinya, dan cenderung lebih mengetahui
responden memberikan penilaian yang baik terhadap adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang
atribut-atribut fashion involvement. Hal ini lain dapat mempengaruhi responden untuk
mencerminkan bahwa fashion involvement yang melakukan impulse buying.
terdiri dari mempunyai satu atau lebih pakaian
dengan model yang terbaru (trend), Fashion adalah Uji Validitas dan Reabilitas
satu hal penting yang mendukung aktifitas, lebih Adapun hasil perhitungan validitas dengan
suka apabila model pakaian yang saya gunakan menggunakan bantuan aplikasi SPSS secara
berbeda dengan yang lain, Pakaian yang saya miliki ringkasnya dapat dilihat sebagai berikut :
menunjukkan karak-teristik, mengetahui banyak
tentang seseorang dari pakaian yang digunakan,
memakai pakaian favorit saya, orang lain melihat
akan melihat ke arah saya, cenderung untuk
mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum
Tabel 4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitias
Corrected Item- Cronbach’s
No Variabel (r table =0,227) (r table=0,227)
total Correlation Alpha
Impulse Buying
Y1.1 0,237 Valid
0,768 Reliabel
1 Y1.2 0,561 Valid
Y1.3 0,745 Valid
Y1.4 0,682 Valid
Shopping Lifestyle
X2.1 0,629 Valid
X2.2 0,704 Valid Reliabel
2 0,762
X2.3 0,538 Valid
X2.4 0,420 Valid
X2.5 0,514 Valid
Fashion involvement
X2.1 0,522 Valid
X2.2 0,463 Valid
X2.3 0,621 Valid
0,751
3 X2.4 0,463 Valid Reliabel
X2.5 0,634 Valid
X2.6 0,559 Valid
X2.7 0,648 Valid
X2.8 0,450 Valid
Sumber: Output SPSS , 2018

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Sedangkan hasil uji realiabilitas menun-
semua indikator item pertanyaan atau indikator pada jukkan bahwa seluruh item variabel yang digunakan
setiap variabel penelitian menghasilkan nilai r adalah reliable, yaitu dimana untuk masing-masing
Pearson yang lebih besar dari nilai r tabel (0,227), item variabel mempunyai nilai r Alpha lebih dari
dengan demikian dapat dikatakan bahwa item-item 0,6. Artinya bahwa alat ukur ini mampu menghasil-
pertanyaan (indikator) yang mengukur setiap varia- kan data yang dapat dipercaya.
bel dalam penelitian ini dapat dinyatakan valid.

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 114


Uji Asumsi Klasik Dari tabel coefficient dapat diketahui bahwa
- Uji Normalitas Data nilai tolerance kedua bebas (shopping lifestyle dan
Pada penelitian ini digunakan Metode fashion involvement) adalah 0,634 dan nilai vif
Normal Probability Plots berbentuk grafik yang kedua variabel bebas adalah 1,577. Maka dapat
digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak
model regresi residual terdistribusi dengan normal terjadi persoalan multikolinearitas.
atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya
distribusi residual normal atau mendekati normal. Tabel 5. Collinerarity Statisties
Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi Collinearity
kenormalan adalah jika data menyebar disekitar Model Statistics
garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka Tolerance VIF
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
(Constant)
Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis
diagonal atau tidak mengikuti arah diagonal, maka 1 Shopping Lifestyle .634 1.577
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Duwi Fashion Involvement .634 1.577
Priyanto, 2010:61). Pada output gambar 2. dapat Sumber : Output SPSS 2018
diketahui bahwa data terdistribusi disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, - Uji Heteroskedastisitas
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi Gambar 3.Grafik Plot
memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan. Antara ZPRED dengan SRESID

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Dengan Metode


Normal Probablility Plots

Grafik plot pada Gambar 3 menunjukkan tidak ada


pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
Sumber: Output SPSS (diolah), 2018 heteroskedas-tisitas, sehingga asumsi non heteros-
kedastisitas terpenuhi.
- Uji Multikolinearitas
Metode pengujian dalam penelitian ini yaitu Analisis Model
dengan melihat nilai tolerance dan nilai varience Berikut ini adalah hasil analisis regresi
inflation factor (VIF). jika nilai Tolerance ˃0,1 dan linier berganda seperti pada Tabel 6 berikut:
nilai VIF ˂10 maka tidak terjadi multikolinieritas
(Duwi Priyanno, 2010:67).

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.012 .501 2.021 .047
1
Shopping Lifestyle .650 .139 .575 4.686 .000

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 115


Fashion
-.037 .160 -.028 -.232 .817
involvement
R =0. 588
R Square = 0.312
Adjusted R Square = 0.293
F =16.316
Sig F = 000
Sumber: Output SPSS, 2018

Berdasarkan hasil analisis Tabel 6 tersebut maka menunjuk-kan bahwa hubungan variabel bebas X1
secara lengkap didapatkan persamaan regresi dan X2 dengan variabel terikat Y adalah kuat. Nilai
sebagai berikut : koefisien R yang positif menunjukkan pengaruh
Y = 1.012 + 0.650X1 - 0.037X2 + e hubungan yang searah atau jika nilai variabel bebas
a = 1.012 merupakan nilai konstanta impulse naik maka nilai variabel terikat juga naik. Koefisien
buying behaviour, artinya nilai impulse buying Determinasi (R2) sebesar 0.312 yang memiliki arti
behaviour akan konstan positif jika variabel bebas bahwa peran variabel bebas X1 dan X2 untuk
sama dengan nol atau konstan. Atau dapat menjelaskan variabel terikat Y adalah sebesar 31.2%
diinterpretasikan bahwa nilai konstan persamaan dan sisanya 68.8% dijelaskan oleh variabel lain di
regresi yang dihasilkan diatas memberikan informasi luar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian
bahwa jika variabel Shopping Lifestyle =X1 dan ini.
Fashion involvement =X2 terjadi perubahan variabel Sedangkan nilai adjusted Rsquare sebesar 0,551
maka impulse buying tetap sebesar 1,012. artinya variabel shopping lifestyle, dan fashion
involvement mampu menjelaskan variabel impulse
b1 = 0.650 merupakan nilai koefisien positif variabel buying behaviour sebesar 55,1% dan 44,9%
shopping lifestyle artinya apabila shopping lifestyle dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel
meningkat maka impulse buying behaviour akan shopping lifestyle, dan fashion involvement.
meningkat. Atau dapat diinterpretasikan bahwa Nilai
shopping lifestyle X1 sebesar 0,650 yang Pembuktian Hipotesis
menunjukan bahwa jika nilai shopping lifestyle Uji F
ditingkatkan 1 satuan dan variabel independen yang Berdasarkan nilai statistik pada Tabel 6
lain bersifat tetap maka impulse buying akan dapat dilihat bahwa nilai F hitung = 16,316. Nilai F
meningkat sebesar 0,650. table (df1=2; df2=73) adalah 2,38. Nilai F hitung >
F table, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat
b2 = - 0.037 merupakan koefisien negatif variabel disimpulkan bahwa variabel bebas X1 dan X2 secara
fashion involvement artinya apabila fashion simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan
involvement meningkat maka impulse buying terhadap variabel terikat (Y).
behaviour akan menurun. Nilai fashion involvement Dari hasil uji F di atas maka disimpulkan
X2 -0,037 yang menunjukan bahwa jika nilai untuk menolak hipotesis nol. Dengan demikian
fashion involvement ditingkatkan 1 satuan variabel hipotesis penelitian diterima, dengan kata lain
independen yang lain bersifat tetap maka impulse shopping lifestyle dan fashion involvement secara
buying akan turun -0,037. Namun pada penelitian simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh
kali ini variabel fashion involvement tidak signifikan besar terhadap impulse buying responden.
mengingat karena t hitung lebih kecil dari t tabel (-
232 ˂ 1,293). Uji t
Pada Tabel 6 diketahui untuk variabel
Nilai Koefisien Korelasi Berganda shopping lifestyle nilai t hitung adalah 4,686, nilai t
Hasil koefisien korelasi berganda (R) (multiple tabel (df=73; α = 0.10) = 1,296. Nilai t hitung > nilai
corelation)menggambarkan kuatnya hubungan t tabel, maka disimpulkan bahwa shopping lifestyle
antara shopping lifestyle, dan fashion involvement secara parsial (sendiri-sendiri) mempunyai pengaruh
terhadap variabel impulse buying behaviour adalah signifikan terhadap impulse buying responden. Hal
sebesar 0,588. Hal ini berarti hubungan antara ini berarti peningkatan atau penurunan variabel
keseluruhan variabel independent dengan variabel shopping lifestyle yang dilakukan responden mem-
dependent adalah erat karena nilai R tersebut berikan pengaruh besar terhadap impulse buying.
mendekati 1. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.558

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 116


Pada Tabel 6 diketahui untuk variabel apakah sudah mengikuti trend fashion saat ini dan
fashion involvement nilai t hitung adalah 0,232, nilai juga melihat kecocokan produk fashion yang
t tabel (df=73; α = 0.102) = 1,296. Nilai t hitung ˂ digunakan apakah sesuai dengan karakteristik.
nilai t tabel, maka disimpulkan bahwa fashion
involvement secara parsial (sendiri-sendiri) tidak 2. Hipotesis II Diduga Shopping Lifestyle dan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap impulse Fashion Involvement berpengaruh secara
buying. Hal ini berarti peningkatan atau penurunan simultan terhadap Impulse Buying.
variabel fashion involvement yang dilakukan Setelah pembahasan pengujian hipotesis secara
responden tidak memberikan pengaruh terhadap parsial diketahui dapat dibuktikan adanya suatu
impulse buying. pengaruh, maka langkah selanjutnya yaitu dengan
Pembahasan selanjutnya adalah pengujian membahas hipotesis kedua yang menyatakan adanya
terhadap jawaban sementara yang telah peneliti pengaruh secara simultan antar variabel independen
susun pada bab terdahulu yaitu sebagai berikut : terhadap variabel dependen.. Hasil analisa memberi-
kan jawaban positif atas hubungan simultan dengan
1. Hipotesis I Diduga variabel Shopping Lifestyle mengacu pada nilai F hitung sebesar 16.316 pada
dan Fashion Involvement memiliki pengaruh taraf signifikansi 0,000. Nilai F hitung yang
parsial terhadap Impulse Buying. dihasilkan pada kenyataannya lebih besar dari F
Hasil olah data yang telah diuraikan diatas tabel yaitu sebesar 2,38. Kemudian untuk melihat
menerangkan bahwa variabel independen shopping kontribusi kedua variabel independen tersebut
lifestyle secara parsial memiliki pengaruh terhadap digunakan nilai R Squre yaitu dengan melihat dari
variabel dependen. Dimilikinya pengaruh variabel nilai R pada tabel model summary yang
shopping lifestyle merupakan hasil dari pengujian uji mendapatkan nilai 0,558 atau sebesar 55,8% yang
t yang dilakukan dengan melihat t hitung sebesar menunjukkan bahwa kedua variabel independen
4,686 dengan taraf signifikan 0,000 yang lebih kecil shopping lifestyle dan fashion involvement mampu
dari nilai α 10% atau 0,10, berarti secara parsial menjelaskan impulse buying sebesar 55,8%.
shopping lifestyle berpengaruh signifikan terhadap Kemudian untuk nilai R Squre mendapatkan nilai
impulse buying. Dengan demikian asumsi diatas 0,312 atau 31,2% dan memberikan gambaran bahwa
menunjukkan bahwa Ho ditolak. sumbangan variabel independen sebesar 31,2%.
Selanjutnya adalah menguji pengaruh Sedangkan untuk sisanya 68,8% dipengaruhi oleh
fashion involvement terhadap impulse buying. Hasil variabel lain diluar variabel yang sudah ditetapkan.
pengujian menunjukkan nilai koefisien sebesar -232 Kesimpulan dari temuan diatas adalah bahwa
dengan taraf signifikansi 0,817 yang lebih besar dari shopping lifestyle dan fashion involvement pada
nilai α 10% atau 0,10 berarti secara parsial fashion Butik Kanabini di Tenggarong mampu memberikan
involvement tidak berpengaruh secara signifikan sumbangan terhadap impulse buying sebesar 31,2%.
terhadap impulse buying. Dengan demikian asumsi Sedang untuk hipotesis yang telah diajukan sebagai
diatas menunjukkan bahwa H1 ditolak dan Ho suatu pernyataan hubungan secara simultan variabel
diterima. independen terhadap dependen dapat diterima atau
Hal ini sejalan dengan penelitian Wikartika dengan kata lain hipotesis diterima.
Mulianingrum (2010) yang juga diperoleh hasil
bahwa tidak terdapat pengaruh anatara variabel 3. Hipotesis III Diduga Shopping Lifestyle
fashion involvement terhadap impulse buying. Jika memiliki pengaruh dominan terhadap Impulse
seseorang memiliki keterlibatan atau ketertarikan Buying.
akan fashion yang tinggi, maka dia akan membeli Pembahasan selanjutnya adalah dengan menguji
produk pakaian yang bermerek dan berkualitas hipotesis yang terakhir dengan pernyataan variabel
tinggi. Untuk mendapatkan itu biasanya mereka shopping Lifestyle sebagai variabel yang memiliki
berbelanja di shopping center yang terdapat pengaruh dominan. Hipotesis yang telah diajukan
berbagai jenis dan merek produk pakain terbaik. sebagai jawaban sementara dibuktikan secara
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah statistikal yaitu dengan melihat koefisien variabel
butik kanabini yang menyediakan berbagai produk shopping lifestyle sebesar 4,686. Koefisien ini lebih
dangan model/gaya terbaru tetapi tidak terlalu besar dibandingkan dengan nilai koefisien fashion
mementingkan merek. Sasaran konsumen butik involvement sebesar -232. Hasil pengujian hipotesis
kanabini yang notabene kelas ekonomi menengah secara dominan menunjukkan variabel shopping
kebawah tidak terlalu mementingkan merek produk lifestyle memiliki pengaruh secara dominan terhadap
yang digunakan, tetapi para konsumen lebih impulse buying dan secara langsung menunjukkan
mementingkan model/jenis produk yang digunakan

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 117


diterimanya hipotesis 3 yang menyatakan shopping Saran
lifestyle memiliki pengaruh dominan. Berdasarkan pengalaman selama peneliti
mengadakan penelitian maka saran-saran yang dapat
PENUTUP peneliti kemukakan adalah sebagai berikut :
Kesimpulan 1. Shopping lifestyle hendaknya terus
Berdasarkan hasil analisis data dan pembaha- dipertahankan oleh pihak Butik Kanabini di
san, maka kesimpulan yang didapat peneliti kemuka- Tenggarong dengan tetap menjaga kualitas
kan adalah : terbaik dari merk produk fashion karena
1. berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukan variabel tersebut merupakan variabel dominan
bahwa shopping lifestyle secara parsial dalam mempengaruhi Impulse Buying behavior
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pada masyarakat kota Tenggarong.
impulse buying pada butik kana bini. Hal ini 2. fashion involvement yang merujuk pada barang
dibuktikan dengan nilai t hitung yang diperoleh atau produk dengan merek terkenal dan
lebih besar dari pada t tabel (4,684 ˃ 1,293) dan memiliki kualitas tinggi membuat hanya orang
nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,10 yang memiliki ketertarikan tinggi pada fashion
(0,010 ˂ 0,00) maka H0 ditolak dan H1 yang akan membelinya, sebaiknya pemilik
diterima. butik mampu menciptakan ketertarikan fashion
2. Besar hubungan antara variabel impulse buying pada kansumen agar komsumen tertarik untuk
dengan fashion involvement yang dihitung melakukan impuse buying.
dengan koefisien korelasi adalah 0,319 atau 3. bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
31,9%. Variabel fashion involvement (X2) tidak menembahkan variabel bebas lainnya seperti
berpengaruh secara parsial terhadap Impulse store atmophere,discaunt dan hedonic motive
Buying,karena t hitung lebih kecil dari t tabel (- shopping, karena pada hasil penelitian ini 70,7
232 ˂ 1,293).dan nilai signifikan dalam % impulse buying masih di pengaruhi variabel
penelitian ini lebih besar dari 0,10 sehingga bebas lainnya.
dapat dikatakan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak, hal ini sejalan dengan penelitian DAFTAR PUSTAKA
Wikartika Mulianingrum (2010) yang juga Cahroni Dan Rusfian, 2011.”Pengaruh Shopping
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat pengaruh Lifestyle Dan Fashion Involvemen Terhadap
antara variabel fashion involvement terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High
impulse buying. Artinya fashion involvement Income Surabaya” Jurnal Manajemen
tidak berpengaruh langsung terhadap perilaku Pemasaran
impulse buying yang dilakukan konsumen,
karena jika seseorang yang memiliki Japarianto, Edwin dan Sugiono, Sugiarto, 2011.
keterlibatan atau ketertakikan khusus pada “Pengaruh Shopping Lifestyle Dan Fashion
fashion yang tinggi akan membeli produk Involvemen Terhadap Impulse Buying
pakain bermerk yang berkualitas tinggi. Behavior Masyarakat High Income
3. Berdasarkan hasil uji f (simultan) menunjukan Surabaya” Jurnal Pemasaran. Universitas
bahwa shopping lifestyle dan fashion Kristen Petran
involvement secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap impulse buying pada Kim, H. 2005 “Konsumer Profiles Of Apparel
butik kanabini. Hal ini ditunjukan oleh hasi Product Involvement and Values” Journal
perhitungan yang menunjukan terdapat Of Marketing
hubungan sebesar 29,3 % anatar shopping
lifestyle dan fashion involvement terhadap Richard, L. Celsi and Jarry, C. Olson, 1988 “ The
impulse buying, hal ini menujukan bahwa Role Of Involvement In Attention and
variabel shopping lifestyle dan fashion Comprehension Proceses” Journal Of
involvement mampu secara bersama-sama Consumen Reasearch
mempengaruhi impulse buying. Sedangkan
sisanya sebesar 70,7% impulse buying Sugiono, 2007 “Metode Penelitian Kuantitatif
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel- Kualitatif R&D” Bandung
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini, seperti store atmophere,discaunt dan Sugiono, 2011 “Metode Penelitian Kuantitatif
hedonic motive shopping. Kualitatif R&D” Alfabeta, Bandung

JEMI Vol.18/No.2/Desember/2018 118

Anda mungkin juga menyukai