Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying

Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

PENGARUH HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP IMPULSE BUYING MELALUI SHOPPING


LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT
(Studi Pada Masyarakat Kabupaten Kebumen Sebagai Konsumen Pembelian Fashion Online di Instagram)

Ayuni Permata Sari


Manajemen Pemasaran, STIE Putra Bangsa
Email: @ayunipsari9398@gmail

Abstrak
Perkembangan ritel semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
konsumen dalam kegiatan pembelanjaan terurama secara online. Konsumen sekarang ini tidak
hanya berbelanja karena kebutuhan melainkan berbelanja karena emosional. Penelitian ini
secara khusus membahas mengenai konsumen yang berbelanja fashion secara online pada
aplikasi instagram di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying melalui Shopping Lifestyle
dan Fashion Involvement sebagai mediator.Teknik pengumpulan data yaitu wawancara
dengan alat bantu kuesioner, teeknik pengambilan sampel dengan non probability dengan
jumlah sampel sebanyak 100. Data dianalisis melalui uji validitas, uji realibilitas, koefisien
determinasi, uji t, uji normalitas, uji multikolineritas, uji hetereokedastisitas, uji hipotesis, uji
sobel dan analisis jalur. Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan program
SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hedonic shopping
motivationberpengaruh signifikan terhadap shopping lifestyle, fashion involvementdan
impulse buying. Variabel shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh secara
signifikan terhadap impulse buying. Serta shopping lifestyle dan fashion involvement
berpengaruh sebagai mediator antara hedonic shopping motivation dan impulse buying.

Kata Kunci: hedonic shopping motivation, shopping lifestyle, fashion involvement dan impulse
buying.

PENDAHULUAN berbasis gambar yang memberikan layanan


Majunya teknologi dan arus informasi berbagi foto dan video secara online. Instagram
membuat masyarakat di Kebumen lebih terbuka berasal dari kata “instan”, seperti kamera
pada pengetahuan global. Pesatnya jaringan polaroid yang pada masanya yang lebih dikenal
internet juga secara tidak langsung membawa dengan sebutan “foto instan” sedangkan untuk
fenomena baru atau gaya hidup baru di kata “gram” berasal dari kata “telegram” yang
kalangan masyarakat yang senang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi
memanfaatkan fasilitas internet. Salah satu kepada orang lain dengan cepat.
bisnis atau perdagangan yang menggunakan
Setelah diluncurkan pada tahun 2010,
fasilitas internet sebagai media adalah dengan
instagram dengan cepat mendapatkan
e-commerce. Salah satu contoh e-commerce
popularitas, dengan satu juta pengguna terdaftar
adalah hadirnya toko-toko online yang
dalam dua bulan, 10 juta dalam setahun dan
membawa gaya hidup baru di kalangan
akhirnya mencapai angka 56 juta pada awal
masyarakat yaitu berbelanja secara online.
2019 danmenempati posisi nomer 4 seluruh
Masyarakat lebih senang meluangkan waktu
dunia. Dari hal ini lah mendorong para pebisnis
untuk berbelanja online daripada berkunjung ke
di bidang fashion dengan memanfaatkan
toko secara langsung untuk membeli barang
aplikasi instagram dalam mempromosikan
yang mereka inginkan. Munculnya toko online
produk mereka. Sampai sekarang, sudah tak
di Indonesia juga mendukung kemajuan trend
terhitung lagi berapa jumlah online shop yang
fashion di Indonesia. Salah satu sosial media
menggunakan instagram sebagai medianya.
yang digunakan untuk online shopping yaitu
Seperti halnya media umum lainnya, instagram
instagram. Instagram adalah sosial media
ternyata juga memiliki kelibihan dan

1
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

kekurangan. Kelebihan aplikasi instagram kenikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan,


sebagai media promosi adalah karena gratis, konsumen belanja karena termotivasi oleh
selain itu karena instagram memiliki banyak keinginan hedonis atau alasan ekonomi,
pengguna dan juga mudah dalam sehingga kesenangan, fantasi dan sosial atau
penggunaannya. Namun, instagram tentu saja kepuasan emosional. Alasan seseorang
memiliki kekurangan untuk media berpromosi memiliki sifat hedonis diantaranya yaitu banyak
seperti salah satu contohnya adalah harus rajin kebutuhan yang tidak bisa terpenuhi
update dan sering memposting foto produk, sebelumnya, kemudian setelah kebutuhan
karena memiliki timeline yang berjalan sangat terpenuhi, muncul kebutuhan baru dan
cepat, sehingga pemilik online shop harus rajin terkadang kebutuhan tersebut lebih tinggi dari
untuk posting foto dan video supaya produknya sebelumnya. Motivasi hedonis adalah motivasi
bisa dilihat oleh para konsumen meskipun hal konsumen untuk berbelanja merupakan suatu
ini dapat mengakibatkan membludaknya kesenangan tersendiri sehingga tidak
komentar dari para konsumen atau biasa disebut memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli
spamming. (Utami, dalam Lumintang 2012). Motivasi
berbelanja hedonis akan tercipta dengan adanya
Proses pembelian impulse buying pada gairah berbelanja seseorang yang mudah
orientasi fashion termotivasi oleh versi baru terpengaruh oleh model terbaru dan berbelanja
dari mode fashion dan citra merek yang menjadi gaya hidup seseorang untuk kebutuhan
memandu konsumen ke pengalaman berbelanja sehari-hari. Kebutuhan konsumen sehari-hari
hedonis. Pembelian tidak terencana atau berpengaruh pada gaya hidup atau lifestyle.
impulse buying adalah keputusan pembelian Banyaknya mode fashion yang bermunculan
yang dibuat oleh konsumen secara spontan atau membuat konsumen ingin selalu mengikuti
seketika setelah melihat barang dagangan perkembangannya.
(Utami, 2006: 37). Impulse buying bisa terjadi
dimana saja dan kapan saja. Dimana sebenarnya Menurut Levy (2009) shopping lifestyle
produk tersebut terkadang tidak terpikirkan adalah gaya hidup yang mengacu pada
dalam benak konsumen sebelumnya. Pembelian bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka
implusif terjadi ketika konsumen melihat menghabiskan waktu, uang, kegiatan pembelian
produk atau merek tertentu, bisa juga karena yang dilakukan, sikap dan pendapat mereka
model yang sedang booming, kemudian tentang dunia dimana mereka tinggal. Cara
konsumen menjadi tertarik untuk menghabiskan waktu dan uang ini
mendapatkannya, biasanya karena adanya dimanfaatkan oleh sebagian konsumen untuk
rangsangan yang menarik dari toko tersebut. melakukan pembelian secara berlebihan yang
Pembellian implusif, seperti semua perilaku salah satunya didorong oleh stimulus-stimulus
pembelian, umumnya dipengaruhi oleh penawaran menarik yang ditawarkan oleh
sejumlah faktor pribadi, kronologis, lokasi dan pengusaha bisnis fashion. Rasa ketergantungan
budaya (Utami, 2010:15). terhadap dunia fashion yang selalu berubah-
ubah, membuat sebagian masyarakat menjadi
Hadirnya toko online fashion di hedon dan termotivasi untuk selalu
instagram ini sangat memfasilitasi konsumen memperbaharui gaya fashion sehari-hari dengan
yang memiliki gaya berbelanja secara hedonis, melakukan pembelian yang tidak terencana
yaitu melakukan kegiatan belanja untuk sebelumnya. Gaya hidup adalah pola-pola
medapatkan kesenangan tersendiri sehingga tindakan yang membedakan antara satu orang
tidak memperhatikan manfaat dari produk yang dengan orang lain. Banyaknya kebutuhan akan
dibeli. Konsumen memiliki alasan yang dapat barang primer dan sekunder menjadikan
mempengaruhinya dimana terkadang kegiatan konsumen untuk selalu memenuhi setiap
belanja yang dilakukan oleh konsumen adalah kebutuhan dan keinginannya, hal inilah yang
nilai yang bersifat emosional atau yang dikenal mendasari terciptanya shopping lifestyle.
dengan hedonic (hedonis). Gaya hidup hedonic
merupakan gaya hidup yang menjadikan

2
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Fashion involovement sendiri adalah KAJIAN TEORI


tingkat ketertarikan yang diwujudkan dari Impulse Buying
tingkat keterlibatan berbagai hal yang Menurut Schiffman dan Kanuk (Hag, 2013)
berhubungan dengan pakaian atau perlengkapan menyebutkan bahwa impulse buying
yang fashionable (Tirmizi dkk. 2009). Dalam merupakan keputusan yang emosional atau
dunia pemasaran fashion, fashion involvement menurut desakan hati. Rook & Fisher
mengacu pada tingkat ketertarikan dengan mendefinisikan pembelian impulsif sebagai
kategori produk fashion. Fashion involvement kecenderungan konsumen untuk membeli
merupakan rasa ketertarikan konsumen untuk secara spontan, sesuai dengan suasana hati.
terlibat lebih dalam terhadap berbagai hal yang Bayley dan Nancarrow (1998) dalam
berhubungan dengan produk fashion dan Yistiani (2012) mengelompokkan pembelian
konsumen merasa senang atas keterlibatan impulsive menjadi empat indikator : (1)
tersebut sehingga akhirnya mendorong sifat Pembelian spontan (2) Pembelian tanpa berpikir
hedonis dalam pembelian produk fashion. akibat, (3) Pembelian terburu-buru, (4)
Fenomena inilah yang menjadikan peneliti Pembelian dipengaruhi emosional.
tertarik untuk melihat hal apa saja yang Hedonic Shopping Motivation
mempengaruhi adanyaimpulse buying serta Hedonic Shopping Motivation adalah motif
meneliti lebih jauh lagi mengenai impulse konsumen untuk berbelanja karena berbelanja
buying atau pembelian tidak terencana secara merupakan suatu kesenangan tersendiri
online di instagramdi kalangan masyarakat sehingga memperhatikan manfaat dari produk
Kabupaten Kebumen. yang dibeli (Utami, 2010) dalam (Lumintang,
Tujuan Penelitian 2012). Arnold dan Reynold (2003) menyatakan
bahwa hedonic shopping motivation adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh Hedonic dorongan berbelanja karena adanya keinginan
Shopping Motivationterhadap Shopping untuk merasakan kesenangan pada saat
Lifestylepada masyaraat Kabupaten menelusuri tempat perbelanjaan,
Kebumen. menghilangkan stress atau melupakan masalah
2. Untuk mengetahui pengaruh Hedonic yang dimiliki, dapat berkomunikasi dengan
Shopping Motivation terhadap Fashion orang lain, dan mempelajari tren serta berbagai
Involvementpada masyarakat Kabupaten pengalaman personal dan sosial lainnya. Ketika
Kebumen. seseorang merasakan kenikmatan yang
3. Untuk mengetahui pengaruh Hedonic dihasilkan ketika berburu untuk tawar menawar,
Shopping Motivation terhadap Impulse mencari diskon dan promosi lainnya mereka
Buying pada masyarakat Kabupaten akan berlomba-lomba dalam membeli barang
Kebumen. tersebut jadi akan berhubungan dengan impulse
4. Untuk mengetahui pengaruh dari Shopping buying dalam pembelian online store, karena
Lifestyleterhadap Impulse Buyingpada mereka merasa membeli dengan harga murah
masyaraat Kabupaten Kebumen. dengan barang yang banyak. Serta motivasi
5. Untuk mengetahui pengaruh dari Fashion berbelanja era digital cenderung mengarah pada
Involvement terhadap Impulse Buying pada membeli barang-barang berdasarkan pada
masyarakat di Kabupaten Kebumen kesenangan, sehingga menimbulkan pembelian
6. Untuk mengetahui pengaruh dari Shopping yang sebelumnya tidak direncanakan. Menurut
Lifestyle sebagai mediator antara Hedonic Hausaman, et al dalam Hausman (Sekarsari,
Shopping Motivation dan Impulse Buying 2013 : 5-6) mengidentifkasi ada enam faktor
pada masyarakat Kabupaten Kebumen motivasi berbelanja hedonik, yaitu sebagai
7. Untuk mengetahui pengaruh dari Fashion berikut : (1). Mencari kesenangan baru,
Involvement sebagai mediator antara konsumen berbelanja untuk mencari
Hedonic Shopping Motivation dan Impulse pengalaman yang menyenangkan. (2)
Buying pada masyarakat Kabupaten Memuaskan rasa ingin tahu, konsumen
Kebumen berbelanja untuk memuaskan keinginan

3
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

berbelanja. (3) Pengalaman baru, konsumen pengetahuan tentang fashion dan perilaku
berbelanja untuk memuaskan keinginan pembelian.
berbelanja. (4) Bertemu dengan orang lain,
konsumen berbelanja untuk berinteraksi dengan Kim (2005) mengemukakan bahwa
orang lain. (5) Mencari hiburan, konsumen untuk mengetahui8 hubungan fashion
berbelanja untuk menghibur diri. (6) Melupakan involvement adalah dengan menggunakan
persoalan, konsumen berbelanja untuk indikator: (1) Mempunyai satu atau lebih
menghilangkan persoalan yang dihadapi. pakaian dengan jenis model terbaru (trendy) (2)
Fashion adalah suatu hal yang penting yang
Shopping Lifestyle mendukung aktifitas. (3) Lebih suka apabila
Betty Jackson dalam Japarianto dan model pakaian yang digunakan berbeda dengan
Sugiyono (2011) mengatakan shopping lifestyle orang lain. (4) Pakaian menunjukkan
merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam karakteristik. (5) Dapat mengetahui tentang
belanja yang mencerminkan perbedaan status seseorang dengan pakaian yang digunakan. (6)
sosial. Cara kita berbelanja mencerminkan Ketika memakai pakaian favorit, membuat
status, martabat, dan kebiasaan. Betty Jackson orang lain tertarik untuk melihatnya. (7)
(2004) mengatakan shopping lifestyle Mencoba produk fashion terlebih dahulu
merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam sebelum membelinya. (8) Mengetahui adanya
berbelanja yang mencerminkan perbedaan fashion terbaru dibandingkan dengan orang
status sosial, Jackson juga mengatakan bahwa lain.
“seseorang akan rela membeli merek yang
disenangi meskipun orang tersebut tidak punya Model Empiris
cukup uang”. Cobb dan Hoyer dalam Japarianto Berdasarkan landasan teori yang telah
(2011) mengemukakan bahwa untuk dibahas, maka dapat disusun suatu model
mengetahui hubungan Shopping Lifestyle empiris yang digambarkan sebagai berikut:
terhadap Impulse Buying adalah dengan
menggunakan indikator yaitu sebagai berikut :
(1) Menanggapi untuk membeli setiap tawaran
iklan mengenai produk fashion. (2) Membeli
pakaian model terbaru ketika melihat di
postingan olshop (3) Berbelanja merk yang
paling terkenal (4) Yakin bahwa merk terkenal
yang dibeli terbaik dalam hal kualiatas (5)
Sering membeli berbagai merk (produk
kategori) dari pada merk yang biasa dibeli.
Fashion Involvement
Fashion involvement didefinisikan
Prastia (2013) sebagai keterlibatan seseorang
dengan suatu produk fashion (aksesoris) karena
kebutuhan, nilai dan ketertarikan seseorang
terhadap produk tersebut. Fashion involvement
merupakan rasa ketertarikan konsumen untuk Berdasarkan model empiris diatas dapat
terlibat lebih dalam terhadap berbagai hal yang dirumuskan hipotesis penelitian sebagai brikut:
berhubungan dengan produk fashion dan H1 : Hedonic shopping motivation berpengaruh
konsumen merasa senang atas keterlibatan terhadap shopping lifestyle
tersebut sehingga akhirnya mendorong sifat H2 : Hedonic shopping motivation berpengaruh
hedonis dalam pembelian produk fashion. terhadap fashion involvement
Dalam membuat keputusan pembelian pada H3 : Hedonic shopping motivation berpengaruh
fashion involvement di tentukan oleh beberapa terhadap impulse buying
faktor yaitu karakteristik konsumen, H4 : Shopping Lifestyle berpengaruh terhadap
impulse buying

4
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

H5 : Fashion involvement berpengaruh terhadap (andal) dikarenakan nilai Cronbach’s


impulse buying Alphapada masing-masing variabel lebih besar
H6 : Hedonic shopping motivation berpengaruh dari batas penerimaan yaitu 0,60.
terhadap impulse buying melalui shopping Uji Asumsi Klasik
lifestyle sebagai mediator Uji Multikolinearitas
H7 : Hedonic shopping motivation berpengaruh Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas Sub
terhadap impulse buying melalui fashion Struktural I
involvement sebagai mediator Variabel Tolerance VIF
METODE
Rancangan penelitian ini menggunakan Hedonic Shopping 0,639 1,565
pengujian hipotesis dan penelitian ini Motivation
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Shopping Lifestyle 0,639 1,565
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Berdasarkan tabel dijelaskan bahwa collinieritas
masyarakat di Kabupaten Kebumen yang
statistic mempunyai angka VIF tidak
melakukan pembelian online di instagram.
1,565<10,00 dan tolerance 0,639>0,10. Hasil
Teknik sampling yang digunakan dalam
tersebut menunjukan bahwa model regresi ini
penelitian ini adalah nonprobability sampling.
tidak terdapat multikolinieritas, sehingga model
Salah satunya yaitu melalui purposive sampling
subtruktural I dalam penelitian dapat
yaitu menggunakan syarat tertentu atau sesuai
digunakan.
dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas Sub
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alat Struktural II
bantu pengolahan data menggunakan SPSS for Variabel Tolerance VIF
windows versi 22.0 Teknik analisis data Hedonic Shopping 0,786 1,273
dilakukan dengan dua cara yaitu analisis Motivation
deskriptif dan analisis statistika. Analisis data Fashion Involvement 0,786 1,273
secara statistika meliputi: (1) Uji validitas dan
reliabilitas; (2) Uji Asumsi Klasik; (3) Uji Berdasarkan tabel dijelaskan bahwa
hipotesis; (4) Analisis Korelasi; (5) Uji Sobel collinieritas statistic mempunyai angka VIF
Test (6) Analisis Jalur. 1,273<10,00 dan tolerance 0,786>0,10. Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut menunjukan bahwa model regresi ini
Uji Realibilitas tidak terdapat multikolinieritas, sehingga model
Uji reliabilitas butir dilakukan dengan substruktural II dalam penelitian dapat dipakai.
ketentuan jika ralpha > 0,60, maka butir atau
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas Sub
variabel tersebut reliabel dan sebaliknya
Struktural III
Tabel 1 Uji Realibilitas
Variabel Tolerance VIF
Variabel Cronbach Batas Keterangan
’s Alpha Penerimaan Hedonic Shopping 0,618 1,619
Motivation
Hedonic 0,396 0,60 Reliabel
Shopping Shopping Lifestyle 0,530 1,888
Motivation
Fashion Involvement 0,652 1,535
Shopping 0,732 0,60 Reliabel
Lifestyle Berdasarkan tabel dijelaskan bahwa
collinieritas statistic mempunyai angka VIF
Fashion 0,605 0,60 Reliabel
Involvement tidak lebih besar dari 10,00 dan tolerance lebih
dari 0,10. Hasil tersebut menunjukan bahwa
Impulse 0,728 0,60 Reliabel
Buying
model regresi ini tidak terdapat
multikolinieritas, sehingga model struktural III
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian dapat dipakai.
seluruh pertanyaan yang digunakan dalam
masing-masing variabel dinyatakan reliabel

5
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji Gambar 4. Hasil Uji Normalitas Substruktural I
apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan yang
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastistas.

Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Substruktural I

Gambar 5. Hasil Uji Normalitas Substruktural II

Gambar II. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Substruktural II

Gambar 6. Hasil Uji Normalitas Substruktural III

Gambar III. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Substruktural III

Pada gambar terlihat bahwa data menyebar di


sekitar garis diagonal dan mengkuti garis
diagonal, makan model regresi pada gambar
substruktural I, II dan III tersebut memenuhi uji
Gambar menunjukankkan bahwa tidak ada pola asumsi normalitas.
tertentu, seperti titik-titik (poin) yang
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit)
dan tidak ada pola yang jelas maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa model regresi
substruktural I, II & III dalam penelitian ini
tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

6
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Uji Hipotesis 1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000 < α


Uji Parsial (Uji t) = 0,05, hal ini menunjukan bahwa hedonic
Tabel 5. Uji t Substruktural I shopping motivation secara signifikan
Coefficientsa memiliki pengaruh terhadap fashion
Unstandardized Standardized involvement, maka H0 ditolak, dan H2
Coefficients Coefficients diterima.
Std. 3. Variabel hedonic shopping motivation
Model B Error Beta t Sig.
mempunyai nilai thitung sebesar 5,293>ttabel
1 (Constant) ,239 2,155 ,111 ,912 1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000< α
Hedonic
= 0,05, hal ini menunjukkan bahwa hedonic
7,44
Shopping ,735 ,099 ,601
3
,000 shopping motivation berpengaruh secara
Motivation
signifikan terhadap impulse buying, maka H0
a. Dependent Variable: Shopping Lifestyle ditolak, dan H3 diterima.
Tabel 6. Uji t Substruktural II
Standard Coefficientsa
ized
Unstandardized Coeffici Standar
Coefficients ents dized
Unstandardized Coeffici
Std. Coefficients ents
Model B Error Beta t Sig.
Std.
1 (Constant) 16,167 2,688 6,015 ,000 Model B Error Beta T Sig.

Hedonic 1 (Constant) -4,929 2,573 -1,916 ,058


Shopping ,637 ,123 ,463 5,169 ,000
Motivation Hedonic Shopping
,245 ,125 ,207 1,962 ,053
Motivation
a. Dependent Variable: Fashion Involvement
Shopping Lifestyle ,288 ,110 ,298 2,610 ,011

Coefficientsa Fashion
,159 ,089 ,184 1,792 ,076
Involvement
Standard
ized a. Dependent Variable: Impulse Buying
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Berdasarkan hasil analisi regresi pada tabel 6
Std. diatas dapat disimpulkan bahwa:
Model B Error Beta t Sig.
4. Variabel shopping lifestyle mempunyai nilai
t
1 (Constant) -2,295 2,301 -,998 ,321 hitung sebesar 3,911>ttabel 1,98422 dengan
Hedonic
tingkat signifikan 0,000 < α = 0,05, hal ini
Shopping ,558 ,105 ,472 5,295 ,000 menunjukan bahwa shoppinglifestyle secara
Motivation
signifikan memiliki pengaruh terhadap
a. Dependent Variable: Impulse Buying impulse buying, maka H0 ditolak dan H4
diterima.
Berdasarkan hasil analisi regresi pada tabel 5
diatas dapat disimpulkan bahwa: 5. Variabel fashion involvement mempunyai
nilai thitung sebesar 2,156>ttabel 1,98422
1. Variabel hedonic shopping motivation
dengan tingkat signifikan 0,000 <α = 0,05,
mempunyai nilsi thitung sebesar 7,443>ttabel
hal ini menunjukan bahwa fashion
1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000<α =
iinvolvement secara signifikan memiliki
0,05, hal ini menunjukkan bahwa hedonic
pengaruh terhadaphedonic shopping
shopping motivation memiliki pengaruh
motivation, maka H0 ditolak dan H5diterima.
secara signifikan terhadap shopping lifestyle,
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2. Variabel hedonic shopping motivation
mempunyai nilai thitung sebesar 5,169>ttabel

7
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Koefisien Determinasi 31,70%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar


Tabel 7 Uji Koefisien Determinasi model penelitian.
Substruktural I Analisis Korelasi
Model R R Adjusted Std. Error Tabel 9 Hasil Analisis Korelasi
Square R Square of the Correlations
Estimate X Y1 Y2
a
1 ,601 ,361 ,355 2,841
Hedonic Pearso 1 ,601* ,463**
*
a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Shopping n
Motivation Motivation Correl
b. Dependent Variable: Shopping Lifestyle ation
Sig. ,000 ,000
Nilai dari adjusted R square sebesar 0,355 (2-
artinya konstribusi variabel hedonic shopping tailed)
motivation terhadap shopping lifestylesebesar N 100 100 100
35,5%, sedangkan untuk 64,5% (100% - 35,5%) Shopping Pearso ,601* 1 ,571**
*
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model Lifestyle n
penelitian Correl
ation
Tabel 8 Uji Koefisien Determinasi Sig. ,000 ,000
Substruktural I (2-
Model R R Adjusted Std. Error tailed)
N 100 100 100
Square R Square of the * *
Fashion Pearso ,463 ,571 1
Estimate * *
Involvement n
1 ,463 ,214 ,206 3,543 Correl
a
ation
a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Sig. ,000 ,000
Motivation (2-
b. Dependent Variable: Fashion Involvement tailed)
N 100 100 100
Nilai dari adjusted R square sebesar 0,206 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
artinya konstribusi variabel hedonic shopping tailed).
motivation terhadap fashion involvement hanya Berdasarkan tabel diatas, nilai korelasi
sebesar 20,6% sedangkan untuk 79,4% (100% - antara hedonic shopping motivation dan
20,6%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar shopping lifestylesebesar 0,601, dan angka
model penelitian. signifikansi sebesar 0,000<0,05 berarti antara
Tabel 9 Uji Koefisien Determinasi variabel hedonic shopping motivation dan
Substruktural II shopping lifestyle terdapat korelasi yang kuat
Model R R Adjuste Std. Error dan signifikan. Nilai korelasi hedonic shopping
Square
dR of the motivation dan fashion involvement sebesar
Square Estimate 0,463 dan angka signifikansi sebesar
1 ,581a ,338 ,317 2,827 0,000<0,05 yang berarti korelasi kedua variabel
Predictors: (Constant), Fashion Involvement, tersebut korelasi yang kuat dan signifikan. Nilai
Hedonic Shopping Motivation, Shopping Lifestyle korelasi variabel shopping lifestyle dan fashion
Dependent Variable: Impulse Buying involvement sebesar 0,571, dan angka
Nilai dari adjusted R square sebesar 0,317 signifikansi sebesar 0,000<0,05 berarti korelasi
artinya konstribusi variabel hedonic shopping kedua variabel tersebut sangat kuat dan
motivation,shopping lifestyle dan fashion signifikan.
involvementterhadap impulse buying hanya
sebesar 31,7% sedangkan untuk 69,3% (100% -

8
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Uji Sobel Test maka akan mengurangi impulse buying


Berdasarkan hasil perhitungan sobel test sebesar 0,382
diperoleh nilai test statistict sebesar 7,443 dan e. Koefisien regresi varaibel fashion
p-value 0,000<0,05. Variabel dikatakan involvement (β Y2) = 0,295. Koefisien
memediasi pengaruh X ke Y jika nilai dari p- regresi untuk Y2 adalah 0,295 artinya setiap
value tidak lebih besar dari 0,05. Jadi, penambahan 1 satuan variabel pada fashion
berdasarkan analisis sobel diatas disimpulkan involvement(Y2), maka akan mengurangi
bahwa shopping lifestyle memediasi hubungan impulse buyingsebesar 0,295
antara hedonic shopping motivation terhadap
impulse buying sehingga H0 dalam penelitian Substruktural III:
ditolak dan H6 dalam penelitian ini diterima. Y3 =0,207X+0,298Y1+0,184Y2+0,662
Kemudian pada model ke II nilai test statistict
sebesar 5,169 dan p-value 0,046<0,05. Variabel f. Koefisien regresi varaibel shopping
dikatakan memediasi pengaruh X ke Y jika lifestyle(β Y1) = 0,298. Koefisien regresi
nilai dari p-value tidak lebih besar dari 0,05. untuk Y1 sebesar 0,298 artinya setiap
Jadi, berdasarkan analisis sobel diatas penambahan 1 satuan variabel pada shopping
disimpulkan bahwa fashion involvement lifestyle(Y1), maka akan mengurangi impulse
memediasi hubungan antara hedonic shopping buying sebesar 0,298.
motivation terhadap impulse buying sehingga g. Koefisien regresi varaibel fashion
H0 dalam penelitian ditolak dan H7 dalam involvement (β Y2) = 0,184. Koefisien
penelitian ini diterima. regresi untuk Y2 sebesar 0,184 artinya setiap
penambahan 1 satuan variabel pada fashion
Analisis Jalur involvement (Y2), maka akan mengurangi
Substruktural I : Y1= 0,601X+0,639 impulse buying sebesar 0,184.
= 0,463X+0,786 Diagram Jalur
Substruktural II: Y2= 0,242X+0,382Y1+0,709
= 0,335X+0,295Y2+0,648
a. Koefisien regresi varaibel hedonic shopping
motivation (β X) = 0,601. Koefisien regresi
untuk X sebesar 0,601 artinya setiap
penambahan 1 satuan variabel pada hedonic
shopping motivation (X), maka akan
mengurangi shopping lifestyle sebesar 0,601.
b. Koefisien regresi varaibel hedonic shopping
motivation (β X) = 0,463. Koefisien regresi
untuk X sebesar 0,463 artinya setiap
penambahan 1 satuan variabel pada hedonic
shopping motivation (X), maka akan
mengurangi fashion involvement sebesar
0,242. Pengaruh Langsung (Dirrect Effect atau DE)
c. Koefisien regresi varaibel hedonic shopping 1. Pengaruh Variabel Hedonic Shopping
motivation (β X) = 0,242. Koefisien regresi Motivation terhadap Shopping Lifestyle
untuk X sebesar 0,242 artinya setiap X → Y1 = 0,601
penambahan 1 satuan variabel pada hedonic 2. Pengaruh Variabel Hedonic Shopping
shopping motivation (X), maka akan Motivation terhadap Fashion
mengurangi impulse buying sebesar 0,242 Involvement
d. Koefisien regresi varaibel shopping lifestyle X → Y2 = 0,463
(β Y1) = 0,382. Koefisien regresi untuk Y1 3. Pengaruh variabel Hedonic Shopping
adalah 0,382 artinya setiap penambahan 1 Motivation terhadap Impulse Buying
satuan variabel pada shopping lifestyle (Y1), X → Y3 = 0,242

9
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

4. Pengaruh variabel Shopping Lifestyle terhadap impulse buying melalui shopping


terhadap Impulse Buying lifestyle. Artinya konsumen menjadikan
Y1 → Y3 = 0,382 hedonic shopping motivation sebagai
5. Pengaruh variel Fashion Involvement ketentuan dalam melakukan impulse buying
terhadap Impulse Buying melalui shopping lifestyle.
Y2 →Y3 = 0,295 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
Pengaruh Tidak Langsung hedonic shopping motivation tidak
1. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation berpengaruh terhadap impulse buying melalui
terhadap Impulse Buying melalui Shopping fashion involement. Artinya konsumen tidak
Lifestyle menjadikan hedonic shopping motivation
X→Y1→Y3 = 0,601 x 0,298 = 0,179098 sebagai ketentuan dalam melakukan impulse
2. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation buying melalui fashion involvement.
terhadap Impulse Buying melalui Fashion Saran
Involvement 1. Untuk meningkatkan impulse buying
X→ Y2→ Y3 = 0,463 x 0,184 = 0,085192 seharusnya peritel online lebih
PENUTUP memperhatikan kualitas produk yang dijual
Simpulan dengan lebih memperketat quality cotrol
1. Hasil penelitian menujukkan bahwa variabel agar para konsumen merasa yakin dalam
hedonic shopping motivation memiliki melakukan pembelanjaan tanpa merasakan
pengaruh terhadap shopping lifestyle. Artinya adanya penyesalan karena adanya cacat
konsumen menjadikan hedonic shopping produk atau yang lain sebab hal tersebut
motivation sebagai ketentuan dalam shopping menjadi alasan mengapa konsumen
lifestyle tinggi. terkadang masih memikirkan akibat.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel 2. meningkatkan kenyamanan dan
hedonic shopping motivation berpengaruh kepercayaan pada konsumen agar
terhadap fashion involvement. Artinya konsumen tidak ragu-ragu melakukan
konsumen di Kabupaten Kebumen belanja online karena maraknya kasus
menjadikan hedonic shopping motivation penipuan pada belanja online dan
sebagai ketentuan menciptakan fashion ketidaksesuain produk dengan iklan yang
involvement. terkadang membuat konsumen ragu bahkan
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel takut untuk membeli produk fashion secara
hedonic shopping motivation berpengaruh online
secara langsung terhadap impulse buying. 3. Bagi konsumen dianjurkan untuk lebih
Artinya konsumen menjadikan hedonic melakukan kontrol sebelum berbelanja
shopping motivation sebagai faktor yang seperti halnya lebih memperhatikan lagi
menciptakan impulse buying. kualitas produk yang dibeli dan juga harga
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang ditawarkan disesuaikan dengan
shopping lifestyle berpengaruh terhadap kemampuan keuangan konsumen sendiri
impulse buying. Artinya konsumen dengan agar diakhirnya konsumen tidak merasakan
shopping lifestyle yang tinggi menjadikan penyesalan serta menghindari juga perilaku
ketentuan konsumen melakukan impulse pemborosan.
buying yang tinggi. 4. Tidak mudah terpengaruh dengan adanya
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penawaran khusus yang ditawarkan,
fashion involvement mempegaruhi impulse konsumen harus lebih cermat dalam
buying. Artinya konsumen dengan menyikapinya karena terkadang produknya
keterlibatan fashion yang cukup tinggi merupakan produk-produk lama atau yang
menjadikan ketentuan konsumen melakukan belum up to date dan juga harga yang
impulse buying. ditawakna biasanya dinaikkan terlebih
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dahulu.
hedonic shopping motivation berpengaruh

10
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

5. Konsumen harus be a smart buyer karena


sekarang marak sekali penipuan dalam jual Kim, H. 2005 “Konsumer Profiles Of Apparel
beli online pada produk fashion, harus jeli Product Involvement and Values”
melihat mana online shop yang trusted atau Journal Of Marketing.
tidak. Dan menjadi konsumen yang baik
bagi seller agar sama-sama nyaman dalam Kim, Jiyeon, 2003, College Students’ Apparel
melakukan transaksi. Impulse Behaviors In Relation To Visual
Merchandising, A Thesis Submitted to
DAFTAR PUSTAKA the Graduate Faculty of The University
of Georgia in Partial.
Arnold, M. J., dan Reynolds, K. E, 2003,
Hedonic Shopping Motivation, Journal Kosyu, D. A. (2014). Pengaruh Hedonic
of Retailing, Vol, 79, No. 2; PP 77-95. Shopping Motives Terhadap Shopping
Lifestyle dan Impulse Buying. Jurnal
Chang, E.B., Leslie, D.,& Franchis, S. K. Administrasi Bisnis (JAB).
(2004). Gender Differences in he
Dimensional Structure of Apparel Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran,
Shopping Satisfaction Among Korean Jilid 1. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT.
Consumers: The Role of Hedonic Indeks, Gramedia.
Shopping Value. Clothing and Textiles
Research Journal, 22, 185. Levy, M., & Weitz, A. B. (2009). Retailing
Manajemen.7Ed. New York: Mc Graw
Cobb. J.C. & Hoyer W.D., 1986, Planned Hill.
versus impulse purchase behaviour.
Journal of Retalling, 62(4), pp. 384-409 Loundon, David L. And Albert J. Della Bitta
(1993), Consumer Behaviour Concept
Gultekin, B., dan Ozer L., 201, The Influence of and Application, Penerbit MC, Graw
Hedonic Motives and Browsing On Hill Book Co.
Impulse Buying, Journal of Economics
and Behaviour Studies, Vol. 4, No. 3, Lumintang, F.F. 2013. Pengaruh Hedonic
Maret: pp 77-95 Motives Terhadap Impulse Buying
Melalui Browsing dan Shopping
Hirschman, E. C., & Holbrook, M. B. (1982). Lifestyle Pada Online Shop. Jurnal
Hedonic Consumption: Emerging Wima. Vol.1 (6).
Concepts, Mrthod and Proposition. Mowen, J.C., & Michael Minor. 2002.
Journal of Marketing, 46(No. 3), pp. 92- Consumer Behavior, Perilaku
101. Konsumen Jilid Ssatu Edisi Kelima.
Diterjemahkan oleh; Lina Salim.
Japarianto, E., dan Sugiharto S., 2011, Jakarta: PT Penerbit Erlangga.
Pengaruh Shopping Life Style dan
fashion involvement terhadap Impulse Negara, Danes Jaya dan Basu Swastha
Buying Masyarakat High Income Dharmmesta, 2003, “Normative
Surabaya, Jurnal Manajemen Moderators of Impulse Buying
Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April: pp 32- Behaviour”, Gadjah Mada International
41. Journal of Business, Vol. 5 No. 1.

Kacen, Jacqueline J. Dan Julie Anne Lee, The Overby, J.W. and E.J. Lee. 2006. The Effect Of
Influence of Culture on Consumer Utilitarian And Hedonic Online
Impulsive Buying Behavior, Journal Of Shopping Value On Consumer
Consumer Psychology, 12(2), 2002

11
Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement

Preference And Intentions. Journal of Sekarsari, Larasati Ayu. 2013. Pengaruh


Bussiness Research, 59: 1160-1166 Servicecapes Dan Hedonic Shopping
Value Terhadap Keputusan Pembelian
Ozen Hilal., dan Nil Engizek.2013. Shopping Impulsif Pada Konsumen Wanita Di
online without thinking: being Giant Hypermarket Mall Olympic
emotional or rational?. Asia Pasific Garden (MOG) malang. Jurnal Ekonomi
Journal of Marketing and Logistic.
Vol.26 Iss 1 pp. 78-93 Solomon, M. R. 2007. Consumer Behavior:
Buying, Having, and Being. 7th ed,
Park, E. J., Kim, E. Y., & Forney, J. C. (2006). Upper Saddle River. New Jersey:
A structural model of fashion-oriented Prentice Hall.
impulse buying behavior. Journal of
Fashion Marketing Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Prastia, Fita Eka. 2013. Pengaruh Shopping
Lifestyle, Fashion Involvement dan Utami, C. W., 2010 Manajemen Ritel Strategi
Hedonic Shopping Value Terhadap dan Implementasi Operasional Bisnis
Impulse Buying Behaviour Pelanggan Ritel Modern Di Indonesia, Jagakarsa,
Toko Elizabeth Surabaya. Jurnal Jakarta: Salemba Empat.
Manajemen Pemasaran, pp. 1-6.
Tirmizi, MA. Dkk. 2009. An empirical study of
Rachmawati, V. 2009, Hubungan antara consumer impulse buying behavior in
Hedonic Shopping Value, Positive local markets. European Journal of
Emotion, dan Perilaku Impulse Buying Scientific Research, Vol. 28 No.4,
pada Konsumen Ritel. Majalah pp.522-532.
Ekonomi, Tahun XIX, No. 2 Agustus
2009. Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001).
Individual Difference in Impulse Buying.
Rook, D.W (1987). The Buying Impulse.
Journal of Costumer Research. Yistiana, Ni Nyoman Manik, Ni Nyoman Kert
Yasa dan I. G. A. Ketut Gede Suasana,
Rook, D.W. Dan Fisher, Robert J. 1995, 2011, dalam Pengaruh Atmosfer Gerai
Normative Influence on Impulse Buying dan Pelayanan Retail Terhadap Nilai
Behavior, Journal of Consumer Hedonik dan Pembelian Impulsif
Research 22(3): 305-13. Pelanggan Matahari Department Store
Duta Plaza. Jurnal Manajemen, Strategi
Rook, D.W. and Gardner, M.P. (1993), In the Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 6, No.
mood: Impulse buying’s affective 2. Agustus 2012. Pp 139-149.
antecedents, Research in Consumer
Behavior, Vol.6.

Samuel, Hartane. 2005. Respon Lingkungan


Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol. 17 No.2, September 2005: 152-170.

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku


konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks.

12

Anda mungkin juga menyukai