Anda di halaman 1dari 8

p-issn : 2338-4697

JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

PENGARUH HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP IMPULSE


BUYING MELALUI SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT
(Studi Pada Konsumen Fashion Online di Instagram)

Dewi Noor Susanti 1), Ayuni Permata Sari 2)


1)2)
Universitas Putra Bangsa
Jalan Ronggowarsito, No. 18. Pejagoan, Kebumen
Email: dewinoor2981@gmail.com1), ayunipsari9398@gmail 2)

Abstrak
Perkembangan ritel semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku konsumen dalam kegiatan
pembelanjaan terurama secara online. Konsumen sekarang ini tidak hanya berbelanja karena kebutuhan melainkan
berbelanja karena emosional. Penelitian ini secara khusus membahas mengenai konsumen yang berbelanja fashion
secara online pada aplikasi instagram di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement
sebagai mediator.Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dengan alat bantu kuesioner, teeknik pengambilan
sampel dengan non probability dengan jumlah sampel sebanyak 100. Data dianalisis melalui uji validitas, uji
realibilitas, koefisien determinasi, uji t, uji normalitas, uji multikolineritas, uji hetereokedastisitas, uji hipotesis, uji
sobel dan analisis jalur. Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan program SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel hedonic shopping motivationberpengaruh signifikan terhadap shopping lifestyle,
fashion involvementdan impulse buying. Variabel shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh secara
signifikan terhadap impulse buying. Serta shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh sebagai mediator
antara hedonic shopping motivation dan impulse buying.

Kata Kunci: hedonic shopping motivation, shopping lifestyle, fashion involvement dan impulse buying.

sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata


PENDAHULUAN “telegram” yang cara kerjanya untuk mengirimkan
Majunya teknologi dan arus informasi informasi kepada orang lain dengan cepat.
membuat masyarakat di Kebumen lebih terbuka Setelah diluncurkan pada tahun 2010,
pada pengetahuan global. Pesatnya jaringan internet instagram dengan cepat mendapatkan popularitas,
juga secara tidak langsung membawa fenomena dengan satu juta pengguna terdaftar dalam dua
baru atau gaya hidup baru di kalangan masyarakat bulan, 10 juta dalam setahun dan akhirnya
yang senang memanfaatkan fasilitas internet. Salah mencapai angka 56 juta pada awal 2019
satu bisnis atau perdagangan yang menggunakan danmenempati posisi nomer 4 seluruh dunia. Dari
fasilitas internet sebagai media adalah dengan e- hal ini lah mendorong para pebisnis di bidang
commerce. Salah satu contoh e-commerce adalah fashion dengan memanfaatkan aplikasi instagram
hadirnya toko-toko online yang membawa gaya dalam mempromosikan produk mereka. Sampai
hidup baru di kalangan masyarakat yaitu berbelanja sekarang, sudah tak terhitung lagi berapa jumlah
secara online. Masyarakat lebih senang meluangkan online shop yang menggunakan instagram sebagai
waktu untuk berbelanja online daripada berkunjung medianya. Seperti halnya media umum lainnya,
ke toko secara langsung untuk membeli barang instagram ternyata juga memiliki kelibihan dan
yang mereka inginkan. Munculnya toko online di kekurangan. Kelebihan aplikasi instagram sebagai
Indonesia juga mendukung kemajuan trend fashion media promosi adalah karena gratis, selain itu
di Indonesia. Salah satu sosial media yang karena instagram memiliki banyak pengguna dan
digunakan untuk online shopping yaitu instagram. juga mudah dalam penggunaannya. Namun,
Instagram adalah sosial media berbasis gambar instagram tentu saja memiliki kekurangan untuk
yang memberikan layanan berbagi foto dan video media berpromosi seperti salah satu contohnya
secara online. Instagram berasal dari kata “instan”, adalah harus rajin update dan sering memposting
seperti kamera polaroid yang pada masanya yang foto produk, karena memiliki timeline yang
lebih dikenal dengan sebutan “foto instan” berjalan sangat cepat, sehingga pemilik online shop
POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI
62
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

harus rajin untuk posting foto dan video supaya berpengaruh pada gaya hidup atau lifestyle.
produknya bisa dilihat oleh para konsumen Banyaknya mode fashion yang bermunculan
meskipun hal ini dapat mengakibatkan membuat konsumen ingin selalu mengikuti
membludaknya komentar dari para konsumen atau perkembangannya.
biasa disebut spamming. Menurut Levy (2009) shopping lifestyle
Proses pembelian impulse buying pada adalah gaya hidup yang mengacu pada bagaimana
orientasi fashion termotivasi oleh versi baru dari seseorang hidup, bagaimana mereka menghabiskan
mode fashion dan citra merek yang memandu waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan,
konsumen ke pengalaman berbelanja hedonis. sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana
Pembelian tidak terencana atau impulse buying mereka tinggal. Cara menghabiskan waktu dan
adalah keputusan pembelian yang dibuat oleh uang ini dimanfaatkan oleh sebagian konsumen
konsumen secara spontan atau seketika setelah untuk melakukan pembelian secara berlebihan yang
melihat barang dagangan (Utami, 2006: 37). salah satunya didorong oleh stimulus-stimulus
Impulse buying bisa terjadi dimana saja dan kapan penawaran menarik yang ditawarkan oleh
saja. Dimana sebenarnya produk tersebut terkadang pengusaha bisnis fashion. Rasa ketergantungan
tidak terpikirkan dalam benak konsumen terhadap dunia fashion yang selalu berubah-ubah,
sebelumnya. Pembelian implusif terjadi ketika membuat sebagian masyarakat menjadi hedon dan
konsumen melihat produk atau merek tertentu, bisa termotivasi untuk selalu memperbaharui gaya
juga karena model yang sedang booming, kemudian fashion sehari-hari dengan melakukan pembelian
konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, yang tidak terencana sebelumnya. Gaya hidup
biasanya karena adanya rangsangan yang menarik adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara
dari toko tersebut. Pembellian implusif, seperti satu orang dengan orang lain. Banyaknya
semua perilaku pembelian, umumnya dipengaruhi kebutuhan akan barang primer dan sekunder
oleh sejumlah faktor pribadi, kronologis, lokasi dan menjadikan konsumen untuk selalu memenuhi
budaya (Utami, 2010:15). setiap kebutuhan dan keinginannya, hal inilah yang
Hadirnya toko online fashion di instagram mendasari terciptanya shopping lifestyle.
ini sangat memfasilitasi konsumen yang memiliki Fashion involovement sendiri adalah
gaya berbelanja secara hedonis, yaitu melakukan tingkat ketertarikan yang diwujudkan dari tingkat
kegiatan belanja untuk medapatkan kesenangan keterlibatan berbagai hal yang berhubungan dengan
tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat pakaian atau perlengkapan yang fashionable
dari produk yang dibeli. Konsumen memiliki alasan (Tirmizi dkk. 2009). Dalam dunia pemasaran
yang dapat mempengaruhinya dimana terkadang fashion, fashion involvement mengacu pada tingkat
kegiatan belanja yang dilakukan oleh konsumen ketertarikan dengan kategori produk fashion.
adalah nilai yang bersifat emosional atau yang Fashion involvement merupakan rasa ketertarikan
dikenal dengan hedonic (hedonis). Gaya hidup konsumen untuk terlibat lebih dalam terhadap
hedonic merupakan gaya hidup yang menjadikan berbagai hal yang berhubungan dengan produk
kenikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan, fashion dan konsumen merasa senang atas
konsumen belanja karena termotivasi oleh keterlibatan tersebut sehingga akhirnya mendorong
keinginan hedonis atau alasan ekonomi, sehingga sifat hedonis dalam pembelian produk fashion.
kesenangan, fantasi dan sosial atau kepuasan Fenomena inilah yang menjadikan peneliti tertarik
emosional. Alasan seseorang memiliki sifat hedonis untuk melihat hal apa saja yang mempengaruhi
diantaranya yaitu banyak kebutuhan yang tidak bisa adanyaimpulse buying serta meneliti lebih jauh lagi
terpenuhi sebelumnya, kemudian setelah kebutuhan mengenai impulse buying atau pembelian tidak
terpenuhi, muncul kebutuhan baru dan terkadang terencana secara online di instagramdi kalangan
kebutuhan tersebut lebih tinggi dari sebelumnya. masyarakat Kabupaten Kebumen.
Motivasi hedonis adalah motivasi konsumen untuk KAJIAN TEORI
berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri Impulse Buying
sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk Menurut Schiffman dan Kanuk (Hag, 2013)
yang dibeli (Utami, dalam Lumintang 2012). menyebutkan bahwa impulse buying merupakan
Motivasi berbelanja hedonis akan tercipta dengan keputusan yang emosional atau menurut desakan
adanya gairah berbelanja seseorang yang mudah hati. Rook & Fisher (1995) mendefinisikan
terpengaruh oleh model terbaru dan berbelanja pembelian impulsif sebagai kecenderungan
menjadi gaya hidup seseorang untuk kebutuhan konsumen untuk membeli secara spontan, sesuai
sehari-hari. Kebutuhan konsumen sehari-hari dengan suasana hati.

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


63
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

Bayley dan Nancarrow (1998) dalam Yistiani perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja
(2012) mengelompokkan pembelian impulsive mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan.
menjadi empat indikator : (1) Pembelian spontan Betty Jackson (2004) mengatakan shopping lifestyle
(2) Pembelian tanpa berpikir akibat, (3) Pembelian merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam
terburu-buru, (4) Pembelian dipengaruhi emosional. berbelanja yang mencerminkan perbedaan status
sosial, Jackson juga mengatakan bahwa “seseorang
Hedonic Shopping Motivation akan rela membeli merek yang disenangi meskipun
Hedonic Shopping Motivation adalah motif orang tersebut tidak punya cukup uang”. Cobb dan
konsumen untuk berbelanja karena berbelanja Hoyer dalam Japarianto (2011) mengemukakan
merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga bahwa untuk mengetahui hubungan Shopping
memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli Lifestyle terhadap Impulse Buying adalah dengan
(Utami, 2010) dalam (Lumintang, 2012). Arnold menggunakan indikator yaitu sebagai berikut : (1)
dan Reynold (2003) menyatakan bahwa hedonic Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan
shopping motivation adalah dorongan berbelanja mengenai produk fashion. (2) Membeli pakaian
karena adanya keinginan untuk merasakan model terbaru ketika melihat di postingan olshop
kesenangan pada saat menelusuri tempat (3) Berbelanja merk yang paling terkenal (4) Yakin
perbelanjaan, menghilangkan stress atau melupakan bahwa merk terkenal yang dibeli terbaik dalam hal
masalah yang dimiliki, dapat berkomunikasi kualiatas (5) Sering membeli berbagai merk
dengan orang lain, dan mempelajari tren serta (produk kategori) dari pada merk yang biasa dibeli.
berbagai pengalaman personal dan sosial lainnya. Fashion Involvement
Konsumen yang hedonis memiliki kecenrungan Fashion involvement didefinisikan Prastia
memiliki kepuasan ketika mereka mendapatkan (2013) sebagai keterlibatan seseorang dengan suatu
manfaat dari produk tersebut (Susanti & Riptiono, produk fashion (aksesoris) karena kebutuhan, nilai
2019). Ketika seseorang merasakan kenikmatan dan ketertarikan seseorang terhadap produk
yang dihasilkan ketika berburu untuk tawar tersebut. Fashion involvement merupakan rasa
menawar, mencari diskon dan promosi lainnya ketertarikan konsumen untuk terlibat lebih dalam
mereka akan berlomba-lomba dalam membeli terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan
barang tersebut jadi akan berhubungan dengan produk fashion dan konsumen merasa senang atas
impulse buying dalam pembelian online store, keterlibatan tersebut sehingga akhirnya mendorong
karena mereka merasa membeli dengan harga sifat hedonis dalam pembelian produk fashion.
murah dengan barang yang banyak. Dalam membuat keputusan pembelian pada fashion
Motivasi berbelanja era digital cenderung involvement di tentukan oleh beberapa faktor yaitu
mengarah pada membeli barang-barang karakteristik konsumen, pengetahuan tentang
berdasarkan pada kesenangan, sehingga fashion dan perilaku pembelian.
menimbulkan pembelian yang sebelumnya tidak Kim (2005) mengemukakan bahwa untuk
direncanakan. Menurut Hausaman, et al dalam mengetahui8 hubungan fashion involvement adalah
Hausman (Sekarsari, 2013 : 5-6) mengidentifkasi dengan menggunakan indikator: (1) Mempunyai
ada enam faktor motivasi berbelanja hedonik, yaitu satu atau lebih pakaian dengan jenis model terbaru
sebagai berikut : (1). Mencari kesenangan baru, (trendy) (2) Fashion adalah suatu hal yang penting
konsumen berbelanja untuk mencari pengalaman yang mendukung aktifitas. (3) Lebih suka apabila
yang menyenangkan. (2) Memuaskan rasa ingin model pakaian yang digunakan berbeda dengan
tahu, konsumen berbelanja untuk memuaskan orang lain. (4) Pakaian menunjukkan karakteristik.
keinginan berbelanja. (3) Pengalaman baru, (5) Dapat mengetahui tentang seseorang dengan
konsumen berbelanja untuk memuaskan keinginan pakaian yang digunakan. (6) Ketika memakai
berbelanja. (4) Bertemu dengan orang lain, pakaian favorit, membuat orang lain tertarik untuk
konsumen berbelanja untuk berinteraksi dengan melihatnya. (7) Mencoba produk fashion terlebih
orang lain. (5) Mencari hiburan, konsumen dahulu sebelum membelinya. (8) Mengetahui
berbelanja untuk menghibur diri. (6) Melupakan adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang
persoalan, konsumen berbelanja untuk lain.
menghilangkan persoalan yang dihadapi.
Shopping Lifestyle
Betty Jackson dalam Sugiyono (2011)
mengatakan shopping lifestyle merupakan ekspresi
tentang lifestyle dalam belanja yang mencerminkan

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


64
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

Model Empiris Tabel 1. Uji Realibilitas


Berdasarkan landasan teori yang telah Variabel Cronbach’s Batas Keterangan
dibahas, maka dapat disusun suatu model empiris Alpha Penerimaan
yang digambarkan sebagai berikut: Hedonic 0,796 0,60 Reliabel
Shopping
Motivation

Shopping Lifestyle Shopping 0,732 0,60 Reliabel


Lifestyle
H1 H4
Fashion 0,625 0,60 Reliabel
Involvement
Hedonic Shopping H3 Impulse Buying
Motivation Impulse Buying 0,728 0,60 Reliabel

H2 H5
Fashion Involvement

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa seluruh


pertanyaan yang digunakan dalam masing-masing
variabel dinyatakan reliabel (andal) dikarenakan
Gambar 1. Model Penelitian nilai Cronbach’s Alphapada masing-masing
variabel lebih besar dari batas penerimaan yaitu
Berdasarkan model empiris diatas dapat 0,60.
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai brikut:
H1 : Hedonic shopping motivation berpengaruh
terhadap shopping lifestyle Uji Hipotesis
H2 : Hedonic shopping motivation berpengaruh Tabel 2. Uji t Substruktural I
terhadap fashion involvement
Coefficientsa
H3 : Hedonic shopping motivation berpengaruh Unstandardized Standardized
terhadap impulse buying Coefficients Coefficients
H4 : Shopping Lifestyle berpengaruh terhadap Std.
impulse buying Model B Error Beta t Sig.
H5 : Fashion involvement berpengaruh terhadap 1 (Constant) ,239 2,155 ,111 ,912

impulse buying Hedonic


Shopping ,735 ,099 ,601 7,443 ,000
Motivation
METODE a. Dependent Variable: Shopping Lifestyle
Rancangan penelitian ini menggunakan pengujian
hipotesis dan penelitian ini menggunakan jenis
Unstandardized Standardized
penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini Coefficients Coefficients
adalah semua masyarakat di Kabupaten Kebumen Std.
yang melakukan pembelian online di instagram. Model B Error Beta t Sig.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian 1 (Constant) 16,167 2,688 6,015 ,000
ini adalah nonprobability sampling. Salah satunya Hedonic
Shopping ,637 ,123 ,463 5,169 ,000
yaitu melalui purposive sampling yaitu Motivation
menggunakan syarat tertentu atau sesuai dengan a. Dependent Variable: Fashion Involvement
kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Coefficientsa
ini adalah kuesioner. Alat bantu pengolahan data
menggunakan SPSS for windows versi 24.0. Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
HASIL DAN PEMBAHASAN Model B Error Beta t Sig.
Uji Realibilitas dan validitas 1 (Constant) -2,295 2,301 -,998 ,321
Uji reliabilitas butir dilakukan dengan ketentuan Hedonic
jika ralpha > 0,60, maka butir atau variabel tersebut Shopping ,558 ,105 ,472 5,295 ,000
reliabel dan sebaliknya. Motivation
a. Dependent Variable: Impulse Buying

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


65
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

Berdasarkan hasil analisi regresi pada tabel 5 diatas Koefisien Determinasi


dapat disimpulkan bahwa: Tabel 4 Uji Koefisien Determinasi Substruktural I
1. Variabel hedonic shopping motivation Model R R Square Adjusted R Std. Error of
mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,443 > t-tabel Square the Estimate
1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000<α =
0,05, hal ini menunjukkan bahwa hedonic 1 ,601a ,361 ,355 2,841
shopping motivation memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap shopping lifestyle, maka H0 a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation
b. Dependent Variable: Shopping Lifestyle
ditolak dan H1 diterima.
2. Variabel hedonic shopping motivation
mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,169 > t-tabel Nilai dari adjusted R square sebesar 0,355 artinya
1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000 < α = konstribusi variabel hedonic shopping motivation
0,05, hal ini menunjukan bahwa hedonic terhadap shopping lifestylesebesar 35,5%,
shopping motivation secara signifikan memiliki sedangkan untuk 64,5% (100% - 35,5%)
pengaruh terhadap fashion involvement, maka dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
H0 ditolak, dan H2 diterima. penelitian
3. Variabel hedonic shopping motivation Tabel 5 Uji Koefisien Determinasi Substruktural I
mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,293 > t-tabel
1,98422 dengan tingkat signifikan 0,000< α = Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
0,05, hal ini menunjukkan bahwa hedonic
shopping motivation berpengaruh secara
signifikan terhadap impulse buying, maka H0 1 ,463a ,214 ,206 3,543

ditolak, dan H3 diterima. a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation


b. Dependent Variable: Fashion Involvement
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Nilai dari adjusted R square sebesar 0,206 artinya
Std. konstribusi variabel hedonic shopping motivation
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) - -
terhadap fashion involvement hanya sebesar 20,6%
2,573 ,058 sedangkan untuk 79,4% (100% - 20,6%)
4,929 1,916
Hedonic Shopping
,245 ,125 ,207 1,962 ,053
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
Motivation penelitian.
Shopping
,288 ,110 ,298 2,610 ,011
Lifestyle
Fashion Tabel 6 Uji Koefisien Determinasi Substruktural II
,159 ,089 ,184 1,792 ,076
Involvement
a. Dependent Variable: Impulse Buying Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
Berdasarkan hasil analisi regresi pada tabel 6 diatas 1 ,581a ,338 ,317 2,827
dapat disimpulkan bahwa: a. Predictors: (Constant), Fashion Involvement, Hedonic
Shopping Motivation, Shopping Lifestyle
4. Variabel shopping lifestyle mempunyai nilai t-
b. Dependent Variable: Impulse Buying
hitung sebesar 3,911 > t-tabel 1,98422 dengan
tingkat signifikan 0,000 < α = 0,05, hal ini Nilai dari adjusted R square sebesar 0,317 artinya
menunjukan bahwa shoppinglifestyle secara konstribusi variabel hedonic shopping
signifikan memiliki pengaruh terhadap impulse motivation,shopping lifestyle dan fashion
buying, maka H0 ditolak dan H4 diterima. involvementterhadap impulse buying hanya sebesar
31,7% sedangkan untuk 69,3% (100% - 31,70%)
5. Variabel fashion involvement mempunyai nilai
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
t-hitung sebesar 2,156 > t-tabel 1,98422 dengan
penelitian.
tingkat signifikan 0,000 <α = 0,05, hal ini
menunjukan bahwa fashion iinvolvement secara
signifikan memiliki pengaruh terhadaphedonic
shopping motivation, maka H0 ditolak dan
H5diterima.

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


66
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

(X), maka akan mengurangi fashion


Analisis Korelasi involvement sebesar 0,242.
c. Koefisien regresi varaibel hedonic
Tabel 7 Hasil Analisis Korelasi shopping motivation (β X) = 0,242.
Correlations
Koefisien regresi untuk X sebesar 0,242
X Y1 Y2
artinya setiap penambahan 1 satuan
Hedonic Shopping Pearson 1 ,601** ,463** variabel pada hedonic shopping motivation
Motivation Correlation (X), maka akan mengurangi impulse buying
Sig. (2- ,000 ,000
tailed)
sebesar 0,242
N 100 100 100 d. Koefisien regresi varaibel shopping lifestyle
Shopping Lifestyle Pearson ,601** 1 ,571**
Correlation (β Y1) = 0,382. Koefisien regresi untuk Y1
Sig. (2- ,000 ,000 adalah 0,382 artinya setiap penambahan 1
tailed)
N 100 100 100
satuan variabel pada shopping lifestyle
Fashion Involvement Pearson ,463** ,571** 1 (Y1), maka akan mengurangi impulse
Correlation buying sebesar 0,382
Sig. (2- ,000 ,000
tailed) e. Koefisien regresi varaibel fashion
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
involvement (β Y2) = 0,295. Koefisien
regresi untuk Y2 adalah 0,295 artinya setiap
penambahan 1 satuan variabel pada fashion
Berdasarkan tabel diatas, nilai korelasi involvement(Y2), maka akan mengurangi
antara hedonic shopping motivation dan shopping impulse buyingsebesar 0,295
lifestylesebesar 0,601, dan angka signifikansi
sebesar 0,000<0,05 berarti antara variabel hedonic
shopping motivation dan shopping lifestyle terdapat Substruktural III:
korelasi yang kuat dan signifikan. Nilai korelasi Y3 =0,207X+0,298Y1+0,184Y2+0,662
hedonic shopping motivation dan fashion a. Koefisien regresi varaibel shopping
involvement sebesar 0,463 dan angka signifikansi lifestyle(β Y1) = 0,298. Koefisien regresi
sebesar 0,000<0,05 yang berarti korelasi kedua untuk Y1 sebesar 0,298 artinya setiap
variabel tersebut korelasi yang kuat dan signifikan. penambahan 1 satuan variabel pada
Nilai korelasi variabel shopping lifestyle dan shopping lifestyle(Y1), maka akan
fashion involvement sebesar 0,571, dan angka mengurangi impulse buying sebesar 0,298.
signifikansi sebesar 0,000<0,05 berarti korelasi b. Koefisien regresi varaibel fashion
kedua variabel tersebut sangat kuat dan signifikan. involvement (β Y2) = 0,184. Koefisien
regresi untuk Y2 sebesar 0,184 artinya setiap
penambahan 1 satuan variabel pada fashion
Analisis Jalur involvement (Y2), maka akan mengurangi
Substruktural I : Y1 = 0,601X+0,639 impulse buying sebesar 0,184.
= 0,463X+0,786 Pengaruh Langsung (Dirrect Effect atau DE)
Substruktural II: Y2 = 0,242X+0,382Y1+0,709 1. Pengaruh Variabel Hedonic Shopping
= 0,335X+0,295Y2+0,648 Motivation terhadap Shopping Lifestyle
a. Koefisien regresi varaibel hedonic X → Y1 = 0,601
shopping motivation (β X) = 0,601. 2. Pengaruh Variabel Hedonic Shopping
Koefisien regresi untuk X sebesar 0,601 Motivation terhadap Fashion Involvement
artinya setiap penambahan 1 satuan X → Y2 = 0,463
variabel pada hedonic shopping motivation 3. Pengaruh variabel Hedonic Shopping
(X), maka akan mengurangi shopping Motivation terhadap Impulse Buying
lifestyle sebesar 0,601. X → Y3 = 0,242
4. Pengaruh variabel Shopping Lifestyle
b. Koefisien regresi varaibel hedonic terhadap Impulse Buying
shopping motivation (β X) = 0,463. Y1 → Y3 = 0,382
Koefisien regresi untuk X sebesar 0,463 5. Pengaruh variel Fashion Involvement
artinya setiap penambahan 1 satuan terhadap Impulse Buying
variabel pada hedonic shopping motivation Y2 →Y3 = 0,295
Pengaruh Tidak Langsung
POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI
67
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

1. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation kemampuan keuangan konsumen sendiri agar


terhadap Impulse Buying melalui Shopping diakhirnya konsumen tidak merasakan penyesalan
Lifestyle serta menghindari juga perilaku pemborosan.
X→Y1→Y3 = 0,601 x 0,298 = 0,179098
2. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation
terhadap Impulse Buying melalui Fashion DAFTAR PUSTAKA
Involvement
X→ Y2→ Y3 = 0,463 x 0,184 = 0,085192 Cobb. J.C. & Hoyer W.D., 1986, Planned versus
impulse purchase behaviour. Journal of
SIMPULAN Retalling, 62(4), pp. 384-409
Hasil penelitian menujukkan bahwa Japarianto, E., dan Sugiharto S., 2011, Pengaruh
variabel hedonic shopping motivation memiliki Shopping Life Style dan fashion
pengaruh terhadap shopping lifestyle. Artinya involvement terhadap Impulse Buying
konsumen menjadikan hedonic shopping Masyarakat High Income Surabaya, Jurnal
motivation sebagai ketentuan dalam shopping Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1,
lifestyle tinggi. Variabel hedonic shopping April: pp 32-41.
motivation berpengaruh terhadap fashion Kim, H. 2005 “Konsumer Profiles Of Apparel
involvement. Artinya konsumen di Kabupaten Product Involvement and Values” Journal
Kebumen menjadikan hedonic shopping motivation Of Marketing.
sebagai ketentuan menciptakan fashion Kim, Jiyeon, 2003, College Students’ Apparel
involvement. Hedonic shopping motivation Impulse Behaviors In Relation To Visual
berpengaruh secara langsung terhadap impulse Merchandising, A Thesis Submitted to the
buying. Artinya konsumen menjadikan hedonic Graduate Faculty of The University of
shopping motivation sebagai faktor yang Georgia in Partial.
menciptakan impulse buying. Shopping lifestyle Levy, M., & Weitz, A. B. (2009). Retailing
berpengaruh terhadap impulse buying. Artinya Manajemen.7Ed. New York: Mc Graw
konsumen dengan shopping lifestyle yang tinggi Hill.
menjadikan ketentuan konsumen melakukan Lumintang, F.F. 2013. Pengaruh Hedonic Motives
impulse buying yang tinggi. Fashion involvement Terhadap Impulse Buying Melalui
mempegaruhi impulse buying. Artinya konsumen Browsing dan Shopping Lifestyle Pada
dengan keterlibatan fashion yang cukup tinggi Online Shop. Jurnal Wima. Vol.1 (6).
menjadikan ketentuan konsumen melakukan Prastia, Fita Eka. 2013. Pengaruh Shopping
impulse buying. Lifestyle, Fashion Involvement dan
Hedonic Shopping Value Terhadap Impulse
Saran Buying Behaviour Pelanggan Toko
Untuk meningkatkan impulse buying Elizabeth Surabaya. Jurnal Manajemen
seharusnya peritel online lebih memperhatikan Pemasaran, pp. 1-6.
kualitas produk yang dijual dengan lebih Rook, D.W. Dan Fisher, Robert J. 1995, Normative
memperketat quality cotrol agar para konsumen Influence on Impulse Buying Behavior,
merasa yakin dalam melakukan pembelanjaan tanpa Journal of Consumer Research 22(3): 305-
merasakan adanya penyesalan karena adanya cacat 13.
produk atau yang lain sebab hal tersebut menjadi Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen.
alasan mengapa konsumen terkadang masih Edisi 7. Jakarta: Indeks.
memikirkan akibat. Meningkatkan kenyamanan dan Sekarsari, Larasati Ayu. 2013. Pengaruh
kepercayaan pada konsumen agar konsumen tidak Servicecapes Dan Hedonic Shopping Value
ragu-ragu melakukan belanja online karena Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif
maraknya kasus penipuan pada belanja online dan Pada Konsumen Wanita Di Giant
ketidaksesuain produk dengan iklan yang terkadang Hypermarket Mall Olympic Garden (MOG)
membuat konsumen ragu bahkan takut untuk malang. Jurnal Ekonomi
membeli produk fashion secara online. Bagi Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis.
konsumen dianjurkan untuk lebih melakukan Bandung: Alfabeta.
kontrol sebelum berbelanja seperti halnya lebih Susanti, D. N., & Riptiono, S. (2019). Pengaruh
memperhatikan lagi kualitas produk yang dibeli dan Customer Experience , Utilitarian Benefit
juga harga yang ditawarkan disesuaikan dengan dan Hedonic Benefit Terhadap Intention to

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


68
p-issn : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322

Recommended Melalui Customer


Satisfaction. Matrik: Jurnal Manajemen,
Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 13(2),
194–203.
Utami, C. W., 2010 Manajemen Ritel Strategi dan
Implementasi Operasional Bisnis Ritel
Modern Di Indonesia, Jagakarsa, Jakarta:
Salemba Empat.
Tirmizi, MA. Dkk. 2009. An empirical study of
consumer impulse buying behavior in local
markets. European Journal of Scientific
Research, Vol. 28 No.4, pp.522-532.

POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI


69

Anda mungkin juga menyukai