JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL.9 NO.2 2021 e-issn : 2579-3322
Abstrak
Perkembangan ritel semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku konsumen dalam kegiatan
pembelanjaan terurama secara online. Konsumen sekarang ini tidak hanya berbelanja karena kebutuhan melainkan
berbelanja karena emosional. Penelitian ini secara khusus membahas mengenai konsumen yang berbelanja fashion
secara online pada aplikasi instagram di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying melalui Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement
sebagai mediator.Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dengan alat bantu kuesioner, teeknik pengambilan
sampel dengan non probability dengan jumlah sampel sebanyak 100. Data dianalisis melalui uji validitas, uji
realibilitas, koefisien determinasi, uji t, uji normalitas, uji multikolineritas, uji hetereokedastisitas, uji hipotesis, uji
sobel dan analisis jalur. Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan program SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel hedonic shopping motivationberpengaruh signifikan terhadap shopping lifestyle,
fashion involvementdan impulse buying. Variabel shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh secara
signifikan terhadap impulse buying. Serta shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh sebagai mediator
antara hedonic shopping motivation dan impulse buying.
Kata Kunci: hedonic shopping motivation, shopping lifestyle, fashion involvement dan impulse buying.
harus rajin untuk posting foto dan video supaya berpengaruh pada gaya hidup atau lifestyle.
produknya bisa dilihat oleh para konsumen Banyaknya mode fashion yang bermunculan
meskipun hal ini dapat mengakibatkan membuat konsumen ingin selalu mengikuti
membludaknya komentar dari para konsumen atau perkembangannya.
biasa disebut spamming. Menurut Levy (2009) shopping lifestyle
Proses pembelian impulse buying pada adalah gaya hidup yang mengacu pada bagaimana
orientasi fashion termotivasi oleh versi baru dari seseorang hidup, bagaimana mereka menghabiskan
mode fashion dan citra merek yang memandu waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan,
konsumen ke pengalaman berbelanja hedonis. sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana
Pembelian tidak terencana atau impulse buying mereka tinggal. Cara menghabiskan waktu dan
adalah keputusan pembelian yang dibuat oleh uang ini dimanfaatkan oleh sebagian konsumen
konsumen secara spontan atau seketika setelah untuk melakukan pembelian secara berlebihan yang
melihat barang dagangan (Utami, 2006: 37). salah satunya didorong oleh stimulus-stimulus
Impulse buying bisa terjadi dimana saja dan kapan penawaran menarik yang ditawarkan oleh
saja. Dimana sebenarnya produk tersebut terkadang pengusaha bisnis fashion. Rasa ketergantungan
tidak terpikirkan dalam benak konsumen terhadap dunia fashion yang selalu berubah-ubah,
sebelumnya. Pembelian implusif terjadi ketika membuat sebagian masyarakat menjadi hedon dan
konsumen melihat produk atau merek tertentu, bisa termotivasi untuk selalu memperbaharui gaya
juga karena model yang sedang booming, kemudian fashion sehari-hari dengan melakukan pembelian
konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, yang tidak terencana sebelumnya. Gaya hidup
biasanya karena adanya rangsangan yang menarik adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara
dari toko tersebut. Pembellian implusif, seperti satu orang dengan orang lain. Banyaknya
semua perilaku pembelian, umumnya dipengaruhi kebutuhan akan barang primer dan sekunder
oleh sejumlah faktor pribadi, kronologis, lokasi dan menjadikan konsumen untuk selalu memenuhi
budaya (Utami, 2010:15). setiap kebutuhan dan keinginannya, hal inilah yang
Hadirnya toko online fashion di instagram mendasari terciptanya shopping lifestyle.
ini sangat memfasilitasi konsumen yang memiliki Fashion involovement sendiri adalah
gaya berbelanja secara hedonis, yaitu melakukan tingkat ketertarikan yang diwujudkan dari tingkat
kegiatan belanja untuk medapatkan kesenangan keterlibatan berbagai hal yang berhubungan dengan
tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat pakaian atau perlengkapan yang fashionable
dari produk yang dibeli. Konsumen memiliki alasan (Tirmizi dkk. 2009). Dalam dunia pemasaran
yang dapat mempengaruhinya dimana terkadang fashion, fashion involvement mengacu pada tingkat
kegiatan belanja yang dilakukan oleh konsumen ketertarikan dengan kategori produk fashion.
adalah nilai yang bersifat emosional atau yang Fashion involvement merupakan rasa ketertarikan
dikenal dengan hedonic (hedonis). Gaya hidup konsumen untuk terlibat lebih dalam terhadap
hedonic merupakan gaya hidup yang menjadikan berbagai hal yang berhubungan dengan produk
kenikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan, fashion dan konsumen merasa senang atas
konsumen belanja karena termotivasi oleh keterlibatan tersebut sehingga akhirnya mendorong
keinginan hedonis atau alasan ekonomi, sehingga sifat hedonis dalam pembelian produk fashion.
kesenangan, fantasi dan sosial atau kepuasan Fenomena inilah yang menjadikan peneliti tertarik
emosional. Alasan seseorang memiliki sifat hedonis untuk melihat hal apa saja yang mempengaruhi
diantaranya yaitu banyak kebutuhan yang tidak bisa adanyaimpulse buying serta meneliti lebih jauh lagi
terpenuhi sebelumnya, kemudian setelah kebutuhan mengenai impulse buying atau pembelian tidak
terpenuhi, muncul kebutuhan baru dan terkadang terencana secara online di instagramdi kalangan
kebutuhan tersebut lebih tinggi dari sebelumnya. masyarakat Kabupaten Kebumen.
Motivasi hedonis adalah motivasi konsumen untuk KAJIAN TEORI
berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri Impulse Buying
sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk Menurut Schiffman dan Kanuk (Hag, 2013)
yang dibeli (Utami, dalam Lumintang 2012). menyebutkan bahwa impulse buying merupakan
Motivasi berbelanja hedonis akan tercipta dengan keputusan yang emosional atau menurut desakan
adanya gairah berbelanja seseorang yang mudah hati. Rook & Fisher (1995) mendefinisikan
terpengaruh oleh model terbaru dan berbelanja pembelian impulsif sebagai kecenderungan
menjadi gaya hidup seseorang untuk kebutuhan konsumen untuk membeli secara spontan, sesuai
sehari-hari. Kebutuhan konsumen sehari-hari dengan suasana hati.
Bayley dan Nancarrow (1998) dalam Yistiani perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja
(2012) mengelompokkan pembelian impulsive mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan.
menjadi empat indikator : (1) Pembelian spontan Betty Jackson (2004) mengatakan shopping lifestyle
(2) Pembelian tanpa berpikir akibat, (3) Pembelian merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam
terburu-buru, (4) Pembelian dipengaruhi emosional. berbelanja yang mencerminkan perbedaan status
sosial, Jackson juga mengatakan bahwa “seseorang
Hedonic Shopping Motivation akan rela membeli merek yang disenangi meskipun
Hedonic Shopping Motivation adalah motif orang tersebut tidak punya cukup uang”. Cobb dan
konsumen untuk berbelanja karena berbelanja Hoyer dalam Japarianto (2011) mengemukakan
merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga bahwa untuk mengetahui hubungan Shopping
memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli Lifestyle terhadap Impulse Buying adalah dengan
(Utami, 2010) dalam (Lumintang, 2012). Arnold menggunakan indikator yaitu sebagai berikut : (1)
dan Reynold (2003) menyatakan bahwa hedonic Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan
shopping motivation adalah dorongan berbelanja mengenai produk fashion. (2) Membeli pakaian
karena adanya keinginan untuk merasakan model terbaru ketika melihat di postingan olshop
kesenangan pada saat menelusuri tempat (3) Berbelanja merk yang paling terkenal (4) Yakin
perbelanjaan, menghilangkan stress atau melupakan bahwa merk terkenal yang dibeli terbaik dalam hal
masalah yang dimiliki, dapat berkomunikasi kualiatas (5) Sering membeli berbagai merk
dengan orang lain, dan mempelajari tren serta (produk kategori) dari pada merk yang biasa dibeli.
berbagai pengalaman personal dan sosial lainnya. Fashion Involvement
Konsumen yang hedonis memiliki kecenrungan Fashion involvement didefinisikan Prastia
memiliki kepuasan ketika mereka mendapatkan (2013) sebagai keterlibatan seseorang dengan suatu
manfaat dari produk tersebut (Susanti & Riptiono, produk fashion (aksesoris) karena kebutuhan, nilai
2019). Ketika seseorang merasakan kenikmatan dan ketertarikan seseorang terhadap produk
yang dihasilkan ketika berburu untuk tawar tersebut. Fashion involvement merupakan rasa
menawar, mencari diskon dan promosi lainnya ketertarikan konsumen untuk terlibat lebih dalam
mereka akan berlomba-lomba dalam membeli terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan
barang tersebut jadi akan berhubungan dengan produk fashion dan konsumen merasa senang atas
impulse buying dalam pembelian online store, keterlibatan tersebut sehingga akhirnya mendorong
karena mereka merasa membeli dengan harga sifat hedonis dalam pembelian produk fashion.
murah dengan barang yang banyak. Dalam membuat keputusan pembelian pada fashion
Motivasi berbelanja era digital cenderung involvement di tentukan oleh beberapa faktor yaitu
mengarah pada membeli barang-barang karakteristik konsumen, pengetahuan tentang
berdasarkan pada kesenangan, sehingga fashion dan perilaku pembelian.
menimbulkan pembelian yang sebelumnya tidak Kim (2005) mengemukakan bahwa untuk
direncanakan. Menurut Hausaman, et al dalam mengetahui8 hubungan fashion involvement adalah
Hausman (Sekarsari, 2013 : 5-6) mengidentifkasi dengan menggunakan indikator: (1) Mempunyai
ada enam faktor motivasi berbelanja hedonik, yaitu satu atau lebih pakaian dengan jenis model terbaru
sebagai berikut : (1). Mencari kesenangan baru, (trendy) (2) Fashion adalah suatu hal yang penting
konsumen berbelanja untuk mencari pengalaman yang mendukung aktifitas. (3) Lebih suka apabila
yang menyenangkan. (2) Memuaskan rasa ingin model pakaian yang digunakan berbeda dengan
tahu, konsumen berbelanja untuk memuaskan orang lain. (4) Pakaian menunjukkan karakteristik.
keinginan berbelanja. (3) Pengalaman baru, (5) Dapat mengetahui tentang seseorang dengan
konsumen berbelanja untuk memuaskan keinginan pakaian yang digunakan. (6) Ketika memakai
berbelanja. (4) Bertemu dengan orang lain, pakaian favorit, membuat orang lain tertarik untuk
konsumen berbelanja untuk berinteraksi dengan melihatnya. (7) Mencoba produk fashion terlebih
orang lain. (5) Mencari hiburan, konsumen dahulu sebelum membelinya. (8) Mengetahui
berbelanja untuk menghibur diri. (6) Melupakan adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang
persoalan, konsumen berbelanja untuk lain.
menghilangkan persoalan yang dihadapi.
Shopping Lifestyle
Betty Jackson dalam Sugiyono (2011)
mengatakan shopping lifestyle merupakan ekspresi
tentang lifestyle dalam belanja yang mencerminkan
H2 H5
Fashion Involvement