Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH INFLUENCER INSTAGRAM MARKETING LOKAL TERHADAP

NIAT BELI MASYARAKAT PADA PRODUK ES TELER SULTAN JEMBER

SKRIPSI

Oleh :

ICHWAN ZARKASI BRILLYANO GUNAWAN

NIM : 2020187203P0058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era modern saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi terus
berkembang serta maju dengan pesat. Perkembangan dan kemajuan tersebut salah
satunya diikuti dengan keberadaan internet yang semakin mudah diakses.
Terbukti selama beberapa dekade terakhir, penggunaan dan popularitas sosial
media terus meningkat. Hadirnya era digital menciptakan jaringan internet
terutama teknologi informasi komputer. Terjadinya pergeseran budaya ini
membuat media massa beralih ke media baru atau internet. Sehingga
kemampuan media internet yang canggih ini membuat perubahan besar dalam
dunia komunikasi dan juga informasi. Teknologi ini akan terus bergerak layaknya
arus laut yang terus mengalir ditengah kehidupan manusia. Sehingga tidak ada
pilihan lain kecuali menguasai, dan mengelolah teknologi dengan baik dan
benar supaya dapat bermanfaat.
Peralihan masa teknologi mekanik serta elektro analog ke digital yang
disambut dengan antusias oleh masyarakat, dan pertumbuhan teknologi yang
sangat pesat membuat bermacam kemudahan dapat kita rasakan, bahkan tanpa
terdapat batas lagi. Yang tadinya bertabiat lokal, ini telah bergeser kecakupan
yang lebih luas, hingga global. Kita dapat dengan sangat mudah untuk berbicara,
membeli, serta mengidentifikasi berita dari tempat yang secara geografis sangat
jauh dengan tempat tinggal kita. Serta masih banyak kemudahan yang lain. Jadi,
era digital merupakan suatu zaman ataupun era yang masuk ke dalam tatanan
kehidupan, sehingga sudah mengalihkan hampir seluruh kegiatan untuk
mencukupi kebutuhan melalui teknologi digital. Pada era digital ini pula, dapat
menggeser ke serba yang canggih, baik untuk komunikasi, mendapatkan
informasi, untuk pendidikan, dan untuk pekerjaan, bahkan era digital juga
berdampak yang sangat besar terhadap perekonomian baik dunia maupun
Indonesia.
Demikian pula dengan pengguna internet di Indonesia pada Januari 2020,
yang mengalami kenaikan 17% semenjak Januari 2019, atau kurang lebih 25 juta
jiwa (Kemp, 2020). Adanya kemudahan tersebut membuat internet juga
digunakan sebagai media interaksi. Interaksi aktif antar individu maupun
komunitas menggunakan teknologi berbasis seluler dan web melalui platform
untuk berbagi informasi, berdiskusi, menciptakan dan atau memodifikasi konten,
disebut sebagai media sosial. Media sosial memiliki relevansi dengan industri
kuliner yang padat informasi dan membuat pecinta kuliner meninggalkan cara-
cara tradisional atau konvensional. Pecinta kuliner memanfaatkan media sosial
untuk mencari informasi seputar tempat kuliner baru. Fenomena tersebut
merupakan tantangan bagi para pelaku kuliner (pemilik usaha kuliner, dan
konsumen). Para pelaku kuliner harus mampu beradaptasi agar tidak kehilangan
pelanggan dan dapat menarik pelanggan baru. Pelaku kuliner dapat
memanfaatkan media sosial sebagai strategi pemasaran baru yang lebih
informatif, interaktif, dan memiliki keterikatan dengan pelanggan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan penulis menemukan beberapa
permasalahan diantaranya perkembangan teknologi di bidang pemasaran suatu
produk, kurangnya niat beli masyarakat terhadap suatu produk, dan pemasaran
yang tidak konsisten dan terkesan monoton, maka dari itu penulis melakukan
penelitian inovasi strategi pemasaran terhadap suatu produk yang
memaksimalkan penggunaan media sosial. Salah satu pembahasan mengenai
strategi pemasaran melalui media sosial adalah Instagram marketing.
Instagram marketing merupakan bentuk pemasaran baru yang berfokus pada
target individu (Forbes, 2016). Social media Instagram sendiri mewakili bentuk
baru dari third-party endorsers yang membuat konten sebagai bentuk promosi
dari sebuah produk (Freberg et al., 2011). Konten yang dibuat dapat melalui
Instagram, YouTube, Twitter, maupun Facebook. Social media Instagram
digambarkan sebagai sebuah fenomena. Pemasaran tradisional akan menargetkan
sebagian besar khalayak, sedangkan social media Instagram justru menargetkan
audience tertentu yang tidak seperti pada umumnya. Hal tersebut merupakan
alasan social media Instagram mempromosikan konten yang dibuat pada
kehidupan sehari-harinya, sehingga terasa nyata dan memiliki keterkaitan dengan
konsumen. Tidaklah heran dengan adanya social media Instagram seolah ada
ikatan hubungan yang kuat antara konsumen dengan produknya (Glucksman,
2017). Ewers (2017) mengkategorikan Instagram ke dalam dua tipe, yaitu
celebrity dan micro-celebrity. Celebrity adalah seseorang yang sudah terkenal
lebih dahulu melalui media televisi dan sudah memiliki basis penggemar yang
besar, sedangkan micro-celebrity merupakan sebutan bagi seseorang yang
muncul melalui media sosial, berasal dari berbagai macam latar belakang, tidak
memiliki kepopuleran sebelumnya melalui media televisi, serta memiliki basis
penggemar yang tidak sebesar celebrity (Sutriono & Haryatmoko, 2018).
Instagram menjadi salah satu sorotan pada konteks media sosial.
Instagram secara operasional merupakan pengaruh pada perilaku online saat
seseorang melakukan beragam cara untuk meningkatkan keterkenalannya
diinternet denggan memanfaatkan teknologi misalnya video, blog, dan situs

jejaring sosial lainnya Ryan dan Jones pada lidyawati mengatakan bahwa
digital Instagram adalah orang yang mempunyai pengaruh yang besar disosial
media. Pengguna akun ini berpengaruh sudah memiliki kepercayaan dari
pengikut online-nya dan pendapat mereka bisa memiliki pengaruh luar biasa
untuk reputasi online, termasuk bagi produk atau juga brand.
Konsep dari pemasarannya Instagram mendeskripsikan suatu produk atau
brand buatan penjual dan menyebar luaskan kepada khalayak ramai melalui

media sosial. Instagram membuat postingan di media sosial pribadi, dilihat


dari banyak nya follower yang melakukan engagement pada postingan mereka
seperti like, share, retweet, comment, klik, pada link atau URL dari promosi
tersebut. Hingga Instagram memberikan komunikasi yang baik dengan
followersnya dan mempunyai reputasi yang pantas dengan produk yang
dipromosikan. Jumlah follower dari Instagram inilah yang dapat
membuat reach tinggi. Namun, terpenting untuk mengetahui penggemar
mana yang cocok dengan tujuan dari suatu brand. Datangnya bermacam
selebritas online ini bisa dilihat dengan kejadian baru tentang pengaruh mereka
terhadap konteks sosial budaya periklanan dalah bentuk memeperkenalkan dan
memaparkan nonpribadi atas ide, jasa ataupun barang yang telah dibayar oleh
sponsor. Daya tarik iklan merupakan suatu hal yang dapat menggerakan orang,
menjelaskan keinginan maupun kebutuhan mereka, serta menumbuhkan
ketertarikan untuk yang melihat ataupun yang mendengarkan.
Penggunaan Instagram bisa mempengaruhi sikap para pelanggan pada
produk yang dipromosikannya. Instagram merupakan media sosial yang terkenal
sekarang yang dimanfaatkan para pelaku bisnis untuk memperkenalkan produk
jualannya. Sebab basisnya Instagram adalah media sosial yang mempunyai

manfaat sebagai membagikan foto kepada followers. Pelaku bisnis


memanfaatkan Instagram sebagai ajang media promosi di Instagram yang
sering disebut celebrity endorsement di Instagram, dimana Instagram atau
selebriti Instagram ini dijadikan seperti brand ambassador baik dikontrak lama
atau sementara oleh online shop.
Burn, Inc. yang dimiliki oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger,
merupakan perusahaan vendor aplikasi untuk telepon genggam yang mengawali
lahirnya Instagram pada tahun 2010 (Dewi, 2018). Instagram yang pada mulanya
merupakan jejaring sosial untuk berbagi foto dan video, kini juga digunakan
untuk memasarkan produk, baik oleh pemasang iklan maupun Instagram. Data
internal Instagram tahun 2018 menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 miliar
akun Instagram di seluruh dunia aktif setiap bulan, serta 90% akun di Instagram
yang mengikuti pelaku bisnis (Instagram, 2020). Instagram menduduki peringkat
ke empat di Indonesia sebagai platform media sosial yang paling banyak
digunakan (Kemp, 2020).
Instagram juga hadir secara khusus untuk mendukung keberlangsungan
bisnis para pelaku usaha. Terbukti dengan hadirnya layanan akun khusus bisnis
(business account). Melalui akun bisnis tersebut konsumen akan lebih mudah
menghubungi pemilik bisnis, melihat dan memilih produk, hingga melakukan
transaksi pembayaran. Para pelaku bisnis juga dapat dengan mudah membuat
profil bisnis dan iklan yang menarik serta interaktif.
Pada era ini, banyak upaya yang bisa dilakukan pelaku bisnis untuk
memperkenalkan produk/jasa mereka. Salah satunya yang sering orang sadari
bahwa teknologi seperti Instagram yang sangat tepat. Pengguna internet yang
kerap tertarik pada bahasa visual menjadikan Instagram lebih cocok, sebab
difokuskan pada foto atau video sebagai keistimewaannya ketimbang dengan
sosial media lainnya. Gaya promosi ini dapat menggunakan media sosial
Instagram yang membuat menjadi unik serta variatif. Dengan melihat rangkaian
foto atau video yang dibuat dengan estetik serta dapat mencuri perhatian.
Berdasarkan inilah penerapan promosipun bisa diterapkan. Gunanya adalah
sebagai memproleh jumlah pengikut atau followers yang cukup banyak.
Saat pengguna akun mempunyai banyak followers, secara otomatis ia
pasti akan memiliki relasi yang mampu menarik minat dari beberapa vendor
untuk bekerja sama dalam memasang iklan di akun Instagram mereka. Selain
mempunyai followers yang banyak Instagram yang dapat dijadikan media
promosi yang harus kreatif dalam mengelola foto serta video yang menarik.
Sehingga memiliki nilai jual untuk menarik pelaku bisnis untuk bekerja sama.
Pengaruh Instagram terhadap minat membeli juga diteliti oleh (Carissa &
Aruman ,2017), (Hatta & Adrenanus,2019), serta (Wardhani.2020). Hasil
penelitian (Carissa & Aruman,2017) menyatakan bahwa sales promotion dan
Instagram marketing mempengaruhi peningkatan minat membeli, tetapi sales
promotion lebih besar pengaruhnya dibanding Instagram marketing. Sedangkan
hasil penelitian (Hatta & Adrenanus, 2019) menyatakan bahwa penggunaan
Instagram tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat
pembelian ulang. Penelitian (Wardhani, 2020) menyatakan bahwa viral
marketing dan content marketing berpengaruh terhadap purchase intention
generasi milenial, sedangkan Instagram markerting tidak berpengaruh.
(De Veirman, Cauberghe, & Hudders, 2017) meneliti dampak pemasaran
melalui Instagram di Instagram, khususnya terhadap jumlah follower dan
product divergence. Temuan pertama dari penelitian tersebut adalah Instagram
dengan jumlah follower yang tinggi akan tinggi pula jumlah like yang didapat.
Temuan kedua menyatakan bahwa produk yang berbeda dari kebanyakan lebih
cocok dipromosikan melalui Instagram dengan jumlah follower yang lebih
sedikit. Produk akan dianggap unik dan eksklusif karena tidak banyak orang yang
mengetahui atau menyukai. (Ewers, 2017) melakukan investigasi bagaimana
Instagram, sponsorship disclosure, dan product placement dapat mempengaruhi
konsumen. Diperoleh hasil bahwa niat membeli oleh konsumen lebih tinggi
apabila produk dipasarkan oleh celebrity dibandingkan oleh micro-celebrity.
(Rebelo, 2017) meneliti bagaimana kredibilitas Instagram di Instagram dapat
dirasakan oleh konsumen dan berdampak pada niat konsumen untuk membeli
produk yang ditawarkan.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh influencer Instagram Marketing Lokal
Terhadap Niat Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: Adakah “Pengaruh Influencer Instagram Marketing Lokal Terhadap
Niat Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah peneliti
menetapkan batasan masalah, yaitu masalah hanya dibatasi pada Pengaruh
Instagram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli Masyarakat Jember untuk
produk minuman dengan merk Es Teler Sultan Jember.

1.4 Definisi Operasional


1. Instagram marketing merupakan jasa yang ditawarkan oleh Instagram online
untuk memasarkan produk atau layanan sebuah bisnis. Seorang Instagram
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi calon pembeli produk atau layanan
dengan mempromosikan atau merekomendasikannya di media sosial.
2. Niat beli dapat diartikan sebagai keinginan yang dimiliki oleh seseorang untuk
membeli yang merupakan proses menuju kearah tindakan pembelian yang
dilakukan oleh seorang konsumen terhadap suatu produk.

1.5 Tujuan Penelitian


Untuk Mengetahui Pengaruh Influencer Instagram Marketing Lokal
Terhadap Niat Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Startup
Membantu para startup meningkatkan nilai jual produknya terhadap niat beli
masyarakat.
b. Pelaku Usaha
Membantu para pelaku usaha yang belum melek teknologi, khususnya dalam
memasarkan produk melalui teknologi digital.
c. Penliti lain
Sebagai bahan reverensi terutama yang berkaitan tentang Instagram marketing
dan niat beli masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Sosial


Media sosial menurut Keller & Kotler adalah sebuah sarana bagi
konsumen untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan informasi teks,
gambar, video, dan audio antara satu konsumen dengan konsumen lainnya serta
bagi perusahaan maupun sebaliknya. Selain itu, media sosial telah menjadi
sebuah platform media online dimana para pengguna atau konsumen dapat
melakukan kegiatan information exchanging melalui media sosial (Keller &
Kotler, 2016, p. 268) Selain itu, menurut Van Dijk (2013) yang dikutip oleh
Nasrullah dalam bukunya yang berjudul “Media Sosial”, bahwa media sosial
merupakan platform media yang terfokus pada pengguna dan menyediakan
fasilitas bagi penggunanya untuk melakukan berbagai aktivitas atau kolaborasi.
Oleh karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai media online yang
memfasilitasi serta menguatkan hubungan antar pengguna (Nasrullah, 2015, p.
11).
Media sosial telah menjadi lahan untuk meningkatkan performa dan
profit di waktu yang bersamaan serta memperluas ekspansi bisnis, hal ini
dikarenakan semakin banyaknya pengguna internet. Media sosial telah
mengubah cara konsumen melakukan kegiatan interaksi dengan apa yang
mereka lihat di platform tersebut dan bagaimana sebuah bisnis memasarkan
produk atau jasa yang ditawarkan.
2.2 Instagram
Instagram adalah layanan jejaring sosial untuk berbagi foto yang
mengalami peningkatan pengguna hingga saat ini (Lee et al., 2015). Instagram
menurut Atmoko (2012) merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk
mengambil foto dan dapat diubah dengan berbagai efek, kemudian dibagikan ke
berbagai layanan media sosial. Pada mulanya Instagram memiliki beberapa fitur
seperti Home Page, Comments, Explore, Profile, dan News Feed (Atmoko,
2012). Saat ini fitur Instagram terdiri dari :
a. Home Page
Menampilkan timeline stories dan foto feed terbaru dari pengguna yang
diikuti. Melihat foto feed terbaru dilakukan dengan menggeser layar dari
bawah ke atas, sedangkan untuk melihat stories terbaru dilakukan dengan
menggeser layar dari kanan ke kiri pada bagian timeline stories tersebut.
b. Search & Explore
Menampilkan foto dan video yang paling banyak disukai para pengguna
Instagram. Kedua konten tersebut juga dapat dicari berdasarkan beberapa
kategori, seperti IGTV, Shop, Nature, TV & Movie, Auto, Gaming, Food,
Animals, Science & Tech, Decor, Travel, Style, Music, dan Comics. Fitur
Search & Explore juga digunakan untuk mencari akun Instagram atau
konten berdasarkan kepopulerannya, Hashtags, atau Places.
c. Add Post Feed
Fitur untuk mengunggah foto atau video yang akan muncul pada
halaman Profile Instagram pemilik akun. Foto atau video yang diunggah
dapat diambil dari galeri yang ada di telepon pintar pengguna ataupun dari
kamera pengguna.
d. Like & Comments
Berisi pemberitahuan aktivitas pengguna yang menyukai dan
berkomentar pada konten Instagram pemilik akun. Fitur tersebut juga berisi
pemberitahuan siapa saja yang mulai mengikuti Instagram pemilik akun,
serta siapa saja yang menyebut nama Instagram pemilik akun pada sebuah
kolom komentar di Instagram pengguna lain.
e. Profile
Berisi informasi pemilik akun, jumlah Posts, jumlah Followers, dan
jumlah Following. Halaman Profile juga menampilkan Highlights (Stories
yang disimpan dan diberi cover serta judul cover), serta foto dan video yang
diunggah. Pada halaman Profile juga ditampilkan foto dan video yang
diunggah pengguna lain, yang menyertakan nama Instagram pemilik akun.
f. Stories.
Unggahan foto atau video yang dapat diberi tambahan berbagai efek.
Foto dapat diunggah dalam fitur normal maupun Layout. Video juga dapat
diunggah dalam fitur Live, Boomerang, maupun Superzoom. Stories juga
dapat diunggah dengan beberapa cara, yaitu :
1. Membuat tulisan
2. Memberikan ucapan ulang tahun dengan menyebutkan nama Instagram
pengguna yang dimaksud sehingga muncul konten atau Stories yang
menyertakan namanya;
3. Menambahkan GIF sebagai latar belakang;
4. Menambahkan berbagai Templates;
5. Mengunggah kembali Stories dari pengguna lain yang menyebut nama
Instagram pemilik akun;
6. Mengunggah kembali Stories milik pribadi dari masa satu tahun atau
dua tahun yang lalu pada hari itu;
7. Membuat poling dengan dua pilihan;
8. Mempersilahkan pengguna lain untuk menanyakan sesuatu atau
pemilik akun menanyakan sesuatu untuk dijawab pengguna lain;
9. Melakukan perhitungan mundur untuk sebuah even;
10. Memberikan kuis kepada pengguna dengan dua pilihan jawaban.
Unggahan Stories tersebut dapat muncul pada timeline selama 24 jam apabila
tidak dihapus oleh pemilik akun. Setelah 24 jam Stories akan otomatis
menghilang dari timeline.
g. Direct Message
Menampilkan pesan yang dikirim pengguna lain. Pesan tersebut bersifat
pribadi, hanya dapat dilihat dan dibalas oleh pemilik akun.

2.3 Influencer
Influencer menggambarkan jenis baru dari sebuah kebebasan, pihak
ketiga yang membentuk perilaku audience lewat blog, tweet, dan penggunaan
media sosial lainnya (Freberg et al., 2011). Influencer membuat konten untuk
memasarkan merek tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan follower dan
pengakuan terhadap merek tersebut (Glucksman, 2017). Ewers (2017)
mengkategorikan influencer ke dalam dua tipe, yaitu celebrity dan micro-
celebrity. Celebrity adalah seseorang yang sudah terkenal lebih dahulu melalui
media televisi dan sudah memiliki basis penggemar yang besar, sedangkan
micro-celebrity merupakan sebutan bagi seseorang yang muncul melalui media
sosial, berasal dari berbagai macam latar belakang, tidak memiliki kepopuleran
sebelumnya melalui media televisi, serta memiliki basis penggemar yang tidak
sebesar celebrity (Sutriono & Haryatmoko, 2018). Menurut Oddie Randa, Chief
Operations Officer Gushcloud Marketing Group, dalam Hestianingsih (2019),
ada empat jenis influencer berdasarkan jumlah follower.
Nano influencer adalah jenis influencer yang pertama dengan jumlah
follower di bawah 20.000. Micro influencer adalah jenis yang kedua dengan
jumlah follower 20.000 hingga 100.000. Macro influencer adalah jenis
influencer ketiga dengan jumlah follower di atas 100.000. Sedangkan influencer
dengan jumlah follower lebih dari 1 juta dapat disebut sebagai premium
influencer atau celebrity.

2.4 Kategori Influencer


Penggunaan influencer dalam melakukan kegiatan pemasaran
merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mendapatkan
calon pembeli maupun pembeli tetap (Ismail, 2018). Influencer terbagi menjadi
3 kategori yang dibagi sesuai dengan jumlah follower yang mereka miliki, di
antaranya:
a. Micro Influencer
Seorang micro influencer adalah influencer yang memiliki jumlah
followers dalam kisaran antara 1.000 hingga 100.000. Micro influencer
juga biasanya dikenal dengan seseorang yang memiliki ahli dalam
sebuah bidang, seperti seorang industry expert atau beauty expert.
b. Macro Influencer
c. Macro influencer berada satu tingkat di atas micro influencer. Mereka
memiliki jumlah followers pada kisaran antara 100.000- 1.000.000
followers. Macro Influencer kebanyakan berasal dari kalangan blogger
atau vlogger.
i. Mega Influencer
d. Mega influencer dikategorikan jenis influencer tertinggi. Jenis
influencer ini adalah mereka yang memiliki lebih dari 1.000.000
followers. Biasanya berasal dari kalangan artis, youtuber, atau
selebgram.
2.4.1 Influencer marketing
Seiring berkembangnya dunia digital terutama dalam aspek pemasaran,
Influencer marketing menjadi salah satu tren yang sering dilakukan oleh para
pebisnis dalam melakukan kegiatan pemasaran. Influencer marketing sendiri
adalah salah satu contoh strategi marketing yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atau brand untuk mempromosikan produk dan jasa yang ditawarkan.
Influencer diartikan oleh Nick Hayes sebagai seseorang atau pihak ketiga yang
mampu dan mungkin memiliki tanggung jawab dalam membentuk keputusan
pembelian pelanggan secara signifikan (Hayes & Brown, 2008). Pengertian lain
yang dikemukakan oleh Brown & Fiorella, Influencer adalah seseorang yang
biasanya bukan atau belum menjadi pelanggan dan diberikan insentif untuk
merekomendasikan dan membuat konten tentang merek atau spesifik produk
melalui platform mereka (Brown & Fiorella, 2013).
Influencer marketing menurut Nick Hayes adalah pendekatan strategi
pemasaran terbaru dan pembentukkan hubungan dengan masyarakat yang
menjadi target dari prospek suatu perusahaan untuk dipaparkan informasi
tertentu. Hal ini dapat membantu membangkitkan kesadaran dan mempengaruhi
keputusan pembelian calon pelanggan yang memang sedang mencari serta
menghargai keahlian dari seorang Influencer (Hayes & Brown, 2008).
Berdasarkan pengertian tersebut, Influencer marketing berarti suatu
pendekatan pemasaran yang diperbarui untuk memasarkan produk atau jasa
tertentu dan hubungan masyarakat dengan menargetkan orang-orang yang
menjadi prospek calon pelanggan untuk dipaparkan informasi mengenai produk
tersebut. Para Influencer ini juga membantu membangkitkan kesadaran dan
mempengaruhi keputusan pembelian calon konsumen yang sedang mencari
serta menghargai keahlian dari Influencer tersebut.
Dalam melakukan kegiatan Influencer marketing, tentu dibutuhkan
seorang Influencer yang merupakan seseorang yang mampu memberikan
pengaruh kepada orang lain untuk melakukan suatu tindakan atau action
making. Biasanya, seorang Influencer berada di kalangan artis, selebgram,
public figure, maupun orang biasa yang memiliki jumlah followers yang
terbilang banyak. Tidak hanya memiliki jumlah followers yang banyak,
Influencer juga mendapatkan kepercayaan dari followers mereka. Oleh karena
itu, produk atau jasa yang dipasarkan oleh seorang Influencer dapat
mempengaruhi followers mereka untuk melakukan riset mengenai produk atau
jasa tersebut hingga melakukan action pembelian.

2.5 Niat Beli


2.5.1 Konsep Niat Beli
Niat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap
mengkonsumsi. Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk
bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Dengan kata
lain, niat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian
yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Niat merupakan salah satu aspek psikologis yang memiliki pengaruh
cukup besar terhadap sikap perilaku. Niat juga dapat menjadi sumber motivasi
yang akan mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau
Tindakan (Schiffman & Kanuk, 2008). Niat beli merupakan aktivitas psikis
yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap
suatu barang atau jasa yang diinginkan. Niat beli dapat diartikan sebagai suatu
sikap senang terhadap suatu objek yang membuat individu berusaha untuk
mendapatkan objek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau
pengorbanan (Schiffman & Kanuk, 2008). Menurut (Simamora,2003), niat
adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungandengan sikap, individu yang
berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk
melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek
tersebut.
Menurut (Shah et al.,2012) mendifinisikan niat pembelian sebagai
perilaku kognitif terkait dengan niat untuk membeli merek tertentu.
Berdasarkan definisi operasional, niat membeli merupakan keinginan konsumen
untuk membeli suatu produk (Arifani & Haryanto, 2018). Meskaran et al,
(2013) mendefinisikan niat pembelian secara online merupakan kesiapan
konsumen untuk membeli melauli internet. Niat pembelian secara online juga
didefinisikan sebagai kesediaan konsumen untuk membeli barang atau jasa,
ataupun membandingkan harga produk dengan menggunakan layanan internet
(Iqbal et al, 2012).
Niat beli yaitu timbulnya Hasrat atau niat konsumen untuk membeli
produk. Niat beli timbul setelah konsumen menerima stimulus dari sesuatu yang
dilihat. Pada saat konsumen memasuki sebuah toko tersebut, saat itulah
perhatian, ketertarikan, keingintahuan bahkan keinginan untuk mencoba dan
kemudian ingin membeli produk tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa niat beli adalah
suatu pemutusan perhatian individu terhadap suatu barang yang disertai dengan
perasaan senang terhadap barang tersebut, sehingga niat tersebut menimbulkan
keinginan dan kemudian timbul perasaan yang meyakinkan individu bahwa
barang tersebut memiliki manfaat dan individu tersebut ingin memiliki berang
tersebut dengan cara membelinya.

Menurut Pradhana (2016) mengatakan bahwa dalam konteks pemasaran


influencer, sesuai dengan literatur sebelumnya menunjukan sikap konsumen
terhadap suatu merek tertentu secara langsung mempengaruhi nita pembelian
konsumen. Electronic-word of mouth (E-WOM) akan menjadi lebih efektif
apabila dibuat atau dihasilkan dari orang-orang yang sudah dikenali dan
memiliki pengaruh yan kuat pada niat beli kosumen secara online (Erkan &
Evans, 2018). Kudeshia dan Kumar (2017) juga mengatakan bahwa kuantitas
(E-WOM) dapat mempengaruhi niat beli konsumen.

2.5.2 Tahap proses keputusan pembelian


Menurut Kolter (2016) dalam bukunya yang berjudul “A Framework
Marketing Management” terdapat lima tahap proses keputusan pembelian yaitu:
a. Pengenalan masalah
Awal proses pembelian terjadi pada saat pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan yang disebabkan oleh rangsangan dari internal atau eksternal. Salah
satu rangsangan internal yang dialami oleh pembeli adalah kebutuhan normal
setiap manusia yaitu rasa lapar atau haus yang nantinya akan naik ke tingkat
ambang batas dan akan menjadi pendorong. Rangsangan eksternal juga dapat
menjadi kebutuhan bagi konsumen pada saat mereka melihat iklan.
b. Pencarian Informasi
Terdapat dua tingkat keterlibatan dalam pencarian informasi, yaitu
heightened attention dan active information search. Heightened attention
merupakan status pencarian yang lebih ringan, dimana seseorang menjadi lebih
reseptif terhadap informasi yang terkait dengan suatu produk. Pada tingkat
yanga lebih tinggi, seseorang tersebut memsauki tahap active information
search, dimana seseorang tersebut mencari bahan bacaan, bertanya kepada
teman, going online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari tentang produk.
Pada saat konsumen mengumpulkan informasi, mereka juga belajar tentang
merek yang bersaing beserta dengan fitur – fiturnya.
c. Evaluasi alternatif
Ada beberapa proses konsumen memproses informasi merek yang
kompetitif dan membuat penilaian akhir sebagian besar secara sadar dan
rasional. Berikut merupakan konsep dasar untuk memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen pasti akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Kedua, konsumen akan mencari keuntungan tertentu.
Ketiga, konsumen akan melihat setiap produk sbagai kumpulan atribut beserta
dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya supaya dapat bermanfaat.
Dalam tahap evaluasi, terdapat dua faktor umum yang dapat mengintervensi
antara niat membeli dan keputsan pembelian konsumen pada saat mereka
membentuk evaluasi merek. Faktor pertama adalah sikap dari orang lain
tergantung pada intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif pilihan
kita dan motivasi kita untuk dapat memenuhi keinginan dari orang lain. Faktor
kedua adalah faktor situasional yang tidak terduga kemungkinan akan muncul
untuk dapat mengubah niat pembelian. Dalam perilaku pembelian preferensi
dan niat beli bukan merupakan perictor yang sepenuhnya dapat diandalkan.
d. Keputusan pembelian
Satu atau beberapa jenis presepsi resiko sangat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk mengubah, menunda, atau menhindari keputusan pembelian.
Contohnya, risiko fungsional yang mengharuskan produk tidak dapat berfungsi
sesuai dengan harapan dan risiko sosial yang dapat menyababkan rasa malu
didepan orang lain. Tingkat presepsi risiko dapat bervariasi, sesuai dengan
jumlah uang yang dipertaruhkan, jumlah ketidakpastian atribut dan tingkat
kepercayaan diri dari konsumen. Maka dari itu, pemasar harus dapat
memahami faktor – faktor apa saja yang dapat berisiko bagi konsumen dan
memberikan informasi serta dukungan untuk dapat menguranginya.
e. Perilaku pascapembelian
Setelah melakukan pembelian, kemungkinan konsumen akan mengalami
disonansi. Hal ini dikarenakan konsumen tersebut memperhatikan fitur – fitur
tertentu yang dapat mengganggu mereka atau mendengar hal – hal tentang
merek lain yang lebih menyenangkan sehingga konsumen akan merasa
waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Maka dari itu,
pemasar harus dapat memantau kepuasan, tindakan, serta penggunaan dan
pembuangan produk yang dilakukan oleh konsumen pasca pembelian.
Konsumen yang merasa puas atas suatu produk tertentu pasti akan cenderung
untuk membeli kembali produk tersebut dan akan mengatkan kepada orang
lain hal – hal yang baik terkait merek tersebut.
Tetapi, apabila konsumen merasa tidak puas dengan suatu produk, maka
mereka dapat meninggalkan atau mengembalikan produk, mengambil tindakan
public dengan cara mengeluh pada perusahaan ataupun mengeluh kepada
orang lain secara online, serta dapat mengambil tindakan pribadi yaitu dengan
tidak membeli kembali produk dan memperingatkan orang lain untuk tidak
membeli produk tersebut. Komunikasi pascapembelian sangat penting
untuk dapat diperhatikan, karena hal tersebut telah terbukti meminimalisir
pengembalian produk dan pembatalan pesanan.

2.6 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Peneliltian Terdahulu
No Nama Judul Skripsi/Jurnal Metode Hasil Skripsi
Peneliti
&
Tahun
1 Munandar Pengaruh harga, celebrity Kuantitatif Harga adalah variabel yang
& Chadafi endorser, kepercayaan, paling berpengaruh,
(2016) dan psikologi terhadap dibandingkan dengan
keputusan pembelian celebrity endorser.
online shop di media
sosial Instagram
2 Putra et al. Celebrity endorser pada Kualitatif Celebrity endorser
(2018) jejaring sosial Instagram berpengaruh positif &
untuk menarik minat signifikan terhadap minat
pembelian calon konsumen untuk membeli
konsumen produk yang dipasarkan,
sepanjang memiliki ketiga
variabel, yaitu : trustworthy,
attractive, expertise.
3 Indrawati Efektivitas Iklan Melalui Kualitatif Hasil dari penelitian ini
et al. Media Sosial Facebook menunjukan iklan Krisna
(2017) dan Instagram Sebagai Oleh- Oleh Khas Bali pada
Salah Satu Strategi media sosial Facebook dan
Pemasaran di Krisna Instagram menunjukan iklan
Oleh-Oleh Khas Bali tersebut efektif digunakan
sebagai media promosi.
4 Dewi Pengaruh Iklan Online Kuantitaif Hasil dari pengolahan data
(2018) Melalui Instagram dari ketiga faktor, yaitu
Terhadap Keputusan attitude towards the
Pembelian Bagi advertising, ad recall, dan
Peningkatan Penjualan click throught rates,
Produk Kuliner Lokal memiliki pengaruh secara
simultan dan parsial terhadap
keputusan pembelian. Faktor
ad recall adalaj faktor yang
paling dominan, dan faktor
click throught rates adalah
faktor yang pengaruhnya
paling kecil.
5 Carissa & Pengaruh Sales Promotion Kuantitaif Kontribusi dari sales
Aruman dan Influencer Marketing promotion dan influencer
(2017) Terhadap Minat Membeli marketing secara simultan
dalam Mobile Legends terhadap minat membeli
adalah 32.3%, sedangkan
67.7% sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain. Besarnya
pengaruh sales promotion
secara simultan lebih besar
dibandingkan pengaruh
influencer. Kesimpulan
secara keseluruhan adalah
terdapat peningkatan minat
membeli yang dipengaruhi
oleh sales promotion dan
influencer marketing.
6 Hatta & Pengaruh Influencer, Kuantitaif Hasil menunjukan bahwa
Adrenanus Membership Program, penggunaan influencer tidak
(2019) dan Instagram Ads memiliki pengaruh positif
Terhadap Minat dan signifikan terhadap
Pembelian Ulang minat pembelian ulang.
Customer Brand Coach . Disimpulkan bahwa
(Studi Kasus Coach , influencer yang tepat, baik
Plaza Senayan) itu dari segi usia, latar
belakang, ataupun profesi
yang melekat di influencer,
sangat berpengaruh terhadap
minat pembelian ulang
customer Coach.
7 Wardhani Pengaruh Content Kuantitaif Content marketing dan
(2020) Marketing dan Influencer influencer marketing
Terhadap Purchase berpengaruh terhadap viral
Intention Generasi marketing. Viral marketing
Milenial dalam dan content marketing
Menggunakan Layanan berpengaruh terhadap
Jasa Bank Syariah dengan purchase intention generasi
Viral Marketing sebagai milenial. Sedangkan
Variabel Intervening di influencer markerting tidak
Era 4.0 (Studi Kasus pada berpengaruh terhadap
Generasi Milenial purchase intention generasi
Yogyakarta) milenial.

2.7 Kerangka Berpikir


Kerangka pemikiran merupakan suatu alur pikir peneliti sebagai dasar-
dasar pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang menjadi latar belakang dari
penelitian ini. Maksud dari kerangka berpikir sendiri adalah supaya
terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas dan dapat diterima secara akal
(Sugiyono, 2017: 92). Sebuah kerangka pemikiran bukanlah sekedar
sekumpulan informasi yang di dapat dari berbagai sumber-sumber, atau juga
bukan sekedar sebuah pemahaman.
Tetapi, kerangka pemikiran membutuhkan lebih dari sekedar data-data
atau informasi yang relevan dengan sebuah penelitian, dalam kerangka
pemikiran dibutuhkan sebuah pemahaman yang didapat peniliti dari hasil
pencarian sumber- sumber, dan kemudian di terapkan dalam sebuah
kerangka pemikiran. Pemahaman dalam sebuah kerangka pemikiran akan
melandasi pemahaman- pemahaman lain yang telah tercipta terlebih dahulu.
Kerangka pemikiran ini akhirnya akan menjadi pemahaman yang mendasar dan
menjadi pondasi bagi setiap pemikiran lainnya.
Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan di atas, maka tergambar
beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam
mengaplikasikan penelitian ini. Kerangka pemikiran teoritis di atas
akan diterapkan dalam kerangka konseptual sesuai dengan penelitian yang akan
diteliti yaitu “Pengaruh Influencer Instgram Marketing Lokal Terhadap Niat
Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”. Influencer adalah
seseorang yang biasanya bukan atau belum menjadi pelanggan dan diberikan
insentif untuk merekomendasikan dan membuat konten tentang merek atau
spesifik produk melalui platform mereka (Brown & Fiorella, 2013). Sedangkan
niat beli dapat diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu objek yang
membuat individu berusaha untuk mendapatkan objek tersebut dengan cara
membayarnya dengan uang atau pengorbanan (Schiffman & Kanuk, 2008),
maka permasalahan yang ingin penulis lihat penelitian ini yaitu, adanya
“Pengaruh Influencer Instgram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli
Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”, dan penulis menggambarkan
kerangka berpikir sebagai berikut;
Influencer Marketing Niat Beli
(X) (Y)

Gambar 2.1
“Pengaruh Influencer Instgram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli
Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”

2.8 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara dari rumusan
masalah dapat dinyatakan sebagai berikut :
H 0: Tidak ada Pengaruh Influencer Instagram Marketing Lokal Terhadap Niat
Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember.
H 1: Ada Pengaruh Influencer Instagram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli
Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


a. Pendekatan Penlitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka
teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan
yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penolakan
dalam bentuk dokumen data empiris lapangan (Ahmad Tanzeh,2009).
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistic,
menaksir dan meramalkan hasilnya. Desain penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang
mungkin sebelumnya. Desain bersifat spesifik dan detail karena desain
merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya
(Ahmad Tanzeh,2009).
Alasan dipilihnya jenis penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui
“Pengaruh Influencer Instgram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli
Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan Jember”. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel bebas X (Influencer Marketing) terhadap Y (Niat
Beli).
b. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah “metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya" (Sukardi, 2007).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling sederhana,
dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain karena dalam penelitian ini
peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang diteliti.
Ini artinya bahwa dalam penelitian, peneliti tidak mengubah, menambah, atau
mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dan jenis dari
penelitian diskriptif yang peneliti gunakan adalah penelitian korelasi sebab
akibat dimana peneliti bermaksud untuk mengetahui “Pengaruh Influencer
Instgram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli Masyarakat Pada Produk Es
Teler Sultan Jember”.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,
hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa menjadi pusat perhatian
seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta
penelitian (Ferdinan,2014). Populasi dari penelitian ini adalah 95 orang
masyarakat Perum. Arjasa Asri. Kec. Arjasa, Kab. Jember

3.2.2 Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota
populasi. Subset ini diambil karena dalam dalam banyak kasus tidak mungkin
kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah
perwakilan populasi yang disebut sampel (Ferdinand.2014). Metode yang ,
digunakan adalah probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Survei ini dilakukan terhadap
responden 26 orang masyarakat orang rnasyarakat Perum. Arjasa Asri, Kec.
Arjasa, Kab. Jember dan tentunya yang memiliki akun Instagram, dan
mengikuti akun @makanananakosjember. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin :
N
n=
Keterangan : 1+ N (e)
2

n = Jumlah sampel
N = Ukuran Popupalsi
e = Margin of error, yaitu tingkat kesalahan maksimal yang masih dapat
ditoleransi (10%)

95
n= 2
1+ 95(0 , 1)

95
n= 2
1+ 95 x ( 0 , 1 )
n=25 , 6
n=26

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka didapatkan sampel


yang diperlukan sebanyak 26 orang dari populasi sebanyak 95 orang masyarakat
Perum. Arjasa Asri, Kec. Arjasa, Kab. Jernber.

3.3 Identifikasi variabel dan definisi operasional variable

3.3.1 Identifikasi variable


Variabel penelitian adalah hal-hal yang menjadi obyek penelitian atau
apa yang menjadi pusat perhatian suatu penelitian (Arikunto, 20 10).
Variabel dalam penclitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel (X) Influencer Instagram
b. Yariabel (Y) Niat Beli.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Influencer diartikan oleh Nick Hayes sebagai seseorang atau pihak
ketiga yang mampu dan mungkin memiliki tanggung jawab dalam
membentuk keputusan pembelian pelanggan secara signifikan (Hayes &
Brown, 2008). Influencer menggambarkan jenis baru dari sebuah kebebasan,
pihak ketiga yang membentuk perilaku audience lewat blog, tweet, dan
penggunaan media sosial lainnya (Freberg et al., 2011). Instagram adalah
layanan jejaring sosial untuk berbagi foto yang mengalami peningkatan
pengguna hingga saat ini (Lee et al.,
20 15). Instagram menurut Atmoko (2012) merupakan aplikasi
yang dapat digunakan untuk mengambil foto dan dapat diubah dengan
berbagai efek, kemudian dibagikan ke berbagai layanan media sosial. Pada
mulanya Instagram memiliki beberapa fitur seperti Home Page, Comments,
Explore, Profile, dan News Feed (Atmoko, 2012). Dari beberapa
teori di atas maka penulis menyimpulkan Influencer Instagram merupakan
publicfigure yang menggunakan
media sosial Instagram sebagai media promosi produk. Influencer
Instagram akan memanfaatkan kepopuleran mereka untuk melak:uk.an
promosi atas kerja sama dengan brand dari suatu perusahaan sehingga
dapat meningkatkan niat beli konsumen.
Niat beli dapat diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu
objek yang membuat individu berusaha untuk mendapatkan objek tersebut
dengan cara membayarnya dengan uang atau pengorbanan (Schiffman &
Kanuk, 2008). Menurut Shah et al., (2012) mendifinisikan niat pembelian
sebagai perilaku kognitif terkait dengan niat untuk membeli merek tertentu.
Berdasarkao definisi operasional, niat membeli merupakan keinginan
konsumen untuk membeli suatu produk (Arifani & Haryanto, 2018).

3.4 lnstrumen Penelitian


Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan
pengukuran., maka hams ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasa dinamakan instrurnen penelitian. Menurut Sugiyono (2019: 156)
Instrumen penelitian adalah suatu alat yangdigunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti penggunakan
istrumen penelitian yaitu angket. Menurut Sugiyono (2019:199) Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Pada penelitian ini menggunakan angket tertutup. Menurut
Winamo (2013.99) Angket tertutup yaitu angket yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket yang digunakan
penelitian ini diberikan kepada 26 orang masyarakat Perum. Arjasa Asri
Kec. Arjasa Kab. Jember sebagai sampel responden untuk memperoleh data
Pengaruh Influencer Instagram Marketing Lokal Terhadap Niat Beli
Masyarakat Pada Produk Es Teler Sultan .Jember.

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data, validasi, dan reabilitas instrument
penelitian, mcnggunakan instrument penelitian yang memenuhi persyaratan
validasi clan reliabilitas, bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
ilmiah, yaitu suatu informasi yang mencerminkan keadaan variabel penelitian
yang sebenarnya, guna memperoleh hasil penelitian yang sebenamya dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Jenis dan teknik pengumpulan data yang
diperoleh dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data-data asli yang diperoleh secara langsung
dari objek penelitian dan perlu diolah terlebih dahulu untuk menjawab
masalah penelitiannya secara khusus. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil responden melalui Dokumentasi dan angket (kuesioner).

1) Dokumentasi
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2010), "Dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan
sebagainya". Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai “Pengaruh Influencer Instagram
Marketing Lokal Terhadap Niat Beli Masyarakat Pada Produk Es Teler
Sultan Jember”.
2) Kuesioner
Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab oleh respon (Sugiyono, 2004 ).
Dal am penelitian ini metode angket digunakan untuk memperoleh
informasi dari 26 orang masyarakat Perum. Arjasa Asri 3
pengguna Instagram yang mengikuti akun Instagram
@makanananakkosjember, pertanyaan mengungkap tentang
pengaruh influencer instagram marketing lokal terhadap niat beli
masyarakat Perum. Arjasa Asri Kec. Arjasa Kab. Jember pada produk Es
Teler Sultan Jember. Metode angket atau kuesioner merupakan suatu
daftar yang berisi suatu rangkaian pernyataan mengenai suatu hal
atau dalam suatu pertanyaan untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban dari pada responden.
Pernyataan dalam kuesioner diukur menggunakan skala likert,
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dana persepsi
seseorang atau kelompok tentang fenomesa sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka
variabel yang akan yang akan diukur dijabarkan menjadi di indikator
variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berubah pernyataan atau
pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradiasi yang sangat positif sampai sangat negatif yang dapat
berupa kata-kata berikut (Sugiono,2018):
Tabel 3.1 Alternatif Jawaban dengan Skala Likert

No. Pernyataan Kode Penilaian

1 Sangat Tidak Setuju STS 1


2 Tidak Setuju TS 2
3 Ragu-Ragu RR 3
4 Setuju S 4
5 Sangat Setuju SS 5
Sumber : Sugiyono (2018).

b. Data Sekunder
Data yang sudah tersedia pada perusahaan atau data yang sudah diolah
pihak lain. Data sekunder juga dapat diperoleh dari studi kepustakaan
yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terdiri dari literatur-
literatur dan buku-buku yang mendukung penelitian.
3.6 Metode Analisa Data
a. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan
terhadap isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur
ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Uji yang
digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu alat ukur, sehingga dapat
mengukapkan data dari variabel. Cara pengujian validitas dengan
menghitung korelasi antar skor masing-masing pertanyaan dan skor
total dengan menggunakan rumus korelasi produk moment. Jika nilai r
> 0,30 maka instrumen tersebut dapat dikatakan valid dan sebaliknya
apabila nilai r <0.30 maka instrumen tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Khairinal, 2016) Reliabilitas adalah istilah yang
dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih berulang kali
hasilnya tetap sama disebut reliabel. Menurut (Sugiyono, 2019) Hasil
penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu
yang berbeda. lnstrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen
tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang
sama di lain ternpat. Tujuan pengujian validitas dan reliabilitas adalah
untuk menyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar
baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid.
Penggunaan pengujian reliabilitas adalah untuk menilai konsistensi
pada objek dan data. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan
bantuan SPSS Release 20.0 for windows. lndeks pengukuran
reliabilitas angket menurut (Khairinal, 2016) yaitu:
1. Jika alpha> 0.90 maka reliabilitas sempurna.
2. Jika alpha antar 0.70-0.90 maka reliabilitas tinggi.
3. Jika alpha 0.50-0.70 maka reliabilitas moderat.
4. Jika alpha <0.50 maka reliabilitas rendah.
5. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak
reliabel.
3. Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Penelitian ini menggunakan regresi sederhana karena penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh Influencer Instagram (X)
terhadap Niat Beli konsumen (Y).

Y= β 0+ β 1 X+e

Keterangan :
Y = Variabel terikat (Niat Beli)
β 0 = Konstanta
X = Variabel bebas (Influencer Instagram)
β 1 = Koefisiensi variabel X
e = Kesalahan pengganggu
2. Uji t (persial)
Teknik uji ini digunakan untuk menguji dan mengetahui apakah
variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Jika hasil perhitungan menunjukan bahwa
Sig < alpha 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
demikian variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya
secara parsial. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh.

Anda mungkin juga menyukai