Anda di halaman 1dari 134

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi, arus globalisasi juga semakin menyebar ke segenap penjuru dunia.

Penyebarannya berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-

negara maju. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya

arus globalisasi merupakan dua proses yang saling terkait satu sama lain.

Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Dalam konteks

itu, globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte, 2001).
Kehadiran internet pada era modern saat ini memberikan dampak yang

sangat besar bagi individu di seluruh dunia. Salah satunya bagi masyarakat

Indonesia yang lebih tertarik menggunakan media baru yaitu media online

(internet) karena alasan kecepatan yang dimiliki pada media internet ini dapat

membuat mereka dengan mudah berkomunikasi dan bertatap muka secara tidak

langsung dengan lawan bicara melalui berbagai macam aplikasi yang ditawarkan.
Penggunaan internet di Indonesia telah tumbuh lebih dari dua kali lipat

sejak lima tahun lalu. Pada saat ini, lebih dari 88 juta orang terkoneksi ke jaringan

internet dengan proporsi sebagian besar berusia rentan 15-25 tahun (Techno.Id:

2015 yang di askes pada 14/10/2018). Pernyataan ini sangat sesuai dengan yang

ditambahkan Johar Alam Rangkuti yang merupakan (Chairman of Internet Data

1
Center Indonesia: 2015 dalam Techno.Id) mengungkapkan Indonesia berada di

posisi nomor 7 terbesar pengguna internet di dunia dengan 82 juta pengguna aktif.
Hal ini bersamaan dengan pengumuman pengguna aktif tahun 2015

mencapai angka 400 juta ini merupakan prestasi bagi instagram yang sebelumnya

pada Desember 2014 lalu, mereka mencatat sudah memiliki 300 juta orang

pengguna aktif. Disebutkan juga bahwa 75 persen dari total jumlah penggunanya

adalah orang yang tinggal di luar Amerika Serikat. Para anggota baru instagram

sebagian besar berasal dari Eropa dan Asia, lebih spesifik lagi kebanyakan

anggota barunya berasal dari Indonesia, Jepang serta Brazil. (Kompas Tekno dari

The Next Web: 2015 yang di askes pada 15/10/2018).


Potensi pasar pengguna dunia maya (internet) di dunia terus mengalami

trend peningkatan, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah pengguna internet di

Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, menurut survei yang

dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), selama kurun

waktu 16 tahun (2000-2015) pengguna internet di Indonesia meningkat dari 2 juta

menjadi 139 juta pengguna. Indonesia merupakan negara peringkat ketiga di Asia

untuk jumlah pengguna internet terbanyak. Mobilitas yang tinggi kini telah

didukung dengan perkembangan iDevice seperti smartphone, notebook maupun

tablet yang memungkinkan para pengguna internet mengakses internet kapan

dan dimana saja, hal ini kemudian melahirkan era media sosial.
Banyaknya informasi di internet menjadi sumber informasi baru yang

menarik khalayak media massa untuk berpindah dari media massa lama (old

media) ke media massa baru (new media). New media memang suatu hal yang

selalu menarik untuk dibahas. Terutama new media dalam dunia online khususnya

media sosial. Pengguna media sosial saat ini sangat banyak, hampir semua

2
kalangan menggunakan media sosial baik dalam silaturahmi ataupun hal bisnis

(Evans, 2008:34).
Salah satu pemanfaatan internet di masyarakat modern adalah penggunaan

media sosial sebagai media online yang memungkinkan para penggunanya dengan

mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual berbasis web yang mengubah komunikasi

menjadi dialog interaktif. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Flickr, maupun

Instagram bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Selain berfungsi sebagai

alat komunikasi, media sosial juga dianggap sebagai alat penyampaian informasi

yang efektif (Shimp 2003:189).


Salah satu media sosial yang digandrungi saat ini adalah media sosial

instagram. Banyaknya online shop yang muncul di instagram memunculkan

fenomena baru di kalangan masyarakat. Instagram dijadikan media dalam

mempromosikan maupun menjual produk. Beriklan atau promosi lewat instagram

bukan lagi hal yang mengherankan. Online shop pun secara terang-terangan

bersaing untuk mendapatkan followers dan perhatian pengguna instagram.

Banyaknya komentar di foto instagram seperti “cek ig kita yah sist” merupakan

hal biasa yang ditemui lewat instagram. Instagram yang fungsinya khusus untuk

postingan foto membuat kita lebih mudah untuk melihat gambar produk

(Bambang, 2018:4).
Seiring dengan peminat online shop di instagram yang semakin banyak,

saat ini muncul istilah endorsement yang menjadi trend pada pengguna instagram.

Endorse merupakan suatu cara untuk memprosomosikan produk sebuah online

shop dengan bekerja sama dengan orang yang memiliki banyak followers di

instagram. Orang-orang yang memiliki followers banyak biasanya dari kalangan

3
artis, politikus, selebgram, atau orang biasa yang memiliki followers banyak.

Paling terlihat jelas bahwa endorse dilakukan dengan memanfaatkan para pelaku

seni, selebgram, juga anak-anak yang memiliki akun instagram dengan followers

banyak. Para pebisnis melihat banyaknya followers atau target endorse produk

mereka. Online shop mengirimkan barang kepada artis, lalu artis tersebut

mempromosikan dengan cara memasukkan foto produk tersebut ke instagramnya

(Hardirman, 2006:38).
Keunggulan media sosial instagram dibanding media sosial lain seperti

Facebook atau Twitter adalah dalam hal pemasaran secara online, instagram

merupakan aplikasi tidak berbayar yang mengedepankan keunggulan visualnya.

Selain itu, instagram juga memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto

secara langsung dan berbagi di berbagai media sosial lainnya (Bambang,

2008:15).
Pengguna instagram di Indonesia setuju bahwa menggunakan akun

instagram untuk mengikuti akun-akun vendor seperti fashion icon maupun

online shop. (Survey pada 530 responden. www.id.techinasia.com diakses

pada 14 Oktober 2018). Hal ini menunjukan antusiasme yang besar

masyarakat dalam menggunakan media sosial instagram sebagai media jual-beli

di Indonesia.
Pada dasarnya kegiatan jual beli sebuah produk tidak pernah lepas dari

kegiatan promosi dengan memanfaatkan media komunikasi massa baik itu media

cetak maupun media elektronik. Menurut Buchari Alma (2007:179) promosi itu

adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon

konsumen tentang barang dan jasa. Bentuk kegiatan promosi yang biasa dilakukan

oleh para pemilik usaha yaitu berupa iklan dengan memanfaatkan media

4
komunikasi massa seperti media televisi, radio, dan media cetak. Namun saat ini

para pemilik usaha semakin cerdas dalam mempromosikan produknya salah

satunya melalui media sosial instagram. Strategi promosi yang belakangan ini

banyak dilakukan oleh para pemilik usaha online shop melalui media sosial

instagram adalah penggunaan endorse.


Awal mula berkembangnya online shop di Indonesia melalui media sosial

instagram, didukung oleh mobilitas yang tinggi dan teknologi yang semakin

berkembang melahirkan gadget berupa smartphone yang sangat memudahkan

orang dalam berinteraksi secara online. Penggunaan aplikasi media sosial

instagram sangat praktis, terutama keunggulannya yaitu berupa search engine

tools yang memungkinkan pengguna mencari informasi yang diinginkannya.

Dengan hashtag maupun atrficial type engine, pengguna dapat melakukan surfing

terhadap barang-barang yang dijual secara online dengan praktis. Melihat akan

efektivitas dan efisiensi dari media sosial dalam menjangkau konsumen membuat

semua bisnis beralih ke promosi online. Banyak strategi yang dijalankan oleh

pelaku bisnis online dalam mempromosikan produknya di media sosial. Salah

satunya adalah promosi online di instagram atau yang dikenal dengan endorse.

Keuntungan yang didapat tidak sedikit. Hanya dengan bermodalkan smarthphone

dapat menghemat biaya marketing konvensional dengan mampu mendapat

keuntungan yang menggiurkan, dan karena hal ini teknik endorsement dalam

bisnis di media sosial berkembang.


Pada mulanya, para endorser sebutan orang yang menerima endorsement

memberikan jasanya dengan bayaran berupa produk atau dengan kata lain

endorser adalah alat pendukung yang digunakan dalam periklanan untuk tujuan

5
pemasaran suatu produk. Dimana produk itu nantinya akan diiklankan di akun

sosial medianya. Sistem endorsement yang umum dipakai saat ini penjual

memberikan produk beserta caption, lalu endorser akan mengunggah foto saat

menggunakan produk tersebut dan ditambahi dengan berbagai catatan menarik

untuk dicitrakan sedemikian rupa agar memiliki daya tarik yang besar. (Sutisna,

2003:272) menjelaskan bahwa 24 penggunaan opinion leader biasanya cukup

efektif dalam pemasaran bagi konsumen. Manusia cenderung meniru apa yang

dilakukan oleh seseorang yang dianggap lebih dari dirinya. Penggunaan endorser

yang tepat sebagai pendukung sebuah iklan mampu mempengaruhi dan

mendapatkan perhatian konsumen atas pesan yang disampaikan dalam iklan.

Dalam perkembangannya saat ini, pola promosi para jasa endorser di media sosial

telah berubah. Kini, para endorser mematok tarif tertentu untuk setiap produknya.
Efektivitas sistem endorsement yang praktis dan hasilnya yang cukup

memuaskan telah melahirkan fenomena baru, yaitu munculnya selebgram.

Selebriti endorser dalam instagram atau biasa dikenal dengan selebgram

merupakan sebutan bagi para mereka yang dipercaya untuk membawakan produk-

produk yang dijual secara online melalui akun instagram (Dyah, 2014). Sehingga

mereka berlomba-lomba mempromosikan dirinya untuk menaikkan popularitas

agar di-endorse oleh pemilik online shop. Tak jarang ada yang sampai membeli

followers untuk menaikkan harga jual jasa mereka dikalangan pelaku usaha bisnis

online shop. Karena followers juga mempengaruhi hasil penjualan, apabila

followers endorser sesuai dengan segmen produk suatu online shop, maka

endorsement akan berhasil. Seiring dengan semakin menjamurnya sistem

endorsement, tak jarang membuat jasa endorse dari selebgram ataupun artis

6
ternama kian meningkat tarifnya. Hal ini membuat online shop pun harus

mengeluarkan uang cukup banyak demi produknya dipromosikan oleh sang

selebgram ataupun artisnya (Kotler, 2008:215).


Menurut (Schiffman dan Kanuk, 2007:107) penggunaan peran artis atau

selebgram diyakini dapat membantu mencapai tujuan, karena peran artis atau

selebgram diyakini dapat mempengaruhi konsumen dengan menggunakan

popularitasnya. Penggunaan selebriti juga diyakini mempunyai daya tarik

tersendiri sehingga dapat mencuri perhatian para calon konsumen. Ada empat

peran selebriti yang dipaparkan dan dua diantaranya adalah endorse dan aktor.

Dimana endorse merupakan selebriti yang diminta untuk membintangi iklan

produk dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut, sedangkan

aktor diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait

dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu.
Keberadaan endorse yang kredibel sebagai juru komunikasi diyakini dapat

mengangkat brand awareness dan menumbuhkan minat beli, sehingga

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Pada tahap keputusan pembelian,

konsumen membentuk preferensi atas produk-produk yang ada dalam kumpulan

pilihan. Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli produk yang

telah dipilih melalui berbagai pertimbangan (Kotler dan Keller, 2009:235).


Kegiatan endorse di media sosial instagram sangat penting untuk

memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan produk-produk yang

mereka pakai. Selain itu, hal ini memberikan dampak yang positif terhadap usaha

online shop untuk lebih meningkatkan usahanya. Sehingga, meskipun produk

yang dijual oleh online shop di instagram tidak memiliki brand image yang kuat,

7
konsumen bisa yakin dan percaya akan produk pakaian yang di bawakan oleh si

endorser.
Adanya endorse di instagram selain dapat memberikan informasi dan

rekomendasi, juga sangat memudahkan pengguna instagram yang telah mengikuti

salah satu artis atau selebgram yang menjadi endorser suatu produk dalam

menentukan alternatif maupun penawaran harga yang terbaik. Bagi perusahaan,

endorse ini diharapkan mampu meningkatkan penjualan perusahaan online shop

yang menjual melalui media sosial instagram dan membawa konsumen kepada

proses keputusan pembelian sampai pada akhirnya memutuskan untuk membeli

atau tidak membeli. Proses pengambilan keputusan sebelum membeli suatu

produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan

pemilihan produk atau jasa tersebut. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan

akan menghasilkan suatu keputusan. Pengambilan keputusan sendiri merupakan

sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca

pembelian (Kottler, 2009:222).


Dengan berada di rumah ataupun di kantor kita sudah bisa membeli barang

dengan online shop. Endorse yang dilakukan artis atau selebgram dari pihak

online shop di instagram biasanya membuat konsumen tertarik untuk

membelinya. Dimana ada tiga faktor yang mempengaruhi konsumen untuk

membeli barang tersebut adalah, daya tarik fisik dari artis atau selebgram yang

melakukan endorse dan bagaimana reputasi artis atau selebgram tersebut.

Kemudian artis atau selebgram tersebut merupakan membuat konsumen dapat

percaya akan online shop yang sedang dipromosikan dan yang terakhir adanya

8
keahlihan. Hal itu menjadikan suatu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli

suatu barang (Shimp, 2003).


Keputusan pembelian yang didominasi oleh faktor emosi menyebabkan

timbulnya pola masyarakat konsumsi. Hal ini dapat dibuktikan dalam membeli

sesuatu yang belum tentu menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas

utama dan menimbulkan pemborosan. Remaja dalam masa peralihan dari masa

kanak-kanak dengan suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju

masa dewasa yang bebas, mandiri dan matang. Termasuk bagaimana individu

menampilkan diri secara fisik, hal ini agar sesuai dengan komunitas mereka atau

bisa juga dengan pengaruh iklan, karena akan timbul keinginan untuk berbelanja

seperti halnya iklan yang ditayangkan di televisi (Shaffatallah, 2012: 12).


Kecenderungan masyarakat konsumsi dibentuk oleh banyak faktor,

diantaranya menurut Dittmann (dalam Fransisca, 2005: 176) yaitu media iklan.

Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada

khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempersuasi masyarakat untuk

melakukan suatu tindakan memakai produk yang ditawarkan. Banyak iklan yang

menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri hingga akhirnya menjadi luar

biasa percaya diri setelah menggunakan suatu produk (terutama iklan-iklan

kosmetik dan perawatan tubuh). Biasanya orang yang mengalami kenaikan status

sosial akan cenderung sangat konsumtif untuk menyesuaikan dengan statusnya

yang baru atau untuk tampil lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan "level"

barunya. Ada juga orang yang menggunakan barang-barang bermerk untuk

menutupi ketidakpercayaan diri akan fisiknya. Orang yang seperti itu maka akan

cenderung berperilaku konsumtif karena kurang kepercayaan dalam dirinya.

9
Banyak produk-produk yang ditawarkan dalam proses endorse yang

dilakukan oleh artis atau selebgram. Produk-produk tersebut bukan barang yang

dapat memuaskan kebutuhan seseorang melainkan memuaskan kesenangan

seseorang. Tertarik dengan barang tersebut dikarenakan mau sama memiliki

barang dengan selebgram atau artis demi kesenangannya makanya konsumen

membeli barang tersebut. Hal itu membuat hidup manusia yang dikendalikan dan

didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.

Hal itu terjadi tidak melihat usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Mereka bisa dari

anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua. Namun dari beberapa penelitian

yang cenderung lebih sering melakukan hal itu khususnya pada anak remaja dan

dewasa (Fitria, 2015: 122).


Masyarakat konsumsi pada remaja sebenarnya dapat di mengerti bila

melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja

ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari

lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain

yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut

yang sedang trend. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola

para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras

dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya

(Tambunan, 2001: 1).


Kegiatan berbelanja online melalui endorse di media sosial instagram ini

menjadi hal keseharian dan dapat dikatakan merupakan suatu fenomena yang

banyak melanda kehidupan masyarakat. Dalam hal ini peneliti ingin mengkaji

sejauh mana fenomena endorse di media sosial instagram dalam masyarakat

10
konsumen di kalangan anak remaja. Fenomena ini menarik untuk diteliti

mengingat masyarakat konsumen juga banyak melanda kehidupan remaja yang

sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya.

Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri,

antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi

sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku

membeli yang tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena

produk tersebut memang tidak mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk

baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya (Gunita, 2006:1).


Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah (www.depkes.go.id, diakses pada 14/10/18).


Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Medan merupakan salah satu

sekolah negeri di kota Medan yang mempunyai siswa-siswi yang memiliki umur

yang sesuai dengan kategori anak remaja menurut WHO dan BKKBN. Sekolah

tersebut terdiri dari 79 Guru, 565 siswa Laki-laki, dan 801 siswi Perempuan

(sekolah.data.kemendikbud.go.id). Peneliti menganggap sekolah ini sudah cukup

relevan untuk dikaji fenomena endorse di media sosial instagram dalam

masyarakat konsumen di kalangan siswanya karena sejauh pengamatan peneliti,

pelajar di sekolah tersebut sudah mewakili anak remaja yang merupakan suatu

target pemasaran berbagai produk industri dalam masyarakat konsumen dan para

siswa-siswi sekolah menengah atas ini banyak menggunakan media sosial

11
instagram. Masyarakat konsumen juga didorong dengan adanya peluang dan

modal yang dapat mendukung untuk bisa mengonsumsi suatu barang. Sehingga

status sosial ekonomi orangtua yang tinggi bagi siswa-siswi dapat mendorong

adanya pola masyarakat konsumen sehingga anak remaja mampu berbelanja.

Berikut adalah status sosial ekonomi orangtua siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan :

Tabel 1.1
Status Sosial Ekonomui Orangtua

Nominal Jumlah %

Tidak Berpenghasilan 33 2,63

<Rp499.999, 3 0,23

Rp500.000 – Rp999.999, 13 1,03

Rp1.000.000 – Rp1.999.999, 60 4,78

Rp2.000.000 – Rp4.999.999, 389 31,04

Rp5.000.000 – Rp20.000.000, 699 55,78

>Rp20.000.000, 56 4,46

Sumber : KTU SMA Negeri 1 Medan, 2018

Adapun menurut Badan Pusat Akademik (BPS) pendapatan digolongkan

menjadi 4 yaitu :

a) Golongan pendapatan sangat tinggi ( >Rp3.500.000,- per bulan )

b) Golongan pendapatan tinggi ( Rp2.500.000 – Rp3.500.000 per bulan )

c) Golongan pendapatan sedang ( Rp1.500.000 – Rp.2.500.000 per bulan )

d) Golongan pendapatan rendah ( <Rp. 1.500.000 )

12
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 55,78% dengan status

sosial ekonomi sangat tinggi. Menurut (Mangkunegara, 2002) status sosial

ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

masyarakat konsumen. Karena hal ini peneliti secara lebih lanjut ingin menelisik

secara lebih mendalam dan memahami pola masyarakat konsumen pada siswa-

siswi SMA Negeri 1 Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah pertanyaan dalam penelitian yang berkaitan

dengan topik atau judul penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam

penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana fenomena

endorse di media sosial instagram dalam masyarakat konsumen anak remaja di

SMA Negeri 1 Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai.

Usman dan Purnomo (2009:30) menyatakan bahwa tujuan penelitian dicantumkan

dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca dapat mengetahui

dengan pasti apa tujuan penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dilakukannya

penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana fenomena endorse di media

sosial instagram dalam masyarakat konsumen anak remaja di SMA Negeri 1

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmiah

bagi mahasiswa ilmu sosial khususnya mahasiswa jurusan Sosiologi. Serta

13
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah bahan referensi

dalam wawasan kajian di bidang sosiologi post modern.

1.4.2 Manfaat Praktis


Adapun yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagi

berikut:
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti

berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam tentang fenomena endorse di

tengah masyarakat konsumen terkhusus bagi anak remaja.


2) Hasil ini juga diharapkan dapat bermanfaat kepada orangtua yang menjadi

sosialisasi pertama bagi anak remaja dalam pembentukan karakter untuk

mengendalikan diri dan pihak sekolah dalam memberikan edukasi di sekolah

dalam mengatur keuangan dan dampak dari perilaku konsumtif tersebut.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak

mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan

menjelaskan suatu gejala (Suyanto & Sutinah, 2005:49). Selain itu, konsep juga

berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti penelitian tersebut

serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan tafsir dalam penelitian.

Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Endorse
Pada dasarnya kata endorse berasal dari kata endorsement yang artinya

adalah sebuah tindakan mendukung (support) atau setuju terhadap sesuatu.

Endorse menurut Terence A. Shimp (2003:329) adalah pendukung iklan atau

14
yang dikenal juga sebagai bintang iklan dalam mendukung iklan produknya.

Shimp juga membagi endorser dalam 2 (dua) jenis, yaitu : Typical-Person

Endorser adalah orang-orang biasa yang tidak terkenal untuk mengiklankan

suatu produk. Celebrity Endorser adalah penggunaan orang terkenal (Public

Figure) dalam mendukung suatu iklan. Barang endorse yang dilakukan sangat

banyak. Banyaknya endorse yang dilakukan di media sosial instagram,

membuat peneliti merasa perlu membatasi endorse yang akan diteliti adalah

endorse produk fashion, skin care, sepatu, tas, aksesoris dan alat make up.

2. Media Sosial
Menurut Wikipedia media sosial adalah sebuah media daring, dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi

meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual (Wikipedia. 2011.

Pengertian Media Sosial. https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakeses

pada 14/10/2018). Para pengguna media sosial atau bisa juga disebut dengan user

ini bisa melakukan komunikasi atau interaksi, berkirim pesan, baik pesan teks,

gambar, audio hingga video, saling berbagi atau sharing, dan juga membangun

jaringan atau net working. Contoh media sosial sendiri yang hingga saat ini paling

umum digunakan adalah blog, wiki dan juga jejaring sosial. Media sosial yang

digunakan dalam penelitian ini adalah media sosial instagram.

3. Instagram
Menurut Miliza Ghazali instagram adalah sebuah aplikasi sosial yang populer

dalam kalangan pengguna telefon pintar (Smartphone). Nama instagram diambil

dari kata “Insta” yang asalnya “Instan” dan “gram” dari kata “telegram”. (Miliza

Ghazali, 2016:8). Jadi instagram merupakan gabungan dari kata Instan-Telegram.

15
Dari penggunaan kata tersebut dapat diartikan sebagai aplikasi untuk

mengirimkan informasi dengan cepat, yakni dalam bentuk foto yang berupa

mengelola foto, mengedit foto, dan berbagi (Share) ke jejaring sosial yang lain.

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada endorse yang dilakukan di media

sosial instagram.

4. Masyarakat Konsumen
Menurut Baudrillard masyarakat konsumen adalah masyarakat terus

menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi hanya sekedar

kegiatan yang berasal dari produksi. Masyarakat konsumen tidak lagi

mengkonsumsi objek berdasarkan nilai tukar atau nilai guna, melainkan karena

nilai tanda atau simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi (Ritzer, 2006).

Dalam penelitian ini penulis berfokus pada masyarakat konsumen di kalangan

remaja. Dimana pada kalangan remaja yang sering melakukan kegiatan

berbelanja, dan barang yang dibeli bukan menjadi suatu kebutuhan. Seharusnya

remaja yang kegiatannya merupakan belajar tetapi dialihkan dengan kegiatan

berbelanja online yang berlebihan.

5. Anak Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19

tahun. Masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju

dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju dewasa yang akan

melewati beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup. Selain

kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju

kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan

16
untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (WHO, 2015).

Dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa-siwi SMAN 1 Medan yang

mempunyai rentan usia yang hampir sama dengan anak remaja yang dipaparkan

menurut WHO. Dalam penelitian ini rentan usianya adalah 15-18 tahun. Remaja

merupakan obyek yang menarik untuk diminati oleh para ahli pemasaran.

Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial bagi produsen.

Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja.

Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan

teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya

(Tambunan,2001:1).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Masyarakat Konsumsi Jean P. Baudrillard

Baudrillard adalah salah seorang filsuf postmodern, yang mencoba

menganalisis masyarakat konsumeris (consumer society) dalam relasinya dengan

sistem tanda (sign value). Menurutnya, tanda menjadi salah satu elemen penting

dalam masyarakat konsumeris saat ini. Baudrillard menyatakan bahwa konsumsi

yang terjadi sekarang ini telah menjadi konsumsi tanda. Tindakan konsumsi suatu

barang dan jasa tidak lagi berdasarkan pada kegunaannya melainkan lebih

mengutamakan pada tanda dan symbol yang melekat pada barang dan jasa itu

sendiri (Murti, 2005:38)

17
Jean Baudrillard meradikalkan konsep tentang konsumsi ini dengan

menghubungkannya dengan kapitalisme global dan media massa yang selalu

menciptakan dan menyebarkan tanda-tanda untuk dikonsumsi oleh masyarakat

konsumen. Bagi Baudrillard, konsumsi diradikalkan menjadi konsumsi tanda.

Menurutnya masyarakat konsumen tidak lagi terikat oleh suatu moralitas dan

kebiasaan yang selama ini dipegangnya. Mereka kini hidup dalam suatu

kebudayaan baru, suatu kebudayaan yang melihat eksistensi diri mereka dari segi

banyaknya tanda yang dikonsumsi. Dalam masyarakat seperti ini, konsumsi tidak

lagi dilihat sebagai suatu kegiatan menghabiskan obyek, tetapi merupakan relasi

di antara obyek atau sebagai suatu tindakan sistematis untuk memanipulasi benda

(Baudrillard, 1997: 200).

Masyarakat pun pada akhirnya hanya mengonsumsi citra yang melekat

pada barang tersebut (bukan lagi pada kegunaannya) sehingga masyarakat sebagai

konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara

terus menerus, karena kehidupan sehari-hari setiap individu dapat terlihat dari

kegiatan konsumsinya, barang dan jasa yang dibeli dan dipakai oleh setiap

individu, yang juga didasarkan pada citraan-citraan yang diberikan dari produk

tersebut.

Bagi Baudrillard, konsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu

banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan

kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau konsumsi objek. Konsumsi berada

dalam satu tatanan pemaknaan pada satu “panoply” objek; suatu sistem, atau

18
kode, tanda; satu sistem komunikasi (seperti bahasa); satu sistem pertukaran

(seperti kekerabatan primitif).

Teori konsumsi Baudrillard, mengatakan bahwa masyarakat konsumeris

pada masa sekarang tidak didasarkan kepada kelasnya tetapi pada kemampuan

konsumsinya. Siapapun bisa menjadi bagian dari kelompok apapun jika sanggup

mengikuti pola konsumsi kelompok tersebut. Bagi Baudrillard, konsumsi bukan

sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan,

satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan, atau

konsumsi objek. Tapi konsumsi menurut Baudrillard adalah tindakan sistematis

dalam memanipulasi tanda, dan untuk menjadi objek konsumsi, objek harus

mengandung atau bahkan menjadi tanda (Ritzer, dalam Pawanti, 2013: 3).

Menurut teori Baudrillard, kini logika konsumsi masyarakat bukan lagi

berdasarkan use value atau exchange value melainkan hadir nilai baru yang

disebut “symbolic value”. Maksudnya, orang tidak lagi mengkonsumsi objek

berdasarkan nilai tukar atau nilai guna, melainkan karena nilai tanda atau simbolis

yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. Hal ini disebabkan karena beberapa

bagian dari tawaran iklan justru menafikan kebutuhan konsumen akan keunggulan

produk, melainkan dengan menyerang rasa sombong tersembunyi dalam diri

manusia, produk ditawarkan sebagai simbol prestise dan gaya hidup mewah yang

menumbuhkan rasa bangga yang klise dalam diri pemakaiannya (Ritzer, 2006).

Konsumsi menurut Baudrillard memegang peranan penting dalam hidup

manusia. Konsumsi membuat manusia tidak berusaha mendapatkan persamaan,

dan tidak adanya intensitas untuk melakukan homogenisasi manusia justru

19
melakukan diferensiasi (perbedaan) yang menjadi acuan dalam gaya dan nilai,

bukan kebutuhan ekonomi (Lechte, 2001:354). Hal inilah yang terjadi pada

masyarakat kita saat ini. Masyarakat seperti ini disebut Baudrillard sebagai

masyarakat konsumeris.

Baudrillard berpendapat bahwa tidak ada yang disebut dengan masyarakat

berkecukupan semua masyarakat mengombinasikan akses struktural dan kefakiran

struktural. Alih-alih masyarakat berkecukupan, Baudrillard berpendapat bahwa

kita hidup di dalam suatu “masyarakat pertumbuhan”. Namun, pertumbuhan ini

tidak semakin mendekatkan kita kepada masyarakat berkecukupan. Adapun yang

dikatakan ideologi pertumbuhan pada hakekatnya menghasilkan dua hal yakni

kemakmuran dan kemiskinan. Kemakmuran ialah bagi kaum kapitalis yang

memiliki modal dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup, sedangkan

kemiskinan ialah bagi kaum proletar yang tidak memiliki modal dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Sehingga pada kenyataannya, pertumbuhan menjadi salah satu

alat untuk membatasi ruang gerak dan hal tersebutlah yang membuat ideologi

pertumbuhan sengaja dilanggengkan untuk menjaga sistem.

Menurut Jean Baudrillard pertumbuhan adalah fungsi kemiskinan, yang

berarti kebutuhan manusia akan selalu melampaui produksi barang. Masalah ini

terletak pada hubungan sosial atau dalam logika sosial yang mana manusia tidak

hanya mengkonsumsi barang saja, tetapi juga mengkonsumsi jasa manusia dan

hubungan antar manusia. Menurut Jean Baudrillard hal ini tidak dapat diatasi oleh

adanya peningkatan produksi yang disertai inovasi kekuatan produksi maupun

adanya peningkatan daya beli, akan tetapi solusi dalam mengatasi masalah ini

20
adanya adanya perubahan yang dilakukan dalam hubungan sosial dan dalam

logika sosial. Kenyataan yang ada menurut Baudrillard, masyarakat melakukan

konsumsi untuk membuktikan bahwa mereka ada (Baudrillard, 2004:19).

Dalam pemikiran Baudrillard, gaya hidup konsumsi dalam masyarakat

konsumen ini tercipta karena perubahan fokus perhatian dalam kapitalisme itu

sendiri, di mana manajemen produksi dalam kapitalisme klasik telah digantikan

menjadi manajemen konsumsi dalam kapitalisme global (perubahan dari “mode of

production” menuju “mode of consumption”). Gaya hidup konsumtif ini

dikendalikan sepenuhnya oleh teknik pemasaran yang menguasai seluruh

kesadaran masyarakat konsumen. Khususnya yang menyangkut diferensiasi diri.

Dengan demikian, masyarakat konsumen akan melihat identitas diri ataupun

kebebasan mereka sebagai kebebasan memproyeksikan keinginan pada barang-

barang industri (Baudrillard, 1997: 185-186). Konsumsi dipandang sebagai usaha

masyarakat untuk merebut makna-makna sosial atau posisi sosial. Relasi bukan

lagi terjadi antara manusia, tetapi antara manusia dengan benda-benda konsumsi.

Masyarakat yang telah menjadi masyarakat konsumen akan melihat iklan

(advertising) sebagai guru dan teladan moral yang harus diikuti. Karena iklan

yang adalah ujung tombak kapitalisme sebagai guru dan teladan moralitas, maka

moralitas yang berkembang dalam masyarakat adalah moralitas hedonis

(Baudrillard, 1997: 185). Oleh Baudrillard, moralitas hedonis yang

mengedepankan individualisme ini dihubungkan dengan masyarakat konsumen,

yang pasif dan mendasarkan identitasnya pada tanda yang berada di belakang

barang komoditi yang dikonsumsinya. Hal ini tentunya menjadi mungkin karena

21
dalam kapitalisme global kegiatan produksi sudah bergeser dari penciptaan barang

konsumsi, ke penciptaan tanda (Baudrillard, 1998: 72-75). Atau dengan kata lain

kapitalisme global memfokuskan diri pada “manajemen konsumsi”. Media massa

berada di belakang penyebaran kapitalisme dengan menciptakan dan sekaligus

menyebarluaskan berbagai tanda yang referensi atau maknanya tidak ada

(Baudrillard, 1998: 78). Manajemen konsumsi kapitalisme global memfokuskan

diri pada usaha-usaha mempengaruhi konsumen secara individual. Kepada tiap

individu, lewat produk yang ditawarkan melalui media, produser menjanjikan

berbagai hal yang berhubungan langsung dengan kepribadian individu, seperti

pemenuhan diri, kesenangan, kelimpahan, dan tentu saja prestise yang akan

didapatnya kalau individu itu mengkonsumsi komoditi yang mereka tawarkan

(Baudrillard, 1998: 82).

Konsumsi adalah sebuah ideologi dan sebuah sistem komunikasi, dan

dapat dipandang sebagai eksklusivitas kenikmatan. Dalam hal ini, kenikmatan

bukanlah tujuan dari konsumsi, melainkan hanya sekedar rasionalisasi. Tujuan

sebenarnya adalah untuk memberi sokongan terhadap sistem obyek. Produksi dan

konsumsi adalah satu dan proses logis yang sama dalam pengembangan

reproduksi kekuatan-kekuatan produktif dan kontrol mereka (Baudrillard,

2004:22)

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mencantumkan beberapa hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Penelitian tersebut berfungsi

22
sebagai referensi, perbandingan maupun sebagai dasar pemilihan topik. Masing-

masing penelitian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Eva Melita Fitria (2018) - Dampak Online shop Di Instagram Dalam

Perubahan Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Shopaholic Di

Samarinda.

Hasil penelitian dapat disimpulkan adanya perubahan gaya hidup

perempuan ke arah yang konsumtif dalam menggunakan sebuah produk atau

barang dan jasa. Hal ini didasari adanya keinginan yang tinggi baik dalam

menunjang penampilan agar dapat memberikan simbol status agar terlihat lebih

trend atau tidak ketinggalan zaman dimata orang lain. Mereka juga mengakui saat

ini lebih senang berbelanja melalui online shop di instagram, meskipun

sebelumnya mereka pernah berbelanja online melalui media lain sepeti Facebook,

Twitter, dan Blackberry Messengger namun tidak sesering seperti sekarang ini

yang berbelanja online melalui Instagram secara berlebihan.

Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa para perempuan biasa membeli

barang-barang seperti baju, hijab, tas, sepatu, kosmetik dan aksesoris di online

shop instagram atas dasar demi mendukung penampilan agar terlihat cantik dan

menarik, memenuhi gaya hidup yang lebih trend dan masa kini, lalu membeli

produk tersebut karena munculnya penilaian bahwa produk yang bagus ataupun

produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

Mereka mengatakan bahwa produk yang dibeli secara online selama ini

merupakan kebutuhan utama mereka untuk menjaga penampilan mereka.

23
Namun dalam kenyataannya tanpa disadari menjadi cenderung berlebihan

dan merupakan penjabaran dari pemahaman teori perilaku konsumtif. Pembahasan

hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara singkat yaitu terjadinya perubahan

perilaku atau gaya hidup konsumtif yang mengikuti perkembangan zaman,

dimana para perempuan ini menggunakan sebuah media sosial instagram untuk

memenuhi kebutuhannya, membeli berbagai macam barang dengan jumlah yang

berlebihan dan bukan atas dasar kebutuhan utama melainkan atas dasar

pemenuhan keinginan, kepuasan, dan kesenangan semata untuk mendukung

penampilan keseharian mereka.

2. Maulidar (2017) - Peran Celebgram Endorser Dalam Proses

Pengambilan Keputusan Membeli Pakaian Wanita Di Instagram Pada

Mahasiswi Universitas Syiah Kuala.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, peran celebgram

endorser berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan membeli, dimana

celebgram endorser berperan dalam setiap urutan dalam proses pengambilan

keputusan yang terjadi pada mahasiswi Unsyiah. Peran celebgram endorser

berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan membeli pakaian wanita di

instagram. Peran yang dilakukan oleh celebgram endorser dalam mempromosikan

produk yaitu memberikan kesaksian (testimonial), memberikan dorongan

(endorsement), dan sebagai aktor dalam iklan.

Satu peran yang tidak dilakukan oleh celebgram endorser yaitu sebagai

juru bicara perusahaan dalam melakukan media relasi. Menggunakan media sosial

instagram dan menggunakan celebgram endorser sangat efektif dalam

24
mempromosikan produk apalagi dikemas dengan baik sehingga memberikan

visualisasi yang menarik bagi konsumen. Dengan adanya promosi yang kreatif

melalui penggunaan celebgram endorser ini, memudahkan konsumen dalam

mencari online shop yang kredibel dan dapat dipercaya dengan semakin

menjamurnya online shop yang ada di instagram.

3. Sinta Cahyani Novitasari (2018) - Endorsement Dan Selebgram

(Studi Deskriptif Gaya Hidup Budaya Populer Pada Mahasiswi Di

USU).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka terjawablah

pertayaan penelitian gaya hidup baru mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara.

Pertama, pandangan mahasiswi USU terhadap pola gaya hidup endorsement

sebagai ajang mampu tidaknya memanfaatkan sosial media zaman sekarang dan

selebgram terkenal sebagai sosok yang sangat sosialita serta modis menjadi

endorsement mampu menaikan tingkat kepercayaan diri dan merubah kepribadian

yang humble, terlihat kebiasaan dan ketertarikan mahasiswi sekarang

menggunakan instagram, endorsement menjadi kegiatan yang baru yang terjadi

oleh mahasiswi, postingan foto dijadikan suatu hal untuk meningkatkan daya tarik

produsen untuk menawarkan produknya untuk di endorse.

Gaya hidup endorsement ini sangat banyak diminati mahasiswi yang ingin

terkenal di sosial media dan kebanyakan dari mereka menghalalkan segala cara

demi kelihatan cantik dan menjadi pusat perhatian di lingkunganya. Kedua,

sebuah fakta bahwa dampak terhadap citra perempuan endorsement di USU.

Kebanyakan mahasiswi yang endorsement adalah wanita suatu objek yang

25
mampu menarik konsumen untuk membeli suatu produk karena body dan

kecantikan pada wanita, dalam endorsement memiliki pandangan positif dan

negatif terhadap endorsement tergantung mahasiswi menyikapinya kedua dampak

tersebut, bahkan selebgram endorsement ini mahasiswi dapat menghasilkan uang

dan bisa menutupi kebutuhan hidupnya serta memnggunakan uang untuk

mempercantik diri, tetapi terkadang mahasiswi yang terobsesi ingin menjadi

selebgram endorsement dan populer mereka rela mengambil jalan pintas yang

mampu membahayakan diri mereka yaitu dengan suntik putih tubuh dan

perawatan wajah ke dokter yang berlebihan, dan bahkan mereka berlomba-lomba

untuk tampil cantik dari yang lain.

Dari penelitian di atas disimpulkan bahwa peneliti tersebut berfokus pada

citra perempuan sebagai pelaku endorsement dan bagaimana pelaku tersebut

menghasilkan uang dari endorsement yang dilakukannya. Sedangkan pada

penelitian ini akan berfokus pada peran endorse di media sosial instagram dalam

membangun anak remaja berperilaku konsumtif.

4. Endang Dwi Astuti (2013) - Perilaku Konsumtif Dalam Membeli

Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota Samarinda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa mereka

melakukan pembelian barang berdasarkan atas dasar kesukaan dan ketertarikan

terhadap model barang yang terlihat menarik. Melakukan pembelian barang tanpa

adanya perencanaan, membeli barang atas pertimbangan harga serta tidak

mempertimbangkan manfaat maupun kegunaan. Membeli barang dengan harga

yang mahal atau barang dengan merek ternama akan menimbulkan rasa percaya

26
diri yang tinggi, membeli barang dengan jenis sama namun dari merek yang

berbeda, membeli barang demi menjaga penampilan diri dan gengsi, serta

membeli barang untuk menjaga simbol status.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan individu untuk membeli

atau mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan serta tidak didasarkan atas pertimbangan yang rasional dimana dalam

membeli suatu barang individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada

kebutuhan. Apabila perilaku tersebut terus dilakukan tanpa ada pemikiran panjang

maka akan berakibat terjadinya tindakan pemborosan dimana seseorang yang

memiliki keluarga harus terlebih dahulu mementingkan kebutuhan keluarga

maupun kebutuhan rumah tangganya.

Dari dua hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai dasar dan

pembanding, terdapat beberapa persamaan sekaligus perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan. Adapun perbedaan dan persamaan masing-masing penelitian akan

diuraikan sebagai berikut:

a. Dalam penelitian terdahulu, metode penelitian yang dilakukan ada

secara kuantitatif dan ada dilakukan secara kualitatif, sedangkan dalam

penelitian ini dilakukan secara kualitatif.


b. Dalam penelitian terdahulu yang menjadi informan adalah, Celebgram

Endorser (Mahasiswa USU), Ibu Rumah Tangga, Mahasiswi Unsiyah.

Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Anak

Remaja yang berstatus Sekolah Menengah Atas.


c. Penelitian terdahulu memandang berbelanja online di instagram dari

perspektif ekonomi, antropologi, psikologi sedangkan penelitian yang

27
dilakukan merupakan penelitian dengan menggunakan perspektif

sosiologi.
d. Penelitian ini berfokus kepada nilai tanda dan bagaimana anak remaja

tersebut berperilaku konsumtif karena adanya endorse, sedangkan

dalam penelitian terdahulu berfokus kepada instagram yang

mempengaruhi belanja dan simbol maupun citra yang digunakan.

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penlitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Suyanto & Sutinah (2005:166), pendekatan kualitatif adalah

pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal

dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok

orang. Penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa, dan

otentisitas. Nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas dan

melibatkan subyek dengan jumlah yang relatif sedikit. Peneliti kualitatif biasanya

terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Peneliti kualitatif

menjalin interaksi secara intens dengan objek penelitiannya.

Peneliti memilih penelitian deskriptif karena penelitian yang memiliki

tujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala atau kelompok tertentu di lokasi penelitian (Idrus, 2009:24). Peneliti

berusaha menggali, mengidentifikasi, memetakan dan menjelaskan berbagai

kondisi terkait fenomena endorse di media sosial instagram dalam masyarakat

konsumen anak remaja.

29
3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, Jalan Cik Ditiro No 01,

Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan. Alasan peniliti memilih lokasi

penelitian ini yaitu :

1) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan merupakan salah satu

sekolah negeri di kota Medan yang memiliki jumlah siswa yang banyak.

2) Berdasarkan dari observasi awal siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan rata-

rata menggunakan akun media sosial instagram.

3) Berdasarkan dari observasi peneliti bahwa siswa-siswi SMA Negeri 1

Medan rata-rata memiliki kelas sosial ekonomi yang tinggi, peluang

menjadi bagian masyarakat konsumen karena adanya dorongan ekonomi

yang tinggi.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis adalah keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian

(Bungin, 2008:266). Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang

diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Dalam pengertian yang lain, unit

analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus atau komponen

yang diteliti. Unit analisis ini dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas

penelitian dapat terjaga. Karena terkadang peneliti masih bingung membedakan

antara objek penelitian, subjek penelitian dan sumber data. Unit analisis suatu

penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah dan waktu

tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya. Dalam penelitian ini, yang

30
menjadi unit analisis penelitian adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang

menggunakan sosial media instagram dan yang sering melakukan kegiatan

berbelanja online di instagram.

3.4 Informan

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan

bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat

diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian

(Bungin, 2014:78). Dalam penelitian ini, mempunyai beberapa kriteria informan.

Penentuan informan didasarkan pada kriteria berikut ini:

1. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan.

2. Siswa-siswi yang menggunakan media sosial instagram.

3. Siswa-siswi yang mengetahui dan memahami permasalahan penelitian.

4. Siswa-siswi yang berbelanja online melalui media sosial instagram.

5. Status sosial ekonomi orang tua yang sangat tinggi.

6. Siswa-siswi yang follow (mengikuti) artis/selebgram yang di endorse di

instagram.

Dalam penentuan informan peneliti menggunakan prosedur purposif.

Prosedur purposif merupakan salah satu strategi untuk menentukan informan yang

paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok

peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan

masalah penelitian. Menurut Bungin (2014:108), kunci dasar penggunaan

31
prosedur ini ialah penguasaan informasi dari informan dan secara logika bahwa

tokoh-tokoh kunci di dalam proses sosial selalu langsung menguasai informasi

yang terjadi di dalam proses sosial tersebut. Banyaknya jumlah informan dengan

menggunakan teknik purposif seringkali ditentukan atas dasar teori kejenuhan

(titik dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi membawa wawasan

tambahan untuk menjawab pertanyaan penelitian).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting

dalam sebuah penelitian. Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat akan

sangat menentukan kualitas data yang diperoleh. Untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode yang saling

mendukung sehingga data yang diperoleh dapat menggambarkan realitas yang

sebenarnya. Ada pun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Usman dan Purnomo (2009:52) mengatakan bahwa observasi adalah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan

tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol

keandalan (reabilitas) dan kesahihan (validitas). Dalam menggunakan teknik

osbervasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.

32
Dalam teknik observasi juga ada teknik penelitian yang dinamakan dengan

teknik pra observasi. Teknik pra observasi adalah kegiatan yang pertama sekali

dilakukan dari semua peneliti. Kali ini penelitian ini melakukan pra observasi

yang dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan. Kegiatan yang

dilakukan seminggu sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meninjau

lokasi, mengetahui bagaimana medan penelitian yang akan peneliti teliti. Pada

tahap ini peneliti melakukan teknik pra penelitian berikutnya yaitu

mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian seperti catatan,

alat tulis, kamera, maupun literatur yang berhubungan dengan kajian penelitian

ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan bertanya

langsung langsung kepada informan. Wawancara sangat umum dilakukan dalam

penelitian kualitatif karena peneliti dapat mengeksplorasi data sebanyak mungkin

sehingga diperoleh data yang akurat dan mendalam. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur dimana

daftar pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk mempermudah peneliti

pada saat mewawancarai informan. Pertanyaan yang telah disusun tersebut

berfungsi sebagai pedoman awal bagi peneliti untuk mewawancarai informan.

Pada saat proses wawancara berlangsung di lapangan ternyata pertanyaan-

pertanyaan tersebut berkembang dengan munculnya pertanyaan baru sebagai

tanggapan peneliti atas jawaban yang diberikan informan. Arikunto (2006:227)

menyatakan bahwa dengan wawancara semi terstruktur, jawaban atau keterangan

33
yang diperoleh dapat meliputi semua variabel atau lebih mendalam. Dengan

demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat.

3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokomen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan

fokus masalah. Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung metode-metode

lainnya. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung

merupakan data sekunder karena didapatkan dari sumber kedua. Metode

dokumentasi menjadi penting dalam penelitian ini karena terkait dengan otensitas

penelitian serta untuk menghimpun data-data sekunder. Adapun data yang akan

dikumpulkan dengan metode dokumentasi yakni foto-foto terkait aktivitas peneliti

baik pada saat wawancara maupun observasi.

Metode dokumentasi informasi yang berasal dari catatan penting baik dari

lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini

merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian

Hamidi (2004:72). Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.

Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh

peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal media yang membahas

mengenai narasumber yang akan diteliti (Arikunto 2006:231).

3.6 Interpretasi Data

34
Interpretasi data merupakan proses menyusun agar data dapat ditafsirkan

(Nasution, 1996:126). Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola,

tema atau kategori. Interpretasi bukan hanya dilakukan pada tahapan akhir,

melainkan dilakukan sepanjang proses penelitian. Untuk menginterpretasi data

dalam penelitian ini akan digunakan model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles dan Huberman (Usman dan Purnomo, 2009:88).

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan

menggunakan beberapa komponen analisis, yaitu:

a. Pengumpulan data

Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat dan direkam dalam bentuk

naratif dan foto, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa

adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini,

kemudian dibuat catatan refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau

penafsiran peneliti atas fenomena yang ditemui di lapangan.

b. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan lapangan. Reduksi data dilakukan terus menerus selama penelitian

dilaksanakan. Reduksi data merupakan wujud analisis yang menajamkan,

mengklarifikasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak berkaitan dengan

pokok persoalan. Selanjutnya dibuat ringkasan, pengkodean, penelusuran tema-

tema, membuat catatan kecil yang dirasakan penting pada kejadian seketika yang

dipandang penting berkaitan dengan pokok persoalan. Nasution (1996:129)

35
mengatakan data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam

tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali

data bila diperlukan.

c. Penyajian data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan Nasution (1996:129). Pada tahapan ini data hasil temuan di lapangan

disajikan dalam bentuk teks deskriptif naratif, tabel, grafik, skema, gambar dan

lain-lain. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun

dalam bentuk padu dan mudah dipahami. Pada tahapan ini, peneliti mulai

mengkomparasikan teori yang digunakan untuk menganalisis data dengan fakta

yang ditemukan di lapangan.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya memaknai data

yang disajikan dengan mencermati pola-pola keteraturan, penjelasan, konfigurasi,

dan hubungan sebab akibat. Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan

verifikasi selalu dilakukan peninjauan terhadap penyajian data dan catatan di

lapangan.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari adanya keterbatasan yang berasal

dari internal dan eksternal peneliti. Keterbatasan internal yakni kemampuan dalam

menulis dan menyusun karya ilmiah yang minim serta pemahaman yang terbatas

36
terhadap teori-teori sosiologi. Ada pun keterbatasan eksternal berasal dari luar diri

peneliti seperti keterbatasan waktu penelitian yang disebabkan oleh letak lokasi

penelitian yang sangat jauh dan terpencil serta tuntutan orangtua supaya segera

menyelesaikan skripsi sehingga proses penelitian tidak dapat dilakukan dalam

jangka waktu yang lama. Akan tetapi walaupun waktu penelitian terbatas tidak

mengurangi niat peneliti untuk mengumpulkan data sedetail dan selengkap

mungkin.

Keterbatasan penelitian adalah hambatan-hambatan yang dihadapi peneliti

dalam melakukan penelitian pada saat dilapangan. Dalam hal ini peneliti

mengalami hambatan antara lain: dalam melakukan wawancara mendalam

terhadap informan, adanya keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam

melakukan proses wawancara dikarenakan jadwal olahraga yang berbeda-beda.

Peneliti hanya diberikan waktu untuk wawancara dari pihak sekolah ketika jam

olahraga berlangsung. Sehingga peneliti menunggu informan olahraga dulu

dengan guru olahraga setelah selesai peneliti baru bias mewawancarai informan.

Bukan hanya itu saja jadwal olahraga yang ada bertabrakan dengan kelas lain

yang juga menjadi informan bagi penelitian ini. Sehingga peneliti harus bisa

membagi waktu yang tepat untuk melakukan wawancara kepada informan.

37
BAB IV

INTREPETASI DATA DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Medan

Gambar 4.1 SMA Negeri 1 Medan

Pendirian SMAN 1 Medan dirintis pada tanggal 18 Agustus – 01

September 1950, pada mulanya berlokasi di Jalan Teuku Umar No. 1 Medan.

Dahulu SMA Negeri 1 Medan sempat disebut sebagai SMA Teladan. Pada tahun

1954, Kepala Urusan Pendidikan SMA Depdibud menugaskan beberapa SMA

Negeri terpilih untuk mengadakan kurikulum baru. Sekolah-sekolah ini kemudian

disebut sebagai SMA Teladan di masing-masing kota tersebut. Didasari oleh SK

Mendikbud nomor 12807/ a/ c pada tanggal 18 Desember 1957, beberapa SMA

teladan berdiri di Jakarta, Medan, Surabaya, Bukit Tinggi, dan Yogyakarta.

38
4.1.2 Lokasi Penelitian
SMA Negeri 1 Medan kini beralamatkan Jalan Teuku Cik Ditiro No. 1,

Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Medan, Provinsi Sumatera

Utara. Peta Lokasi SMA Negeri 1 Medan dapat dilihat melalui gambar dibawah

ini.

Gambar 4.2 Peta Lokasi SMA Negeri 1 Medan

4.1.3 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Medan


SMA Negeri 1 Medan adalah parameter pendidikan di Provinsi

Sumatera Utara yang juga dikenal sebagai salah satu SMA terbaik di

Indonesia.Saat ini SMANegeri 1 Medan mempunyai jargon “CERDAS” yang

merupakan singkatan dari “Creative, Educative, Rasional, Discipline, Asa dan

Spirit”. Hal ini sesuai dengan visi dan misi SMA Negeri 1 Medan yaitu :
Visi: Beriman, Bertaqwa dan Unggul dalam Prestasi Akademik dan Non

Akademik serta Berwawasan Lingkungan Hidup.


Misi : Melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangakan untuk

Menghantarkan Siswa Agar Berprestasi dalam Iptek Olahraga dan

Seni Berlandaskan Imtaq yang Siap Bersaing di Era Globalisasi Serta

Perduli Terhadap Lingkungan Hidup.

39
40
4.1.4 Struktur OrgaAISsi SMA Negeri 1 Medan

KEPALA SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH

KEPALA TATA
USAHA

WAKASEK SARANA
WAKASEK WAKASEK
PRASARANA WAKASEK HUMAS
KURIKULUM KESISWAAN

STAF KESISWAAN STAF HUMAS


STAF SARANA
STAF KURIKULUM
PRASARANA

PENJAB KELASOLIMPIADE SAINS OLIMPIADE NON


TEKNISI
UNGGULAN SAINS

KORDINATOR
KETUA MGMP BP/BK
GURU WALI
KELAS
OPERATOR GURU MATA
PELAJARAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Pembagaian Tugas dan Mekanisme Kerja SMA


SISWA

Negeri 1 Medan

4.1.5 Fasilitas SMA Negeri 1 Medan

Sekarang ini SMA Negeri 1 Medan memiliki dengan jumlah siswa ±

1400 siswa dengan 40 kelas yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII, serta dua

pembagian jurusan yaitu IPA dan IPS.Jam belajar yang diberlakukan di SMA

Negeri 1 Medan adalah jam belajar setengah hari, yaitu dari pukul 07.00 –

13.45 WIB dengan dua kali jam istirahat, yaitu pukul 10.10 – 10.30 WIB dan

41
12.30 – 13.00 WIB. Sesuai dengan tata tertib sekolah, setiap siswa wajib hadir

sebelum bel jam pertama berbunyi dan tidak dibenarkan keluar dari pekarangan

sekolah selama proses belajar mengajar berlangsung. Siswa yang telambat

hadir tidak dibenarkan mengikuti proses belajar mengajar.


SMA Negeri 1 Medan memiliki 100 guru yang terbagi dalam

beberapa mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Kimia,

Biologi, Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Agama, Prakarya, Bahasa Inggris,

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Sejarah, dan Olahraga. Kurikulum yang

digunakan di SMA Negeri 1 Medan adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006. Kurikulum 2006 adalah sebuah

kurikulum oprasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di

masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Salah satu perubahan yang

menonjol pada KTSP dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya adalah

KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan

dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah

pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk

dikembangkan dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Meski

terdapat kebebasan untuk melakukan pengembangan pada tingkat satuan

pendidikan , namun pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP).
Selain mata pelajaran wajib, SMA Negeri 1 Medan juga memberikan

pilihan ekstrakulikuler yang dapat meningkatkan dan melahirkan siswa-siswa

kreatif yang berbakat di bidang kesenian, seperti musik, drama, tari dan

42
sebagainya. Kegiatan ini dilakukan setelah jam pelajaran selesai atau dengan

kata lain setelah jam 13.45 WIB. Kegaitan ekstrakulikuler ini tidak dilakukan

setiap hari tetapi sesuai dengan kesepakatan antara peserta dan pelatih. Adapun

pilihan ekstrakulikuler yang diberikan antara lain OSIS, Badan Kemakmuran

Mesjid Ibnu Sina SMA Negeri 1 Medan (BAKMISS), PA Bukit Sion (PABS),

KSSK St. Aloyslus Gonzaga, Paduan Suara Sola Gratia, Paskhaskibra,

Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Social Study Club (S2C), ICT-One

Community, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Ekstrakulikuler Jurnalistik dan

Sastra (EJS), English Club, Olahraga Prestasi (OP), Karate Dojo Smansa,

Sanggar Seni Smansa (SSS), Cinematography of Smansa (CITOS), Teater

Rawit Smansa, Radio Sekolah (RASE), dan Marching Band Bahana Suara

Smansa (MBBSS).
Kegiatan ekstrakulikuler dan orgaAISsi di SMANegeri 1 Medan telah

membuktikan kualitasnya melalui berbagi kompetisi baik tingkat regional

maupun nasional, dan jarang kembali dengan tangan kosong. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya penghargaan-penghargaan dan koleksi piala yang

terpampang di lobby sekolah ini. Prestasi-prestasi ini tentu saja tidak terlepas

dari tersediannya berbagai fasilitas dimiliki SMANegeri 1 Medan untuk

menunjang kegiatan belajar mengajar serta kegiatan ekskul dan orgaAISsi.

Fasilitas tersebut antara lain Perpustakaan, WIFI, Kelas dengan peralatan

pelajaran yang lengkap dengan proyektor, Laboratorium Biologi, Laboratorium

Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa,

Mesjid, Aula, UKS, Ruang Badminton, Foodcourt, Rumah 3R dan Lobby

Sekolah.

43
44
45
Gambar 4.3 Fasilitas Pendukung di SMA Negeri 1 Medan
4.2 Profil Informan
Informan I
1. Nama : MSP
2. Kelas : XII OSN
3. Alamat : Jalan Aman 2 No. 65 Medan
4. Usia : 16 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pegawai Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp5.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp500.000,-/bulan

Tepat tanggal 01 Februari 2019 pagi hari, peneliti melakukan wawancara

untuk yang pertama kalinya. Peneliti melakukan wawancara kepada informan

disaat jam olahraga berlangsung. Peneliti diperbolehkan melakukan proses

wawancara di saat jam olahraga, karena tidak diperbolehkan saat proses belajar

mengajar di kelas. Sebelum hari dilaksanakan wawancara, peneliti menggunakan

teknik snowball untuk mendapatkan akses berhubungan langsung dengan

informan. Peneliti memanfaatkan teknik tersebut dalam membuka akses pada

semua informan.

46
MSP merupakan kelas OSN yang dipersiapkan untuk kelas olimpiade.

Apabila ada olimpiade maka siswa kelas Osn ini yang akan dipersiapkan untuk

olimpiade. MSP sangat kooperatif dalam memberikan jawaban akan pertanyaan

yang peneliti lontarkan.Pertama kali yang peneliti lakukan adalah menanyakan

data diri informan. MSP merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan MSP

juga mempunyai dua akun media sosial instagram. Pertama adalah real account

dan yang kedua adalah second account.


MSP juga sangat sering untuk membuka sosial media instagram. Baginya

apabila dia tidak membuka instagram dalam sehari rasanya itu aneh. Jadi setiap

hari MSP harus membuka instagram. Hampir setiap saat MSP membuka sosial

media instagramnya sehingga MSP terkena limited instagram di dalam hpnya.

Bagi MSP di instagram itu media sosial yang menarik karena banyak hal yang

bisa dilihat dan tidak membosankan seperti media sosial lainnya. Oleh karena itu

MSP hanya mempunyai media sosial instagram di luar media sosial chatting.
MSP juga sangat sering berbelanja online di instagram, dalam sebulan

MSP bisa melakukan 2-3 kali untuk berbelanja online. Kemudian peneliti

menanyakan mengenai endorse di media sosial instagram dan beliau sangat

mengatahui endorse di media sosial instagram. MSP juga sangat sering melihat

endorse-endorse yang dilakukan para artis maupun selebgram di media sosial

instagram.

Informan II
1. Nama : AIS
2. Kelas : XII OSN
3. Alamat : Jalan Flamboyan Raya Komplek Griya

Nusa III Blok. C No. 09 Medan


4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan

47
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pensiunan BUMN PTPN 3
Ibu : PNS
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp8.000.000,00
Ibu : Rp5.000.000,00
8. Uang Saku : Rp900.000,-/bulan

AIS merupakan salah satu siswa yang juga termasuk di kelas olimpiade di

SMA Negeri 1 Medan. AIS merupakan perempuan berhijab dan perempuan yang

sangat ramah. Saat diminta untuk melakukan proses wawancara AIS sangat ramah

sekali dalam melakukan proses wawancara, sangat terbuka dan ceria. Jawaban-

jawaban yang diberikan AIS juga sangat objektif dan AIS sangat mengerti sekali

kemana arah tujuan dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. AIS merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara.


AIS mempunyai tiga akun instagram yang merupakan, real account,

second account dan fake account. Real account digunakan untuk aktivitas sehari-

hari dan kehidupan pribadinya, dan di real account tersebut AIS dapat berinteraksi

dengan teman-teman dan keluarganya. Sedangkan second account digunakan

untuk follow artis-artis, selebgram, youtuber dan kehidupan mereka. AIS sangat

suka dengan boyband Korea, jadi dari second account tersebut AIS biasanya

melihat artis Korea yang digemarinya.


Kemudian fake acoount AIS gunakan untuk melihat seseorang yang ingin

dilihatnya. Fake account tersebut sangat di sembunyikan oleh AIS. Dalam

menggunakan sosial media instagram AIS juga sangat sering membukanya.

Dalam sehari AIS bisa membuka instagram dua jam lamanya tanpa berhenti

apalagi disaat malam hari, tetapi selain instagram AIS juga menggunakan akun

48
media sosial twitter. Karena boyband Korea tersebut lebih aktif menggunakan

media sosial twitter daripada instagram.


Selain itu AIS juga sangat sering berbelanja online khususnya di

instagram. Dalam sebulan AIS bisa berbelanja 3-4 kali dan bisa lebih. Apalagi saat

membeli barang-barang yang berkaitan dengan boyband korea diluar itu juga AIS

juga sering berbelanja online di instagram. Setelah itu peneliti bertanya mengenai

endorse kepada AIS, dan beliau menjawab sangat mengetahui mengenai endorse

dan hal itu sudah tidak asing di zaman sekarang itu menurut AIS. Bahkan AIS

juga beropini bahwa dia kadang sangat dibantu melalui endorse saat berbelanja

online walaupun kadang ada tidak baiknya juga, tetapi endorse menurut AIS

sangat membantu dan bagus sekali.

Informan III
1. Nama : AP
2. Kelas : XII MIA 1
3. Alamat : Jalan Sunggal Komplek Somer Set

Fegensi C 11a
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pegawai Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp30.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp2.000.000,-/bulan

AP merupakan siswa kelas 12 MIA (Matematika Ilmu Alam) atau

sebeleum berganti dikenal dengan kelas IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). AP

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan AP hanya mempunyai satu akun

instagram. Dalam satu akun tersebutlah AP melihat dan mengikuti teman-

temannya dan keluarganya. Bukan hanya itu saja AP juga mengikuti beberapa

49
artis atau selebgram. Tidak hanya artis Indonesia, artis luar negeri juga mengisi

following instagramnya. Dalam menggunakan instagram sehari-hari juga AP

sangat sering bahkan durasi tiga jam nonstop dan AP juga terkena limited

instagram. Setiap saat AP akan menggunakan instagram kecuali sedang proses

belajar mengajar berlangsung.


Perempuan berhijab ini juga sangat suka berbelanja online di instagram,

tetapi tidak mempunyai waktu yang tentu atau berapa kali. Saat ada barang yang

diinginkan AP pasti akan berbelanja tidak peduli sudah berapa kali berbelanja

dalam sebulan, yang pasti dalam sebulan tersebut pasti ada berbelanja online. AP

juga sangat suka barang-barang bermerek dan barang-barang luar negerti.

Biasanya AP sering membeli barang-barang seperti itu yang pastinya tidak ada di

Medan maka AP akan berbelanja online untuk mendapatkan barang luar negeri

yang tidak didapatkannya.


Saat ditanyakan mengenai endorse, AP sangat mengetahui hal itu, karena

AP juga pernah di-endorse salah satu online shop . Saat itu AP di-endorse untuk

menggunakan baju yang dijual oleh online shop tersebut dengan imbalan AP

diberikan beberapa baju termasuk yang di endorse kan oleh AP. Endorse sangat

menguntungkan menurut AP apalagi saat barang tersebut di-endorseo oleh para

artis yang sudah mempunyai nilai jual. AP juga mengatakan bahwa endorse yang

dilakukan para artis atau selebgram sangat membantu dirinya apabila mencari

barang yang diinginkannya dan ingin berbelanja online.

Informan IV
1. Nama : NMP
2. Kelas : XII MIA 6
3. Alamat : Jalan Binjai Km. 12 Komplek Palem

Kencana Blok EE. No. 01

50
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Dokter Gigi
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp5.000.000,00
Ibu : Rp5.000.000,00
8. Uang Saku : Rp1.500.000,-/bulan

NMP mempunyai dua akun instagram, yang merupakan real account dan

second account. Real account biasa digunakan beliau untuk kehidupan pribadinya

dan termasuk akun media sosial yang digunakan untuk melihat dan berinteraksi

dengan teman-teman sekolah, teman ekskulnya yaitu basket dan juga saudara-

saudaranya. Following real account instagramnya juga diisi oleh beberapa artis

maupun selebgram. Sedikit berbeda dari beberapa informan lainnya, NMP tidak

menggunakan second accountnya untuk nge-follow artis atau selebgram tetapi

real account. NMP mempunyai beberapa selebgram yang sangat disukainya.


NMP sangat sering menggunakan instagram, setiap hari wajib

menggunakan instagram. NMP juga mempunyai hal-hal wajib yang harus beliau

lihat di instagarm seperti video lucu, beauty blogger, snapgram teman-teman dan

para artis atau selebgram yang diikutinya. Tidak hanya instagram NMP juga

sering membuka youtube untuk melihat beauty blogger yang dilihatnya di

instagram dan berpindah ke youtube untuk melihat video sepenuhnya. Karena

NMP sangat menyukai hal-hal yang mengenai make up dan kecantikan.


Sehingga hal itu sering membuat NMP berbelanja online terutama untuk

berbelanja make up yang sering dilihatnya di beauty blogger. Dalam berbelanja

online NMP mempunyai jadwal rutin untuk berbelanja online. Dalam sebulan

NMP akan berbelanja online dua kali, tetapi saat ada barang yang memang sangat

51
diinginkannya walaupun sudah berbelanja dua kali akan menjadi pertimbangan

bagi NMP untuk berbelanja online. Tanpa peneliti tanya tentang endorse NMP

sudah mengatakan lebih dulu bahwa selebgram-selebgram yang diikutinya

merupakan selebgram endorse-an dan NMP sering berbelanja online dari barang-

barang yang di endorse selebgram tersebut. Hal itu sangat memudahkan dan

menguntungkan bagi NMP terutama untuk fashion dan make up yang memang

disukai oleh NMP.

Informan V
1. Nama :H
2. Kelas : XII MIA 6
3. Alamat : Jalan Sekata Gang Madrasah No. 15B
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp20.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp1.400.000,-/bulan

Perempuan berhijab ini satu-satunya informan peneliti yang mempunyai

nama tersingkat dan yang paling ramah diantara beberapa informan lainnya.

Apabila ada yang ramah tetapi H lebih dari itu. Bahkan saat proses wawancara

tersebut sudah berakhir dan bertemu di hari lain beliau bahkan menyapa peneliti

dan meningat peniliti tidak dengan informan lainnya. H sangat friendly sekali

bersama peneliti dan itu sangat memudahkan dan menguntungkan saat proses

wawancara berlangsung. Karena H akan menceritakan semuanya tanpa ada yang

ditutup-tutupi olehnya.
H mempunyai tiga akun instagram, yang merupakan real account dan

duanya fake account. Akun fake account H gunakan untuk ngestalking hal-hal

52
yang diinginkannya. Sedangkan real account H gunakan untuk kehidupan

pribadinya dan mengikuti beberapa artis. H lumayan banyak untuk mengikuti

beberapa artis terutama artis Indonesia. Bahkan H sampai mengikuti akun gosip

seperti Lambe Turah.


H juga sangat sering untuk menggunakan media sosial instagram tiada hari

tanpa buka instagram itu menurut H. Karena menurut H sendiri dirinya itu suka

ingin tahu sama kehidupan para artis. H juga suka berbelanja online di instagram,

minimal sebulan dua kali perbulannya dan bisa lebih. Saat ditanyai mengenai

endorse, H mengaku bahwa beliau sangat mengetahui tentang hal itu bahkan

sangat membantu. Bahkan H juga akhirnya tahu mengenai barang-barang karena

di-endorse oleh artis maupun selebgram.

Informan VI
1. Nama : OA
2. Kelas : XII MIA 8
3. Alamat : Jalan Balam Komplek Green Balam Town

House No. 3A
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Kontraktor
Ibu : Kontraktor
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp10.000.000,00
Ibu : Rp10.000.000,00
8. Uang Saku : Rp1.500.000,-/bulan

OA juga merupakan salah satu siswa kelas dua belas di SMA Negeri 1

Medan. Saat mewawancarai OA sedang tidak berolahraga tetapi guru mata

pelajarannya sedang tidak masuk sehingga saat itu OA sedang berada di luar

kelas, sehingga peneliti menemui OA dan meminta kesediannya untuk melakukan

wawancara. OA orang yang sangat terbuka dan OA sangat jujur dengan apa yang

53
dialaminya, dan OA mengatakan semuanya kepada peneliti. OA merupakan anak

tunggal ditengah kedua orangtuanya bekerja sebagai kontraktor. OA mempunyai

tiga akun instagram, yang terdiri real account, second account dan fake account.

Second account yang dimiliki OA merupakan akun khusus make up yang

dilakukan oleh OA. Beliau sangat senang dengan make up sehingga ia membuat

khusus instagram tentang make up dirinya sendiri.


Selain hal itu, OA juga suka berbelanja online dalam sebulan OA bisa

berbelanja tiga sampai empat kali, bahkan OA juga mengatakan bahwa beliau

baru saja berbelanja online. Bagi OA berbelanja online itu menjadi suatu

keharusan untuk dirinya. Saat ditanyai mengenai endorse OA tertawa terbahak-

bahak, karena hal itu tidak asing baginya. Karena OA mempunyai beberapa

teman-teman selebgram yang ada di Medan, dan OA juga pernah di-endorse oleh

online shop yang ada di Medan.


Bagi OA endorse itu bagus karena selain menguntungkan bagi siapa yang

di endorse dan diuntungkan bagi online shop tersebut, endorse juga sangat

membantu untuk mencari barang-barang yang diinginkannya. Bukan hanya itu

saja OA sangat banyak mengikuti beberapa selebgram Indoensia terutama dia

sangat suka salah satu artis Awkarin. Bahkan pada saat wawancara tersebut OA

sedang menggunakan kuku palsu yang dibelinya melalui online shop, barang

tersebu diketahuinya melalui endorse yang dilakukan oleh selebgram Awkarin.

Jadi bagi OA endorse itu sudah hal biasa baginya, karena setiap hari OA akan

melihat artis-artis atau selebgram yang melakukan endorse di media sosial

instagram.

Informan VII
1. Nama : SF

54
2. Kelas : XII MIA 5
3. Alamat : Jalan Jamin Ginting Komplek Citra

Garden Blok C 15 Medan


4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp8.000.000,00
Ibu :-

8. Uang Saku : Rp900.000,-/bulan

SF kerap kali dipanggil dengan sebutan SF oleh teman-temannya. SF

merupakan teman dekat oleh OA. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama

di saat ada kesempatan. Karena mereka berteman dari SMP sehingga mereka

memutuskan untuk di sekolah yang sama hingga akhirnya mereka dipisahkan

dengan kelas yang berbeda tetapi tidak menghambat pertemanan mereka, saat

sedang istirahat atau yang lainnya mereka akan menemui satu sama lainnya untuk

menghabiskan waktu bersama.


Beda halnya dengan OA, SF merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

SF juga mempunyai dua akun instagaram yang pertama real account dan second

account. Akun yang kedua SF lihat untuk nge-stalk terutama untuk nge-stalk

pacarnya itu yang disampaikan oleh SF sehingga tidak ada yang tahu mengenai

second account SF, saat Peneliti ingin melihat SF tidak memperbolehkannya

karena akun tersebut sangat private bagi SF.


SF juga sama seperti OA yang sangat suka berbelanja online, dalam

sebulan SF bisa berbelanja online dua sampai tiga kali dan bisa lebih. Karena bagi

SF lebih enak untuk berbelanja online daripada langsung karena tidak capek untuk

pergi mencari barang tersebut. Saat berbelanja online juga kerap kali

55
menyanyakan pendapat OA tentang online shop ataupun barang yang akan dibeli

oleh SF sehingga terkadang mereka sering membeli barang sama dan berbelanja

sama.
Peneliti juga menanyakan bagaimana menurut pendapat SF tentang

endorse, dan beliau mengatakan bahwa endorse merupakan hal yang menarik dan

dia ingin juga di-endorse seperti selebgram. Bagi SF dia juga terkena dampak dari

OA yang suka melihat artis-artis maupun selebgram di instagram yang suka

melakukan endorse di media sosial instagram. Bahkan SF sangat banyak

mengikuti selebgram di instagramnya dibandingkan OA. Apabila OA hanya

mempunyai beberapa saja lain halnya dengan SF yang mengikuti lebih banyak.

Karena bagi SF menarik saja melihat artis-artis atau selebgram-selebgram di

media sosial instagram tersebut bahkan sampai kehidupan mereka.

Informan VIII
1. Nama : IMM
2. Kelas : XII MIA 2
3. Alamat : Jalan Setiabudi Komplek Ambasador No.

39 Medan
4. Usia : 16 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pegawai Bank
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp15.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp900.000,-/bulan

IMM ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada saat melakukan

wawancara tersebut ternyata IMM tidak masuk ke kelasnya atau yang sering

dikatakan cabut. IMM tidak suka dengan mata pelajaran di kelasnya hingga

akhirnya ia memilih untuk makan di kantin bersama dengan teman-temannya

56
hingga jam pulang. IMM merupakan orang yang sedikit cuek tetapi feminim

dilihat dari perilakunya.


IMM mempunyai dua akun instagram yang terdiri real account dan

second account. IMM mengaku bahwa banyak hal yang dapat dilakukannya di

media sosial instagram dan beliau hanya mempunyai media sosial intsgaram saja

tidak media sosial lainnya. IMM juga mengaku bahwa beliau sangat sering sekali

membuka instagram. Ketika bosan dan sebelum tidur IMM akan membuka

instagram sampai beliau benar-benar lelah dan kemudian tidur apabila tidak IMM

akan terus membuka instagramnya.


IMM juga suka melakukan berbelanja online di instagram. Tiap bulan

IMM harus berbelanja online dan tidak pernah absen dalam tiap bulannya.

Terutama IMM paling suka berbelanja make up maupun skin care mau tidak mau

IMM harus banyak mengeluarkan uang untuk membeli barang tersebut. Saat

ditanya mengenai endorse, IMM sangat mengetahui tentang hal itu. Karena

menurutnya endorse sudah menjadi hal yang biasa di zaman sekarang. Karena

barang-barang online yang ada pasti akan menggunakan jasa endorse. Karena hal

itu sangat membantu menurutnya. Apabila tidak menggunakan endorse

menurutnya itu hal yang merugikan dan meragukan. Karena kepercayaan di

online shop tersebut dilihat bagaimana barang tersebut di endorse oleh seorang

artis ataupun selebgram, karena IMM juga melihat hal itu apabila dia ingin

berbelanja online yang masih baru.

Informan IX
1. Nama : SRRL
2. Kelas : XII MIA 2

57
3. Alamat : Jalan Ringroad Komplek Tasbih Blok 1

No. 74 Medan
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah :-
Ibu : Pegawai Swasta
7. Penghasilan Orangtua
Ayah :-
Ibu : Rp4.000.000,00
8. Uang Saku : Rp1.000.000,-/bulan

SRRL merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan SRRL hanya

mempunyai seorang Ibu. Ayah SRRL sudah meninggal dan hal itu membuat

Ibunya yang bekerja dibantu dengan Kakaknya yang pertama. SRRL juga

mempunyai seorang pacar karena dibelakang handphonenya terdapat foto dirinya

dan pacarnya sedang foto di studio foto box.


SRRL hanya menggunakan satu akun instagram dan semuanya

dilakukannya di instagram tersebut termasuk mengikuti beberapa artis maupun

selebgram. SRRL sangat sering menggunakan instagram dalam kehidupan sehari-

harinya. SRRL juga sering mengabadikan kegiatan sehari-harinya di instagram

melalui snapgram. SRRL mempunyai hobi makan, sehingga di instagarm SRRL

sangat sering melihat makanan-makanan yang lucu dan bagaimana cara membuat

makanan yang lucu dan enak. Walaupun suka makan SRRL mempunyai tubuh

yang kurus jadi tidak terlihat bahwa dirinya suka makan apabila tidak dikatakan.
SRRL juga suka berbelanja online di instagram, saat ada barang-barang

yang lucu dan yang diinginkannya SRRL akan membelinya melalui online.

Sehingga setiap bulan SRRL pasti akan berbelanja. Termasuk makanan SRRL

membeli online. Apalagi saat makanan tersebut tidak membuka gerai toko. Selain

makanan SRRL juga suka dengan hal-hal yang lucu termasuk kucing, jadi di

58
instagram SRRL sangat suka melihat video-video lucu tentang kucing. Karena hal

itu membuat SRRL ingin memelihara kucing hanya saja tidak diperbolehkan

karena tidak akan ada yang merawatnya apabila SRRL sedang tidak di rumah.

Karena SRRL lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah.


Saat ditanyai mengenai tentang endorse, SRRL mengaku bahwa dirinya

sangat mengetahui hal itu. Karena endorse merupakan hal yang biasa di zaman

sekarang terutama untuk online shop pasti akan menggunakan jasa endorse.

SRRL juga mempunyai beberapa teman yang mengelola online shop dan

menggunakan jasa endorse kepada selebgram-selebgram yang menurutnya sangat

membantu untuk mempromosikan barang yang dijual tersebut. SRRL juga

mengaku bahwa saat berbelanja online dirinya sangat terbantu dengan adanya

endorse, karena tidak lagi susah ketika mencari barang terutama online shop yang

dapat dipercaya.
Informan X
1. Nama : RTVS
2. Kelas : XI OSN 1
3. Alamat : Jalan Bayu Ringroad
4. Usia : 16 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : POLRI
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp7.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp2.500.000,-/bulan

Perempuan berhijab ini kerap kali dipanggil dengan sebutan RTVS oleh

teman-temannya. RTVS merupakan informan pertama peneliti yang duduk di

kelas sebelas dan RTVS duduk di kelas olimpiade yang ada di SMA Negeri 1

59
Medan tersebut. RTVS merupakan perempuan yang sopan, baik dan juga ramah.

RTVS merupakan anak pertama dari empat bersaudara.


RTVS hanya mempunyai satu akun intsagram saja tidak dengan beberapa

informan yang lainnya. Karena bagi RTVS satu saja cukup tidak perlu ingin tahu

dengan orang lain menggunakan fake account, karena baginya yang mempunyai

fake account orang yang iri dan ingin tahu dengan kehidupan orang lain. Jikalau

mau tahu tunjukkan saja dengan diri sendiri jangan seperti orang yang pengecut

menurut RTVS. Dalam menggunakan instagaram RTVS sangat sering karena

banyak hal yang dapat dilakukan di instagram.


RTVS sangat menyukai dengan hal-hal yang berkaitan dengan make up

jsehingga RTVS suka melihat beauty blogger atau hastag yang berkaitan dengan

make up yang ada di instagaram. Jadi dalam menggunakan instagram merupakan

hal yang rutin dilakukan bagi RTVS. Kemudian RTVS juga suka berbelanja

online melalui instagram. Dalam sebulan RTVS bisa berbelanja online dua sampai

tiga kali bahkan bisa lebih tergantung kebutuhan. Bagi RTVS berbelanja online di

zaman sekarang sudah biasa, apalagi sudah banyak media-media yang bisa

digunakan untuk berbelanja online.


RTVS tidak hanya sering melakukan berbelanja online di instagram di

tempat lain juga RTVS sering berbelanja online, seperti Shoppe dan Lazada. Saat

ditanya mengenai endorse, RTVS menjawab sangat mengetahui tentang endorse.

Karena selebgram make up yang disukainya kerap kali melakukan endorse di

media sosial instagramnya dan hal itu membuat RTVS terkadang tertarik untuk

berbelanja online terutama di bidang make up. Dalam berbelanja RTVS terkadang

tidak bisa untuk tidak berbelanja tiap bulannya terutama untuk make up dan

60
fashion. Bahkan untuk membeli barang-barang yang diinginkannya RTVS sudah

tahu artis atau selebgram mana yang mengendorse-kan barang tersebut.

Informan XI
1. Nama : JAS
2. Kelas : XI OSN 2
3. Alamat : Jalan Harmonika Baru Komplek Setia

Budi Mansion Blok A No. 01


4. Usia : 15 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Wiraswasta
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp25.000.000,00
Ibu : Rp25.000.000,00
8. Uang Saku : Rp5.000.000,-/bulan

Perempuan beretnis Karo ini sering dipanggil dengan sebutan JAS. Ia juga

mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Diantaranya, paduan

suara dan OSIS. Dari semua informan yang peneliti punya, JAS yang mempunyai

uang saku paling banyak perbulannya. JAS merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. JAS mempunyai dua akun instagram, yang satunya merupakan

second account. Akun tersebut digunakan JAS untuk mengikuti beberapa artis

maupun selebgram. Sedangkan real account digunakan untuk kehidupan sehari-

harinya dan mengikuti orang-orang yang dikenalnya.


JAS sangat sering menggunakan instagram sama halnya dengan informan

lainnya bahwa dalam menggunakan instagram merupakan suatu kegiatan rutin dan

harus, akan merasa aneh apabila tidak melihat instagram dan akan ketinggalan

info tentang apapun jikalau tidak membuka instagram dalam sehari itu

menurutnya. Sehingga JAS tidak akan pernah tidak mempunyai kouta. Bahkan

61
belum sampai sebulan dengan waktu ketentuan kouta tersebut sudah habis

digunakannya karena sangat sering menggunakan instagram.


JAS juga suka berbelanja online di instagram. Sama halnya dengan

informan lainnya JAS mempunyai jadwal rutin setiap bulannya untuk berbelanja

online. JAS tidak mempunyai target berapa kali belanja online dalam sebulan, saat

ada barang yang diiginkannya dan disukanya maka dia langsung membelinya

tidak peduli sudah berapa kali ia berbelanja dalam sebulan. Bagi JAS berbelanja

merupakan suatu kewajiban untuk berbelanja tiap bulannya, apabila tidak

berbelanja ia merasa aneh.


Endorse tidak asing bagi JAS, bagi pengguna instagram itu merupakan hal

yang wajib diketahui karena banyak artis yang banyak melakukan hal tersebut.

Baginya endorse sangat menguntungkan terutama bagi siapa yang mempunyai

followers terbanyak, sama halnya dengan artis apabila followersnya banyak

bahkan semakin tinggi juga tarif jasa endorsenya. Saat hendak berbelanja online

JAS akhirnya mengetahui barang yang hendak dibelinya setelah melihat artis atau

selebgram tersebut mengendorsekan dan memakai barang tersebut.

Informan XII
1. Nama : MMS
2. Kelas : XII MIA 7
3. Alamat : Jalan Bakti Luhur Kompleks Mega Town

House Blok B 7
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : PNS
Ibu : PNS
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp7.000.000,00
Ibu : Rp7.000.000,00
8. Uang Saku : Rp1.500.000,-/bulan

62
Dari semua informan peneiliti hanya MMS yang berjenis kelamin laki-

laki. Karena hanya MMS yang mempunyai kriteria informan yang sesuai dengan

penelitian ini. MMS orang yang ramah dan sedikit humoris, karena saat

melakukan proses wawancara MMS suka melakukan hal-hal bercanda yang

membuat peneliti tertawa karena candaannya. MMS adalah orang yang memiliki

pikiran luas terlihat dari jawaban-jawaban yang diberikannya kepada peneliti.

MMS juga sangat menyukai olahraga sepak bola, maka ketika peneliti ingin

mewawancarai MMS baru saja selesai bermain sepak bola.


Mengenai media sosial instagram MMS hanya mempunyai satu akun

instagram, karena menurutnya memiliki banyak akun instagram tidak memiliki

faedah yang jelas sehingga ia hanya memiliki satu akun instagram. Menurut MMS

orang yang mempunyai beberapa akun instagram kurang kerjaan dan tidak

percaya pada dirinya sendiri. MMS termasuk orang yang sering menggunakan

instagaram. MMS suka melihat pemain bola dan mengetahui jadwal-jadwal

pertandingan bola dari instagram.


Sama halnya dengan yang lain MMS juga suka melakukan berbelanja

online di instagram, terutama untuk belanja baju dan sepatu. Karena menurutnya

lebih enak dan praktis tinggal lihat, pilih dari handphone kemudian bayar, barang

tersebut akan diantar kerumah. Tidak lagi capek mencari barang tersebut

ketempat-tempat. Dalam berbelanja online MMS tidak menentukan berapa

banyak dalam sebulan tapi yang pasti setiap bulan sekali MMS minimal sekali

berbelanja online.
Saat ditanyai mengenai endorse, MMS mengetahui hal itu walaupun ia

tidak mengikuti artis endorse-an tapi dia pernah melihat beberapa kali di

instagram. Terkadang saat berbelanja online MMS suka melihat beberapa artis

63
mengendorse barang tersebut, bahkan karena endorse MMS akhirnya membuat

suatu pertimbangan baginya untuk berbelanja dan mempercayai online shop

tersebut. MMS tidak mengetahui siapa nama artis atau selebgram yang meng-

endorse tersebut tetapi dia tahu bahwa profesinya adalah artis, karena ia tidak

terlalu mengikuti hal-hal seperti itu. Menurutnya cowok itu mempunyai sikap

cuek jadi tidak terlalu perduli dengan hal-hal seperti itu.

Informan XIII
1. Nama : DA
2. Kelas : XII MIA 5
3. Alamat : Jalan Karya Gang Rukun No. 2B
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pelayaran
Ibu : Pegawai Swasta
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp50.000.000,00
Ibu : Rp5.000.000,00
8. Uang Saku : Rp1.200.000,-/bulan

Perempuan 17 tahun ini yang akrab di panggil DA merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. DA memiliki tiga akun instagram, yang terdiri dari

real account, second account dan fake account. Sama halnya dengan informan

lainnya yang mempunyai fungsi berbeda-beda dalam akun tersebut. DA juga

melakukan hal yang sama dengan lainnya termasuk juga mengikuti beberapa artis

dan selebgram di instagramnya. Karena menurutnya dari perkembangan zaman

banyak sekali bermunculan selebgram-selebgram yang terkenal di masa sekarang

yang membuatnya penasaran.


Dalam menggunakan instagram DA sangat sering melakukannya, karena

menurutnya apabila tidak menggunakan instagram itu termasuk hal yang tidak

keren. Dalam instagram banyak hal yang diketahuinya seperti kehidupan para artis

64
yang disukainya. Bagi DA instagram itu seperti makan yang harus dilakukan

setiap hari. Sama halnya dengan berbelanja online. DA sangat sering melakukan

hal tersebut karena menurutnya barang-barang yang dijual di online shop itu

sangat cantik-cantik dan lucu.


Hal itu membuat DA ingin terus berbelanja bahkan DA bisa berbelanja

online dalam sebulan lima kali karena DA sangat gampang terpengaruh sama apa

yang dinilainya lucu. Jadi endorse sudah menjadi hal yang biasa bagi DA karena

ia setiap hari melihat itu karena mengikuti artis dan selebgram. Baginya endorse

itu menguntungkan terutama saat membeli barang-barang yang diinginkannya.

Bahkan DA juga sering berbelanja karena endorse yang sering dilihatnya.

Informan XIV
1. Nama : SFL
2. Kelas : XII MIA 7
3. Alamat : Jalan Brigjend Katamso No. 319 Medan
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp10.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp2.000.000,-/bulan
Sama halnya dengan informan sebelumnya, perempuan yang akrab disapa

SFL ini mempunyai tiga akun instagram dan mempunyai fungsi yang berbeda-

beda. Menurutnya instagram lebih bagus di spesifikkan agar terlihat rapi dan

memudahkannya. Begitu juga dalam menggunakan instagram SFL sangat sering

menggunakannya tidak terhitung seberapa sering dan seberapa lama dalam sehari

ia menggunakan instagram. Karena dalam menggunakan instagram menurutnya

menjadi suatu hal kewajiban apabila tidak ingin kehilangan informasi.

65
SFL juga kerap kali berbelanja online di instagram, ia mempunyai jadwal

untuk berbelanja online dan itu sebanyak empat kali dalam sebulan. Apabila

dalam sebulan tersebut tidak berbelanja empat kali maka akan dialihkan ke bulan

berikutnya. Begitu juga ketika ditanyakan mengenai endorse, itu biasa

dilakukannya karena setiap hari ia melihat endorse dari beberapa artis maupun

selebgram yang diikutinya.


Menurutnya endorse tersebut sangat bagus dan membantu saat ingin

berbelanja online karena ia mengetahui reviewnya secara jelas. Tetapi ia

mengatakan ada beberapa hal yang tidak disukainya mengenai endorse yaitu

apabila artis atau selebgram tersebut tidak melihat bagaimana kualitas barang

tersebut. Apabila barang itu palsu dan terkesan murahan selebgram tersebut tidak

peduli, yang penting ia hanya promosikan barang tersebut dan dapat uang. Karena

SFL pernah tertipu dengan barang endorse-an yang dilakukan seorang selebgram,

apa yang disampaikan selebgram tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya

hingga akhirnya SFL tidak percaya pada selebgram tersebut dan mulai memilih-

milih artis atau selebgram yang akan menjadi pertimbangan pada saat ia melihat

endorse-an suatu barang dan membelanjakannya.

Informan XV
1. Nama : KSA
2. Kelas : XII MIA 5
3. Alamat : Jalan Pahlawan No. 3/5
4. Usia : 18 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : Dokter Anak
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Penghasilan Orangtua
Ayah : Rp30.000.000,00
Ibu :-
8. Uang Saku : Rp4.000.000,-/bulan

66
9. Nama Instagram : KhalidaKSAbilaziz

Perempuan berhijab ini merupakan informan terakhir yang peneliti

wawancarai. KSA merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan KSA

merupakan orang kedua yang mempunyai uang saku terbanyak. KSA memiliki

lima akun instagram dan KSA adalah informan yang mempunyai akun terbanyak

yang peniliti punya dari informan lainnya. KSA mempunyai dua fake account,

real account, second accound, dan akun bersama dirinya dengan pacarnya. KSA

juga mengikuti beberapa artis dan selebgram di akun instagramnya.


Dalam menggunakan instagram KSA sangat sering melakukannya karena

hal itu menjadi suatu keharusan baginya terutama di akun bersama dengan

pacarnya. Setiap saat ia pasti membuka instagram. Sama halnya dengan

berbelanja online, ia sering melakukan hal itu. Dalam sebulan bisa berbelanja

sebanyak lima kali bahkan menurutnya bisa lebih dari itu. Sehingga mengenai

endorse tidak asing lagi bagi KSA, karena endorse-lah yang membuat KSA sangat

sering berbelanja. Bahkan dari endorse juga KSA bisa begitu mengetahui banyak

barang dan hal itu sangat banyak membantu KSA apabila ingin berbelanja online.

67
Tabel 4.1.
Profil Informan

No Nama Kelas Pekerjaan Orangtua Penghasilan Orangtua Uang Saku

Ayah Ibu Ayah Ibu

1 MSP XII OSN Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Rp5.000.000,00 - Rp500.000,00

2 AIS XII OSN Pensiunan BUMN PNS Rp8.000.000,00 Rp5.000.000,00 Rp900.000,00

3 AP XII MIA 1 Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Rp30.000.000,00 - Rp2.000.000,00

4 NMP XII MIA 6 Wiraswasta Dokter Gigi Rp5.000.000,00 Rp5.000.000,00 Rp1.500.000,00

5 H XII MIA 6 Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Rp20.000.000,00 - Rp1.400.000,00

6 OA XII MIA 8 Kontraktor Kontraktor Rp10.000.000,00 Rp10.000.000,00 Rp1.500.000,00

7 SF XII MIA 5 Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Rp8.000.000,00 - Rp900.000,00

8 IMM XII MIA 2 Pegawai Bank Ibu Rumah Tangga Rp15.000.000,00 - Rp900.000,00

9 SRRL XII MIA 2 - Pegawai Swasta - Rp4.000.000,00 Rp1.000.000,00

10 RTVS XI OSN 2 Polri Ibu Rumah Tangga Rp7.000.000,00 - Rp2.500.000,00

11 JAS XI OSN 2 Wiraswasta Wiraswasta Rp25.000.000,00 Rp25.000.000,00 Rp5.000.000,00

12 MMS XII MIA 7 PNS PNS Rp7.000.000,00 Rp7.000.000,00 Rp1.500.000,00

68
13 DA XII MIA 5 Pelayar Pegawai Swasta Rp50.000.000,00 Rp5.000.000,00 Rp1.200.000,00

14 SFL XII MIA 7 Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Rp10.000.000,00 - Rp2.000.000,00

15 KSA XII MIA 5 Dokter Anak Ibu Rumah Tangga Rp30.000.000,00 - Rp4.000.000,00

69
4.3 Instagram dan Konsumsi

Instagram adalah sebuah aplikasi media sosial yang memungkinkan

pengguna untuk mengambil foto, menerapkan filter digital (pemberian efek pada

foto) dan membagikannya. Pengguna instagram lebih diarahkan kepada perangkat

berjalan, seperti smartphone. Aplikasi yang diluncurkan pada tanggal 6 Oktober

2010 ini awalnya dibuat khusus untuk pengguna iOs. Perusahaan kemudian

melebarkan jangkauannya dengan merilis instagramfor Android pada April 2012.

Kala itu, jumlah pengguna instagram baru mencapai 30 juta pengguna. Namun,

karena dianggap sebagai jejaring sosial yang juga sangat kompetitif, seminggu

kemudian secara resmi membeli aplikasi ini dengan biaya US$ 1 miliar (sekitar 9

triliun). Aplikasi foto ini terus dikembangkan dengan adanya penambahan fitur

video dan instagram direct (Luthfi, par. 1-2).

Dalam pemberitaan id.techinasia.com (2016; par. 4), sejak diluncurkan

pada tahun 2010 lalu, aplikasi ini telah memiliki 400 juta lebih pengguna dari

seluruh dunia. Dari angka tersebut, ternyata Indonesia merupakan salah satu

negara pengguna instagram terbanyak. Dengan mayoritas pengguna media sosial

tersebut adalah anak muda pengguna ponsel pintar.

Dalam penggunaan instagram memang tidak memandang usia, terutama di

kalangan remaja. Pada penelitian kali ini siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan

banyak yang menggunakan instagram. Dari semua informan yang ada semuanya

menggunakan instagram dan bahkan bukan hanya mempunyai satu akun tetapi

bisa memiliki beberapa akun instagram. Seperti halnya yang dikatakan oleh AIS

(17) saat wawancara :

70
“…hmmm ada tiga akun sebenernya kak, tapi yang satunya akun
kedua yang satunya lagi akun fake hehe…” (Wawancara 01
Februari 2019).
Tidak hanya itu saja bahkan ada yang mempunyai akun intagram lebih dari

dua, karena mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda sehingga ia mempunyai

akun instagram lima yang di katakan oleh KSA (18) saat wawancara :

“…wahhh akun ya kak, harus jujur nih? Haha aku punya banyak
kak, ada lima akun instagram kak hahaha. Yang pertama pasti
akun real kan kak, trus aku punya dua kek second akun gitu terus
ada fake akun juga kak lihat-lihat adalah orangkan kak, sama
yang terakhir aku punya akun bersama sama pacarku kak hehe
jadi ya itulah kak…”(wawancara 07 Februari 2019)

Beberapa informan memang mengatakan mempunyai beberapa akun

instagram tetapi ada juga yang hanya menggunakan satu akun instagram saja.

Karena menurutnya buat apa mempunyai banyak akun kalau satu saja cukup.

Seperti yang dikatakan oleh MMS (17) informan laki-laki satu-satunya saat

wawancara :

“…satu ajalah ngapain banyak-banyak, satu aja kadang ga ke


urus apa lagi banyak. Kurang kerjaan kurasa yang punya akun
banyak itu ga percaya diri dia sama dirinya sendiri perlu buat fake
akun gitu, benci kali aku lihat orang kayak gitu, supaya apalah dia
kayak gitu…” (Wawancara 07 Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawab informan tentang kepemilikan

instagram.

Tabel 4.2
Instagram

No Nama Instagram
1. MSP “Hmmm dua kak, satu lagi second account. Gappa kak
second account itu buat follow-follow artis biar bagus
gitu following real accountnya kak biar ga banyak kali

71
hehe jadi di second account aja yang itu.”
2. AIS “Hmmm ada tiga akun sebenernya kak, tapi yang
satunya akun kedua yang satunya lagi akun fake hehe”
3. AP “Cuma satu kok kak, ngapain banyak-banyak juga kan.”
4. NMP “Ohhh ada dua kak haha. Satunya akun kedua hehe
biasalah kak itu untuk apa yang gabisa dilihat di akun
real haha”
5. H “Hahaha saya punya dua sampe tiga deh akun. Kan saya
suka kepo orangnya kak jadi ya dipakelah itu untuk hal-
hal gitu. Follow artis kadang-kadang pake itu. Enak aja
ngelihatnya.”
6. OA “Punya tiga kalau aku. Pertama pastu akun real ya terus
fake account pastinya haha sama akun khusus make up
gitu. Akukan suka make up jadi kalau soal make up aku
post disitu kek tutorial juga kadang mau.”
7. SF “Ada dua satu lagi fake account tapi maaf ya kak yang
fake account ga mau kasih tau hehe rahasia soalnya.”
8. IMM “Hmm berapa ya dua kayaknya eh iya deh hehe. Kalau
fake account ya ngestalk lah kak yah gitu deh.”
9. SRRL “Cuma satu punya kak hehe semua disitulah ngestalknya
ngapain malukan kak follow artis juga disitu kok.”
10. RTVS “Ohhh cuma satu kak, ngapain banyak-banyak.”
11. JAS “Hahahaha dua kak lucu loh namanya kak gausah
kukasih tau namanya ya kak.”
12. MMS “Satu ajalah ngapain banyak-banyak, satu aja kadang
ga ke urus apa lagi banyak. Kurang kerjaan kurasa yang
punya akun banyak itu ga percaya diri dia sama dirinya
sendiri perlu buat fake akun gitu, benci kali aku lihat
orang kayak gitu, supaya apalah dia kayak gitu.”
13. DA “Ada tiga hehe. Ada fake account kak jadi kadang di situ
suka ngestalk hehe.”
14. SFL “Akun isnatagram ya kak. Bentar ya kak, hmmm tiga deh
kayaknya kak.”
15. KSA “wahhh akun ya kak, harus jujur nih? Haha aku punya
banyak kak, ada lima akun instagram kak hahaha. Yang
pertama pasti akun real kan kak, trus aku punya dua kek
second akun gitu terus ada fake akun juga kak lihat-lihat
adalah orangkan kak, sama yang terakhir aku punya
akun bersama sama pacarku kak hehe jadi ya itulah kak”

72
Tujuan dari adanya instagram ini digunakan sebagai tempat sharing yang

memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter, dan membaginya ke

berbagai jejaring sosial. Kekuatan utama instagram adalah foto, pengguna bisa

memberi komentar dan menyukai foto dengan fitur “hati”, namun itu tidak akan

terjadi apabila tidak ada foto yang diunggah. Komunikasi dan interaksi tidak

terjadi tanpa adanya foto di lini masa. Pengguna tidak membuat teks dan memberi

foto, namun sebaliknya, pengguna memberi foto dan menambahkan teks di

dalamnya. Seorang pengusaha online sangat bisa menggunakan instagram sebagai

media mempromosikan produk yang dijual. Alasannya, instagram adalah salah

satu aplikasi yang menjanjikan untuk dijadikan senjata dalam mempromosikan.

Selain itu, foto atau gambar termasuk dalam kategori konten yang paling menarik

buat pelanggan. Baik itu yang menjual produk, maupun yang menawarkan jasa.

Sehingga instagram bisa mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku konsumen

karena sudah menjadi tempat jual beli.

Menurut Keynes, faktor utama yang menentukan prestasi ekonomi suatu

negara adalah pengeluaran agregat yang merupakan pembelanjaan masyarakat

terhadap barang dan jasa. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi

keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka

pendek. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki seseorang mengakibatkan orang

tersebut tidak mampu untuk memenuhi apa saja yang diinginkan. Dalam konsep

ekonomi dibedakan antara istilah kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan biasanya

didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk

73
memenuhinya atau membelinya, keinginan biasanya tidak didasarkan pada

kemampuan untuk memenuhinya.

Konsep ekonomi fundamental menjadi sangat penting bagi manusia untuk

mengelola sumber daya yang sifatnya terbatas agar dapat digunakan secara

efisien. Hal ini akan mempengaruhi perilaku konsumsi manusia dalam hal

memenuhi kebutuhannya. Manusia dalam berperilaku perlu kemampuan

manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Era

globalisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola konsumsi sebagian besar

masyarakat di Indonesia. Dampak globalisasi semakin terasa setelah muncul

pusat-pusat perbelanjaan dan berbagai macam barang dan jasa yang tersedia. Hal

tersebut menunjukkan mudahnya memperoleh barang-barang yang beraneka

ragam dan kemudahan dalam fasilitas yang lainnya.

4.3.1 Penggunaan Instagram

Baru-baru ini, instagram pun mulai diminati masyarakat Indonesia sebagai

salah satu akun media sosial yang memiliki kegunaan visual seperti mengunggah

foto dan video. Fenomena instagram di Indonesia membuat jumlah pengguna aktif

di instagram meningkat dari tahun 2013. Pengguna Instagram lebih diarahkan

kepada perangkat berjalan, seperti smartphone. Para pengguna instagram, dapat

secara langsung menjangkau orang lain yang berada di daerah yang sama atau

daerah lain untuk berpartisipasi. Penggunaan aplikasi media sosial instagram

sangat praktis, terutama keunggulannya yaitu berupa search engine tools yang

memungkinkan pengguna mencari informasi yang diinginkannya.

74
Menurut Palmgreen Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau

diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu juga dapat

diartikan sebagai alasan yang muncul dari sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai

oleh individu pada obyek tertentu. Hal tersebut mendorong individu pada suatu

media tertentu yang memiliki kaitan dengan keinginan untuk mencari kepuasan

atas kebutuhan tertentu. Begitu juga halnya dengan penggunaan instagram

mempunyai tujuan atau motif yang berbeda-beda bagi setaip orang. Dalam

penelitian ini juga didapatkan beberapa alasan yang berbeda kenapa menggunakan

instagram. Seperti halnya yang dikatakan oleh OA (17) :

“…Cowok yang ditengok kak hahaha, tepe-tepelah itu cari yang


ganteng hahaha manatau dapat pacar dari sosial media kak haha
suka lihat mukbang juga online shop , makanan, sama tutorial
make up gitu loh kan aku suka bikin video juga…” (Wawancara 01
Februari 2019)

Hal senada juga disampaikan oleh NMP (17) saat wawancara :

“…kalau bosan aku langsung buka instagram, terus lihatin


kehidupan artis kadang akukan suka kepo sama orang itu,
lihatinla snapgram orang itu ngapain aja orang itu kemana kan
mereka suka ngesnapgramin jadi gampanglah, kadang cari-cari
yang lucu juga instagram itu banyak fungsinya kak lihat video-
video lucu, makanan, banyaklah yang kulihat di instagram itu…”
(Wawancara 02 Februari 2019)

Alasan dalam menggunakan instagram setiap orang berbeda-beda sehingga

dari hasil wawancara di atas bahwa dalam penggunaan instagram mempunyai

tujuan yang berbeda-beda tergantung bagaimana orang tersebut mempunyai

kebutuhannya sendiri untuk mencari suatu keinginan dan kepuasannya. Kemudian

karena banyak hal yang dapat dilakukan dan dilihat dalam instagram membuat

waktu yang ada juga habis untuk menggunakan instagram. Karena dari hasil

75
penelitian ini peneliti menemukan fakta bahwa kapasitas menggunakan instagram

sangat banyak\ dan menjadi suatu kebiasaan dalam menggunakan instagram.

Bahkan setiap hari harus menggunakan instagram dan itu menjadi suatu

keharusan. Bagi pengguna tersendiri merasakan ada hal yang berbeda apabila

mereka tidak menggunakan instagram. Seperti halnya yang dikatakan OA (17)

saat ditanyakan seberapa sering menggunakan instagram dalam sehari :

“…wahh sering kali lah, sikit-sikit buka instagram setiap saat


buka instagram. Ga ada guru aja nanti buka instagram dikantin
aja buka instagram tempat les juga jadi setiap saat pasti buka
instagram. Kalau ga buka instagram aneh aja rasanya terus gatau
info apa-apa kalau ga buka isntagram ga tau gossip juga haha kan
udah ga pernah noonton tv untuk gossip jadi taunya ya dari
instagram…” (Wawancara 01 Februari 2019)

Hal yang sama juga disampaikan oleh H (17) :

“…hahaha banyak kali. Setiap jam buka saya kak. Saat ada
kesempatan pasti saya akan buka, apalagi lhat snapgram artis.
Skin care-skin care gitu untuk yang terupdatenya. Sebelum tidur
biasanya paling lama kak, karena bakalan nunggu sampe siap
semua yang mau ku lihat kadang sampe tengah malam mainin
instagramlah kak, pokoknya sering kali aku buka instagram kak
sampe saya kena limit di iPhone gitu ka nada pemberitahuan
aplikasi apa yang paling sering kita buka dan waktunya nah saya
kena di limit itu kak, mau coba ngurangi gabisa…” (wawancara02
Februari 2019)

Dari pernyataan informan yang di dapatkan dalam penelitian ini bahwa

semua informan mengatakan sangat sering sekali menggunakan instagram dalam

sehari. Penggunaan instagram untuk saat ini memang sangat mengglobal dilihat

bagaimana Indonesia merupakan salah satu pengguna instagram terbesar. Selain

itu instagram dapat dijadikan kenangan untuk bisa dilihat untuk kedepannya,

dapat mengekspresikan keadaan yang sedang terjadi dan telah terjadi. Pengguna

media sosial instagram menginginkan reaksi dari teman-teman mereka dan saling

76
memberikan komentar dan like dari foto maupun video yang diunggah. Instagram

juga adalah jejaring sosial yang digunakan sebagi tempat menyebarkan dan

berbagi informasi, berinteraksi dengan orang banyak, serta dapat mengenal lebih

dekat dengan sesama pengguna instagram melalui foto-foto, video yang diunggah.

Berikut adalah matriks jawaban informan bahwa intensitas dalam menggunakan

instagram sangat sering dalam sehari.

Tabel 4.3
Penggunaan Instagram

No Nama Penggunaan Instagram Dalam Sehari


1. MSP “Hmmmm berapa yaaa. Sering hehe sangat sering kak
sikit-sikit bosen buka instagram. Setiap ada kesempatan
pokoknya buka instagramlah kak”
2. AIS “Duhhhh berapa yah hmm ga pernah ngitung kak tapi
emang sering buka instagram. Mala lebih sering buka
instagram dari pada sosial media yang lain”
3. AP “Sehari kalau di totalin kayaknya tiga jam lah kak.
Bukanya kayak lima menit sekali tapi ya sering gitu setiap
saat.”
4. NMP “Lebih dari dua jam sih hehe soalnya pake limitkan terus
ada kelebihan gitu kan di iphone iosnya ada kasih tau
mana yg lebih tinggi saya mau coba ngurangi tapi tetep
gabisa kak, ketagihan terus jadinya bingung gimana.”
5. H “hahaha banyak kali. Setiap jam buka saya kak. Saat ada
kesempatan pasti saya akan buka, apalagi lhat snapgram
artis. Skin care-skin care gitu untuk yang terupdatenya.
Sebelum tidur biasanya paling lama kak, karena bakalan
nunggu sampe siap semua yang mau ku lihat kadang
sampe tengah malam mainininstagramlah kak, pokoknya
sering kali aku bukainstagram kak sampe saya kena limit
di iPhone gitu ka nada pemberitahuan aplikasi apa yang
paling sering kita buka dan waktunya nah saya kena di
limit itu kak, mau coba ngurangi gabisa”
6. OA “wahh sering kali lah, sikit-sikit buka instagram setaip
saat buka instagram. Ga ada guru aja nanti buka instagram

77
dikantin aja buka isntagram tempat les juga jadi setiap
saat pasti buka instagram. Kalau ga buka instagram aneh
aja rasanya terus gatau info apa-apa kalau ga buka
isntagram ga tau gossip juga haha kan udah ga pernah
noonton tv untuk gossip jadi taunya ya dari instagram”
7. SF “Buka terus setiap saat buka ga pernah ga buka kalau
buka hp selalu buka ig ga yang lain”
8. IMM “Hahaha sering kali lah saya gunakannya kak. Ga
terhitung pun berapa sakin seringnya”
9. SRRL “Sangat pake banget, ga pernah sehari tanpa buka
instagram”
10. RTVS “Hmmmm gatau berapa lama kak tapi sering karena suka
lihat info gitu jadi sering buka instagram”
11. JAS “Sering kak, asal buka hp ya buka instagram kadang
sebelum tidur ya buka instagram, ga ada kerjaan ya buka
instagram”
12. MMS “Ya seringlah, lihat-lihat bola kan jadi seringlah”
13. DA “Keknya seringlah, sangat sering mala ga terhitung
berapa lama, sampai habis kouta karena instagram. Kan
instagram banyak makan kouta kak”
14. SFL “Sangat sering lah kak, kalau ga mau kudet ya buka
instagram. Menurutku buka instagram adalah hal yang
wajib karena bakalan tau informasi ya dari instagram.
Instagram is my life haha”
15. KSA “Hehehe setiap saat buka instagram kak. Apalagi akun
bersama dengan pacar kak jadi mau update juga ge
keitunglah lah kak pokoknya sering aja”

4.3.2 Belanja Online di Instagram

Terkait dengan adanya peningkatan pengguna instagram, membuat pemilik

butik online mulai berpindah dan mempromosikan produknya ke media sosial

instagram. Berpindahnya promosi ke media sosial instagram ini memunculkan

adanya fenomena baru dalam strategi promosimelalui media sosial instagram,

yakni Shout For Shout (SFS). SFS ini merupakan konsep promosi yang termasuk

dalam bagian dari model promosi yang menekankan aspek partisipasi dalam

78
melakukan promosi melalui akun instagram. SFS merupakan sebuah aktivitas

untuk saling mempromosikan produk melalui akun instagram satu dengan lainnya.

SFS tersebut digunakan sebagai salah satu strategi promosi yang banyak

digunakan butik online saat ini di Indonesia karena dianggap memberikan

kemudahan dalam menjangkau maupun menambah jumlah pengikut (followers).

Maka layanan berbelanja secara online juga mengalami peningkatan mengikuti

tumbuhnya minat belanja secara online (Avicenna 2014:928).

Hal ini sesuai dengan data dari Master Card bahwa ada sekitar 63 juta jiwa

menggunakan internet dan 57 persen atau 36 juta jiwa aktif melakukan belanja

online ataupun bisnis online (Nisaputra, 2013). Penggunaan layanan belanja lewat

internet (online shopping) di Indonesia meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Survei Nielsen Global Online menempatkan Indonesia di posisi 13 dari 14 negara

Asia Pasifik, dengan 51 persen populasi pengguna internet yang pernah berbelanja

online. Catherine Eddy selaku Direktur Eksekutif Client Solutions Nielsen

Indonesia menerangkan, pembeli terbesar lewat internet memang masih dikuasai

negara-negara berkembang. Maka ia yakin jumlah pengakses online shopping di

Indonesia bakal tumbuh bertahap (Wijaya, 2008).

Berbelanja online praktis dan tidak memandang usia, sehingga

memudahkan bagi siapa saja yang ingin berbelanja. Pada saat ini berbelanja

online sangat digemari bagi kaum muda, baik remaja dan orang dewasa. Semakin

banyak aplikasi berbelanja online semakin banyak pula akses untuk bisa

berbelanja online. Begitu juga halnya dengan penelitian kali ini bagaimana siswa-

siswi SMA Negeri 1 Medan juga menggemari berbelanja online. Salah satunya

79
adalah berbelanja online di instagram. Dari perkataan informan yang di dapatkan

di lapangan bahwa mereka sering untuk berbelanja online setiap bulannya.

Berikut pernyataan dari salah satu informan yaitu SRRL (17) saat wawancara:

“…Hmmm suka belanja online di instagram. Sebulan biasanya dua


kali, kadang-kadang tiga kali tergantung apa yang mau dibeli…”
(Wawancara 08 Februari 2019)
Hal serupa juga disampaikan oleh KSA (18) saat wawancara :

“…Sering belanja online di instagram. Hmmm sebulan tiga kali


bisa sampe lima kali. Kalau ada yang suka ya belilah…”
(Wawancara 07 Februari)
Dari pernyataan informan yang didapatkan bahwa untuk berbelanja online

di instagram secara rutin dilakukan, dalam jangka waktu sebulan saja bisa

melakukan hal itu untuk beberapa kali, memang benar bahwa Indonesia

merupakan salah satu negara terbesar untuk melakukan berbelanja online,

sehingga tidak heran apabila online shop sekarang sangat banyak dan membuat

tertarik untuk berbelanja online. Berikut matriks dari jawaban informan seberapa

sering melakukan berlanja online di instagram.

Tabel 4.4
Berbelanja Online di Instagram

No Nama Berbelanja Online di Instagram


1. MSP “Sering belanja online, tapi bulan ini belum ada kayaknya
kak, tapi biasanya dua kali atau sampe tiga kali gitu
perbulan.”
2. AIS “Sering kali lah kak, karena aku kan suka K-Pop gitu
boyband Korea jadikan banyak kalau mau beli barang,
barang-barang kecil gitu”
3. AP “Hehe berapa kali ya tiap bulan pasti ada Kak, minimal
sebulan sekalilah Kak tergantung gimana nanti”
4. NMP “Hmmmmm dua kali sebulan keknya kak, rutinnya segitu

80
bisa nambah kadang-kadang”
5. H “Hahaha berapa kali ya ga tentu saya kalau belanja.
Perkiraannya mungkin sebulan tiga kali bisa juga empat
kali atau lebih”
6. OA “Sering kali lah, sebulan aja minimal tiga kali tergantung
apa yang mau dibeli haha. Ini aja aku seminngu udah beli
tiga kali haha jadi ga nentu”
7. SF “Aduhh kayaknya sebulan dua sampe tiga kali gitulah bisa
lebih juga kadang-kadang, pokoknya rutin belanjalah”
8. IMM “Ga pernah ngitunglah kak berapa kali tapi tiap bulan
pasti belanja, tiap bulan itu pokoknya wajib berlanja”
9. SRRL “Seringlah tiap bulan pasti ada kadang makanan aja aku
suka beli online gitu apalagi barang-barang menarik
lain”
10. RTVS “Mungkin dua sampe tiga kali ya kak kalau sebulan,
karena hal itu udah biasa sekarang apalagi banyak
godaan dari aplikasi berbelanja apa ga belanja terus kak
jadi seringlah belanja”
11. JAS “Ga punya target belanja aku kak, kalau ada suka barang
ya beli aja ga pertimbangkan udah berapa kali belanja
dalam sebulan. Yang penting suka aja udah beli, jadi
ketentuan ga ada bahkan bisa dalam sebulan itu bisa
belanja sampai lima kali loh kak”
12. MMS “Sebulan sekali pasti ada kayaknya, lupa berapa kali
sebulan tapi pasti ada.”
13. DA “Hahaha belanja itu sama kayak buka instagram kak
wajib jadi pasti sering, apalagi belanja online ini banyak
barang-barang lucu dan menarik dan menggoda iman
haha jadi suka belilah kak.”
14. SFL “Hmmmm sebulan empat kali kak jadi kayaknya tiap
minggu itu bakalan ada belanja kalau bulan ini sikit
belanjanya biasanya dialihkan ke bulan depan belanjanya
manatau bulan depan kayak banyak barang bagus gitu
dan banyak yang suka yaudah yang bulan lalu belum
sampe empat kali ya dipake dibulan itu hehe ngeri ya
kak?”
15. KSA “Kayaknya sebulan bisa sampe lima kali, kadang juga
mau lebih makanya kayak ga tentu gitu”

81
Kegiatan berbelanja online di instagram ini menjadi suatu rutinitas yang

pasti yang akan dilakukan dan menjadi suatu kebutuhan. Dalam jangka waktu

sebulan saja bisa melakukan kegiatan berbelanja online di instagram beberapa kali

dan terkadang sudah menjadi ketentuan bagi siapa yang menganggap berbelanja

online menjadi suatu keharusan, karena dari beberapa jawaban informan

menyatakan hal seperti itu.

Maka dapat dikatakan bahwa arus globalisasi membuat manusia semakin

sibuk dengan rutinitasnya, sehingga internet dijadikan sebagai salah satu alat

alternatif untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Menurut Kotler (2001:h.260),

belanja online diminati karena memiliki beberapa manfaat bagi konsumennya.

Pembelian secara online ini nyaman, pelanggan tidak perlu bergelut dengan lalu

lintas, mencari tempat parkir, dan berjalan dari toko ke toko dan konsumen dapat

memesan barang selama 24 jam sehari dari mana dan kapan saja. Selain itu masih

menurut Kotler, pembelian online itu berisifat interaktif dan segera, yakni pembeli

dapat berinteraksi dengan situs penjual untuk mencari informasi dan kemudian

melakukan pemesanan di tempat. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini beberapa

orang nyaman berbelanja secara online dikarenakan dapat diakses dengan mudah

dan tidak merepotkan.

Dalam berbelanja online diperlukan budget (biaya) saat ingin bertransaksi

dengan si penjual. Dalam berbelanja pasti mempunyai target untuk berbelanja,

berapa banyak uang yang memang disiapkan untuk berbelanja. Setiap orang

mempunyai kriteria target biaya masing-masing saat ingin berbelanja, ada yang

memang mempersiapkan ada juga yang hanya spontan tidak mempunyai target

82
dan bebas ingin mengeluarkan sebanyak apa. Begitu juga halnya dengan barang-

barang yang ingin di beli, pasti mempunyai keinginan dan kebutuhan yang

berbeda-beda. Mungkin bisa juga ada barang yang harus di beli online atau

bahkan ada barang yang tidak boleh di beli online, tergantung bagaimana

konsumen tersebut mempunyai keputusan sendiri. Sama halnya dengan yang

dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang menjadi informan dalam

penelitian ini yang mempunyai budget (biaya) yang ditargetkan saat berbelanja

online begitu juga dengan barang-barang yang akan di beli online. Seperti yang

dikatakan salah satu informan yaitu RTVS (16) saat wawancara :

“…Hmmm budget ga ada, target juga ga ada kalau ada barang


yang di suka ya beli aja. Mau berapa biayanya saya ga pernah
masalahin beli aja yah gitu. Kalau barang yang saya beli biasanya
make up gitu lebih sering, masker atau skin care gitu atau kalau
ga aksesoris gitu. Baju jarang sih ya cuma seringnya itu aja…”
(Wawancara 08 Februari 2019).
Apabila RTVS tidak mempunyai budget (biaya) beda halnya dengan IMM

yang mempunyai budget ketika berbelanja. Karena menurutnya mempunyai

budget (biaya) itu perlu agar bisa membatasi dan tidak terlalu dalam

menggunakan uang ketika berbelanja. Begini menurut pernyataan IMM (16) saat

wawancara :

“…Punyalah Kak, kalau belanja ga punya budget saya bisa tekor


gila belanja mulu. Di bawah lima ratus gitulah kak, kadang sekali-
sekali saya gabisa nahan diri untuk beli di atas lima ratus gitu
jadinya keblablasan tapi akhir-akhir ini jadinya di bawah lima
ratus gitulah kak. Banyak belanjaan saya kak, akdang masker,
baju, anting aksesoris gitu, hmmmm baju sama sepatu kadang juga
beli oh iya skin care kak keknya itu aja deh hehe…” (Wawancara
08 Februari 2019).
Hal serupa juga dikatakan oleh MSP (16) saat wawancara :

83
“…Hmmm punya, sekitar dua ratusan gitu. Beli apa yaa pakaian
gitu baju-baju gitu, terus skin care lebih sering sama casing hp
aksesoris gitu hehe…” (Wawancara 01 Feb 2019).

Menurut Nugraha (2008:69), segmentasi psikografis adalah segmentasi

berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Gaya hidup mencerminkan

bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam

aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya. Butik online sendiri merupakan

wadah bagi konsumen yang memiliki gaya hidup serba praktis, dimana mereka

lebih menyenangi pembelian secara onlinedibandingkan dengan offline. Sehingga

pemilihan konsumen secara psikografik dalam pemasaran secara online menjadi

lebih penting jika dibandingkan dengan segmentasi secara geografi maupun

demografi. Hal ini dikarenakan keberadaan internet yang memudahkan mereka

dalam menjangkau konsumen baik secara geografis mapun demografisnya.

Berikut matriks dari jawaban informan berapa budget(biaya) yang ditargetkan

untuk berbelanja dan barang-barang apa saja yang di beli dalam belanja online.

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai budget (biaya) yang

digunakan saat belanja dan barang apa saja yang dibeli ketika berbelanja.

Tabel 4.5
Budget dan Barang Belanja

No Nama Budget Belanja Barang Belanja


1. MSP “Hmmm punya, sekitar dua “Beli apa yaa pakaian
ratusan gitu.” gitu baju-baju gitu, terus
skin care lebih sering
sama casing hp aksesoris
gitu hehe.”
2. AIS “Hehe budget kayaknya “Macam-macam
sekitaran lima ratusan gitu barangnya kak, kadang

84
sekali belanja, kadang mau beli album, mouse gitu
lebih juga.” stik, make up juga beli
sama baju.”
3. AP “Budget ya hmm kayaknya “Yang dibeli softlense
kalau budget dibawah empat kak, kan aku pake
ratusan gitu kak itu paling softlense ini jadi itu
mentok banget kayaknya kalau paling sering sama baju
lebih dari situ ga pernah.” karenakan baju banyak
yang canti-cantik kalau
di jual di online shop
gitu.”
4. NMP “Sekali belanja per item itu “Hmmmm beli tas, make
seratus ribu kak, kalau sekali up ini lebih sering dan
belanja mungkin ada dua atau harus bermerek, baru
tiga barang kali seratus ribu sama baju sih kak.”
segitulah budgetnya kak.”
5. H “Budget ya hmmm ga tentu gitu “Hahaha kadang yang
loh kak, saya kadang lihat uang saya beli itu aneh-aneh.
juga biasanya sih lima ratusan Kalau penasaran saya
gitu, kadang kan pake uang beli aja tapi aneh-aneh
tabungan kadang minta sama jadi yang sering saya
mama dikasih kadang ga beli aja ya kak hehe.
dikasih juga ya pake uang Aksesoris handphone,
sendiri jadi lihat uang juga makanan, sepatu sama
gimana taoi ya itu saya tas.”
biasanya lima ratusan gitu
budgetnya.”
6. OA “Wahh budget belanja yaa lima “Mcam-macam yang di
ratusan kayaknya. Ga lebih beli kak, ini aja aku beli
sampai lima ratusan gitulah. kuku hahaha. Kalau
Kalau ada yang disuka banget sering dibeli ya gitu
sampai kepikiran kali baru mau make up, skin care, baju.
ga mau ya belilah tapi kalau Pokoknya yang bisa
engga sampe gitu ya ga beli.” untuk mempercantik
dirilah kak hahaha”
7. SF “Kalau saya kan kak ga lebih “Hmmm sama sih
dari tiga ratuslah kak, kadang kayaknya aku suka beli
kalau udah sampe mahal kali baju gitu, make up tapi
suka takut ketipu tapi kalau harus yang punya brand
barangnya emang bermerek ga gitu kak, skin care apa
takut yang ga bermerek ininya lagi takut rusak muka ini

85
kadang ga kalau sampe kekgitu kak niat mau
enggalah jaga-jaga jugakan mempercantik jadi rusak
kak.” kan jadi payah sama
sepatu kadang suka beli
kalau ada yang bagus
gitu haha.”
8. IMM “Punyalah Kak, kalau belanja “Banyak belanjaan saya
ga punya budget saya bisa tekor kak, akdang masker,
gila belanja mulu. Di bawah baju, anting aksesoris
lima ratus gitulah kak, kadang gitu, hmmmm baju sama
sekali-sekali saya gabisa nahan sepatu kadang juga beli
diri untuk beli di atas lima ratus oh iya skin care kak
gitu jadinya keblablasan tapi keknya itu aja deh
akhir-akhir ini jadinya di bawah hehe.”
lima ratus gitulah kak.”
9. SRRL “Saya punya budget biasanya “Lebih sering make up
empat ratusan gitu, ga di atas sama skin care gitu kak
empat ratusan kak. Karena baju kadang-kadang.
uangnya saya juga tabung untuk Karena itu kan kayak
kebutuhan lainnya jadi harus harus gitu dibandingkan
dibatasi untuk uang belanja sama yang lainnya”
kayak gituan.”
10. RTVS “Hmmm budget ga ada, target “Kalau barang yang
juga ga ada kalau ada barang saya beli biasanya make
yang di suka ya beli aja. Mau up gitu lebih sering,
berapa biayanya saya ga masker atau skin care
pernah masalahin beli aja yah gitu atau kalau ga
gitu.” aksesoris gitu. Baju
jarang sih ya cuma
seringnya itu aja.”
11. JAS “Sekitar tiga ratusan gitu per “Hmmm aku paling
barang kak, kalau ada harganya gabisa tahan kali kalau
yang lebih dari itu tapi kualitas udah lihat baju kak,
bagus dan suka banget baru pokoknya paling sering
belilah. Tapi saya suka sering beli itu ya baju baru
gitu belanjanya jadi lumayan make up kan karena
juga kalau belanja sebulan untuk muka itu aja sih
gitu.” kayaknya kak.”
12. MMS “Budget ya adalah lima ratus “Baju, baju bola gitu
kayaknya” atau kaos warna hitam
gitu atau Cuma yang ada

86
nama mereknya gitu
kayak hurley sama
sepatu. Sepatu bola atau
sepatu kayak adidas.”
13. DA “Saya ga punya target biaya “Suka beli baju sama
untuk belanja kak, berapa aja make up sih kak itu yang
ya dibeli.” paling sering banget
baru kadang-kadang
mainan hahaha atau
sepatu juga hehehe.”
14. SFL “Punyalah budget. Hmmm “Beli skin care, baju,
sekitaran tiga ratusan ribu gitu. casing, sepatu sama
Pernah sekali-sekali lima makanan kak hahaha
ratusan gitu tergantung barang banyak kayaknya ya
sama kualitas barang kalau oke kak.”
dan terjamin yam au dengan
seharaga seperti itu kalau
enggak mending gausah beli
cari barang yang lain aja.”
15. KSA “Hmmm budget kayaknya satu “Saya suka beli sepatu,
juta deh atau kadang mau baju sama make up. Tai
sampe satu juta lima ratus gitu semuanya harus
tergantung barangnya apa yang bermerek saya ga mau
mau dibeli, berkualitas atau beli yang ga bermerek
enggak dan seberapa banyak makanya budget saya
barang yang mau dibeli.” kadang agak banyak.”

4.4 Fenomena Endorse

Seiring dengan peminat online shop diinstagram yang semakin banyak,

saat ini muncul istilah endorsement yang menjadi trend pada pengguna instagram.

Endorse merupakan suatu cara untuk mempromosikan produk sebuah online shop

dengan bekeja sama dengan orang yang memiliki banyak followers di instagram.

Pada media sosial instagram, fenomena endorsement saat ini banyak dijumpai

pada beberapa tokoh maupun masyarakat awam yang mampu menarik perhatian

87
pengguna instagram lainnya. Menurut Dyah (2014:10), endorse dalam media

sosialinstagram berbeda dengan endorse dalam media konvensional, karena dalam

media instagram, siapapun bisa menjadi seorang endorser atau yang biasa dikenal

dengan sebutan selebgram (selebriti endorse instgaram). Sedangkan pada media

konvensional, celebrityendorsement selalu ditujukan bagi mereka yang telah

dikenal oleh orang banyak, seperti aktris atau aktor.

Kemunculan selebgram ini bermula dari keunikan yang dimunculkan oleh

pemilik akun Instagram pada setiap foto yang diunggahnya, khusunya mereka

yang memiliki penampilan menarik baik secara fisik maupun segi penampilannya.

Keunikan inilah yang kemudian menjadi daya tarik pengguna instagramlain.

Semakin banyaknya followersyang mereka dapat, akan berpengaruh pada aktifitas

like serta komentar di foto mereka. Selebgram ini kemudian muncul disebabkan

pengaruh pengguna media sosial instagramyang mulai mengikuti akun-akun

instagram sesuai dengan keinginannya.

Fenomena endorse dalam beberapa tahun tersebut memang sedang trend,

sehingga tidak asing lagi untuk di dengar terutama bagi pengguna media sosial

instagram. Endorse akan sejalan dengan adanya online shop. Karena banyak

online shop menggunakan jasa endorse tersebut untuk mendukung atau

mempromosikan barang yang akan di jual di online shop miliknya. Sehingga hal

itu sangat membantu bagi online shop tersendiri untuk menaikkan calon pembeli

untuk berbelanja. Sehingga online shop juga bakalan mengeluarkan uang untuk

membayar jasa endorse tersebut kepada seseorang yang akan mempromosikan

barang tersebut atau memberikan barang yang di promosikan secara gratis

88
tergantung bagaimana kesepakatan tersebut. Sehingga fenomena endorse ini juga

sangat diketahui siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan. Banyak pendapat-pendapat

mengenai fenomena endorse saat ini. Saat ditanyai apakah tau mengenai endorse

dan bagaimana pendapat mengenai endorse ada yang memberikan pendapat

negatif dan ada pula yang memberikan pendapat positiff. Dalam pernyataan

positiff disampaikan oleh JAS (15) saat wawancara :

“…Ohhh tahu. Hmmm bagus ya ga capek cari-cari barang. Ada


yang endorse tinggal buka aja online shop nya, saya juga tahu
barang tersebut karena melihat artis atau selebgram tersebut
endorse atau make. Lagian bagi pengguna instagram itukan hal
yang pasti diketahui karena banyak artis yang banyak melakukan
endorse. Teruskan endorse sangat menguntungkan apalagi
followersnya banyak, sama kek artis kalau followersnya banyak
tinggi juga tarif jasa endorsenya...” (Wawancara 08 Februari
2019).

Hal serupa dinyatakan oleh AP(17) saat wawancara :

“…Heeeh tau banget, bagus sih untuk pemanasaran karenakan


instagram untuk ditengok juga artis-artis gitu jadi ya bagus.
Hmmmm untung ke aku ada sihh jadi lihat olshop-olshop atau
diendorse bagus juga cocok utk saya jd ga perlu cari barang lagi.
Karenakan aku juga pernah di endorse salah satu online shop .
Waktu itu aku di endorse pake baju yang dijual online shop terus
imbalannya dikasih beberapa baju termasuk yang di endorse.
Jadinya aku untungkan hehe…” (Wawancara 01 Februari 2019).
Berbeda hal yang dinyatakan beberapa informan lainnya juga mempunyai

sisi negatifnya seperti yang di katakana oleh SF (17) saat wawancara :

“…Tahulah. Sebenernya endorse ini hal yang menarik pengen


juga sebenernya di endorse gitu lumayankan haha. Tapi kadang
endorse ini mau juga nipu. Bukan salah online shop nya
sebenernya tapi kadang selebgram atau artisnya ini bilang
barangnya bagus blablabla tapi padah enggak dibilanginya aja
semuanya bagus padahal waktu di beli enggaknya aku pernah

89
kayak gitu di tipu jadi malaslah belinya...” (Wawancara 01
Februari 2019).
Hal serupa juga dikatakan oleh DA (17) saat wawancara :

“…Iya tahu. Hmm endorse itu menguntungkan terutama saat


membeli barang-barang yang diinginkan ngebantu kalau misalkan
nyari baju atau sepatu.Tapi harus pande pilih barang ya. Kadang
endorse ini suka juga ga benernya. Salah selebgram sama artisnya
sih dia terima endorse apa aja ga saring dulu barangnya asli atau
terpercaya enggak yang penting dapat uang aja setelah
ngeendorse. Terus sekali ngeendorse banjir pulak di snapgramnya
kadang malas lihatnya ya skip-skip aja kayak awkarinlah kayak
gitu jadi kadang pilih juga siapa yang mau dilihat endorsenya...”
(Wawancara 07 Februari 2019).
Berikut merupakan matriks dari jawaban informan mengenai bagaimana

memang informan mengetahui tentang endorse dan bagaimana tanggapan

informan tentang fenomena endorse pada saat ini.

Tabel 4.6
Fenomena Endorse

No Nama Fenomena Endorse


1. MSP “Ya sangat tau. Hehehe hahaha kekmana ya kalau
endorse itu feedback-feedbacknya bagus gitu ya kalau dia
endorse followers online shop nya nambah terus banyak
penghasilan income olshopnya juga. Buat nambah-
nambah laku gitulah. Hmmm apa ya ngebantu juga ke aku
mudah cari barang aku tau brand juga tau online shop
jga fake atau ga.”
2. AIS “Taula kak. Zaman sekarang udah biasa mengenai
endorse. Kayak endorse ya bagus juga misalkan kayak
lihat olshop gitu ada juga artis atau selebgram kayak dia
ngeendorse K-pop juga ya bagus juga jadi ya bagus untuk
endorse itu. Bagus juga endorse ini ngebantulah.”
3. AP “Heeeh tau banget, bagus sih untuk pemanasaran
karenakan instagarm untuk ditengok juga artis-artis gitu
jadi ya bagus. Hmmmm untung ke aku ada sihh jadi lihat
olshop-olshop atau di endorse bagus juga cocok utk saya
jd ga perlu cari barang lagi. Karenakan aku juga pernah

90
di endorse salah satu online shop . Waktu itu aku di
endorse pake baju yang dijual online shop terus
imbalannya dikasih beberapa baju termasuk yang di
endorse. Jadinya aku untungkan hehe”
4. NMP “Yahhh sangat tahulah kak. Hmmm bagus sih kayak
saling menguntungkan karena yang satu memberi imbalan
gitu atau kasih produknyakan yang satu mempromposikan
jadi kayak untung aja terus manfaat juga sama yg butuh
kayak mau cari-cari barang mudah.”
5. H “Iya tahu. Ehhh efeknya ke saya cukup bikin selera kek
artis gitu kan make ohhh bagus gitu, jadi kayak kepengen
make aja gitu. Untungnya lebih tau aja tentang produk itu
kan dijelasin sama mereka produk itu gimana jelas lebih
terinformasilah karena endorse itu. Jadi ya tau produknya
karena endorse itu.”
6. OA “Tahulah. Sebenernya endorse ini hal yang menarik
pengen juga sebenernya di endorse gitu lumayankan
haha. Tapi kadang endorse ini mau juga nipu. Bukan
salah online shop nya sebenernya tapi kadang selebgram
atau artisnya ini bilang barangnya bagus blablabla tapi
padah enggak dibilanginya aja semuanya bagus padahal
waktu di beli enggaknya aku pernah kayak gitu di tipu jadi
malaslah belinya.”
7. SF “Tahu, kalau yang berguna-guna ya bergunalah. Kalau
yang ga penting gitu haha ya ga penting. Kadangkan ada
selebgram gitu dia nerima endorse itu walaupun
barangnya ga bagus-bagus kali tapi ya dia tetep nerima
gitu kadang ga sesuai sama apa yang dibilangnya gitu
kayak nipu gitu loh, jadi dia kayak nipu publik gitu. Terus
misalkan kita cari barang kalau misalkan kita pengen cari
inilah terus di endorsekan ada jadi lebih muda gitu juga.”
8. IMM “Hmmmm iya tahu. Kalau ya endorse sudah menjadi hal
yang biasa kalau sekarang. Karenakan barang-barang
online itu sekarang kebanyakan pake endorse. Itu kek
ngebantu pihak online shop gitu kan kak. Rugi aja
rasanya kalau ga ngeendorse apalagi masih baru. Karena
biasanya kepercayaan di online shop tersebut dilihat
bagaimana barang itu di endorse, karena aku juga kalau
mau belanja lihat kekgitu barangnya dia ada di endorse
ga ya sama artis.”
9. SRRL “Jelas tahulah kak. Udah biasa dengar kata endorse ga

91
lepas itu sama online shop haha. Aku juga mempunyai
beberapa teman yang mengelola online shop dan mereka
juga mau kayak ngeendorse sama selebgram-selebgram
gitu supaya menaikkan followers dan biar bisa kayak
trusted gitu loh. Kadang aku juga kalau mau belanja
online sangat terbantu dengan adanya endorse. Gak
susah lagi nyarinya terutama online shop yang dapat
dipercaya.”
10. RTVS “Hahaha tahu kali lah kak. Kan Tasya Farasya suka juga
nge endorse di instagramnya jadi kadang suka ngintilin
juga sama barang yang di endorsenya apalagi kalau soal
make up pastilah itu kak. Terus kalau misalkan di endorse
sama online shop gitu kan dapat uang banyak kalau
misalkan udah terkenal. Terus lebih mudah untuk
mendapatkan barang yang dim au sama lebih terpercaya
aja kalau udah di endorse.”
11. JAS “Ohhh tahu. Hmmm bagus ya ga capek cari-cari barang.
Ada yang endorse tinggal buka aja online shop nya, saya
juga tahu barang tersebut karena melihat artis atau
selebgram tersebut endorse atau make. Lagian bagi
pengguna instagram itukan hal yang pasti diketahui
karena banyak artis yang banyak melakukan endorse.
Teruskan endorse sangat menguntungkan apalagi
followersnya banyak, sama kek artis kalau followersnya
banyak tinggi juga tarif jasa endorsenya.”
12. MMS “Ohhh tahu. Bagus endorse itu. Hmmm apa ya karena
endorse tadi percaya jadinya kalau online shop itu
terpercaya lumayanlah buat jadi refrensi gitu.”
13. DA “Iya tahu. Hmm endorse itu menguntungkan terutama
saat membeli barang-barang yang diinginkan ngebantu
kalau misalkan nyari baju atau sepatu. Tapi harus pande
pilih barang ya. Kadang endorse ini suka juga ga
benernya. Salah selebgram sama artisnya sih dia terima
endorse apa aja ga saring dulu barangnya asli atau
terpercaya enggak yang penting dapat uang aja setelah
ngeendorse. Terus sekali ngeendorse banjir pulak di
snapgramnya kadang malas lihatnya ya skip-skip aja
kayak awkarinlah kayak gitu jadi kadang pilih juga siapa
yang mau dilihat endorsenya.”
14. SFL “Tahulahh. Sangat bagus endorse itu sangat ngebantu
kalau nyari barang reviewnya juga bagus dia

92
ngejelasinkan. Terus aku juga banyak tahu barang karena
endorse. Tapi yah itu juga kadang selebgram endorse ini
ga lihat gimana barangnya berkualitas atau enggak asal
promosikan aja ga dilihatnya emang bener bagus. Aku
pernah ketipu soalnya kak.”
15. KSA “Hehehe iya tahu. Soalnya aku suka belanja ya karena
endorse juga. Menarik barang endorsean itu kak. Apalagi
kalau misalkan selebgramnya suka ada promo nama dia
gitu bagus kekgitu. Terus tahu mana barang yang palsu
mana yang enggak juga kadang. Barang gitu ngebantu
kayak tas atau sepatu tapi kalau kek obat-obatan kekgitu
ga ngebantu ntah obat pemutih pelangsing ga percaya aku
kak hehe.”

4.4.1 Pengaruh Endorse dalam Berbelanja Online


Menurut Shimp (2003) endorse yang digunakan dalam mengiklankan

sebuah produk haruslah didukung oleh endorser atau yang dikenal juga sebagai

bintang iklan dalam mendukung iklan tersebut. Sebab pada dasarnya produk-

produk yang di endorse pada media sosial instagram kadangkala merupakan

produk-produk terbaru dan unik serta tidak ketinggalan zaman sebab selalu

mengikuti mode terkini. Tujuan produk-produk endorse ini juga sering

didedikasikan kepada kalangan muda baik itu para mahasiswi dan pengguna

instagram lainya, sebab mereka merupakan bagian dari segmen pasar yang

pontensial memiliki gaya hidup yang tidak terlalu sulit untuk

diidentifikasikansangat sesuai dengan keadaan para konsumen mahasiswi dan

dewasa saat ini. Dimana mempunyai keinginan membeli yang tinggi dan

diketahui pada umunnya para kaum muda memiliki ciri khas dalam berpakaian,

berdandan, gaya rambut, tingkah laku, pertemuan dan pesta, serta ingin selalu

berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya,

93
oleh karena itu para anak muda sering kali membelanjakan uangnya untuk

keperluan tersebut.

Dengan maraknya fenomena endorse pada saat ini membuat banyak

konsumen tertarik untuk berbelanja online. Dalam penelitian ini peneliti

mendapatkan fakta bahwa pengaruh endorse di media sosial instagram memang

sangat berpengaruh untuk berbelanja dan beberapa informan mempunyai alasan-

alasan yang berbeda mengapa tertarik berbelanja karena endorse. Hal ini

dipaparkan oleh SF (17) saat wawancara :

“Terpengaruh kalilah haha. Aku aja suka buka belanja online ya


karena endorse. Suka terpengaruh sama apa yang dibilangnya
katanya bagus ya pengen aja gitu ku coba bagus juga atau enggak.
Terus di pakenya cantik ya ku coba aja samaku cantik juga enggak
ya haha akukan mau mempercantik diri juga sih kak haha mau
sama kayak selebgram-selebgram gitu. Mala kadang mau beli
karena ya di endorse mereka biar samaan.” (Wawancara 01
Februari 2019)
OA dan SF merupakan teman dekat, yang sangat terpengaruh berbelanja

online di instagram karena endorse yang dilakukan oleh artis atau selebgram yang

mereka sukai dan ikuti di instagram. Mereka mempunyai alasan yang sama juga

kenapa tertarik dengan barang endorsean karena ingin mau sama dengan artis atau

selebgram yang disuka dan ingin punya barang yang sama. Tidak hanya itu OA

dan SF juga suka membeli barang endorsean karena percaya dengan apa yang

disampaikan oleh artis atau selebgram tersebut dan ingin mencoba pada dirinya.

Walaupun mereka mempunyai perbedaan dari selebgram ataupun artis yang

disukai tetapi tidak membuat mereka menjadi iri satu sama lain melainkan

memberikan saran mana barang yang cocok yang juga bisa digunakan pada

mereka. Tetapi berbeda dengan pernyataan informan yang lainnya bahwa mereka

94
tidak sangat terpengaruh dengan adanya endorse untuk suka berbelanja online,

seperti yang di katakana oleh IMM (16) saat wawancara :

“Belum tentu terpengaruh sih sama endorsean. Kadang barang


endorsean murahan gitu kan jadi pilih-pilih juga. Kadang ada
juga barang endorsean yang bagus baru beli kalau enggak ya
enggak. Ga terpengaruh juga sih karena artis atau selebgram
tersebut karena lihat barangnya aja bagus ya beli kalau enggak ya
enggak belilah buat apakan. Jadi belum tentu terpengaruh.
Kadangkan karena emang butuh baru dicari dan dibelikan”
(Wawancara 08 Februari 2019).
Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai pengaruh
endorse dalam berbelanja online.

Tabel 4.7
Pengaruh Endorse dalam Berbelanja Online

No Nama Pengaruh Endorse dalam Berbelanja Online


1. MSP “Hahaha terpengaruhlah kak apalagi kalau di pake sama
artisnya bagus. Alasannya ya karena bagus bervariasi,
murah juga. Terus kadang barang di Medan ga ada ga
lengkap gitu jadi ya beli onlinelah.”
2. AIS “Terpengaruh juga belanja karena endorse. Hmmmm
kadang dari endorse itu terpercaya dijualnya mana berani
mereka ngejual kayak ngeendorse gitu yang palsu jadi ya
terpercaya gitu ga fake. Kalau ada yg nipu bodoh gitu dia
ga pande masa kasih artis yang palsu ya langsung
ketahuanlah berarti dia masih newbie gitu kalau masih
jualan. Kalau artis biasanya gimana yakan artis korea ga
ada ngeendorse ya kan tapi paling biasanya kalau olshop-
olshop gitu kasih foto artis-artis itu ngeendorse dia
megang barang atau ngereview bareng. Yahh BTS gitu
suka pegang barangnya walaupun bukan kayakartis
Indonesia yg terang-terangan ngeendorse di drama
jugakan mereka suka kayak ngeendorse gitu juga mana
pernah nunjukin barangnya tapi ada yg promoin kayak
blackpink juga kadang mereka ada juga jual barangnya
kyk bt21 blackpink gitu. Kurang mau beli barang kalau ga
diendorsekan. Karena kalau misalkan ga diendorsekan

95
ada kemungkinaan juga kurang bagus contoh kayak
sincare ga semua orang cocok ke mukanyakan trus gatau
kondisi kulitnya cocok ga trus kulitnya berminyak jadi
skin care apa yg cocok atau make up apa gitu.”
3. AP “Lumayan terpengaruh jugalah haha. Karenaa kadang
tertipu orang itu cantik kalau pake ohh kita juga keknya
bagus ehh rupanya jelek haha.”
4. NMP “Hehehe terpengaruhla kak. Karena dia makenya menarik
gitu trus kayak bagus kadang sesuai sama aku kalau
diendorsekan berarti trusted jadi gatakut mau beli.
Soalnya pernah kecewa beli tas selempang gitu lucu
soalnya gambar semangka dilihat digambar kek besar
tapi waktu datang kecil trus bahannya tipis kayak ga sama
yg digambar.”
5. H “Terpengaruhlah kak, hahaha gatau kenapa ya endorse
gitu, apa bener-bener bagus jadi kek beneren dibeli
jadinya karena penasaran artis ngomong kek betul gitu,
kemarin saya beli penumbuh alis kmrin itu hahahaiyaa
semua kayak Raffi Ahmad, Syahrini, Luna Maya semua
endorse itu jadi apa bener-bener numbuhin apa engga
jadi saya belii hahaha ehh ternyata waktu dipake ya ga
ada ngaruhnya hahaha. Tapi jadi sekarang saya pake wak
doyok kan itu dari instagram hahaha ga guna emg itu
kemarin. Trus saya pernah kecewa karena endorse kayak
makanan gitu kan snack-snack artis makanan artis itu
ternyata ga enak juga haha ntah apa dijual gitu kayak
punya Rafii Ahmad itu biasa kali enakan lagi chitato
daripda itu iya. Ketipu kali saya mahal harganya sikit
isinya bgi dia enak menang nama dan muka dia aja itu di
bungkus itu hahaha.”
6. OA “Terpengaruh. Sangat terpengaruh karena endorse.
Mungkin kalau lihat selebgramnya atau kalau udah suka
sama selebgramnya trus dia make gitu jadi ya
terpengaruh gitu apa yang dia pake jadi suka dan mau
pake juga sama kayak dia. Artisnya kek selebgram,
Awkarin huhh, Awkarin semangat hidup Awkarin. Dj
Yasmin juga kadang-kadang.”
7. SF “Terpengaruh kalilah haha. Aku aja suka buka belanja
online ya karena endorse. Suka terpengaruh sama apa
yang dibilangnya katanya bagus ya pengen aja gitu ku
coba bagus juga atau enggak. Terus di pakenya cantik ya

96
ku coba aja samaku cantik juga enggak ya haha akukan
mau mempercantik diri juga sih kak haha mau sama kayak
selebgram-selebgram gitu. Mala kadang mau beli karena
ya di endorse mereka biar samaan.”
8. IMM “Belum tentu terpengaruh sih sama endorsean. Kadang
barang endorsean murahan gitu kan jadi pilih-pilih juga.
Kadang ada juga barang endorsean yang bagus baru beli
kalau enggak ya enggak. Ga terpengaruh juga sih karena
artis atau selebgram tersebut karena lihat barangnya aja
bagus ya beli kalau enggak ya enggak belilah buat
apakan. Jadi belum tentu terpengaruh. Kadangkan karena
emang butuh baru dicari dan dibelikan”
9. SRRL “Ga tentu. Cari sendiri kadang barangnya ga lihat
endorse. Biasanya lihat endorse karena barangnya
menarik, ga mungkin karena di endorse sama dia harus
beli. Kalau kebetulan bagus ya ga masalah sih jadi ga
tentu terpengaruh sama endorse.”
10. RTVS “Iya terpengaruh karena endorse. Belanja online di
instagram ya karena endorse itulah. Malas nyari ga
tertarik yaudah lihat aja snapgram yang ngeendorse.”
11. JAS “Terpengaruhlah. Karena menurutku biasanya kalau udah
di endorse pasti barangnya udah trusted jadi kalau ada di
endorse terus tertarik ya beli aja jadi pengaruhlah karena
endorse itu untuk belanja.”
12. MMS “Hmmm lumayan. Suka aja ga ada pertimbangan yang
gimana-gimana.”
13. DA “Terpengaruh. Artis atau selebgram biasanya terpercaya
kali jadi yaudah belanja aja.”
14. SFL “Terpengaruhlahh kak. Review mereka kayaknya jujur-
jujur kali gitu jadi aku penasaran terus mupeng gitu haha
yah mau gamaulah kak daripada kepikiran mending
kubelikan ajakan.”
15. KSA “Hmmm iya terpengaruh. Karena lihat wah barangnya
keknya bagus ini terus cantik yaudah beli aja terus cocok
juga kayaknya ke aku ya belilah. Jadi dari lihat dipake
bagus terus ngeriewnya kayaknya bagus.”

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan fakta bahwa fenomena endorse

di media sosial instagram memberikan pengaruh dalam keputusan pembelian

97
sehingga mengakibatkan seseorang berperilaku konsumtif. Karena hal tersebut

menimbulkan keinginan untuk terus berbelanja dari endorse yang dilihatnya di

media sosial instagram. Padahal sebenarnya barang tersebut tidak dibutuhkan

tetapi karena tertarik hingga akhirnya berbelanja terus-menerus. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard bahwa masyarakat pun

pada akhirnya hanya mengonsumsi citra yang melekat pada barang tersebut

(bukan lagi pada kegunaannya) sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak

pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara terus menerus,

karena kehidupan sehari-hari setiap individu dapat terlihat dari kegiatan

konsumsinya, barang dan jasa yang dibeli dan dipakai oleh setiap individu (Ritzer,

dalam Pawanti, 2013:3).

4.5 Masyarakat Konsumsi

Konsumsi tidak dapat lagi diasosiakan dengan hal-hal yang berkaitan atau

secara sederhana seperti menggunakan barang berdasarkan kebutuhan dengan

melihat aspek manfaat melainkan aspek-aspek lain yang mendominasi keidupan

kita pada saat ini. Konsumsi bersifat individu, kemewahan, bahkan hedonis, dan

apa yang membuat orang mengkonsumsi bukan berdasarkan atas asas manfaat,

nilai guna ataupun berdasarkan kebutuhan, melainkan berdasarkan nilai-nilai

tertentu seperti gaya hidup, identitas dan beberapa hal lain yang melingkupi

kenyataan kosnsumsi masa kini, seperti hasrat dan makna yang diproleh dari

konsumsi, jika ada hal yang dapat mempengaruhi perubahan masyarakat dalam

memaknai dan cara melakukan konsumsi, mungkin iklan memiliki pengaruh yang

paling besar jika dibandingkan dengan pengaruh lain.

98
Kegiatan konsumsi masyarakat saat ini tidak hanya sekedar berkaitan

dengan keinginan dan kebutuhan atas barang yang dikonsumsi melainkan karena

faktor gengsi. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh media cetak maupun elektronik

dalam mempromosikan setiap produk, akhirnya dengan informasi tentang produk

yang begitu banyak membuat masyarakat mengkonsumsi barang bukan

berdasarkan keperluan atau kebutuhan (Nur Lailatul Mufidah, 2012:157).

Dalam Consumer Society, Baudrillard menganalogikan konsumsi pada

masyarakat masa kini dengan bahasa dan sistem tanda dalam masyarakat primitif.

Manusia sepanjang masa membutuhkan suatu simbol. Masyarakat berusaha

mengafirmasi, meneguhkan identitas dan perbedaannya, serta mengalami

kenikmatan melalui tindakan membeli dan mengosumsi sistem tanda bersama

(Mudji Sutrisni dan Hendar Putranto. 2005:262). Karena oleh itu maka

masyarakat konsumsi melihat nilai yang melekat pada barang sehingga

mempengaruhi keputusan pembelian.

Keberadaan endorse yang kredibel sebagai juru komunikasi diyakini dapat

mengangkat brand awareness dan menumbuhkan minat beli, sehingga

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Pada tahap keputusan pembelian,

konsumen membentuk preferensi atas produk-produk yang ada dalam kumpulan

pilihan. Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli produk yang

telah dipilih melalui berbagai pertimbangan (Kotler dan Keller, 2009:235).

Penggunaan selebriti juga diyakini mempunyai daya tarik tersendiri

sehingga dapat mencuri perhatian para calon konsumen. Ada empat peran selebriti

yang dipaparkan dan dua diantaranya adalah endorse dan artis. Dimana

99
endorsemerupakan selebriti yang diminta untuk membintangi iklan produk

dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut, sedangkan artis

diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan

peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu.Sama

halnya dengan penelitian ini bahwa peran endorse dan artis merupakan salah satu

faktor ketika memutuskan berbelanja online. Hal ini di sampaikan oleh salah satu

informan yaitu RTVS (16) saat wawancara :

“…Hmmm gimana ya kalau barangnya ga di endorse biasanya aku mikir


dulu mau beli apa enggak butuh pertimbangan. Jadi kadang kalau online
shop nya ga ada kayak di endorse gitu aku belum tentu beli. Terus kenapa
tertarik sama barang endorsean itu menarik jadi suka aja…” (Wawancara
08 Februari 2019)
Hal serupa di sampaikan oleh JAS (15) :

“…Ohh enggak kayaknya Kak. Belum tentu beli karena ga percaya jugakan
gimana barangnya terus lebih terpercaya aja kalau udah di endorse. Terus
kalau udah di endorsekan apalagi sama yang kusukakan lebih bagus jadi
tahu barangnya gimana dari review yang dikasih hehe. Barang endorsean
itu lucu-lucu kak jadi pengen dibeli semua karena lucu haha…”
(Wawancara 08 Februari 2019)
Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai keputusan

pembelian suatu barang.

Tabel 4.8
Keputusan Pembelian Barang

No Nama Keputusan Pembelian Barang


1. MSP “Hmmmm gatau juga sih mau beli apa engga. Karena
kalau mau beli itu lihat endorsean. Karena kadang beli
itu lihat siapa yg ensorse juga, kalau diendorse ya mau
beli. Beli barangg tersebut ya karena di endorse. Terus

100
barang endorsean ini bagus dan kalau dipake sama
selebgram jadi bikin suka hehe”
2. AIS “Kurang mau beli barang kalau ga diendorsekan.
Karena kalau misalkan ga diendorsekan ada
kemungkinaan juga kurang bagus contoh kayak sincare
ga semua orang cocok ke mukanyakan trus gatau kondisi
kulitnya cocok ga trus kulitnya berminyak jadi skin care
apa yang cocok atau make up apa gitu. Yes beli brang
karena artis yg diendorse.”
3. AP “Kalau banyak reviewnya kadang mau beli barang yang
ga endorsean.”
4. NMP “Mau aja, kan kalau hari kebutuhan kan ya nyari sendiri
jadi ya cari aja gitu. Ada juga sihh krna endorse. Beli
barang tersebut karena lucu atau butuh hehe. Tapi lebh
ke lucu suka, aku suka barang-barang lucu gitu”
5. H “Ehmmmm biasanya kalau ga diendorse saya beli yg
bermerek yang udah ada brandnya jadi saya beli saya
percaya aja gitu, contohnya apa yaaa ehhhmm aduh apa
ya lupa aduh apa ya lupa kalau udh gini aduh duhh oh
iya iya skin care natural pacific itu kan kadang ga
diendorsetapi udah ada brandnya. Ehmmm kadang
muncul iklan di ig kadang beli kalau ga endorse ya gt.
Aku beli itu ya karena penasaran sih sebenernya haha.
Terus efeknya apa kalau ke aku bener ga apa yang
dibilangnya.”
6. OA “Kalau suka kali pasti beli wlaupun ga di endorse.
Kalau suka beli kalau ga ya engga kalau di endorse ya
udh bagus gtitu. Aku suka terpengaruh sama apa yang
dipake awkarin jadi pakein aja kalau cocok ke dia cantik
ku lihat yaudah ku beli.”
7. SF “Ga beli aku kak kalau ga di endorse sama artis atau
selebgram harus di endorse baru aku mau beli.”
8. IMM “Belum tentu beli kalau ga di endorse, paling lihat
reviewnya testimoninya gitu-gitulah kalau mau beli tapi
ga di endorse. Karena suka makanya beli atau kalau lagi
buming ya beli.”
9. SRRL “Hmm mikir-mikir sih mau beli apa engga kalau ga di
endorse lihat trusted ga itu olshop baru followersnya
gimana liker juga meyakinkan ga bentuknya agak ragu
kalau ga di endorse ini.”

101
10. RTVS “Hmmm gimana ya kalau barangnya ga di endorse
biasanya aku mikir dulu mau beli apa enggak butuh
pertimbangan. Jadi kadang kalau online shop nya ga ada
kayak di endorse gitu aku belum tentu beli. Terus kenapa
tertarik sama barang endorsean itu menarik jadi suka
aja.”
11. JAS “Ohh enggak kayaknya Kak. Belum tentu beli karena ga
percaya jugakan gimana barangnya terus lebih
terpercaya aja kalau udah di endorse. Terus kalau udah
di endorsekan apalagi sama yang kusukakan lebih bagus
jadi tahu barangnya gimana dari review yang dikasih
hehe. Barang endorsean itu lucu-lucu kak jadi pengen
dibeli semua karena lucu haha”
12. MMS “Tergantung ya. Lihat dulu instagramnya gimana
testimoninya gimana followersnya kalau ga di ensorse ya
lihat itulah,”
13. DA “Tetep belilah kak, lihat ratingnya aja. Tapi kalau di
endorse ya lebih bagus.”
14. SFL “Hmmm bingung kak. Tujuh puluh persen karena
endorse kak kalau enggak belum tahu gimana kak.”
15. KSA “Sebenernya peran endorse itu ngaruh kalau mau beli
apa enggak, kalau ke aku lebih besar itu pengaruhnya
daripada ga di endorse.”

Dari data di atas menunjukkan bahwa fenomena endorse memang

mempunyai faktor untuk memutuskan pembelian suatu barang ketika berbelanja

online. Selain itu keputusan pembelian tidak lagi dikarenakan membutuhkan suatu

barang tersebut tetapi karena mempunyai tujuan yang lain. Keputusan pembelian

yang didominasi oleh faktor emosi menyebabkan timbulnya pola masyarakat

konsumsi. Hal ini dapat dibuktikan dalam membeli sesuatu yang belum tentu

menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama dan menimbulkan

pemborosan. Remaja dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan

suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju masa dewasa yang

bebas, mandiri dan matang.

102
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh trend. Hal ini didasari adanya

keinginan yang tinggi baik dalam menunjang penampilan agar dapat memberikan

simbol status agar terlihat lebih trend atau tidak ketinggalan zaman dimata orang

lain. Dalam penelitian ini juga menjelaskan bahwa para perempuan biasa membeli

barang-barang seperti baju, tas, sepatu, make up, skin care, dan aksesoris di online

shop instagram atas dasar demi mendukung penampilan agar terlihat cantik dan

menarik, memenuhi gaya hidup yang lebih trend dan masa kini. Hal ini di

sampaikan juga oleh informan yaitu H (17) saat wawancara :

“…Sukalah kak barang trend, kayak hari itu lagi trend gel alovera
ikutan beli gitulah, sekarang ternyata ga dipake lagi karena ga
cocok tambah item saya pake itu haha apalagi ya yang sedang
trend kemarin saya itu oragnya pelupa jdi suka lupa tapi banyak
gitu haha apalagi ya lebih ke skin care kalo lagi buming saya beli
haha. Ehmmm apa yaaa tertarik ya gatau tertariknya itu kenapa.
Ehhmm tertariknya karena banyak orang make karena highkan
jadi alasan dia high pasti adaakan jadi saya pengen coba gitu.
Jarang banget karena butuh karena buming itu saya beli coba-
coba aja…” (Wawancara 02 Februari 2019)
Hal yang sama juga disampaikan oleh SF (17) :

“…Barang trend sukalah, ga mau ketinggalan trend aku kak haha.


Karena barang trend itu pasti buat aku cantik haha terus bisa
ngeimpress cowok gitukan terus kalau cantik dipake pasti orang
yang lihat bilang ihhh cantik ya beli dimana bagus loh nah aku
suka kali kalau udah ditanyain kayak gitu kujawabinlah nanti ini
beli disini loh tengoklah hahaha…” (Wawancara 01 Ferbuari
2019)
Hal ini merupakan salah satu berperilaku konsumtif diantaranya senang

dengan kehidupan glamour dengan membelanjakan keperluan yang tidak terlalu

penting. Salah satunya adalah belanja pakaian yang dimana mode pakaian ini

semakin bervariasi dengan berkembangnya zaman. Hal ini berkaitan dengan teori

103
konsumsi Jean P. Baudrillard dimana orang mengkonsumsi bukan karena suatu

kebutuhan namun karena ingin meningkatkan eksistensi diri dalam masyarakat.

Keputusan pembelian juga dipengaruhi barang bermerek. Persepsi

konsumen mengenai barang bermerek berdasarkan ingatan mereka terhadap suatu

produk. Barang bermerek tidak terdapat dalam fitur, teknologi atau jenis produk

itu sendiri, citra timbul karena iklan, promosi, atau penggunanya. Melalui citra

merek, konsumen dapat mengenali produk, mengevaluasi kualitas, mengurangi

resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman tertentu serta mendapatkan

kepuasan tertentu dari suatu produk. Lalu membeli produk tersebut karena

munculnya penilaian bahwa produk yang bagus ataupun produk dengan harga

mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini juga disampaikan

informan SRRL (17) saat wawancara :

“…Suka beli barang bermerek, kenapa ya barang bermerek kan


ada nama gitu terus mahal jadi kualitasnya juga lumayan kak.
Apalagi sepatu kalau aku emang harus bermerek kayak adidas gitu
atau nike. Baju juga kadang harus bermerek lebih oke aja kalau
pake barang bermerek…” (Wawancara 08 Februari 2019)
Hal ini juga dipertegas oleh IMM (16) :

“…Barang bermerek pastilah suka, bukan hanya bermerek aja


harus original juga. Walaupun barangnya lebih mahal harganya
tapi gapapa, karena pake barang bermerek itu lebih percaya diri
apalagi kalau ketemu sama temen pergi sama temen terus jalan ke
mall masa pake yang ga oke, jadi ya harus bermerek biar ga malu-
maluin gitu loh...” (Wawancara 08 Februari 2019)
Dari penelitian ini terdapat fakta bahwa mereka membeli barang bukan

lagi karena nilai guna, hal ini sesuai dengan teori Baudrillard yang menyatakan

bahwa konsumsi yang terjadi sekarang ini telah menjadi konsumsi tanda.

Tindakan konsumsi suatu barang dan jasa tidak lagi berdasarkan pada

104
kegunaannya melainkan lebih mengutamakan pada tanda dan simbol yang

melekat pada barang dan jasa itu sendiri (Murti, 2005:38).

Masyarakat pun pada akhirnya hanya mengonsumsi nilai yang melekat

pada barang tersebut (bukan lagi pada kegunaannya) sehingga masyarakat sebagai

konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara

terus menerus, karena kehidupan sehari-hari setiap individu dapat terlihat dari

kegiatan konsumsinya, barang dan jasa yang dibeli dan dipakai oleh setiap

individu, yang juga didasarkan pada citraan-citraan yang diberikan dari produk

tersebut. Hal ini di dapatkan dari beberapa pernyataan informan yang mengatakan

bahwa mereka membeli bukan lagi karena butuh atau karena nilai guna melainkan

karena ada suatu nilai ataupun suatu hasrat kepuasan dalam mengkonsumsi barang

tersebut. Salah satu informan yang mengatakan tersebut adalah KSA (18) :

“…Ohh bukan karena nilai guna, yah karena nyenangin diri


sendiri aja, ngerasa terpuaskan juga kalau make terus saya
ngerasa keren hehe. Terus kalau udah punya barang yang oke bisa
pamer gitu padahal sebenernya belum tentu kepake gitu
barangnya…” (Wawancara 07 Februari 2019)

Hal ini juga semakin dipertegas oleh MMS (17) :

“…Kayaknya bukan karena itulah. Hmm lebih percaya diri aja


lebih bernilai dan bergengsi aja kalau pake barang kekgitu baru
bisa ngecengin cewek kan kak haha dia lihat kita pake barang oke
pasti ada nilai lebih aku di mata dia dan lebih puas aja sih...”
(Wawancara 07 Februari 2019)

Berikut merupakan matriks dari jawaban informan mengenai elaborasi

nilai guna dan nilai tanda barang yang dibelanjakan.

Tabel 4.9

105
Nilai Guna dan Nilai Tanda

No Nama Nilai Guna Nilai Tanda


1. MSP “Barang yang emang “Aku beli masker yang sedang trend
karena guna paling Kak yang dari Korea. Kalau beli tas
kayak Masker (skin karena fashionnya Kak, padahal
care) gitu Kak, supaya sebenernya tasnya itu hanya di
buat muka lebih pajang aja dilemari.”
freshkan.”
2. AIS “Untuk wajahlah “Skin care harus bermerek ya Kak,
paling guna Kak, skin kalau enggak aku ga mau beli lebih
carenya. Cuma itu percaya diri aja kalau bermerek.”
karena guna
selebihnya enggak.”
3. AP “Paling make up lah “Pake make up kan lebih percaya
ya yang kalau mau diri, apalagi kalau bermerek. Terus
pergi kemana pasti bajuku banyak Kak tapi selalu beli
pake make up, sama terus karena cantik dipake artis atau
skin care kak buat selebgram itu Kak jadi kadang
perawatan wajahkan.” supaya mau sama dengan yang
dipakenya.”
4. NMP “Skin care sama make “Kalau kayak baju lebih sering ya
up paling guna kak, karena suka aja jadi ya beli, apalagi
kayak mau kalau misalkan barangnya bermerek
melembutkan mukakan ada nilai terpuaskan sendiri kalau
sama kalau ada pake barang yang bermerek lebih
komedo.” percaya diri. Pengen beli aja
jadinya.”
5. H “Ga ada kayaknya aku “Hmm aku beli sepatu harus lihat
belanja online karena mereknya dulu, kalau ga bermerek ga
nilai guna Kak, semua mau beli sih Kak. Gimana ya ada
berasal dari mata rasa wah dan puas kalau pake
cantik udah beli ga ku barang bermerek, sepatu sekolahku
pikirkan gunanya ke harus bermerek kalau ga bermerek
aku apa. Sama aku gamau pake kayak sepatu sekolah
penasaran juga karena harus converse atau reebok gitu,
aku suka kepo, kalau kalau Bata itu aku ga pernah mau.”
banyak diendorsekan
ya aku beli mau tahu
aja khasiatnya.”
6. OA “Haha kalau yang “Make up lebih suka pake barang

106
guna kayaknya make luar negeri daripada local karena
up sih Kak, kan aku lebih mahal jadi nilainya beda. Sama
juga suka buat video kalau belanja baju karena dipake
make up jadi itu pasti sama Aw Karin Kak atau kalau lagi
guna banget itu pun trend modelnya baru aku beli supaya
harus bermerek ya kan ga ketinggalan zaman.”
aku mau review ke
orang masa ga
bermerek
7. SF “Make up lah palingan “Aku sering belanja karena Rachel
Kak sama skin care Vennya Kak, barang yang dipake dia
dari Korea itu. Itukan selalu enak dipandang terus
pasti kepake dan harganya ga murahan jadi mau beli
gunanya juga ke muka supaya bisa sama apalagi sekarang
Kak biar lebih glow.” diakan udah pake hijab Kak, jadi mau
ikutin trend hijab dipakenya. Baju
apalagi Kak, ga norak gitu bajunya.
Jadi aku ngerasa percaya diri sama
kayak dia.”
8. IMM “Beli barang kadang “Kalau baju jarang karena guna Kak,
guna kadang enggak lebih ke trend sama bermerek aja
tergantung barangnya makanya beli lebih wow gitu pake
sih Kak, kalau skin barang gitu. Apalagi kalau jalan ke
care iya guna Aku suka mall lebih percaya diri Kak.”
beli nature.”
9. SRRL “Hmmm barang apa “Kalau baju kadang Aku beli karena
ya baju kadang karena lagi buming Kak, supaya punya ya
guna kok tapi ga sering beli sama lebih puas aja kalau punya
banget. Make up lah barang yang dipake artis.”
guna Kak untuk
menutupi bekas-bekas
jerawat kan.”
10. RTVS “Keknya skin carelah “Baju aku suka beli karena aku
yang paling aku beli ngerasa aku cantik pake baju itu
memang karena gunain supaya percaya diri kemana-mana
ke mukakan.” dan bangga gitu.”
11. JAS “Kalau baju gunanya “Lebih percaya diri kalau beli
Kak pasti akan di pake. barang yang lagi trend jadi ngikuti
Tapi tergantung trend masa kini.”
gimana bajunya juga.”
12. MMS “Baju bola karena “Suka beli kaos bermerek kayak lagi

107
guna Kak makanya trend Pull & Beer banyak cowok pake
beli, kan ga mungkin jadi beli lebih percaya diri aja lebih
aku pake kemeja main bernilai dan bergengsi aja kalau pake
bola.” barang kekgitu baru bisa ngecengin
cewek kan kak haha dia lihat kita
pake barang oke pasti ada nilai lebih
dia ke aku.”
13. DA “Make up aku emang “Beli baju harus yang punya nama,
butuh dan guna Kak, apalagi baju sama make up. Lebih ke
untuk buat muka lebih suka sama terpuaskan aja. Kekmana
cantik jugakan.” ya namanya punya barang pasti ada
rasa wow bangga gitu loh.”
14. SFL “Lebih ke skin care sih “Beli skin care harus yang udah
Kak, kan itu untuk punya nama, ga masalah kalau
merawat wajah.” mahal. Ada nilai beda kalau pakai
barang-barang yang mahal, ga malu
makenya. Biar ga nampak murahan
Kak.”
15. KSA “Make up guna sih “Beli baju sama sepatu yang
Kak sama skin care bermerek dan trend itu sebenernya,
jugakan. Untuk yah karena nyenangin diri sendiri
perawatan supaya aja, ngerasa terpuaskan juga kalau
lebih cantik.” make terus saya ngerasa diri saya
keren hehe. Terus kalau udah punya
barang yang oke bisa pamer gitu ke
temen”
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam mengkonsumsi suatu barang

nilai guna bukan menjadi suatu faktor utama melainkan nilai tanda atau simbolis

dari barang tersebut. Hal ini juga dihubungan dengan status kelas sosial ekonomi.

Sebagai contoh dapat ditemukan pada pilihan berbelanja baju dan sepatu anak

remaja tersebut. Fungsi baju yang utama adalah menutupi dan melindiungi tubu,

fungsi sepatu menjadi alas kaki agar tidak kotor dan tidak terkena panasnya

matahari. Namun, hal itu tidak lagi dilihat sebagai kebutuhan dasar bagi manusia,

tetapi juga sebagai mode dan fashion, yang membawa makna yang berbeda.

108
Hal itu akhirnya mengkespresikan atau menandakan suatu identitas

tertentu. Sehingga menentukan gaya fashion dapat dipengaruhi oleh iklan, pakaian

bermerek, sedang trend, dan dipakai oleh selebriti. Terdapat prestise yang

terkandung di dalamnya hal ini sesuai dengan teori Baudrillard, kini logika

konsumsi masyarakat bukan lagi berdasarkan use value atau exchange value

melainkan hadir nilai baru yang disebut “symbolic value”. Maksudnya, orang

tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan nilai guna, melainkan karena nilai

tanda atau simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. Hal ini disebabkan

karena beberapa bagian dari tawaran iklan justru menafikan kebutuhan konsumen

akan keunggulan produk, melainkan dengan menyerang rasa sombong

tersembunyi dalam diri manusia, produk ditawarkan sebagai simbol prestise dan

gaya hidup mewah yang menumbuhkan rasa bangga yang klise dalam diri

pemakaiannya.

Konsumsi mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan menstruktur praktek

keseharian masyarakat. Nilai-nilai, pemaknaan dan harga dari segala sesuatu yang

dikonsumsi menjadi semakin penting dalam pengalaman personal dan kehidupan

sosial masyarakat. Konsumsi telah terinternalisasi dalam rasionalitas berpikir

masyarakat dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara nyata dapat

dilihat dan dibuktikan bagaimana rasionalitas konsumsi telah beroperasi pada

masyarakat berbudaya konsumtif. Setiap harinya, sekian banyak waktu biasa

dihabiskan untuk berkonsumsi, berpikir tentang apa yang dikonsumsi dan

menyiapkan apa yang akan dikonsumsi.

109
Dalam pemikiran Baudrillard, gaya hidup konsumsi dalam masyarakat

konsumen ini tercipta karena perubahan fokus perhatian dalam kapitalisme itu

sendiri, di mana manajemen produksi dalam kapitalisme klasik telah digantikan

menjadi manajemen konsumsi dalam kapitalisme global (perubahan dari “mode of

production” menuju “mode of consumption”). Gaya hidup konsumtif ini

dikendalikan sepenuhnya oleh teknik pemasaran yang menguasai seluruh

kesadaran masyarakat konsumen. Khususnya yang menyangkut diferensiasi diri.

Dengan demikian, masyarakat konsumen akan melihat identitas diri ataupun

kebebasan mereka sebagai kebebasan memproyeksikan keinginan pada barang-

barang industri. Konsumsi dipandang sebagai usaha masyarakat untuk merebut

makna-makna sosial atau posisi sosial. Relasi bukan lagi terjadi antara manusia,

tetapi antara manusia dengan benda-benda konsumsi.

Masyarakat yang telah menjadi masyarakat konsumen akan melihat iklan

(advertising) sebagai guru dan teladan moral yang harus diikuti. Karena iklan

yang adalah ujung tombak kapitalisme sebagai guru dan teladan moralitas, maka

moralitas yang berkembang dalam masyarakat adalah moralitas hedonis. Oleh

Baudrillard, moralitas hedonis yang mengedepankan individualisme ini

dihubungkan dengan masyarakat konsumen, yang pasif dan mendasarkan

identitasnya pada tanda yang berada di belakang barang komoditi yang

dikonsumsinya.

Hal ini tentunya menjadi mungkin karena dalam kapitalisme global

kegiatan produksi sudah bergeser dari penciptaan barang konsumsi, ke penciptaan

tanda. Atau dengan kata lain kapitalisme global memfokuskan diri pada

110
“manajemen konsumsi”. Media massa berada di belakang penyebaran kapitalisme

dengan menciptakan dan sekaligus menyebarluaskan berbagai tanda yang

referensi atau maknanya tidak ada. Manajemen konsumsi kapitalisme global

memfokuskan diri pada usaha-usaha mempengaruhi konsumen secara individual.

Kepada tiap individu, lewat produk yang ditawarkan melalui media, produser

menjanjikan berbagai hal yang berhubungan langsung dengan kepribadian

individu, seperti pemenuhan diri, kesenangan, kelimpahan, dan tentu saja prestise

yang akan didapatnya kalau individu itu mengkonsumsi komoditi yang mereka

tawarkan (Baudrillard, 1998: 82).

4.6 Analisis Fenomena Endorse di Media Sosial Instagram dalam

Masyarakat Konsumen

Pada dasarnya kata endorse berasal dari kata endorsement yang artinya

adalah sebuah tindakan mendukung (support) atau setuju terhadap sesuatu.

Endorse merupakan suatu cara untuk memprosomosikan produk sebuah online

shop dengan bekerja sama dengan orang yang memiliki banyak followers di

instagram. Fenomena endorse dalam beberapa tahun tersebut memang sedang

trend, sehingga tidak asing lagi untuk di dengar terutama bagi pengguna media

sosial instagram. Endorse akan sejalan dengan adanya online shop. Karena

banyak online shop menggunakan jasa endorse tersebut untuk mendukung atau

mempromosikan barang yang akan di jual di online shop miliknya.

Sama halnya dalam penelitian ini, dimana anak remaja SMA Negeri 1

Medan merupakan subjek dalam penelitian ini sangat mengetahui mengenai

111
endorse yang pada saat ini sedang trend di media sosial instagram. Hal ini sudah

menjadi hal yang sering ditemukan dalam media sosial instagram terutama online

shop yang pada saat ini sangat berkembang. Endorse dilakukan pada seseorang

yang mempunyai followers yang banyak atau sering disebut dengan kata

selebgram. Bukan hanya selebgram saja yang melakukan endorse artis-artis

Indonesia juga kini beralih menerima endorse-an yang dilakukan online shop.

Pengetahuan tentang endorse ini tidak lagi lazim di kalangan anak remaja

zaman sekarang. Karena peminat sosial media instagram lebih banyak di

gandrungi oleh mereka. Munculnya endorse di media sosial instagram ini

memudahkan siapa saja yang ingin membeli suatu barang. Dengan melihat

endorse yang dilakukan oleh selebgram dan artis kita bisa mengetahui barang-

barang apa yang pada saat ini sedang trend dan barang yang bagus. Dengan

adanya endorse kita dapat mengetahui bahwa online shop tersebut dapat

dipercayai.

Fenomena endorse yang terjadi di media sosial instagram ini juga menjadi

salah satu pertimbangan bagi remaja yang memutuskan membeli barang tersebut.

Bahkan ketika barang tidak di endorse akan menjadi suatu pertimbangan yang

besar bagi konsumen untuk membeli suatu barang. Perilaku konsumen dalam

membuat keputusan yang pada akhirnya menciptakan masyarakat konsumsi.

Fenomena endorse yang dilakukan selebgram maupun artis ini membuat

masyarakat konsumsi terutama anak remaja yang menjadi obejek pemasaran

online shop menjadi sering berbelanja online. Hal ini dikarenakan adanya nilai

berbeda yang terkandung ketika selebgram maupun artis tersebut mempromosikan

112
barang tersebut, sehingga anak remaja meyakini bahwa barang yang di-endorse

dan dipakai oleh artis maupun selebgram tersebut mempunyai kualitas barang

yang bagus dan menarik ketika digunakan.

Dari adanya hal tesebut membuat anak remaja tidak lagi membeli suatu

barang karena butuh melainkan karena hasrat keinginan semata, dan simbol-

simbol yang terdapat di dalamnya. Sama halnya seperti dikatakan oleh Baudrillard

yang ditegaskan melalui “The Consumer Society: myths and structures”

(Baudrillard : 2004) bahwa mekanisme sistem konsumsi pada dasarnya berangkat

dari nilai tanda atau nilai simbol, bukan pada kebutuhanatau manfaat. Dalam

masyarakat konsumerisme kehidupan manusia lebih banyak dipengaruhi oleh

tanda atau simbol. Orang membeli sesuatu bukan karena kegunaannya, tetapi

karena dalam barang itu ada nilai simbol yang menunjukkan status yang melekat

pada barang dan jasa itu sendiri.

Begitu halnya dengan penelitian ini anak remaja pada SMA Negeri 1

Medan membeli suatu barang bukan karena butuh melainkan karena keinginan

lain seperti, barang tersebut lucu dan unik kemudian dibeli. Alasan lain juga ingin

mau sama dengan artis atau selebgram yang disukainya, ataupun karena barang

tersebut sedang trend dan sering digunakan oleh para artis maupun selebgram.

Tidak hanya berhenti disitu saja anak remaja tersebut membeli barang tersebut

karena ada nilai yang terdapat ketika mengkonsumsinya. Ada hasrat keterpuasan

dan kepercayaan diri yang tinggi ketika menggunakannya.

Terutama ketika menggunakan barang-barang yang sedang trend dan ber-

merek, walaupun harga barang tersebut mahal tapi bukan menjadi suatu

113
pertimbangan bagi mereka untuk membelinya. Barang ber-merek mempunyai

kualitas yang baik sehingga mempunyai nilai jual ketika digunakan. Maka anak

remaja yang berada di SMA Negeri 1 Medan sangat mengetahui barang-barang

ber-merek dan suka membelanjakan barang tersebut karena ketika memakainya

ada suatu hal yang berbeda terutama ketika barang tersebut asli. Ketika

menggunakannya mereka mengatakan bahwa ingin menunjukkan dan membentuk

jati diri melalui barang yang digunakan, sehingga orang yang melihat menilai

yang berbeda tentang dirinya. Mereka ingin menunjukkan sebuah status atau citra

berbeda yang melekat atas dirinya melalui barang tersebut. Nilai tanda yang akan

tercipta pada dirinya membuat mereka terus-menerus ingin mengkonsumsi.

Masyarakat pun pada akhirnya hanya mengonsumsi citra yang melekat

pada barang tersebut (bukan lagi pada kegunaannya) sehingga masyarakat sebagai

konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara

terus menerus, karena kehidupan sehari-hari setiap individu dapat terlihat dari

kegiatan konsumsinya, barang dan jasa yang dibeli dan dipakai oleh setiap

individu, yang juga didasarkan pada citraan-citraan yang diberikan dari produk

tersebut.

Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif terus menerus

berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan hanya sekedar kegiatan

yang berasal dari produksi melainkan sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan dasar dan fungsional manusia. Konsumsi telah menjadi budaya, budaya

konsumsi. Sistem masyarakat pun telah berubah, dan yang kini adalah masyarakat

konsumen, yang mana kebijakan dan aturan-aturan sosial masyarakat sangat

114
dipengaruhi oleh kebijakan pasar. Maka dalam penelitian ini anak remaja SMA

Negeri 1 Medan terus-menerus belanja karena ingin mengikuti trend yang

berkembang pada zamannya. Kebijakan-kebijakan barang terbaru yang ada

dipasar kemudian diketahui konsumen dan akhirnya mengkonsumsi agar sama

dengan tuntutan yang ada.

Teori konsumsi Baudrillard mengatakan, bahwa masyarakat konsumeris

pada masa sekarang tidak didasarkan kepada kelasnya tetapi pada kemampuan

konsumsinya. Siapapun bisa menjadi bagian dari kelompok apapun jika sanggup

mengikuti pola konsumsi kelompok tersebut.Baudrillard menilai bahwa objek

yang dikonsumsi dalam masyarakat konsumsi ini sesungguhnya hanyalah tiruan

status, seperti yang ia nyatakan dalam kalimat “Objects merelysimulate the social

essence” yang artinya “status inilah yang menyebabkan orang tergila-gila pada

objek tertentu”. Sehingga membeli dan mengkonsumsi barang pada masyarakat

konsumsi bukanlah berdasarkan nilai guna dan manfaat dari barang tersebut,

melainkan berdasarkan gaya hidup danmakna yang melekat dari suatu produk.

Dalam The System of Objects Baudrilard mengatakan bahwa untuk menjadi objek

konsumsi, terlebih dahulu sebuah objek harus menjadi tanda.

Maka dari itu anak remaja yang pada saat ini statusnya masih bersekolah

yangbelum mempunyai penghasilan bisa mengikuti pola konsumsi karena hal itu

tidak dilihat dari kelas dan kelompok. Bagi siapa yang mampu mengikuti maka

bisa mengikuti pola tersebut. Dengan adanya faktor dukungan dari orang tua

sehingga anak remaja tersebut mampu mengikutinya. Nilai tanda yang dikonsumsi

anak remaja inilah yang terus dikejar dan menyebabkan tergila-gila ingin

115
mengkonsumsi terus-menerus. Hal ini yang menjadikan adanya suatu yang

berbeda dimana anak remaja yang seharusnya pada saat ini tugasnya adalah

belajar tetapi dari masa remaja pun mereka sudah ingin membentuk nilai tanda

yang berbeda untuk dirinya. Nilai tanda yang akan melekat pada dirinya yang

akan membuat dirinya lebih percaya diri sehingga anak remaja tersebut berlomba-

lomba menciptakan nilai tanda tersebut di masyarakat modern pada saat ini.

Dalam hal ini yang dikonsumsi sebenarnya adalah sistem objek atau tanda.

Objek menjadi penentu identitas tersebut dihadirkan melalui tanda yang telah

diciptakan. Oleh karena itu, setiap manusia yang ingin memiliki identitas, mau

tidak mau, melakukan konsumsi atas barang tersebut untuk mendapatkan tanda

yang diciptakan. Hal ini disebabkan karena beberapa bagian dari tawaran iklan

justru menafikan kebutuhan konsumen akan keunggulan produk, melainkan

dengan menyerang rasa sombong tersembunyi dalam diri manusia, produk

ditawarkan sebagai simbol prestise dan gaya hidup mewah yang menumbuhkan

rasa bangga yang klise dalam diri pemakainya. Tujuan konsumsi bukan lagi

menghabiskan atau memanfaatkan kegunaan barang konsumsi melainkan

memanfaatkan tanda-tanda yang sengaja dimasukan ke dalam barang konsumsi

oleh produsen melalui sebuah usaha manipulasi kesadaran yang dibantu oleh

kecanggihan media massa.

Dari penelitian yang peneliti lakukakan pada anak remaja di SMA Negeri

1 Medan menemukan suatu fakta bahwa proses berbelanja online yang dilakukan

anak remaja tersebut ditengah masyarakat konsumsi pada saat ini adalah karena

adanya faktor dorongan sosial ekonomi orangtua yang berada di dalam fase kelas

116
atas. Dimana orangtua juga tidak membatasi anaknya untuk melakukan berbelanja

online, orangtua memberikan kebebasan anaknya untuk melakukan hal tersebut,

dengan dukungan adanya ATM atau kartu debit yang dimiliki anak tersebut. Tidak

berhenti disitu saja tetapi ada faktor lain yaitu dengan adanya aplikasi untuk

memudahkan seseorang bisa berbelanja dengan mudah dengan mengisi saldo dari

aplikasi tersebut, seperti halnya OVO dan GOPAY. Dengan hal itu anak remaja

tersebut dengan leluasa untuk menggunakan uang tersebut untuk membeli suatu

barang yang diinginkannya. Maka dalam melakukan kegiatan berkonsumsi adalah

masyarakat yang mampu mengikuti pola konsumsi yang terjadi di tengah

masyarakat. Ketika mampu mengikuti pola konsumsi tersebut, maka proses

masyarakat konsumsi akan berhasil.

117
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pada anak remaja

yang berada di SMA Negeri 1 Medan mempunyai instagram yang rata-rata lebih

dari satu kemudian intensitas dalam penggunaan sosial media instagram sangat

sering digunakan dalam sehari. Selain itu minat belanja siswa tergolong tinggi

dengan intensitas belanja lumayan tinggi dalam rentan waktu sebulan dan jumlah

alokasi dana untuk berbelanja juga tergolong lumayan tinggi dikalangan anak

remaja. Untuk barang yang dibelanjakan setiap siswa tidak sama tergantung

keinginan masing-masing.

Fenomena endorse di media sosial instagram tidak lagi asing pada siswa

SMA Negeri 1 Medan bahkan menurut mereka hal itu sudah menjadi hal biasa

terutama bagi online shop untuk mempromosikan suatu barang. Sehingga

fenomena endorse mempengaruhi masyarakat konsumsi dalam membeli suatu

barang. Adanya endorse memudahkan masyarakat konsumsi dalam mengetahui

barang dan memudahkan akses bagi siapa saja yang ingin mencari barang-barang

yang diinginkan. Dalam keputusan pembelian, endorse juga sangat mempengaruhi

anak remaja untuk terus berbelanja. Akan menjadi pertimbangan untuk membeli

barang apabila barang tersebut tidak di endorse. Sehingga dalam penelitian ini

endorse yang dilakukan oleh online shop tertentu merupakan suatu kepercayaan

bagi masyarakat konsumsi dalam membeli suatu barang. Fenomena endorse ini

118
juga membuat anak remaja tersebut menunjukkan identitas diri ataupun identitas

kelas ketika mengkonsumsi barang tersebut.

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa ketika melakukan pembelian

barang tanpa adanya perencanaan, membeli barang tanpa pertimbangan harga

serta tidak mempertimbangkan manfaat maupun kegunaan. Membeli barang

dengan harga yang mahal atau barang bermerk ternama akan menimbulkan rasa

percaya diri yang tinggi, membeli barang demi menjaga penampilan diri dan

gengsi, serta membeli barang untuk menjaga nilai tanda. Dapat disimpulkan

bahwa anak remaja yang berada di SMA Negeri 1 Medan tersebut mengkonsumi

objek bukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tetapi untuk memenuhi

keinginan atau hasrat. Hal yang dikonsumsi sebenarnya adalah sistem objek atau

tanda. Selaras dengan pengertian perilaku konsumtif yang merupakan tindakan

konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk memuaskan

kesenangan dan keinginan daripada fungsi atau kebutuhannya. Tidak hanya itu

saja tetapi bisa mendapatkan prestise yang berbeda ketika mengkonsumsi barang

tersebut.

Untuk sumber alokasi dana siswa masih bergantung pada orang tua. Hal

ini dapat diindikasikan bahwa siswa sudah memasuki kategori perilaku konsumtif

dan terdapat faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor ekonomi

keluarga sebagai penentu perilaku konsumtif siswa tersebut. Perilaku konsumtif

merupakan kecenderungan individu untuk membeli atau mengkonsumsi barang-

barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan serta tidak

didasarkan atas pertimbangan yang rasional dimana dalam membeli suatu barang

119
individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Apabila

perilaku tersebut terus dilakukan tanpa ada pemikiran panjang maka akan

berakibat terjadinya tindakan pemborosan. Siswa yang seharusnya mempunyai

tugas belajar digantikan oleh keinginan-keinginan yang lain.

5.2 Saran

Pada akhirnya, saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1) Bagi anak remaja khususnya yang masih sekolah dan yang masih di

biayai orang tua harus lebih baik lagi dalam pengelolaan uang dan memakai uang

yang diberikan. Terutama berhubungan dengan pembelian suatu produk agar dapat

lebih mengutamakan kebutuhan yang menjadi prioritas utama bukan berdasarkan

keinginan atau hal yang lain. Barang yang dibeli bukan berdasarkan kebutuhan

akan menimbulkan perilaku konsumtif yang akan merugikan diri sendiri.

Sehingga harus adanya kesadaran dan kontrol diri pada diri sendiri untuk

mencegah perilaku konsumtif.

2) Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada anak

tentang pentingnya pengawasan dan bimbingan terhadap kehidupan remaja

khususnya perilaku konsumtif yang sering menimpa kehidupan remaja agar di

masa remaja mereka dapat melakukan yang sesuai dengan umur mereka dan tugas

mereka yang masih menjadi pelajar.

3) Bagi instansi pendidikan khususnya sekolah, diharapkan memberikan

edukasi kepada peserta didik dalam mengelola keuangan dan perilaku konsumtif

di kalangan remaja yang menyebabkan pemborosan sejak dini.

120
4) Bagi instansi pendidikan khususnya perguruan tinggi, hasil penelitian

ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa khususnya

mahasiswa jurusan Sosiologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan untuk menambah referensi dalam wawasan kajian di bidang

Sosiologi Postmodern.

5) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan rujukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai endorse di media sosial

instagram dalam masyarakat konsumen anak remaja.

121
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Lutfi 2014. Instagram Capai 200 Juta Pengguna.
http://techno.okezone.com/read. (Di akses pada tanggal 20 Februari 2019).
Ancok, D. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anjaskara, Dian Innes. 2016. Pengaruh Sikap Pada Media Sosial Instagram
Terhadap Minat Beli Produk Kecantikan Melalui Instagram (Studi Kasus
Pada Konsumen Terhadap Minat Beli). Skripsi Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Arikunto, Suharsim. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani, Gunita. 2006. Hubungan antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif
pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2005-2006. Skripsi
Fakultas Psikologi, Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Astuti, E. D. 2013. Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah
Tangga Di Kota Samarinda. Jurnal Psikologi, 1(2), 148-156.
Avicenna, F. 2014. Gelombang Baru Komunikasi Pemasaran di Media Sosial
:Shout for Shout Pada Akun Instagram di Era Pemasaran. Skripsi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Badan Pusat Statistik. 2008. Pendapatan dibedakan 4 golongan.
Https://www.bps.go.id/.
Baudrillard, Jean. 1997. System of Objects (trans. James Benedict). London:
Verso.
Baudrillard, Jean. 1998. The Consumer Society; myth and Structures. London:
Sage Publication.
Baudrillard, Jean. 2004. Masyarakat Konsumsi (diterjemahkan dari La Societe de
consummation, diberi kata pengantar oleh George Ritzer). Yogyakarta :
Kreasi Wacana Yogyakarta.
Buchari, Alma. 2007. Manajemen Pemsaran dan Pemasaran Jasa. Edisi revisi.
Bandung: CV Alfabeta.
Bungin, Burhan (Ed). 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Press.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.
Bungin, Burhan. 2014. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana.

122
Departemen Kesehatan (Depkes). 2018. www.depkes.go.id, (Diakses pada tanggal
14 Oktober 2018)
Dyah. 2014. Studi Elaboration Likehold Model Pada Pengaruh Selebgram
(Selebriti Endorser Instagram) Terhadap Minat Pembelian Pada Media
Sosial Instagram. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Negeri Brawijaya.
Firdaus, Said, Mariyudi, Teuku Zulkarenaen. 2015. Pengaruh Brand Awareness
Danbrand Image Terhadap Keputusan Pembelian Dan Loyalitas Mahasiswi
Yang Berbelanja Online Di Kota. Jurnal Manajemen Indonesia, 69-117.
Fitria, E. M. 2015. Dampak Online Shop Di Instagram Dalam Perubahan Gaya
Hidup Konsumtif Perempuan Shopaholic Di Samarinda. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 1(3), 117-128.
Gaffar, Abdul. 2016. Sihir Iklan dalam Konsumsi Masyarakat Perkotaan. Jurnal
Sosiologi, 2(1) 1-11.
Ghazali, Miliza. 2016. Buat Duit Dengan Facebook dan Instagram : Panduan
Menjana Pendapatan dengan Facebook dan Instagram. Malaysia:
Publishing House.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Ikhsan, S. H. 2018. ENDORSER ANAK dalam IKLAN di MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Ibu Rumah Tangga
Terhadap Endorser Anak dalam Iklan di Media Sosial Instagram di
Perumahan Dinas TNI AL Barakuda Medan) . Skripsi Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kompas Tekno dari The Next Web. 2015. Chairman of Internet Data Center
Indonesia. Techno.Id (Diaskes pada tanggal 15 Oktober 2018).
Kotler dan Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas
Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer Dari Strukturalisme sampai
Postmodernitas (diterjemahkan dari Fifty Key Contemporary Thinkers oleh
A. Gunawan Admiranto). Yogyakarta: Kanisius.
Lestari, Desti Putri. 2014. Analisis Strategi Internet Marketing Butik Online Di
Surabaya Melalui Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(2) 412-424
Mangkunegara, Anwar P. 2005. Perilaku Konsumen. Bandung: PT Refika
Aditama.

123
Maulidar. 2017. Peran Celebgram Endorser Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Membeli Pakaian Wanita Di Instagram Pada Mahasiswi
Universitas Syiah Kuala. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 1-11.
Moloeng, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murti, Andini. (2005). Perbandingan Konsep Consumer Society Dalam
Pemikiran Jean Baudrillard dan Herbet Marcuse. Skripsi Program Sarjana
Bidang Filsafat Universitas Indonesia, Jakarta.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nisaputra, R. 2013. 36 juta jiwa aktif menggunakan bisnis.
http://www.lintas.me/bisnis/inspirasi/laptopbunda.com/36-juta-jiwa-
aktifmenggunakan-bisnis (Diakses pada tanggal 22 Februari 2019)
Novitasari, S. C. 2018. Endorsement Dan Selebgram (Studi Deskriptif Gaya
Hidup Budaya Populer Pada Mahasiswi Di USU). Skripsi (S1). Medan:
Program Studi Ilmu Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara.
Nugraha, U. 2008. Wealth Management., Jakarta : Gramedia
Pawanti, M. H. 2013. Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Menurut
Pemikiran Jean Baudrillard. Depok: Universitas Indonesia.
Persaulian, Baginda. 2013. Analisis Konsumsi Masyarakat Di Indonesia. Jurnal
Kajian Ekonomi, 1(2) 1-23
Ritzer, G. 2006. (The Postmodern Social Theory penerjemah Muhammad Taufik
dalam Teori Sosial Postmodern ed. 3). Yogyakarta: Kreasi Wacana
Schiffman, dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen Edisi 7. Jakarta: PT. Indeks
Gramedia
Scholte, J. A. 2001. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford
University Press.
Shaffatallah, A. Z. D. U. A. 2012. Hubungan Kepercayaan Diri Mahasiswa Baru
Dengan Perilaku Konsumtif Remaja Di Universitas Islam Negeri (Uin)
Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Shimp, A. Terence. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Edisi 5 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan (Menoropong Imbas Pesan Iklan
Televisi). Bandung: Alfabeta.

124
Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto. 2015. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suyanto, Bagong & Sutinah (Ed). 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post-Modernisme. Jakarta: Kencana.
Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jurnal Kajian Strategis
GEMANUSA. http://kajiangemanusa.blogspot.com/2007/04/remaja-dan-
perilaku-konsumtif.html (Diakses tanggal 14 Oktober 2018).
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial
(Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
Wijaya, A. 2008. Belanja via Internet Meningkat. http://www.tempo.co
/read/news/2008/03/05/056118641/Belanja-via-InternetMeningkat. (Diakses
pada tanggal 20 Februari 2019)
Wikipedia. 2011. Pengertian Media Sosial. https://id.wikipedia.org/
wiki/Media_sosial, (Diakeses pada tanggal 14 Oktober 2018)
World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent Development: Topics at
Glance.http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/d
ev/en

125
126
LAMPIRAN

INTERVIEW GUIDE

I. Profil Informan

Nama :

Kelas :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan Orangtua

Ayah :

Ibu :

Penghasilan Orangtua

Ayah :

Ibu :

Uang Saku :

II. Instagram dan Konsumsi

1) Berapa akun instagram yang anda punya dan siapa saja yang menjadi

followers instagram anda?

2) Hal apa saja yang anda lihat dalam instagram dan seberapa sering anda

membuka instagram dalam sehari?

3) Apakah anda pernah berbelanja online di instagram dan Seberapa sering

anda berbelanja online di instagram dalam sebulan?

127
4) Berapa budget (biaya) yang anda targetkan untuk berbelanja online di

instagram?

5) Barang apa saja yang anda beli saat berbelanja online di instagram?

6) Apakah saat membeli barang anda mempertimbangkan harga barang

tersebut?

7) Apakah yang menjadi alasan anda untuk berbelanja online di instagram?

III. Fenomena Endorse

8) Apakah anda tahu mengenai endorse dan bagaimana menurut anda tentang

endorse?

9) Apakah anda terpengaruh berbelanja online di instagram karena endorse,

jikalau iya apa yang menjadi alasan anda kenapa anda tertarik dengan

barang endorsean?

10) Artis siapa yang menjadi panutan anda untuk membeli barang endorsean?

11) Apabila anda membeli barang tetapi barang tersebut tidak di endorse oleh

artis/selebgram apakah anda mau membeli barang online yang ada di

instagram tersebut?

12) Apakah anda membeli barang tersbeut karena artis yang di endorse?

13) Apa yang menjadi alasan anda untuk membeli barang tersebut?

IV. Masyarakat Konsumen dan Endorse

14) Apakah anda suka membeli barang yang sedang trend?

15) Apakah anda membeli suatu barang karena butuh?

128
16) Apakah anda suka memperhatikan dan membeli barang yang bermerek?

17) Apakah anda membeli barang tersebut karena nilai guna?

18) Apakah anda sering berbelanja karena barang tersebut di endorse oleh

artis/selebgram yang anda suka?

19) Apakah saat membeli barang di online shop di instagram tersebut

memikirkan bagaimana kualitas barang tersebut?

20) Apakah orangtua anda tidak marah apabila anda sering melakukan

berbelanja online di isntagram?

129
LAMPIRAN FOTO

Gambar 1: Wawancara dengan salah satu informan

Gambar 2: Wawancara dengan salah satu informan

130
Gambar 3: Wawancara dengan salah satu informan

Gambar 4: Wawancara dengan Salah Satu Informan

131
Gambar 5: Foto Bersama Dengan Salah Satu Informan

Gambar 6: Foto Bersama dengan Salah Satu Informan

132
Gambar 7: Ruang Guru SMA Negeri 1 Medan

Gambar 8: Tampak Atas Lapangan Sekolah SMA Negeri 1 Medan

133
Gambar 9: Kantin SMA Negeri 1 Medan

Gambar 10 : Kegiatan Olahraga di Lapangan Sekolah SMA Negeri 1 Medan

134

Anda mungkin juga menyukai