Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ichwan Zarkasi B.G.

NIm : 2020187203P0058

Prodi : Pendidikan Ekonomi

ANALISIS KASUS KORUPSI GAYUS TAMBUNAN

Setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran keuangan yang disebut Anggaran


Pendapatan dan Belanja yang mempunyai fungsi sebagai kebijakan keuangan pemerintahan
dalam memperoleh dan mengeluarkan uang yang digunakan untuk menjalankan
pemerintahan. Anggaran ini memperlihatkan jumlah pendapatan dan belanja yang
diantisipasikan dalam tahun berikut. Dalam unsur pendapatan yang paling utama dan penting
adalah pendapatan yang berasal Pajak , selain dari pada itu berasal dari sumber lain yang
dinamakan “Pendapatan Negara Bukan Pajak” (PNBP) dan hibah. PNBP merupakan
pendapatan negara yang paling banyak jenisnya termasuk yang dinamakan “retribusi.”

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kerap mengalami kebocoran lantaran


dikorup para pejabat. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung hingga mencapai 30 persen. Jika
APBN minimal Rp1.400 triliun, sekitar Rp400 miliar dana APBN yang menguap setiap
tahun. Pembahasan ini difokuskan pada divonis bebasnya Gayus oleh Pengadilan Negeri
Tangerang karena tidak terbukti melakukan salah satu tindak pidana yang disangkakan, yaitu:
korupsi, Menurut anggota Komisi III DPR, Andi Anzhar Cakra Wijaya, kasus penggelapan
pajak masih belum manjur jika hanya dijerat dengan Undang – Undang Tindak Pidana
Korupsi.

Undang – Undang Money Laundering (pencucian uang) dinilai lebih sakti menindak mafia
pajak. Para penegak hukum bisa menggunakan Undang – Undang tersebut untuk
membuktikan perbuatan penggelapan pajak kasus Gayus Tambunan. Ia menyebutkan,
penggelapan pajak itu berasal dari perbuatan Gayus yang menerima suap dari perusahaan-
perusahaan yang dibantunya. Akibat suap itulah terjadi penggelapan pajak yang jumlahnya
sangat besar dan merugikan negara. “Kalau ada indikasi penggelapan perpajakan ,harus
digunakan Undang-Undang Pencucian Uang.

Proses penyidikan bisa dimulai dari pencucian uang itu,” tutur Andi. Setuju dengan
pendapat Andi Anzhar Cakra Wijaya, penulis berpendapat bahwa sudah seharusnya Gayus
dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Khusus, yaitu korupsi, pencucian uang dan
penggelapan. Kalau kita baca kembali kasus Gayus tersebut, jelas bahwa pada awalnya dalam
berkas yang dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan dijerat dengan
tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Hal ini karena
Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank
Panin. Sebenarnya dengan melihat besarnya dana yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri
sudah cukup menimbulkan banyak pertanyaan darimana uang sebanyak itu mengingat Gayus
hanyalah seorang pegawai negeri dan orang tuanya juga bukan pengusaha kaya raya. Sangat
mustahil dia bisa mempunyai uang sebanyak itu di rekening banknya. Keberadaan uang dua
puluh lima milyar di rekening Gayus sudah cukup menjadi bukti permulaan untuk menelusuri
darimana uang tersebut, bagaimana cara Gayus memperolehnya, apakah ada hubungannya
dengan pekerjaannya sebagai seorang pegawai pajak dan lain-lain.

Berdasarkan Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menetapkan bahwa selain dilakukan oleh
pembayar pajak (plagenataudader), tindak pidana pajakdapat melibatkan Penyerta
(deelderming) seperti wakil, kuasa atau pegawai pembayar pajak atau pihak lain yang
menyuruh melakukan (doen plegen ataumiddelijke), yang turut serta melakukan
(medeplegenataumededader), yang menganjurkan (uitlokker), atau yang membantu
melakukan tindak pidana perpajakan (medeplichtige), Gayus mungkin saja berperan
sebagai medeplegen, uitlokker atau medeplichtige. Hal ini didasarkan pada keterangan
Gayus pada Satgas pemberantasan mafia hukum bahwa dalam melakukan aksinya tersebut
Gayus melibatkan sekurang-kurangnya sepuluh rekannya. Namun apa yang terjadi? Indikasi
tindak pidana perpajakan berupa penggelapan yang dilakukan oleh Gayus terkait uang dua
puluh lima milyar di rekening banknya tidak terbukti. Hal ini sebagaimana hasil penelitian
jaksa yang menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan
dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan namun hal ini tidak terkait dengan
uang senilai Rp. 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri. Penggelapan yang dimaksud
yaitu adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening Bank BCA milik Gayus H.
Tambunan. Uang tersebut diketahui berasal dari dua transaksi yaitu dari PT. Mega Cipta Jaya
Garmindo. Pada tanggal 1 September 2007 sebesar Rp. 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar
Rp. 200 juta.

Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik


garmen di Sukabumi. Namun setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak diketahui
berada di mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan tetapi ternyata Gayus
tidak urus pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan
kepada Mr. Son sehingga hanya diam di rekening Gayus. Berdasarkan penelitian dan
penyidikan, uang senilai Rp. 370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan money
laundring tetapi penggelapan pajak murni. Oleh karena itu, kebocoran APBN di sana sini
hampir dipastikan semakin besar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Sebab, semua sektor
rawan dikorupsi. Hanya, peluang beberapa pos anggaran lebih terbuka. Di antaranya, pos
penganggaran untuk bantuan sosial dan belanja modal seperti untuk pembangunan
infrastruktur. Mengacu pada sejumlah kasus korupsi yang bisa dibongkar, jika ditotal,
kerugian negara memang cukup besar. Sebut saja kasus Nazaruddin di wisma atlet yang
merugikan negara sekitar Rp25 miliar. Selain itu, kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang
merugikan keuangan negara Rp25 miliar. Jadi, kejahatan anggaran yang belum terungkap itu
sebenarnya masih sangat banyak

DARI KASUS DIATAS,KITA DAPAT MENJABARKAN CIRI – CIRI, JENIS –


JENIS, TIPE – TIPE DAN FAKTOR

David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang, antara lain
menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi
dan menyangkut bidang kepentingan umum
Syed H Menurut syed Hussein Alatas yaitu:

Tentang kasus gayus tambunan adalah Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta,
atau masyarakat umumnya.Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan mengatasnamakan
suatu lembaga tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan,
padahal perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian

Dan dari kasus diatas juga terdapat jenis =jenisnya

Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

Yang termasuk dalam faktor – faktor GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack
Boulogne:

Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di
dalam diri setiap orang. keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah
orang yang tidak puas akan keadaan dirinya.

KESIMPULAN

Korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan bukan hanya melibatkan dirinya tetapi
juga melibatkan banyak orang dari pemerintahan dan para pengusaha yang enggan membayar
pajak dan mecoba mengakali peraturan agar pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan
tersebut dapat ditarik kembali. Sehingga menyebabkan negara mengalami kerugian dengan
jumlah fantastis yang diperkirakan berada disekitar angka Rp 339 Milyar.

Tindakan yang dilakukan oleh tersangka Gayus Tambunan meresahkan banyak


pihak. Korupsi merupakan tindakan yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan dan
kewenangan yang di miliki oleh individu maupun kelompok, dan dilaksanakan baik sebagai
kejahatan individu (professional) maupun sebagai bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan
denga kerjasama antara berbagai pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga
membentuk suatu struktur organisasi yang saling melindungi dan menutupi keburukan
masing-masing). Korupsi merupakan cerminan dari krisis kebijakan dan representasi dari
rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB IV 19-20 Fix
    BAB IV 19-20 Fix
    Dokumen10 halaman
    BAB IV 19-20 Fix
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Hal 1-5 FIX
    BAB I Hal 1-5 FIX
    Dokumen5 halaman
    BAB I Hal 1-5 FIX
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB III 11-18 Fix
    BAB III 11-18 Fix
    Dokumen8 halaman
    BAB III 11-18 Fix
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB II 6-10 - Fix
    BAB II 6-10 - Fix
    Dokumen5 halaman
    BAB II 6-10 - Fix
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB V TA Xza 44-50
    BAB V TA Xza 44-50
    Dokumen7 halaman
    BAB V TA Xza 44-50
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB IV TA Xza 32-43
    BAB IV TA Xza 32-43
    Dokumen12 halaman
    BAB IV TA Xza 32-43
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB I TA Xza 1-4
    BAB I TA Xza 1-4
    Dokumen5 halaman
    BAB I TA Xza 1-4
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat
  • BAB III TA Xza 25-31
    BAB III TA Xza 25-31
    Dokumen7 halaman
    BAB III TA Xza 25-31
    Ichwan Zarkasi Brillyano Gunawan
    Belum ada peringkat